Anda di halaman 1dari 18

Nama : Supriman D.

Siki
NIM : 19145002
Semester : VII (Tujuh)
Podi : BKPI

TUGAS RESUME
KONSELING ORANG DEWASA DAN LANSIA

TUGAS I:

Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangngya kemampuan
reproduktif.

Ciri-ciri fisik dewasa awal, yaitu:


 Efisiensi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23-27 tahun;
 Kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi, pada perempuan
menjadi masa kesuburan yang baik
 Kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak
 Kesehatan fisik berada pada keadaan baik.

Perkembangan fisik :
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti
sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar merupakan
dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya
akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami
penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata
juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki
usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu
kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih
dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-
laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.
Menurut Anderson terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
 Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
 Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien
 Mengendalikan perasaan pribadi
 Keobjektifan
 Menerima kritik dan saran
 Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi
 Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru
Menurut Vailant (1998)[8], membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa
pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa
konsolidasi (30-40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan.
Masa transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan
melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.

Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal:


Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa
awal menurut R.J. Havighurst, telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam
masa dewasa awal sebagai berikut:
 Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
 Belajar hidup bersama dengan suami istri.
 Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
 Mengelolah rumah tangga.
 Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
 Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak.
 Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.

Penyesuaian Terhadap Perkembangan Fisik:


Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai
puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Yang meliputi:
 Kesehatan badan  Sensori  Otak
Orang dewasa awal berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi, daya tahan dan fungsi
motorik. Ketajaman visual paling menonjol di usia 20 hingga 40 tahun, pengecapan, pembauan
serta sensitivitas terhadap rasa sakit dan suhu umumnya bertahan hingga usia paling tidak hingga
45 tahun. Namun demikian, pendengaran secara bertahap berkurang, terutama suara nada tinggi,
mulai hilang sejak remaja dan makin jelas setelah usia 25 tahun.

Kecerdasan Emosional:
Salovey dan Mayer mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
memahami dan meregulasi emosi; suatu komponen penting dari tingkah laku yang efektif dan
inteligen. Orang dewasa awal memilki kecerdasan emosional yang jauh lebih baik daripada
ketika ia masih remaja.
Kompetensi dari kecerdasan emosional menurut Goleman meliputi: kesadaran diri
(kesadaran emosional, asesmen diri yang akurat dan kepercayaan diri), manajemen diri (kontrol
diri, dapat dipercaya, kecermatan, kemampuan beradaptasi, dorongan prestasi dan inisiatif),
kesadaran sosial (empati, orientasi melayani, kesadaran dan organisasional) dan manajemen
hubungan (mengembangkan orang lain, komunikasi, manajemen konflik, menjalin ikatan, dll).
Masa dewasa awal adalah masa pencarian, penemuan, pemantapan dan masa reproduktif, yaitu
suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian
diri pada ola hidup yang baru.

Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut Kreittner & Kinicki
yaitu:
1. Pemenuhan 4. Keadilan (Equity)
2. Perbedaan (Discrepancies) 5. Komponen Genetik (Genetic
3. Pencapaian Nilai (Value Attainment) Components)

Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja, yaitu :
 Gaji/Upah  Hubungan dengan Rekan Kerja
 Kondisi Kerja  Ketekunan
 Hubungan Kerja
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically es-tablished), seseorang harus
memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang
sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun
mengerjakan tanggung jawab pekerja-annya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci
dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan
mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram
(gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang
belum cocok dengan pekerja-an dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera
pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka
yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan
menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulimya
mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.

Keberagaman pada orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


 Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan
sekedar ikut-ikutan
 Cenderung bersisfat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku
 Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan
 Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap hidup
 Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
 Bersikap lebih kritis terhadap materiajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani
 Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing,
sehingga terlihhat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya
 Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan social, sehingga
perhatian terhadap kepentingan oraganisasi social keagamaan sudah berkembang.
Setiap orang dewasa mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang pemunculannya sangat
bergantung pada kepentingan orang dewasa tersebut. Berkenaan dengan ini, Maslow mengajukan
need hierarchy theory untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat kebutuhan
orang dewasa. Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan orang dewasa dapat digolongkan
kedalam lima tingkatan. Adapun kelima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :
 Kebutuhan yang bersifat biologis;
 Kebutuhan rasa aman;
 Kebutuhan-kebutuhan sosial;
 Kebutuhan akan harga diri;
 Kebutuhan untuk berbuat yang
terbaik.
TUGAS II:

Masa dewasa pertengahan (middle age) atau usia madya atau disebut juga setengah
Menurut Hurlock, tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa madya adalah sebagai berikut:
baya/paruh baya adalah masa usia antara 40 sampai 60 tahun yang biasanya ditandai oleh adanya
perubahan fisik, mental dan minat Hurlock. Masa dewasa madya merupakan sebuah masa yang
unik karena terjadinya loss and gain balance pada masa tersebut. Losses and gains terjadi
seimbang baik pada aspek biologis maupun sosiokultural, seperti pendidikan, karier, dan
relationship.
Menurut Santrock , usia madya merupakan masa kritis dimana generativitas atau
kecenderungan untuk menghasilkan mengalami stagnasi atau kecenderungan untuk tetap
berhenti akan dominan.
 Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
 Usia madya merupakan masa transisi
 Usia madya adalah masa stres
 Usia madya adalah usia yang berbahaya
 Usia madya adalah usia canggung
 Usia madya adalah masa berprestasi
 Usia madya merupakan masa evaluasi
 Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
 Usia madya merupakan masa sepi
 Usia madya merupakan masa jenuh

Menurut Santrock, perkembangan fisik yang terjadi pada usia dewasa madya antara lain,
yaitu sebagai berikut:
 Perubahan fisik  Seksualitas. Angka Kematian
 Kesehatan dan penyakit

Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
 Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan
manusia.
 Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
 Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini
orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
 Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan
masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

Psikologis pada Masa Dewasa Madya


 Kecenderungan untuk Menghasilkan
 Mulai Memiliki Rasa Berbagi
 Keinginan Mengajarkan Apa yang Sudah Mereka Ketahui Semasa Hidupnya
 Terjadi Perubahan Kepribadian
 Berpusat pada Dunia Luar
 Periode Usia Madya Semakin Terasa
 Berusaha untuk tidak Dikenal Orang Lain
 Idealisasi Anak Muda
 Perubahan Peran
 Perubahan Keinginan dan Minat
 Simbol Status
 Aspirasi yang tidak Realistis

Perkembangan Sosial Dewasa Madya:


 Pernikahan dan Cinta
 Sindrom sarang kosong
 Hubungan Persaudaraan dan persahabatan

Perubahan kondisi bekerja yang mempengaruhi pekerja usia madya


 Sikap sosial yang tidak menyenangkan
 Strategi perekrutan karyawan
 Meningkatkanpenggunaanotomatisasi
 Kerja kelompok
 Peranan istri
 Masa pension wajib
 Kekuasaan bisnis besar
 Relokasi

James Fowler mengembangkan teori perkembangan religiusitas (keberagamaan). Menurut


Fowler, ada 6 tahap keberagamaan, yaitu:
1. Keyakinan Proyek Intuitif (Intuitive-Project Faith)
2. Keyakinan Terhadap Hal-Hal yang Mistik (Mysthic-Literal Faith)
3. Keyakinan Sintetis-Konfesional (Synthetic-Convetional Faith)
4. Keyakinan Refleksi ke dalam Diri Sendiri (Individuative-Reflective Faith)
5. Keyakinan Konjungtif (Conjungtive Faith)
6. Keyakinan Universal (Universalizing Faith)

Adapun sifat Religuitas usia madya yang lain sbb.


 Menerima sebuah keyakinan untuk beragama tidak hanya sekedar ikut-ikutan pada orang
lain tetapi sudah melalui pemikiran matang terlebih dahulu.
 Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan tingkah laku.
 Terus memperdalam ilmu tentang keagamaan, tak lupa juga untuk menerapkan norma-
norma atau atuaran yang berlaku sesuai dengan ketetapan di agamanya.
 Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi sikap hidup.
 Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. Bersikap lebih kritis terhadap
materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan
pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.

Berikut ini dijelaskan keempat kebutuhan orang dewasa menurut Morgan :


1. Kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. biasa, sehinggah tercapai kelebihan atau
keunggulan dalam bidang tertentu.
TUGAS III

Menurut Masykuroh, Orang dewasa akhir atau lanjut usia (lansia) dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa beberapa jenis di bawah ini:
 Young Old (60 – 69 tahun),
 Middle Old (70 – 79 tahun),
 Old-old (80 – 89 tahun),
 Very Old-Old (90 tahun ke atas)

Proses perubahan Biologis pada Lanjut usia :


 Pengurangan massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan Jumlah
cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-
garis yang menetap.
 Lanjut usia terlihat kurus.
 Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan menurun.
 Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C dan asam
folat.
 Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang
mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia.
 Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan berkurang pada
proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapa zat-zat gizi juga menurun
terutama lemak dan kalsium.
 Penurunar mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernpa seperti perut
kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan dan terjadinya asir.
 Penuruna kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk makan.
 Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek,
melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutk n sesuatu yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari disebut dengan
demensia/pikun.
 Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga
dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar kesadaran
(incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi minum, sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi.

“Sensus penduduk tahun 2020 mencatat jumlah lansia di Indonesia mencapai 26,82 juta
jiwa atau sekitar 9,92 % dari populasi. Sementara PBB juga merilis data bahwa Indonesia
tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak ke-8 di dunia”.

Ciri-ciri masa lanjut usia:


 Sistem kardiovaskular
 Sistem pencernaan
 Otak dan sistem saraf
 Sistem kekebalan
Menurut E. M. Rodriguez, B. Berent Maoz, dan Kenneth Dorsjkind dalam jurnal Cause,
Consequences, and Reversal of Immune System Aging (2013) efek penuaan pada sistem
kekebalan tampak pada berbagai tingkat mencakup:
o Penurunan produksi sel B dan sel T
o Penurunan fungsi limsfosit
 Sistem endokrin
 Sistem rangka dan gerak

Tugas-tugas perkembangan lanjut usia meliputi :


penyesuaian kondisi fisik, menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan
relasi baru dengan kelompok sebaya, memenuhi kewajiban social dan warga negara,
menyesuaikan dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun serta melakukan aktivitas fisik
yang sesuai.

Perubahan fisik yg dialami pada masa lansia:


 perubahan kulit menjadi kering dan keriput
 perubahan otot menjadi kendor
 gigi menjadi kering patah dan tanggal
 mata terlihat kurang bersinar
 fungsi pendengaran menjadi menurun

Psikologis yang sering dialami oleh lansia antara lain:


depresi, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dementia, alzheimer dan sindroma
diagnosis. Gangguan psikologis pada Lansia ini dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.

Alasan penduduk lansia masih bekerja:


adalah untuk mencukupi kebutuhan, sedangkan alasan penduduk lansia tidak bekerja
adalah karena kondisi badan sudah tidak kuat lagi.
Seperti dikutip dari laman resmi Kemenko PMK pada Minggu (7/5/2017), permasalan
yang dihadapi lansia itu adalah kesehatan berupa menurunnya kemampuan fisik dan mental.
“Sekitar 4,8% lansia miskin menyandang disabilitas. Jenis disabilitas terbesar adalah
tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa”.
Pertama, masalah ekonomi berupa menurunnya produktivitas kerja, terbatasnya
kesempatan kerja, dan tidak dimilikinya jaminan sosial. Kemiskinan, sambungnya, menjadi
ancaman kesejahteraan terbesa bagi lansia sebab pendapatan rendah, kesehatan dan gizi buruk,
serta akses terhadap pelayanan dasar berkurang.
Kedua, masalah sosial yang diakibatkan dari perubahan pola kehidupan, sistem
kekeluargaan, nilai sosial ketelantaran, korban tindak kekerasan, serta social exclusion.
Kemiskinan anak atau keluarga, menurut Ade, sering menyebabkan lansia telantar.

Religuitas pada manusia usia lanjut adalah:


 Kahidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan /
kematangan beragama.
 Meningkatnya kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan.
 Mulai muncul pergaulan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih
bersungguh-sungguh.
TUGAS IV:

IDENTIFIKASI BERBAGAI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN LANSIA


Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.
Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tenteram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia,
sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.

B. UPAYA-UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LANSIA


Kebutuhan hidup diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut
sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi:
 Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,
sandang, papan, seks dan sebagainya.
 Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,
kebebasan, kemandirian dan sebagainya.
 Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian,
olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.
 Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan
keberadaannya.
 Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya
masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis
dasar. Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya
tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Jika kebutuhan- kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah- masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang
akan menurunkan kemandiriannya.
Tidak semua lansia penghuni PSTW Budi Sejahtera dalam kondisi sehat jasmani, ada
beberapa orang yang sudah mengalami penyakit-penyakit tua seperti pikun, rabun, pendengaran
berkurang dan lain-lain, meskipun kondisi fisiknya sehat terlihat kira-kira sekitar 25%. Kondisi
kesehatan yang terjadi pada lansia yang ada di PSTW Budi Sejahtera, pada kenyataannya, seperti
kondisi lansia pada umumnya, Antara lain:
 Kulit mereka mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garisgaris menetap
 Rambut kepala mulai memutih/beruban
 Gigi mulai lepas (ompong)
 erat badan menurun
 Penglihatan dan pendengaran berkurang
 Mengalami penyakit seperti: ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan), Hipertensi, Darah
rendah, sering berhalusinasi/ cerita sendiri, batuk pilek, pusing- pusing, gatal, dan nyeri
pada kaki dan lutut.
 Sedangkan untuk kemampuan kognitifnya juga mengalami penurunan, yaitu ingatan tidak
berfungsi dengan baik, ingatan terhadap hal- hal di masa muda lebih baik dari pada hal-
hal yang baru saja terjadi, dan sulit menerima ide- ide baru.
 Kemampuan motoriknya, karena system keseimbangannya menurun, karena itulah lansia
mudah lelah jatuh, gerakan menjaid lamban dan kurang lincah.
 Dari segi afektifnya, lansia lebih sering dan lebih mudah marah, sehingga dapat
menimbulkan pertengkaran dengan sesama teman di wisma.
Bimbingan ini dapat diwujudkan melalui pelaksanaan ibadah, etika pergaulan, penanaman
budi pekerti dan sikap yang normatif. Pembinaan ini dilaksanakan dengan tujuan:
 Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi mental spiritual.
 Meningkatkan kesadaran dan motivasi untuk melaksanakan ibadah.
 Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran iman, tanggung jawab moral dan
pengembangan kepribadian lansia.
TUGAS V:

PENGENALAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERGERAK DIBIDANG PELAYANAN


LANSIA
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha ( BPSTW) DIY, sebagai salah satu unsur pelaksana
teknis di Dinas Sosial DIY mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut
usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat, baik yang
berada di dalam Balai Pelayanan maupun yang berada di luar Balai Pelayanan. BPSTW sebagai
lembaga pelayanan sosial lanjut usia berbasis Balai Pelayanan yang dimiliki pemerintah dan
memiliki berbagai sumberdaya perlu mengembangkan diri menjadi Institusi yang progresif dan
terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat.

PENGEMBANGAN PROGRAM BK LANSIA


Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial,maka program pokok yang dilaksakan
antara lain:
 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti
 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
 Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
 Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

a. Sasaran
Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
 Lanjut Usia  ORSOS /LSM
 Keluarga  Masyarakat

b. Tujuan
 Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan sejahtera
 Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani
 Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia
 Tewrwujutnya kwalitas pelayanan.
c. Sifat Pelayanan
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baikyang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun maupun masyarakat mengandung sifat frepentif , kuratif dan rehabilitatif.
Prefentif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang di arahkan untuk pencegahan timbulnya
masalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan melalui upaya
pemberdayaan keluarga , kesatuan kelompok –kelompok didalam masyarakat dan lembaga atau
organisasi yang peduli terhadap peningkatan kesejahteraan lanjut usia ,seperti keluarga terdekat
/adat, kelompok pengajian , kelompok arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI,
BK 3 S, K3 S.
Kuratif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk
penyembuhan atas gangguan-gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik , psikis
maupun sosial. Rehabilitatif atau pemulian kembali , Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi
sosial setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya.

d. Prinsip Pelayanan
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO. 46/1991
tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang pada dasarnya berisi
himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi kemandirian, partisipasi,
pelayanan, pemenuhan diri dan martabat , Yaitu:
 Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
 Melaksanakan ,mewujutkan hak azasi lanjut usia.
 Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
 Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
 Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.
 Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan kemitraan
dengan berbagai pihak.
 Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat memperoleh
kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta perlindungan sosial dan hokum.
 Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan
prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hokum.
 Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana.
 Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan kemampuan.
 Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya. Kusus untuk panti, menciptakan
suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.

e. Proses Pelayanan
Dalam panti dan luar panti
1. Persiapan
 Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia penerima
pelayanan , keluarga dan masyarakat
 Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut usia dan
keluarganya/yang mewakili)
 Kontak( kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara klien
dengan pihak panti/pekerja sosial/orsos
 Pengungkapan masalah lanjut usia
 Rencana tindak/intervensi
 Pelaksanaan Pelayanan
 Pelayanan social
 Pelayanan fisik
 Pelayanan psikososial
 Pelayanan ketrampilan
 Pelayanan keagamaan/ spiritual
 Pelayanan pendampingan
 Pelayanan bantuan hokum.
2. Monitoring dan evaluasi .

 Terminasi.

 Pembinaan lanjut.
REFERENSI:

Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Petunjuk Teknis dan Informasi Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Pada PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
Selatan.

Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Pedoman Pelayanan dan Pembinaan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.

Siti Rahmah. 2013. Bimbingan Keagamaan Lansia di panti Sosial Tresna Werdha budi Sejahtra.
Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 23, 63-83

Balai PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Wilayah Duet sari, Pakenbinangun, Pakem, Sleman,
Yogyakarta.

https://kurniawan-ramsen.blogspot.com/2013/05/prorgam-pelayanan-untuk-lansia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai