Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

NABI MUHAMMAD SEBAGAI PRAKTISI PENDIDIKAN


Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu :

Syamsul Huda, M.Ag

Disusun oleh :

Catur Sriwulandari 932120018

KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020
A. Pendahuluan

Pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode,
Makkah dan Madinah.intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada
Alquran dan sunnah. Nabi Muhammad merupakan guru sekaligus pelopor pendidikan
Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai. Dalam makalah
ini akan membahas pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan Madinah
serta pemikiran pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan hadis.
Ilmu di masa Rasul merupakan hal yang sangat berharga. Seseorang tidak akan
sanggup menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi
serta jiwa yang bersih dari berbagai sifat tercela. Dengan jalan ilmu dan amal serta
kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu Allah
SWT.
Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, akan tetapi tidak
mengabaikan segi pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dll. Dengan
demikian pendidikan Islam merupakan pendidikan yang komprehensif. Selain itu,
pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang keimanan dan aqidah. Pada masa
Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah, kesusasteraan dan
kebendaan.

B. Pembahasan
Filsafat pendidikan Islam adalah pembahasan tentang hakikat kemampuan
Muslim untuk dapat dibina, dikembangkan dan dibimbing, sehingga menjadi
manusiayang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.
Kehidupan di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira pada
tahun 610M. Nabi Muhammad mendapatkan wahyu surat Al-Alaq ayat 1-5,
kemudian disusul oleh wahyu surat Al Mudatsir ayat 1-7. Dengan turunnya wahyu
itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah SWT berupa tugas mendidik
dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang
lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, orang-orang terdekatnya
dengan sembunyi-sembunyi. Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi
menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan para
sahabat. Di tempat itulah sejarah pendidikan Islam pertama dimulai. Disana Nabi
mengajarkan pokok-pokok agama Islam kepada para sahabat dan membacakan ayat-
ayat Al-Quran serta sholat berjamaah.
Lalu turun wahyu surat Al-Hijr ayat 94 menyuruh Nabi menyiarkan agama
Islam dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya.
Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan para sahabat. Nabi tetap
melakukan
penyiaran Islam dan mendidik para sahabat, serta mengajarkan Al-Qur’an yang
merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam.
Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan
moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa
pembinaan pendidikan Islam di Makkah meliputi:
1. Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan
dengan nama berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam
semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak
baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman1

Kehidupan di Madinah
1
Hamim Hafiddin, Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015 (17-30)
Pada periode Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang
sosial dan politik. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan sebagai
kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan
dan pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan
politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat
yang bersatu padu secara intern dan ekstern serta disegani oleh masyarakat lainnya
(sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah2:
1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan
anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara.
2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan
kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan
kemampuan masing-masing
3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syariat zakat dan
puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung
jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
4. Penerapan kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru
di Madinah seperti disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu,
seperti shalat jumat yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan
sholat adanya jumat hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk
secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW.
5. Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah. Dalam
perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum
muslimin serta saling membantu jika ada serangan musuh terhadap Madinah.
Disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas
beribadah menurut kepercayaannya
b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan

2
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Hlm 26-27.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu
adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang
turun selama periode Madinah.

Pemikiran Pendidikan Islam Dalam Al Quran


Sebagai kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-
Qur’an menjadi sumber pendidikan Islam pertama dan utama. Al-Qur’an merupakan
petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia dan bersifat universal.3 Keuniversalan ajarannya mencakup ilmu
pengetahuan yang tinggi. Segala kegiatan dan proses pendidikan Islam harus
berorientasi kepada prinsip dan nilai-nilai al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa hal yang sangat positif guna
pengembangan pendidikan. Hal-hal itu, antara lain; penghormatan kepada akal
manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara
kebutuhan sosial. Al-Qur’an memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi
pengembangan kebudayaan umat manusia yang merupakan sumber pendidikan yang
terlengkap, baik itu pendidikan sosial, moral, spritual, material serta alam semesta.
Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan
pernah mengalami perubahan. Kemungkinan terjadi perubahan hanya sebatas
interpretasi manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan
pemaknaannya, sesuai dengan konteks zaman, situasi, kondisi, dan kemampuan
manusia dalam melakukan interpretasi. Ini merupakan pedoman normatif-teoritis
bagi pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Isinya
mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh seluruh potensi manusia,
baik itu motivasi agar manusia mempergunakan akalnya, lewat perumpamaan-
perumpamaan (tamsîl) Allah SWT dalam al-Qur’an, maupun motivasi agar manusia
mempergunakan hatinya untuk mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan Ilahiah

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), Hlm13-14.
dan sebagainya. Kesemua proses ini merupakan sistem umum pendidikan yang
ditawarkan Allah dalam al-Qur’an agar manusia dapat menarik kesimpulan dan
melaksanakan kesemua petunjuk tersebut dalam kehidupannya sebaik mungkin.
Mourice Bucaille mengagumi isi kandungan al-Qur’an dan berkata bahwa al-Qur’an
merupakan kitab suci yang obyektif dan memuat petunjuk bagi pengembangan ilmu
pengetahuan modern. Kandungan ajarannya sangat sempurna dan tidak bertentangan
dengan hasil penemuan sains modern. Dari penafsiran terhadap ide-ide yang tertmuat
dalam al-Qur’an, sains modern dapat berkembang dengan pesat dan memainkan
peranannya dalam membangun dunia ini.4 Menurut Abdurrahman Saleh, karena al-
Qur‟an memberikan pandangan yang mengacu kehidupan di dunia ini, maka asas-
asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam.
Al –Qur’an memiliki misi dan implikasi kependidikan yang bergaya
imperatif, motivatif, dan persuasive-dinamis, sebagai suatu sistem pendidikan yang
utuh dan demokrasi lewat proses manusiawi. Proses kependidikan tersebut bertumpu
pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah masing-masing individu peserta didik,
secara bertahap dan berkesinambungan, tanpa melupakan kepentingan
perkembangan zaman dan nilai-nilai Ilahiah. Kesemua proses kependidikan Islam
tersebut merupakan proses konservasi dan transformasi, secara internalisasi nilai-
nilai dalam kehidupan manusia sebagaimana yang diinginkan oleh ajaran Islam.
Dengan upaya ini, diharapkan peserta didik mampu hidup secara serasi dan
seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Pemikiran Pendidikan Islam Dalam Hadis


Al-Hadits merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an
yang merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik yang ada di
dalam Al-Qur’an maupun yang dihadapi dalam persoalan kehidupan kaum muslim
yang disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan
landasan pendidikan Islam. Kedudukan hadis dalam kehidupan dan pemikiran Islam

4
Maurice Bucaille, Bibel Al-Qur’an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979),
Hlm 375.
sangat penting, karena disamping memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan
dalam Al-Qur’an, juga memberikan dasar pemikiran yang lebih konkret mengenai
penerapan berbagai aktivitas yang mesti dikembangkan dalam kerangka kehidupan
umat Islam. Banyak hadis Nabi yang memiliki relevansi ke arah dasar pemikiran dan
implikasi langsung bagi pengembangan dan penerapan dunia pendidikan. Meskipun
secara umum telah terkandung dalam al-Qur’an, namun penjelasannya sebagian
masih bersifat global.
Dari sini dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi hadis Nabi sebagai
sumber pendidikan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Eksistensinya merupakan
sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan nabi
dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an, maupun yang masih
memerlukan penjelasan lebih lanjut secara terperinci.
Dalam dataran pendidikan Islam, terdapat dua bentuk acuan, yaitu: Pertama,
sebagai acuan syariah: yang meliputi muatan-muatan pokok ajaran Islam secara
teoritis. Kedua, acuan operasional-aplikatif yang meliputi cara Nabi memainkan
peranannya sebagai pendidik dan sekaligus sebagai evaluator yang adil dan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana cara
Nabi melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga dalam waktu singkat mampu
diserap oleh para sahabat.
Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW.
merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal,
sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan masyarakat serta
kondisi alam di mana proses pendidikan berlangsung dengan dibalut oleh akidah
Islamiah. Dalam konteks ini, pendidikan Islam yang dilakukan Nabi dapat terbaagi :
a. Pola pendidikan saat Nabi di Mekah. Pada masa ini, Nabi memanfaatkan potensi
masyarakat Mekkah dengan mengajaknya membaca, memperhatikan dan
memikirkan kekuasaan Allah, baik yang ada di alam semesta maupun yang ada
dalam dirinya. Melanjutkan tradisi pembuatan syair-syair yang indah dengan
nuansa islami, serta pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, merubah kebiasaan
masyarakat Mekkah yang selama ini memulai suatu pekerjaan menyebut nama-
nama berhala, dengan nama Allah (Basmalah), dan sebagainya. Secara konkrit,
pemetaan pendidikan Islam pada periode ini dapat dibagi pada empat aspek
utama, yaitu : pendidikan akhlak dan budi pekerti, dan pendidikan jasmani
(kesehatan), seperti menunggang kuda, memanah, dan menjaga kebersihan.
b. Kedua, pola pendidikan saat nabi di Madinah. Secara geografis, Madinah
merupakan daerah agraris. Sedangkan Mekkah merupakan daerah pusat
perdagangan. Ini membedakan sikap dan kebiasaan masyatakat di kedua daerah
tersebut. Masyarakat Madinah merupakan msyarakat petani yang hidup saling
membantu antara satu dengan yang lain. Melihat kondisi ini, pola pendidikan
yang diterapkan Nabi SAW. lebih betorientasi pada pemantapan nilai-nilai
persaudaraan antara kaum muhajirin dan anshaar pada satu ikatan. Untuk
mewujudkan ini, pertama-tama nabi mendirikan mesjid sebagai sarana yang
efektif. Materi pendidikannya lebih ditekankan pada penanaman ketauhidan,
pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, dan sopan santun (adab). Kesemua
ini berjalan cukup efektif, karena, di samping motivasi internal umat waktu itu,
kharisma dan metode yang digunakan Nabi mampu mengayomi seluruh
kepentingan masyarakat secara adil dan demokratis. 5 Dengan mengacu pada pola
ini menjadikan pendidikan Islam sebagai piranti yang tangguh dan adaptik dalam
mengantarkan peserta didiknya membangun peradaban yang bernuansa Islami.

5
Nouruzzaman Shiddiqi, Jeram-jeram Peradaban Muslim, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), Hlm
102-105.
PENUTUP

Kesimaapulan
Pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode,
Makkah dan Madinah.intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan
pada Alquran dan sunnah. Nabi Muhammad yang merupakan guru sekaligus
pelopor pendidikan Islam.

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan


tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam
perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan


sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan
politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.
Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia
yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal.
Keuniversalan ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi. Segala
kegiatan dan proses pendidikan Islam harus berorientasi kepada prinsip dan
nilai-nilai al-Qur’an.
Al-Hadits merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah Al-
Qur’an yang merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik
yang ada di dalam Al-Qur’an maupun yang dihadapi dalam persoalan
kehidupan kaum muslim yang disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad
SAW yang dapat dijadikan landasan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Bucaille. Maurice, Bibel Al-Qur’an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi, Jakarta : Bulan
Bintang, 1979.
Hafiddin. Hamim, Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah, UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015 (17-30)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1994.
Shiddiqi. Nouruzzaman, Jeram-jeram Peradaban Muslim, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1996.
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992.

Anda mungkin juga menyukai