Di susun oleh :
1. DEVIANA NOKIA R (30902300)
2. EKA CINDY ALINA (30902300255)
3. INDAH NUR H (30902300312)
4. KHOFIFAH LILIA DEWI (30902300310)
5. NADA DERMAWAN (309023003101
6. NADIA AMALIA S (30902300303)
7. SEPIA TRESIA (30902300305)
8. YULIA TANTRI (30902300313)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Salah satu tahap perkembangan manusia adalah menjadi Dewasa. Dalam
kajian ilmu psikologi perkembangan tahap dewasa juga dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu dewasa awal, dewasa menengah dan dewasa akhir. Menjadi dewasa merupakan
tahap puncak perkembangan kesehatan kehidupan, kebugaran fisik dan memiliki
potensi untuk menjadi tahap perkembangan yang sangat positif dibandingkan remaja.
Pada dewasa awal memiliki peluang yang besar untuk mengeksplorasi diri tetapi juga
menghadapi tantangan yang besar (Halfon, 2017). Tahap dewasa awal disebutkan
tahap seseorang yang sudah melewati masa remaja dan dianggap mampu hidup
secara mandiri. Individu dewasa awal dianggap mampu menentukan masa depan dan
juga dianggap mampu mengatur kehidupannya secara mandiri. Hal ini dikarenakan
seseorang harus melakukan penyesuaian dengan peran barunya yaitu dalam
pernikahan atau pekerjaan. Apabila seorang individu tidak dapat mengatasinya,
maka akan menimbulkan masalah. Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-
an), kondisi emosionalnya tidak terkendali (Herawati & Hidayat, 2020).
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan
fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi
sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa
dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang
didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan
bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan
kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson
(dalam Mappiare: 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai
berikut:
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada
perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang
yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan
tujuantujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan
tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaanperasaan
orang lain.
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritikkritik
dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau
memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk
mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya
tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia
bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap
usaha-usahanya.
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki
ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang
dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
Fase interaksi dalam asuhan keperawatan kesehatan jiwa untuk dewasa awal
mencakup berbagai tahapan yang melibatkan interaksi antara perawat dan klien.
Berikut adalah beberapa fase interaksi yang penting dalam asuhan keperawatan sehat
jiwa untuk dewasa awal:
1. Pengumpulan Informasi (Assessment): Pada tahap ini, perawat
mengumpulkan data tentang klien, termasuk riwayat kesehatan jiwa, faktor
sosial, dukungan keluarga, dan informasi lain yang relevan. Interaksi dalam
fase ini mencakup wawancara, observasi, dan penggunaan alat evaluasi
kesehatan jiwa.
2. Pembentukan Hubungan Terapeutik (Therapeutic Relationship Building): Ini
adalah fase di mana perawat membangun hubungan saling percaya dengan
klien. Ini melibatkan empati, kehadiran fisik dan emosional yang positif, dan
komunikasi yang terbuka. Pembentukan hubungan terapeutik penting untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
3. Penetapan Tujuan Bersama (Goal Setting): Klien dan perawat bekerja sama
untuk menetapkan tujuan perawatan yang realistis dan dapat dicapai. Interaksi
dalam fase ini membutuhkan diskusi terbuka dan jelas tentang harapan dan
tujuan yang diinginkan oleh klien.
4. Pengembangan Rencana Perawatan (Care Planning): Berdasarkan data yang
terkumpul dan tujuan yang ditetapkan, perawat bekerja sama dengan klien
untuk merancang rencana perawatan yang mencakup intervensi dan strategi
yang sesuai.
5. Implementasi Perawatan (Care Implementation): Pada tahap ini, interaksi
melibatkan penerapan rencana perawatan, termasuk intervensi seperti
konseling, pendidikan kesehatan jiwa, dan dukungan emosional.
6. Evaluasi dan Pemantauan (Evaluation and Monitoring): Perawat dan klien
terus berinteraksi untuk memantau kemajuan terhadap mencapai tujuan
perawatan. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang
diimplementasikan efektif atau memerlukan penyesuaian.
7. Pemantapan Pemulihan (Recovery Maintenance): Pada tahap ini, klien dan
perawat bekerja sama untuk menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan
yang berkelanjutan. Interaksi dalam fase ini mencakup perencanaan untuk
mengatasi situasi krisis atau potensi relaps.
Penting untuk diingat bahwa setiap klien adalah individu yang unik, sehingga
pendekatan dan interaksi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi
klien. Fase-fase ini membentuk kerangka kerja yang membantu perawat
memberikan asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang holistik dan terapeutik
kepada klien dewasa awal.
Dewasa awal adalah periode dalam kehidupan seseorang yang mencakup rentang
usia sekitar 18 hingga 30 tahun. Selama periode ini, banyak individu mengalami
berbagai masalah perkembangan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan
kehidupan sehari-hari mereka. Beberapa masalah perkembangan umum pada awal
dewasa meliputi:
1. Identitas dan Peran:Pencarian identitas pribadi dan pemahaman tentang siap
diri mereka. Membuat keputusan mengenai pendidikan, karier, dan pilihan
hidup.
2. Hubungan dan Intimasi:Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
yang sehat dan intim dengan pasangan.Belajar mengenai komitmen dan
keterlibatan dalam hubungan jangka panjang.
3. Kemandirian Finansial: Belajar mengelola keuangan sendiri, termasuk
penghasilan, pengeluaran, dan perencanaan keuangan jangka panjang.
4. Pekerjaan dan Karier: Membangun karier atau mencari pekerjaan yang
memenuhi tujuan dan kebutuhan pribadi. Memahami keterlibatan dan
kontribusi di tempat kerja.
5. Pendidikan Lanjutan: Mengambil keputusan tentang pendidikan lanjutan atau
pelatihan keterampilan. Mengelola tuntutan akademik dan mencari tujuan
pendidikan jangka panjang.
6. Kesehatan Mental dan Emosional:Mengatasi stres, kecemasan, dan depresi.
Memahami dan mengelola kesehatan mental dan emosional secara holistik.
7. Kesehatan Fisik dan Gaya Hidup Sehat: Memelihara gaya hidup sehat,
termasuk olahraga, nutrisi, dan manajemen berat badan.Mengelola tekanan
dan resiko kesehatan pada dewasa awal.
Transisi ke Kemandirian:
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA AWAL
A. Pengkajian
1. Pengkajian
1) Identitas
a. Nama : Nn. C
b. Umur : 19 tahun
c. Agama : Islam
d. Alamat : Desa Sumber canting 009/002, kec Wringin, kab
Bondowoso
e. Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2018
f. Jam Pengkajian : 13.00
2) Fisik
a. Kepala : rambut rapi, kulit kepala bersih tidak terdapat lesi.
b. Mata : mata klien tidak konjungtivitas, tidak terdapat edema.
c. Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
gangguan pendengaran.
d. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatis, gigi klien bersih.
3) Psikososial
Saat dirumah klien mengerjakan pekerjaan rumah untuk membantu ibunya,
banyak melakukan aktifitas diluar rumah dengan bergabung dengan teman-
temannya.
4) Konsep Diri
a. Gambaran diri : memandang dirinya adalah seorang perempuan yang
manis dan anggun.
b. Identitas diri : sebagai seorang anak dan sedang menghadapi untuk
persiapan kuliah.
c. Peran diri : membantu pekerjaan orang tua dirumah.
d. Ideal diri : mampu menjadi diri sendiri dan mandiri.
e. Harga diri : mempunyai kemampuan yang tinggi dan percaya diri yang tinggi.
5) Hubungan Sosial
Hubungan sosial Nn. C sangat baik. Dia merupakan orang yang aktif
dilingkungannya dan pandai bergaul dengan teman-teman sebayanya. Apalagi
Nn. C pun telah memiliki seorang kekasih dan hubungannya sangat baik.
6) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Nn. C beragama islam.
b. Kegiatan ibadah : Nn.C selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya
dan rajin mengaji.
7) Budaya
a. Suku bangsa : Madura
b. Bahasa yang digunakan : bahasa madura
8) Aktivitas Motorik
a. Hipermotorik : Lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah dan
terlihat sangat aktif diluar rumah maupun dilingkungan.
b. Agitasi : Klien terlihat tenang dalam menghadapi masalahnya.
9) Tugas Perkembangan
Akrab dengan orang lain
Menjalin interaksi yang hangat dan
akrab dengan orang lain
Mempunyai hubungan dekat
dengan orang tertentu (pacar atau
sahabat)
hubungan
Mempunyai
dan membentuk
heteroseksual
keluarga
Mempunyai komitmen yang jelas dalam
bekerja dan berinteraksi
Merasa mampu dan mandiri untuk
kehidupan (sudah bekerja)
Memperlihatkan tanggung jawab
secara ekonomi, sosial dan
emosional
4. Evaluasi
Evaluasi kemampuan individu dewasa muda dalam psikososial dewasa muda
dan evaluasi kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
perkembangan sikososial dewasa muda.
NO PERILAKU TANGGAL
A INDIVIDU DEWASA MUDA Tgl Ya Tidak
1 Merasa mampu mandiri
2 Mempunyai konsep diri yang realiatis/sesuai kenyataan
3 Menyukai dirinya dan mengetahui tujuan hidupnya
4 Berinteraksi baik dengan keluarga
5 Mengatsi stres akibat perubahan dan pertumbuhan
6 Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang
tertentu (pacar, sahabat)
7 Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
8 Memperlihatkan tanggung jawab secara ekonomi,
sosial
dan emosional
9 Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupnya
BAB 4
KASUS ASKEP
Nn. C usia 19 tahun, seorang pelajar SMA kelas XII, beragama Islam dan selalu
melaksanakan shalat tepat pada waktunya dan rajin mengaji. Nn. C mampu menjadi diri
sendiri, mandiri, dan mempunyai kemampuan yang tinggi dan percaya diri yang tinggi.
Saat dirumah klien mengerjakan pekerjaan rumah untuk membantu ibunya, banyak
melakukan aktifitas diluar rumah dengan bergabung dengan teman-temannya.
Hubungan sosial Nn. C sangat baik. Dia merupakan orang yang aktif dilingkungannya
dan pandai bergaul dengan teman-teman sebayanya. Apalagi Nn. C pun telah
memiliki seorang kekasih dan hubungannya sangat baik.
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu
yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik
dan psikologis pada diri individu yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif,
merupakan masa dimana individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis, maupun psikologis pada orangtuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat
dalam hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Hurlock (1980) membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara
lain:
a. mulai bekerja
b. memilih pasangan
c. mulai membina keluarga
d. mengasuh anak
e. mengelola rumah tangga
f. mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
g. mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
2. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh
yang meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada klien dewasa muda.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah pada klien dewasa muda.
Daftar Pustaka
Herawati, I., & Hidayat, A. (2020). Quarterlife Crisis Pada Masa Dewasa Awal di Pekanbaru.
Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 5(2), 145–156.
https://doi.org/10.33367/psi.v5i2.1036
Noor, H. (2018). Rentan mendera usia 25-an, kenali quarter life crisis & 9.
https://www.brilio.net/kepribadian/rentan-mendera-usia-25-an-kenali-quarter-life-crisis-9-
solusinya-180803n.html
Primala, D. A. (2017, Mei 1). Ada Apa dengan Quarter Life Crisis? Pijar
Psikologi. https://pijarpsikologi.org/ada-apa-dengan-quarter-life-crisis/
Revitasari, F. (2018). 9 Tanda Quarter Life Crisis, Sudahkah Kamu Giliran Mendapatinya?IDN
Times.
Astuti, N. E. (2014). Penyesuaian Diri Wanita Dewasa Awal Ditinjau Dari Kematangan
Emosi. Adjustment in Early Adulthood Women Review from Emotional Maturity,
297-300.
Mania, P. (2011, Juli 12). Psikologi (Perkembangan Dewasa Awal). Retrieved Maret 19,
2018, from Info Psikologi:
https://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/psikologi-
perkembangan-dewasa-awal/
AULIA, A. N. N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTRAHAT TIDUR DI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kendari).
EKA, N. S. U. H. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. R DENGAN MASALAH UTAMA
HARGA DIRI RENDAH DIAGNOSA MEDIS SCHIZOPHRENIA TAK TERINCI DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR (Doctoral dissertation, STIKES
HANG TUAH SURABAYA).