Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Pembahasan Topik Khusus dalam Setting Trauma Berbasis Komunitas : Bencana Alam,
Kekerasan Massal, Kekerasan Pelecehan Seksual dan Traumatic Incidents.”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Konseling Trauumatik”

Dosen Pengampu :
Dzinun Hadi, S. Sos.I., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Naufal Zakul Roid (12306193088)
2. Hanifah (12306193096)
3. Triana Kumala T N (12306193104)
4. Anggi Styawardani (12306193114)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MEI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih
banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Pembahasan Topik
Khusus dalam Setting Trauma Berbasis Komunitas : Bencana Alam, Kekerasan Massal,
Kekerasan Pelecehan Seksual dan Traumatic Incidents.”. Tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Konseling Kelompok” semester genap
tahun ajaran 2022/2023.
Dalam pembuatan makalah ini tentuunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untu itu
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dzinnun Hadi, S.sos.I, M.Pd. selaku dosen
pengampu, serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi buku.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh para pembaca, sehingga makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi semua pembaca dan dapat menjadi referensi untuk pembuat
makalah selanjutnya. Terakhir, penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan, mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Tulungagung, 18 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................iv

C. Tujuan Masalah........................................................................................................................iv

BAB II: PEMBAHASAN.............................................................................................................

A. Bencana Alam..........................................................................................................................1

B. Kekerasan Massal.....................................................................................................................2

C. Pelecehan Seksual....................................................................................................................3

D. Traumatik incident...................................................................................................................4

BAB III: PENUTUP.....................................................................................................................

Kesimpulan...................................................................................................................................8

Saran..............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu pasti menghadapi suatu masalah, konflik dan situasi yang tidak
menyenangkan. Dan saat itulah individu mengalami perasaan down. Banyak kejadian
dalam hidup ini yang dapat maupun tidak dapat dihindari oleh manusia dan membuat
individu mengalami perasaan down tersebut.
Menurut (Judith A. Lewis., at al., 2010: 91) ketika seseorang dipaksa untuk menghadapi
tekanan lingkungan yang lebih berat dari kemampuan mereka dalam mengatasinya,
mereka memerlukan bantuan yang praktis, positif, dan membangun. Suatu saat seseorang
dipaksa untuk mengatasi berbagai tekanan yang tiba-tiba, baik yang disebabkan bencana
alam mupun non alam yang menimpanya. Dalam situasi lain, orang yang menjadi korban,
mengalami tekanan atau stress yang berkelanjutan. Dari tekanan apapun seseorang
mungkin akan merasa pesimis, tidak percaya diri, bahkan merasa takut untuk meminta
tolong kepada anggota yang bisa membantu.
Setiap kejadian yang menimpa individu selalu menyisakan luka, jika luka itu ringan maka
ringan pula dalam penyembuhan dan bisa segera beraktifitas seperti kehidupan sebelum
kejadian. Tetapi jika luka yang dialami itu berat maka perlu tindakan yang lebih untuk
penyembuhan karena dampak tersebut akan berkelanjutan sehingga individu tidak dapat
beraktivitas seperti sebelum kejadian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan penjelasan dari trauma bencana alam?
2. Apa pengertian dan penjelasan dari trauma kekerasan massal?
3. Apa pengertian dan penjelasan dari penjelasan dari trauma pelecehan seksual?
4. Apa maksud dari traumatik incident?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan penjelasan tentang trauma bencana alam
2. Mengetahui pengertian dan penjelasan dari trauma kekerasan massal
3. Mengetahui pengertian dan penjelasan dari trauma pelecehan seksual
4. Mengetahui apa itu traumatik incident

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bencana Alam
a. Pengertian
Bencana alam adalah rangkaian peristiwa yang terjadi mengancam kehidupan
masyarakat dan mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana alam dapat mengakibatkan
dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan
infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial yaitu
kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, sementara kerusakan lingkungan
dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Bencana alam seperti banjir
pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup
suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam
lain seperti hujan lebat. (Ade Rahman, 2018)
Bencana Alam dapat terjadi sebagai akibat perilaku dan adanya peristiwa alam.
Berbagai tempat di Indonesia pemah mengalami bencana alam seperti Gunung
Galunggung di Jawa Barat pemah meletus dengan menelan korban nyawa, harta.dan
benda yang tidak sedikit. Kasus lumpur panas di Sidoarjo juga bencana yang
mengakibatkan korban yang lumayan besar. Bukan hanya bencana vulkanik, tetapi
bencana tektonik. Berbagai peristiwa traumatik banyak terjadi di Indonesia. Peristiwa
traumatik di Indonesia antara lain karena faktor alam seperti tsunami, gempa, banjir,
kebakaran, dan erupsi gunung berapi. Dari berbagai peristiwa konflik yang terjadi di
Indonesia, pengungsian selalu mengikuti dan menimbulkan masalah psikososial bagi
masyarakat dengan penyelesaian yang tidak mudah. Masalah psikologis yang
ditimbulkan oleh konflik memberi efek yang lebih dalam bagi masyarakat
mengalaminya. (Latipun, 2014)
b. Trauma dan Penanganan Pada Korban
Bencana alam banyak menimbulkan kerugian dan kesedihan pada korbannya. Dampak
emosional jangka pendek yang dapat dilihat meliputi rasa takut dan cemas yang akut, rasa
sedih dan bersalah yang kronis, serta munculnya perasaan hampa. Pada sebagian orang
perasaan-perasaan ini akan pulih seiring berjalannya waktu. Namun pada sebagian yang lain

1
dampak emosional bencana dapat berlangsung lebih lama berupa trauma dan problem
penyesuaian pada kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca bencana.
Trauma tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena korban bencana alam masih dapat
meneruskan kehidupannya kembali secara normal, maka diperlukan terapi trauma atau
pemulihan trauma (trauma healing) pada korban. Trauma healing adalah salah satu
kebutuhan utama bagi korban bencana. Dengan terapi trauma healing diharapkan korban bisa
benar-benar sembuh dari traumanya dan dapat menjalani kehidupannya sebagaimana sebelum
bencana terjadi. Banyak korban mengalami pengulangan ingatan mengenai bencana tersebut
yang kemudian dapat berkembang lebih serius menjadi rasa hilangnya emosi, atau bahkan
mengalami insomnia, dan waspada berlebihan. Terapi trauma healing dapat dilakukan dengan
pemberian obat atau terapi psikis. Terapi trauma healing yang diberikan pada orang dewasa
dan berbeda pada anak-anak. Pada anak-anak trauma healing dapat dilakukan melalui
beberapa metode seperti menggunakan teknik play teraphy pada anak. Dengan menggunakan
play therapy, anak diajak mengatasi traumanya melalui media permainan.

B. Kekerasan Massal (Genocide)


Kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan yang disengaja maupun tidak
disengaja (verbal/non verbal) yang bertujuan untuk mencederai atau merugikan orang
lain dengan berupa serangan fisik, mental, sosial maupun ekonomi yang melanggar hak
asasi manusia (HAM) dan bertentangan dengan nilai-nilai maupun norma-norma dalam
masyarakat. Menurut Reza (2012), menyatakan bahwa kekerasan merupakan
penyalahgunaan dalam penggunaan kekuatan fisik, kekuasaan, maupun ancaman yang
dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan
trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan maupun perampasan hak.
Sedangkan, kekerasan massal merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, komunitas maupun lembaga yang dapat merugikan orang lain.
Salah satu bentuk dari kekerasan massal yaitu terorisme. Terorisme merupakan
suatu perbuatan dengan menggunakan kekerasan yang menimbulkan susasa terror
terhadap sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan banyak korban yang
bersifat massal, trauma bagi korban maupun saksi dan berbagai kerugian lainnya.
Penyebab seseorang melakukan terorisme dikarenakan individu mempunyai sikap
separatisme atau sikap ingin menguasai dan juga radikalisme terhadap agama. Selain itu,
aksi terorisme juga mempunyai dampak psikologis bagi korban maupun saksi dari aksi
terorisme, seperti individu mengalami gangguan kecemasan, gangguan tidur yang
berkepanjangan dan juga mengalami beberapa trauma (takut dengan suara benda jatuh
yang keras, takut bila ada keramaian), PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), ataupun
sampai dengan depresi.
Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam pendampingan korban aksi kekerasan
massal , yaitu :

2
1. Memberikan dukungan secara penuh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan sekitar korban
2. Adanya pendampingan yang intensif dari dari orang sekitar, seperti orang tua, teman,
dll
3. Memberikan pengertian peristiwa yang terjadi sesuai dengan usianya
4. Membantu korban untuk adaptasi dengan keadaan ekonomi dan lingkungan pasca
aksi berlangsung.
Maka, dalam hal ini konselor dalam melakukan proses konseling dengan memberikan
perlindungan dan menciptakan rasa nyaman, sehingga klien merasa tidak bersendirian
dalam menghadapi trauma yang dilalui. Konselor juga dituntut menjadi pendengar yang
baik bagi klien, hal ini dikarenakan agar klien merasa diterima dan diperhatikan oleh
konselor dengan baik. Tidak lupa konselor memberikan penghargaan maupun apresiasi
pada setiap perkembangan yang dilakukan klien untuk menangani trauma yang dialami.
Selain itu, konselor juga dapat menyisipkan beberapa motivasi kepada klien dalam
menghadapi traumanya. Adanya pendampingan yang dilakukan oleh konselor diharapkan
individu mampu mengontrol ketakutan maupun kecemasan dengan baik, mampu bersikap
realistis dengan menghilangkan pikiran yang negative menjadi positif, mampu
mengekspresikan harapan serta emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain, dll.
C. Kekerasan Pelecehan Seksual
Kekerasan atau violence merupakan istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu “vis”
yang berarti (daya, kekuatan) dan “latus” berarti (membawa), yang kemudian
diterjemahkan sebagai membawa kekuatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
pengertian mengenai kekerasan dalam arti sempit yaitu hanya mencakup kekerasan fisik.
Menurut KBBI kekerasan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan cidera atau matinya
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan
merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tingkah laku yang pada awalnya harus
bertentangan dengan undang-undang, baik hanya berupa ancaman atau sudah berupa
tindakan nyata dan menyebabkan kerusakan terhadap harta benda, fisik atau dapat
mengakibatkan kematian pada seseorang.
Kekerasan seksual merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang seperti
merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang tubuh maupun alat reproduksi
seseorang yang dapat mengakibatkan korban mengalami beberapa penderitaan psikis
maupun fisik. Adapun beberapa perilaku yang termasuk dalam kekerasan seksual, seperti
pemerkosaan, penganiayaan seksual, kontak seksual pada korban dibawah umur,
mrlakukan percobaan pemerkosaan, dll. Akibat kekerasan pelecehan seksual yang

3
diterima memungkinkan korban mengalami gangguan psikologis yang dapat berupa
gangguan emosional, gangguan perilaku maupun gangguan kognisi. Begitu psikologis
korban terkena dampaknya, maka pola pikir korban perlahan-lahan berubah dan
mempengaruhi ke berbagai hal. Mulai dari cara berpikir terhadap sesuatu, kestabilan
emosi yang rentan, bahkan hingga depresi. Sebagian orang yang mengalami trauma akan
merasakan cemas, was-was bahkan ketakutan yang sangat saat mengalami suatu kejadian
yang mirip dengan kejadian yang pernah dialami, rasa bersalah kepada diri sendiri dan
malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan merasa bahwa mereka tidak memiliki
kekuatan untuk mengontrol dirinya, dan sering merasa berbeda dengan orang lain.
Umumnya upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kekerasan pelecehan
seksual meliputi aksi pendidikan dan sosial guna meningkatkan kesadaran bertanggung
jawab sosial, adanya pendidikan moral, agama, dan sebagainya. konselor memiliki fungsi
yang fundamental dalam proses konseling baik dari segi upaya preventif maupun upaya
penyembuhan. Dalam proses konseling konselor menjadi fasislitator dalam membantu
korban atau klien dalam mengekplorasi pilihan yang dimiliki oleh klien, memberikan
dukungan secara penuh kepada klien yang bertujuan untuk memberikan perhatian dan
klien merasa bahwa dia tidak sendiri untuk mengatasi trauma, membantu klien dalam
menyusun mekanisme pertahan dalam jangka pendek maupun jauh. Selain itu, adapun
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi trauma kekerasan seksual, seperti
memberikan dukungan sosial baik dari keluarga, teman sebaya, maupun lingkungan
sekitar agar korban tidak merasa sendiri dan dikucilkan. Dengan memberilan kasih
sayang dan perasaan berharga kepada korban utnuk meningkatkan rasa percaya diri,
melakukan pendekatan religi, dll.

D. Traumatic Incidents
1. Pengertian Insiden Traumatis
Insiden Traumatis adalah sebuah peristiwa yang membanjiri kemampuan
seseorang untuk mengatasinya. Ini adalah peristiwa yang kita alami secara tiba-tiba,
tidak terduga, tidak dapat dipahami, mengejutkan, dan bahkan mengecewakan secara
pribadi. Peristiwa atau situasi ini menyebabkan trauma emosional atau psikologis
pada individu yang terkena insiden secara langsung atau tidak langsung dan biasanya

4
merupakan insiden yang tiba-tiba terjadi di luar jangkauan pengalaman manusia
normal.
Insiden tersebut sering kali memiliki dampak emosional yang kuat yang melebihi
dari batas kemampuan individu atau kelompok untuk mengatasi masalah dan
mungkin sangat berdampak secara emosional sehingga mempengaruhi kemampuan
individu untuk berfungsi secara normal. Tingkat dampak suatu peristiwa terhadap
individu bergantung pada individu tersebut. Pengalaman suatu peristiwa bersifat
subjektif dan akan bervariasi antar individu. Penelitian menunjukkan sebagian besar
individu yang terkena dampak insiden kritis akan mengalami setidaknya beberapa
reaksi yang tercantum di bagian reaksi umum terhadap Insiden Traumatis dan dalam
Mengatasi Stres Traumatis. Meskipun tidak menyenangkan, reaksi umum terhadap
peristiwa yang sangat menegangkan ini adalah normal.
Contoh Insiden Traumatis:
1. Kematian atau cedera serius dari orang terdekat.
2. Suatu peristiwa yang ancaman nyata atau yang dirasakan terhadap diri sendiri.
3. Menyaksikan peristiwa yang mengerikan atau mencekam secara emosional atau
tragedi lainnya.
4. Perang atau banyak korban.
5. Kejahatan dan kekerasan.
6. Bencana alam atau ancaman lingkungan.
7. Kematian atau cedera serius pada anak atau anak-anak.
8. Kecelakaan yang mengerikan bahkan fatal.
2. Dimensi Trauma
Beberapa trauma dapat menurut Adverse Childhood Experience dapat di bagi
menjadi 8 dimensi meliputi :
a. Physical abuse dimana anak terlibat pada kekerasan yang dilakukan oleh orang
tua, pada lingkungan keluarga dalam rumah tangga, seperti pada keluarga yang
broken home sang anak akan mendapatkan perlakuan fisik, sehingga anak
mengalami tekanan dan stres yang berlebih yang mengakibatkan trauma pada
masa lalunya.

5
b. Parental separation menjadi salah satu dimensi pada anak yang kedua orang
tuanya mengalami perpisahan dimana anak merasa bimbang untuk memilih
mana yang ia ikuti.
c. Sexual abuse menjadi salah satu yang dominan terjadi pada anak, dimana ia
mengalami pelecehan atau melakukan pelecehan terhadap orang lain, contohnya
adalah anak melakukan pelecehan seksual terhadap teman pada lingkungan
sekitarnya.
d. Emotional abuse yang dialami oleh anak pada lingkungan sekitar, dimana anak
tersebut dikucilkan atau dirundung oleh teman temannya, sehingga ia mengalami
stres pada lingkungan sekitar.
e. Alchohol misuse juga dialami oleh beberapa anak, dimana anak tersebut dimana
beberapa anak yang mempunyai orang tua yang minum minum sehingga tidak
memperhatikan kondisi anak, sehingga anak tidak mendapatkan perhatian dari
orang tua.
f. Drug Misuse pada anak terjadi biasanya karena anak tersebut mempunyai
pengalaman yang tidak baik yang berhubungan dengan obat-obatan, contohnya
seorang anak yang dipaksa untuk mengkonsumsi obat-obatan oleh teman
temannya, anak tersebut tidak bisa menolak sehingga anak tersebut, terjerat
kedalam dunia obat obatan.
g. Mental illness menjadi salah satu dapat dikategorikan menjadi dimensi pada
trauma dimana anak tersebut mempunyai permasalahan kognisi secara genetik,
pada beberapa hal anak tersebut tidak bisa membedakan mana yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
h. Domestic violence juga menjadi salah satu dimensi pada trauma karena ini
biasanya terjadi berhubungan dengan kekerasan yang dilakukan pada Anak
terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Upaya penanganan trauma insiden
a. Berusaha menerima perasaan yang muncul
b. Jangan terlalu sering menyendiri
c. Menjaga pola tidur dan pola makan

6
d. Bantuan medis jika diperlukan, sebenarnya, perasaan cemas, bingung, merasa
bersalah, hingga seolah hidup sudah hancur berantakan adalah perasaan yang
masih tergolong wajar, khususnya jika baru saja mengalami kejadian buruk pada
diri sendiri. Bahkan, perasaan-perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Namun, jika perasaan yang dimiliki sudah cukup intens hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari, lebih baik segera cari pertolongan medis untuk mengatasi
kondisi kesehatan.

7
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setiap insiden yang terjadi pada trauma akan berdampak pada setiap korban
bencana. Pengalaman buruk yang menempatkan seseorang mengalami bahaya serius atau
kematian. Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kehilangan harta benda dan trauma. Trauma dalam suatu bencana tersebut tidak bisa
dibiarkan berlarut-larut agar korban bisa melanjutkan kehidupannya secara normal seperti
sebelum bencana terjadi. Trauma tersebut harus segera disembuhkan, maka diperlukan
terapi trauma atau pemulihan trauma (trauma healing) pada korban.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan dan sangat jauh
dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

8
DAFTAR PUSTAKA
Koentjoro, Budi Andayani. 2007. Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma
Healing Melalui Kegiatan Psikologi dan Rohani. UNISIA No 63/XXX/I/2007

Latipun. 2014. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi “Pemulihan Trauma Berbasis
Komunitas: Pengalaman Indonesia dalam Intervensi Trauma Massal”. Volume
2 (3) 278-285

Nirwana, Herman. 2012. Konseling Trauma Pasca Bencana. Vol 15 No 2 (Desember


2012)

Rahman, Ade. 2018. Analisa Kebutuhan Program Trauma Healing Untuk Anak-Anak
Pasca Bencana Banjir Di Kecamatan Sungai Pua Tahun 2018 : Implementasi
Manajemen Bencana. Vol XII No 7 Juli 2018

Undang undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

M. Mukhid Mashuri & Ainis Rohtih, Wiwin. (2019). Pendampingan Anak-Anak dalam
Mendeteksi Perubahan Perilaku Akibat Trauma Bom Teroris di Rusunawa
Wonocolo Sidoarjo. Jurnal Soeropati, Vol 1, No 2. Diakses 18 Mei 2022, dari
Universitas Yudharta Pasuruan.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2017_1_801_Bab2.pdf, diakses
pada tanggal 17 Mei 2022

https://www.healthline.com/health/traumatic-events#responses-to-trauma, diakses pada


tanggal 18 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai