karier
Klien – klien serigkali datang ke konseling karier
dengan perasaan bahwa mereka “mestinya” berbeda
dalam ar tertentu dengan bagaimana kenyataan mereka
sekarang “individualitas mereka belum dibiarkan
mekar”
Carl Rogers (1965) mendeskripsikan “Conditions of
Worth” oelh orang tua kepada seorang anak. CoW
dapat membatasi perkembangan alamiah dan
membentangi potensi dan kepribadian, menghambat
perkembangan seseorang dengan berbagai cara. Jika
orang tidak hidup menurut harapan orang tua, perasaan
gagal dan kebingungan dapat terjadi.
Contoh kasus
Mary masuk SMA khusus untuk anak perempuan. Ayahnya adalah
pekerja kasar dan ibunya menjadi pelayan di toko kue. Meskipun
Mary berprestasi baik di sekolah, ia tidak menganggap dirinya cukup
pandai untuk masuk universitas. Tidak ada seorangpun di
keluarganya yang kuliah dan Mary tidak mau repot-repot untuk
mendaftar kuliah. Ia lulus SMA dengan nilai sangat baik dan tidak
bekerja selama beberapa bula sehingga akhirnya menemukan
pekerjaan klerikal di Bank. Ia bekerja dengan baik di sana namun
menganggap pekerjaannya membosankan. Umur 26 mendapat
dorongan dan semangat untuk daftar kuliah, ayahnya tidak
memahami kenapa Mary mau lanjut sekolah dan mengatakan “ kau
sudah menemukan pekerjaan yang baik”. Mary sudah ditawari
tempat kuliah, tap pada mnit terakhir ia menemukan dirinya tidak
mampu menjalani perkuliahan.
Jadi melalui konseling karier, Mary meyadari bahwa
perasannya sebagai orang yang dari dari apa yang
diseskripsikannya sebagai “latar belakang kelas
pekerja” telah menimbulkan ambivalen (bercabang
dua) tentang menjalani kuliah.
Merasa bahwa gelar sarjana hukum hanya untuk
orang-orang kelas menengah dan ia tidak cukup bagus
untuk itu.
Konselor mengalami sebuah backlog (tumpukan
pekerjaan) individu dari kelompok-kelompok
minoritas yang telah mengalami dikriminasi di bidang
pendidikan dan pekerjaan (seperti Mary) telah
dinternalisasi oleh orang-orang itu.
Masalah yang berkaitan dengan
keseimbangan pekerjaan-kehidupan
Isu-isu keseimbangan pekerjaan dan kehidupan menjadi masalah
bagi banyak klien yang datang untuk konseling karier.
Masalah kurangnya keseimbangan sering timbul pada pada orang-
orang diakhir usia duapuluhan atau sesudahnya. Banyak anak-anak
mudah berusaha mengindari perangkap dimana orang-orang yang
lebih tua jatuh.
Masalah perampingan perusahaan, meningkatkan tingkat
persaingan, keuntungan rendah, hanya segelintir faktor yang
brekontribusi pada tekanan tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Berarti jam kerja lebih panjang, kerja lembur bagi orang – orang
yang pasti memiliki pengeluaran finansial besar.
Isu-isu tentang keseimbangan pekerjaan –kehidupan sering timbul
untuk klien-klien yang sedang menjalani transisi kehidupan, atau
yang memiliki atau mempertimbangkan untuk memiliki anak
Jika seorang klien memiliki masalah keseimbangan kehidupan dan
pekerjaan, seringkali ada konflik nilai-nilai yang mendasarinya.
Seperti ilustrasi kasus berikut:
Jeanet umu 24 Tahun punya 2 anak empat tahun dan enam bulan.
Kadang menerima tunjangan kesejahteraan kadang tidak sejak
anak-anaknya lahir. Bekerja di restoran cepat saji sejak masih
SMA. Pekerjaannya lumayan tapi mengharuskan untuk bekerja
sepanjang hari serta merasa sulit untuk bekerja selama masa
kehamilan. Suami tidak lama mendampingi karena selalu
bertengkar menyebabkan perpisahan. Sejak anak pertama berumur
3 tahun, tetangganya mau menjaga anak-anaknya sehingga dia bisa
mendapatkan pekerjaan menjadi seorang telemarketing dan ia tidak
menyukai pekerjaan tersebut. Merasa depresi ketika neneknya
meninggal dan ia keluar dari pekerjaannya. Sekarang dia tidak
punya energi untuk membereskan semuanya. Bingung dengan apa
jenis pekerjaan yang bisa ia lakukan. (McDonald, 2002)
Implikasi bagi konselor karier
Konselor karier perlu mendorong klien untuk megambil
keputusan tentang keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan yang tepat guna bagi individu yang
bersangkutan di waktu hidupnya saat itu.
Harus berhati-hati untuk tidak membiarkan keyakinannya
tentang laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan
keluarga dan pekerjaan memngaruhi konseling karier.
Diskusi tentang keseimbangan pekerjaan-kehidupan
sering mengungkapkan isu-isu personal yang belum
teratasi, dan konselor karier seharusnya sensitif dengan
potensi kebutuhan rujukan ke konseling personal.
Masalah – masalah mengambil keputusan
Mina memiliki prestasi sangat bagus dan masuk fakultas ilmu sains di
salah satu perguruan tinggi. Tetapi selama tiga tahun kuliah, dia menjadi
tidak termotivasi dengan kuliahnya dan ini takmpaknya berkaitan dengan
kurang atau tidak adanya pengarahan karier. Eksplorasi di beberapa sesi
konseling karier, mengungkapkan bahwa Mina belum pernah sekalipun
mengambil keputusan pendidikannya sendiri, tetapi mengikuti dengan
patuh saran dari guru-gurunya. Terlepas dari kemampuannya, ia juga
takut membutan komitmen dengan karier tertentu karena takut salah dan
gagal.