DisusunOleh :
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
dan lancar. Adapun makalah kami adalah tentang “Kolik Paru”.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses
pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang penyakit Kolik Paru. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan
doanya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Dhian
Luluh R.,M.Kep
Kami menyedari bahwa makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu
kami menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul Depan................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah...........................................................................................2
3.1 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Manifestasi Klinis...........................................................................................3
2.3 Klasifikasi Kolik Renal...................................................................................4
2.4 Etiologi............................................................................................................5
2.5 Komplikasi......................................................................................................6
2.6 Patofosiologi...................................................................................................6
2.7 Pathway...........................................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
2.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................12
3.1 Identitas Klien...............................................................................................12
3.2 Keluhan Utama.............................................................................................12
3.3 Riwayat Kesehatan........................................................................................13
3.4 Riwayat Pengkajian Psikologis.....................................................................13
3.5 Pola Kesehatan Sehari-hari...........................................................................14
3.6 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................15
3.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................16
3.8 Penatalaksanaan............................................................................................17
3.9 Analisa Data..................................................................................................18
3.10 Diagnosa Keperawatan.................................................................................20
3.11 Rencana Asuhan Keperawatan.....................................................................20
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................24
4.1 Kesimpulan...................................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat semakin bertambahnya usia yang paling tinggi terjadi pada kelompok
umur 55 tahun sampai 64 tahun (1,4%), menurun sedikit pada kelompok usia 67
tahun sampai 75 tahun (1,3%) dan usia diatas 75 tahun (1%). Prevalensi tertinggi
terjadi pada masyarakat yang putus sekolah, tidak tamat SD (0,7%) dan juga pada
masyarakat wiraswasta (0,9%), bila dilihat dari tingkat ekonomi hampir semua
dimulai dari orang tingkat ekonomi menengah bawah sampai orang tingkat
ekonomi yang menengah atas (0,7%). Prevalensi di desa sama tingginya dengan
yang diperkotaan (0,7%). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
3.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep kolik ginjal
b. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kolik renal
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari kolik renal
d. Untuk mengetahui etiologi dari kolik renal
e. Untuk mengetahui komplikasi dari kolik renal
f. Untuk mengetahui Patofisiologi dari kolik renal
g. Untuk mengetahui pathway dari kolik renal
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kolik renal
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kolik renal
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri kolik ginjal adalah rasa sakit yang disebabkan oleh batu pada
saluran kemih (urolithiasis). Rasa sakit bisa berasal dari mana saja di saluran
kemih, yang meliputi area dari ginjal ke ureter, kandung kemih,
dan uretra. Ukuran batu ginjal juga dapat bervariasi secara signifikan. Sebagian
besar batu terjadi karena penumpukan mineral (kalsium oksalat) atau zat lain,
seperti asam urat, yang terkandung di dalam urin, yang kemudian mengendap
membentuk gumpalan keras menyerupai batu.
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini
paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria
sebagian besar berasal dari ginjal.Urolitiasis adalah penyebab umum adanya
keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.
Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan
mereka.
2.4 Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor presdiposisi terjadinya batu pada saluran kemih,yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akah mengubah pH urine
menjadi alkali.
2. Statis dan obstruksi urine
Adanya obstruksi dan statis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kemih.
3. Ras
5
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi dari
pada daerah lain.
4. Keturunan
5. Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urine meningkat
2.5 Komplikasi
1. Obstruksi
2. Hidronephrosis (Pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine, dimana
urine tidak bisa mengalir dari ginjal ke kandung kemih)
3. Gagal Ginjal
4. Pendarahan
5. Pada laki – laki dapat terjadi impoten
2.6 Patofosiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demmikian ada beberapa faktor
presdiposisi terjadinya batu antara lain: Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat
dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan – bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urine seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung
terjadinya batu meliputi: Ph urin yang berubah menjadi asam, jumlah cairan urin.
Masalah – maslaha dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu
asam urat. Ph urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine
dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
6
semakin bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu
yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang
besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan –
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya
penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian
7
2.7 Pathway
Pengendapapan
Ketidakpatuhan
Spasme batu Batu merusak Gg. Asam BAK tidak regimen teraupetik
saat turun dinding basa tuntas
setempat Asidosis
Hematuria Perubahan pola
Nyeri Kurangnya
eliminasi urin Pengetahuan
Hb Turun Inflams
i
Menjalar Anemia Sesak
hingga
lambung Insufisiensi O2 Hiperventilasi
Mual Hipertermi
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos
Foto polos dapat mengidentifikasi penyebab kolik renal jika ditemukan
klasifikasi di lokasi sesuai keluhan. Namun tidak semua batu akan terlihat
pada foto polos. Batu mengandung kalsium seperti kalsium oksalat dan
kalsium fosfat yang paling mudah terdeteksi. Batu dengan kandungan seperti
struvit, sistin, atau magnesium fosfat akan sulit dideteksi, bahkan batu asam
urat tidak terdeteksi sama sekali melalui foto polos. foto polos sangat berguna
sebagai monitoring batu saluran kemih yang sudah diketahui sebelumnya,
namun kurang efektif untuk penemuan awal.
2. Intravenous Pyelography (IVP)
IVP dapat mengidentifikasi batu (ukuran, lokasi, radiodensitas) dan juga
kondisi sekitarnya seperti anatomi pelvokalises, derajat obstruksi, ataupun
fungsi renal kontralateral. Kelebihan IVP terletak pada kemampuannya untuk
mengidentifikasi anatomi pelvokalises dengan adekuat yang tidak didapatkan
melalui pemeriksaan USG ataupun CT scan. Keakuratan IVP dapat
ditingkatkan dengan bowel preparation yang baik. Bowel preparation pada
pemeriksaan IVP meliputi pemberian zat laksatif untuk membersihkan kolon
dari feses yang menutupi daerah ginjal dan pasien harus dipuasakan.
3. Ultrasonogra- (USG)
USG merupakan teknik pencitraan yang akurat untuk diagnosis kolik renal.
Diagnosis kolik renal ditandai dengan penemuan batu dan adanya tanda
uropati obstruktif berupa hidronefrosis, uterektasis, dan cairan perinefrik.
Sensitivitas USG dalam mendiagnosis batu saluran kemih berkisar 24-57%
tergantung ukuran dan lokasi batu, sedangkan nilai spesifisitasnya mencapai
100%. Gambaran ultrasonografi lain yang dapat membantu diagnosis adalah
sebagai berikut:
- Tidak ada, asimetri, atau penurunan ureteric jet dari muara ureter pada
pemeriksaan USG colour doppler. Namun, adanya ureteric jet positif tidak
menyingkirkan diagnosis batu ureter yang hanya menimbulkan obstruksi
parsial. „
9
- Ditemukan twinkle artifact. Twinkle artifact merupakan suatu gambaran
sinyal multicolour di belakang batu pada teknik pemeriksaan USG
doppler.
- Peningkatan resistive index sebagai bukti obstruksi akut. Resistive index
merupakan perbandingan diameter ureter pada kondisi obstruksi dan non-
obstruksi yang ditandai dengan perbedaan sebesar 10% atau RI >0,70.
4. Computed Tomography (CT-Scan)
CT Scan merupakan modalitas pencitraan utama pada kasus kolik renal
karena tingginya sensitivitas dan spesifisitas dalam deteksi batu renal ataupun
ureter serta mampu mengidentifikasi struktur anatomi dengan lebih mendetail.
CT Scan dapat mengidentifikasi keberadaan dan ukuran batu dengan akurasi
tertinggi mencapai >95% untuk batu dengan ukuran ≥ 3 mm. Tingkat
sensitivitas akan menurun seiring berkurangnya ukuran batu.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI memiliki potensi sebagai pencitraan batu ginjal terutama batu dengan
ukuran sedang – besar. Penggunaan MRI sebagai evaluasi kolik renal
memiliki sensitivitas bervariasi dan akan meningkat dengan adanya
hidronefrosis. MRI memiliki keuntungan dapat memberikan gambaran 3D
tanpa bahaya radiasi. MRI juga menjadi pilihan pada ibu hamil yang dicurigai
memiliki batu saluran kemih namun tidak ditemukan pada USG. Secara
umum, MRI sangat akurat mendeteksi hidronefrosis dan edema perinefrik,
namun kurang akurat dalam mendeteksi batu dibandingkan CT scan.
Hambatan penggunaan MRI dalam praktik sehari-hari terletak pada biaya
yang dapat mencapai tiga kali lipat penggunaan CT scan.
10
- Penanganan awal kolik ginjal adalah dengan menangani nyeri yang
dirasakan pasien. Obat golongan NSAID seperti diklofenak
intramuscular untuk meredakan nyeri segera.
- Analgesic opiate seperti tramadol mungkin diperlukan.
- Obat antiemetik diberikan untuk menangani mual dan muntah, namun
bila muntahnya persisten, diberikan cairan intravena.
- Obat antispasmodik.
2. Penanganan kausal : Penanganan sesuai dengan penyebab yang terjadi, Jika
karena infeksi maka diberikan antibiotik. Jika ada batu maka penanganan
sesuai dengan penatalaksanaan batu sal kencing
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. X DENGAN KOLIK RENAL DI IGD dr. SOEROTO NGAWI.
1. B1 (Breath) :
Inspeksi : Bentuk dada barel chest, terdapat pernafasan cuping hidung,
terlihat retraksi intercostae, pergerakan dada simetris, RR 24 kali per menit,
terpasang nassal canule 3 lpm.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan
2. B2 (Blood) :
Inspeksi : Konjungtiva berwarna merah muda, sklera putih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis di ICS ke 5, CRT <
2 detik. Nadi 24 x/menit
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular. TD.120/80mmHg
3. B3 (Brain) :
Inspeksi : Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. B4 (Bledder) :
Inspeksi : Klien tidak terpasang kateter. BAK sedikit 2x ( 10-50 cc per
miksi), berwarna keruh (piuria)
15
Palpasi : Nyeri tekan pada region kostovertebral kanan - Region
kostovertebral kiri dan suprapubis, skala nyeri 5 wajah, terasa seperti tertusuk-
tusuk, frekuensi hilang timbul. Area kulit sedikit membengkak.
5. B5 (Bowel) :
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pucat, tidak terpasang NGT, klien
muntah-muntah 2x cairan berlendir dan sedikit makanan, peningkatan salivasi,
enggan melihat makanan.
Auskultasi : Bising usus 7 kali per menit
Palpasi : Nyeri tekan regio 4 - 6, tidak ada pembesaran hepar dan liem.
Perkusi : Tympani.
6. B6 (Bone) :
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang terlihat kemerahan tidak
terdapat lesi, terdapat pembengkakan pada area kaki. Kekuatan otot 4-4-4-4.
Berkeringat berlebihan.
Paplasi : Kulit kering dan keriput, akral hangat pitting oedem derajat 1,
turgor kulit normal. Suhu 37,8ºC. Kekuatan otot 4-4-4-4.
3.7 Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Menunukkan adanya hidronefrosis ringan bilateral.
b. BNO
Menunjukkan adanya batu di ureter kanan sebesar 8 mm dan di ureter kiri
sebesar 6 mm.
c. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan pada tanggal 01 September 2020
Pukul 19.00 WIB.
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 14.4 13.5 – 17.5 9 / dl Spectiophotometry
Lekosit 12 4 – 10 ribu E. Impedance
Eritrosit 4.73 4.5 – 6.8 juta E. Impedance
Hematrokit 43.1 40 – 50 % Integration Volume
Monosit 0.4 0.2-1.0
Granulasit 11.5 2-4
16
pH 6,85 7,35 - 7,45 Asidosis
Trombosit 22,1 150 – 400 ribu E. Impedance
Limfosit % 10.5 25-40
Monosit % 2.8 2-8
Granulasit % 86.6 50-80
SGOT 18 >29
SGPT 9 >25
Ureum 7 L: 8-24
mg/dL
P : 6-21
mg/dL
Kreatinin 0.50 L:0,6-1,2
(mg/dL).
P: 0,5-1,1
(mg/dL)
Mikrohematuri + -
a
Piuria + -
Hbs.Ag - -
3.8 Penatalaksanaan
Tanggal 01 Sptember 2020 Pukul 21.00 WIB.
1. Terazosin 1mg PO
2. Antrain 2 ml IV
3. Ondansentron 4mg/ 2 ml IV
4. Cefotaxime 1 gr IV
5. Infus RL 20 Tpm
17
2020 DO : (Hidronefrosis dan
-Pernafasan cuping hidung Ureterolithiasis)
-RR 24 x/menit
-Retraksi intercosta Gangguan
-Terpasang canule nassal 3 keseimbang asam
lpm basa
-pH: 6,85
Darah menjadi
asam (asidosis)
Kompensasi tubuh
dengan nafas
dalam dan cepat,
untuk
mengeluarkan
asam di dalam
tubuh
Sesak
Hiperventilasi
Senin, 01 DS : Klien mengatakan Agen Pencedera Nyeri Akut
September nyeri pada area perut Fisiologis
2020 menembus sampai (Hidronefrosis dan
punggung Ureterolithiasis)
P : Hidronefrosis dan
Ureterolithiasis Penekanan pada
Q: seperti ditusuk-tusuk saraf-saraf di ginjal
R: region kostovertebral
kanan - Region Meransang
18
kostovertebral kiri dan pengeluaran zat
suprapubis. pirogen bradikinin,
S: skala nyeri 5 wajah serotonin, dan
T: Nyeri hilang timbul prostaglandin
Klien tampak meringis
Impuls sampai ke
SSP korteks
cerebri
Thalamus
Nyeri dipersepsi
Senin, 01 DS : Kien mengatakan Mual
Nyeri akut
September lemas dan mual muntah
2020 DO :
Menjalar hingga
-Muntah 2x cairan
abdomen bagian
berlendir dan sedikit
atas
makanan,
-Peningkatan salivasi
Menekan syaraf di
-Enggan melihat makanan.
lambung
Mual dan muntah
Senin, 01 DS : Klien mengatakan Inflamasi Hipertermia
Septeber lemas dan menggigil.
2020 DO : Bakteri
-Suhu 37,8ºC melepaskan
-Kulit kemerahan pirogen mencapai
-Gelisah hipothalamus
-Keringat berlebihan
-Teraba hangat Thermostat
19
meningkat
-Mukosa bibir kering dan
pucat
Hipertermi
Tidak mengunakan
nasal canule
Ph 7,35 - 7,45
20
2. Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan nyeri nyeri
selama 1x24 jam 2. Ajarakn teknik 2. Mengalihkan rasa
diharapkan masalah distraksi dan nyeri
nyeri teratasi dengan rileksasi 3. Memberiakan
KH : 3. Berikan posisi kenyamanan pada
- Skala nyeri turun nyaman pasien
menjadi 0-2 4. Kolaborasikan 4. Pemberian
- Ekpresi wajah pemberian terapi pengobatan secara
rileks farmakologi tepat
- Klien mengatakan (analgesik)
nyeri berkurang
3. Setelah dilakukan 1. Observasi faktor 1. Menentukan
tindakan keperawatan penyebab mual tindakan secara tepat
selama 1 x 24 jam 2. Dorong klien untuk 2. Manajemen mual
diharapkan klien sudah belajar strategi mandiri
tidak mual dan muntah. mengatasi mual 3. Tidur mengurangi
KH: sendiri keinginan mual dan
Tidak muntah 3. Tingkatkan istirahat muntah
Hipersaliva (-) dan tidur yang cukup 4. Meransang selera
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nyeri kolik ginjal adalah rasa sakit yang disebabkan oleh batu pada saluran
kemih (urolithiasis). Rasa sakit bisa berasal dari mana saja di saluran kemih, yang
meliputi area dari ginjal ke ureter, kandung kemih, dan uretra.
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.
Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini sering
ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian besar
berasal dari ginjal.Urolitiasis adalah penyebab umum adanya keluhan ditemukan
darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal. Urolitiasis terjadi pada
1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.
4.2 Saran
Adapun saran penulis untuk masyarakat pada umumnya adalah sebagai
berikut : dianjurkan bagi masyarakat yang beresiko tinggi agar cepat-cepat
melakukan tindakan pencegahan, bagi masyarakat umum agar rajin untuk minum air
putih terutama bila setelah melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat,
lakukan diet tinggi potasium dan magnesium, diet rendah oksalat dan asam urat.
23
DAFTAR PUSTAKA
24