Anda di halaman 1dari 4

B.

Prosedur Umum Bimbingan Konseling

a. Prosedur Konseling
Prosedur adalah suatu proses atu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
suatu kegiatan. Sedangkan layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan
secara sembarangan, namun harus dilakukan dengan secara tertib berdasarkan
prosedur tertentu. Secara umum, prosedur bimbingan dan konseling dapat ditempuh
melalui langkah-langkah seperti tampak dalam bagan berikut :

Datang Sendiri/Dicari Identifikasi Kasus

Informasi yang Ada/Dicari Identifikasi Masalah

Informasi yang Ada/Dicari Diagnosis

Informasi yang Ada/Dicari Prognosis

Terapi/Treatmen

Evaluasi/Follow Up

1. Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menentukan peserta didik
yang diduga memerlukan layanan bimbingan konseling. Robinson dalam
Abin Yamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan
layanan bimbingan dan konseling, yaitu1 :
a. Call them approach, melakukan wawancara dengan memanggil
semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan
dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan
layanan konseing.
b. Maintain good relationship, menciptakan hubungan yang baik,
penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru
pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui
berbagai cara yang tidak hanya berbatas pada hubungan kegiatan
belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstrakurikuler,
rekreasi dan situasi-situasi informasi lainnya.

1
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Rosda Karya, 2003)
c. Developing a desire for counseling, menciptakan suasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang
dihadapinya. Misalkan, dengan cara mendiskusikan dengan peserta
didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes
inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan
cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan
belajar yang dihadapi peserta didik.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuain sosial.2
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik dapat berkenaan dengan
aspek :
1. Substansial-material
2. Struktural-fungsonal
3. Behavioral
4. Personality.

Untuk mengindentifikasi masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah


mengembangkan suatu instrumen unuk melacak masalah peserta didik,
dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (UAM). Imstrumen ini
sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta
didik, seputar aspek :

a. Jasmani dan kesehatan


b. Diri pribadi
c. Hubungan sosial
d. Ekonomi dan keuangan
e. Karier dan pekerjaan
f. Pendidikan dan pelajaran
g. Agama, nilai dana moral
h. Hubungan muda-mudi
2
Prayitno, dkk, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004)
i. Keadaan dan hubugan keluarga
j. Waktu senggang
3. Diangnosis
Diaognosis merupakan langkah untuk menetapkan masalah yang
dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang
dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan
menggunakan berbebagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul
kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya. Dalam
konteks proses belajar mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan
belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya.3 Faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau
kegagalan belajar peserta didik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Internal, faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik
itu sendiri seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat,
kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya.
2. Faktor Eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah
termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan
sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk memperkirakan apakah
masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta
menentukan berbagai alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan
ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus-kasus yang dihadapi.
5. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan,
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Pelaksanaan
ini tentu memakan banyak waktu, proses yang kontinu dan sistematis serta
memerlukan adanya pengamatan yang cermat. Dalam contohnya, pembimbing
melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah ditetapkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3
I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: Bina Ilmu, 1975), 105.
6. Evaluasi dan Follow Up
Langkah terakhir dalam penyelesaian masalah adalah proses
pengevaluasian terhadap hasil dari tahapan-tahapan sebelumnya. Sebagai
langkah untuk melihat atau menilai bagaimana program kerja seorang
konselor, apakah berhasil atau tidak dari adanya pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan teknik-teknik dan langkah-
langkah yang benar, sehingga membutuhkan pengamatan dalam jangka waktu
yang lama. Indicator dalam evaluasi ini adalah, sampai sejauh mana sasaran
tercapai. Keputusan untuk menghentikan adalah usaha bersama antara klian
dan konselor, meskipun klien merupakan determinator utama bila sasaran
sudah tercapai. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut dilihat
perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.4
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, DEPDIKNAS
telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu :
a. Berkembangnya pemahaman baru yang diperolehpeserta didik
berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan.
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah
pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengetasan masalah yang dialaminya.

4
Sumarto, Bimbingan dan Konseling (Jambi: Pustaka Ma’arif Press, 2018), 51-52.

Anda mungkin juga menyukai