Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATERNITAS

GANGGUAN MENSTRUASI

Disusun Oleh :

1. Novira Egan Cahyaningrum

2. Rayman Gunawan

3. Rohliana Safitri

4. Tria Rizky Ananda

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta semua pihak yang dengan
caranya masing-masing telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebagai makhluk yang lemah kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak kami terima dengan lapang dada.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 15 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4


1.2 Rumusan masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gangguan Menstruasi....................................................................5


a. Definisi.........................................................................................................5
b. Etiologi.........................................................................................................5
c. Patofisiologi..................................................................................................6
d. Gambaran Klinis.........................................................................................10
e. Pathway......................................................................................................14
f. Penatalaksanaan..........................................................................................14
g. Uji Diagnostik............................................................................................17

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...........................................19

BAB IV PENUTUP

4.1...............................................................................................................Kesimpulan21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui
liang kelamin wanita atua vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini
terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan sedang tidak hamil.
Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim dibagian dalam
rahim atau bagian endometrium. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis
dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi.
Pada manusia, hal ini terjadi biasanya setiap bulan, antara usia pubertas dan
menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik yang datangnya teratur setiap bulan, dan timbulnya perdarahan tersebut
sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar menstruasi ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan gangguan menstruasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar menstruasi.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan gangguan menstruasi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Konsep Dasar Menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan
pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi
kehamilan. Menstruasi atau menstruasi merupakan salah satu ciri kedewasaan
perempuan. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun. Ada sebagian
kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13-15 tahun meski sangat jarang terjadi
(Anurogo, 2011).
Menstruasi merupakan perubahan secara fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh oleh hormon reproduksi, hal ini biasanya
terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai usia menopause (Nugroho, 2010).
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus
(Bobak, 2004)
Menurut Prof. Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno Endokronologi
-Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta , Gangguan haid adalah
darah haid yang keluar tidak memenuhi syarat suatu haid yang normal, dan darah
yang keluar biasanya disebut sebagai perdarahan yang menyerupai haid. Gangguan
haid atau perdarahan dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor jinak/
ganas pada rahim, mulut rahim atau pada indung telur, atau disebabkan oleh infeksi
pada alat kelamin perempuan. Perdarahan dapat juga disebbakan oleh efek samping
obat-obat tertentu yang kebetulan sedang digunakan oleh seorang perempuan.
Kelainan sistem hormonal pada seorang perempuan dapat juga menyebabkan
perdarahan.

2. Etiologi
Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan – keadaan stress
dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus menstruasi
mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita.
Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan kelainan yang dijumpai seperti:

5
a. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis terjadi
gangguan pada menstruasi.
b. Kelainan sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid karena
sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang
menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem merabolisme
sehingga haid pun tidak teratur.
c. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis, bahkan sakit-
sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme terganggu, haid pun
juga ikut terganggu.
d. Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak
teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu
tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat mengakibatkan
sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
e. Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang
hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui
hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar
hipofisis yang terletak di dalam kepala.

3. Patofisiologi
Berikut ini akan dijelaskan patofisiologi dari beberapa macam gangguan haid.

a. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)


Meningkatnya kadar estrogen dan menurunnya kadar progresteron di dalam
darah akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar
estrogen yang meningkat akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin

6
B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti-depresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi
jumlah estrogen dan progresteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah
prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh
yang mengontrol produksi kedua hormone tersebut. Wanita yang mengalami
sindroma pre-menstruasi dapat memiliki kadar prolaktin yang tinggu atau normal.
Selanjutnya adalah karena gangguan metabolisme prostaglandin akibat
kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk
mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormone estrogen dan progresteron),
sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
b. Disminorea
1) Disminorea Primer
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron.
Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi membrane lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium
dan menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama
dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat
yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa.
Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE
dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya
akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan
iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung
syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
2) Disminorea Sekunde
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram
pada uterus sehingga timbul rasa nyeri.

7
c. Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan abnormal biasanya merupakan gejala dari penyakit lain. Banyak
penyebab perdarahan uterus abnormal, yang dapat dikelompokkan dalam empat
kategori utama, yaitu komplikasi kehamilan, lesi organic, penyakit konstitusional,
dan perdarahan uterus disfungsi sejati. Berikut ini adalah patofisiologi beberapa
kasus terkait perdarahan uterus abnormal yang paling sering terjadi :
1) Hipermenorea (Menorraghia)
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi gonadotropin
releasing hormone (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya akan
menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormone (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan estrogen yang berfungsi menstrimulasi
endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan, kadah FSH dan
LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi
korpus luteum yang akan mensekresi progresteron. Progresteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferensiasi dan stabilisasi.
14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari
peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar estrogen dan
progresteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus
anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya
stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak
terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada
progresteron yang disekresi. Endometrium berproliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi estrogen menurun dan mengakibatkan
perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan perdarahan
yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang
berlangsung tidak mengakibatkan perdarahan hebat.
2) Amenorea
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian
dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab

8
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan
genetic. Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh hal ini
menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal,
memiliki tubuh feminism. Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami
kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi
adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini yang
menyebabkan pasien mengalami amenorea yang permanen.
Amenorea primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progresteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progresteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merangsang. Terjadilah amenorea. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofisis anterior, seperi adenoma
pituitary.
Hypergonadotropik amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenorea primer. Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau premature
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang
individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropik
amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah
mengalami menstruasi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad (ovarium) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.
Amenorea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenorea yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang

9
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium seperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.

4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gangguan datang bulan (haid) : (David Werner, dkk 2010)
Bagi wanita-wanita tertentu, tidak teraturnya datang bulan merupakan keadaan
yang wajar, namun bagi wanita lainnya, keadaan ini dapat merupakan tanda bagi
penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi (malnutrisi), atau
mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim (uterus).
Apabila datang bulan (haid) tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini
mungkin menunjukkan tanda kehamilan Akan tetapi masa datang bulan yang tidak
teratur atau tidak mendapatkan bulanan sering merupakan keadaan yang wajar bagi
banyak gadis yang baru saja mendapatkan bulanannya dan bagi wanita yang berusia
di atas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang
wanita tidak mendapatkan bulanannya.
Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu
menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi di dalam
kandungan). Apabila masa haid berlangsung lebih dari 6 hari, dan daerah yang
dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau datang haid lebih dari satu kali
dalam sebulan, maka pasien harus segera meminta nasihat dari dokter.
Menurut Dr. Salma dalam majalahkesehatan.com pada 14 Oktober 2010,
perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid mereka.
Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali sampai
menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari
21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10 hari maka
Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis lainnya.
a. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan
yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang
berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi
(amenore sekunder).

10
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah
pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon
pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), menyusui, stres, anoreksia,
penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB,
kista ovarium dan masalah organ reproduksi lainnya.
Pada usia remaja dan tengah baya, amenore tidak selalu menunjukkan
gangguan. Menstruasi cenderung sangat tidak teratur pada beberapa tahun
pertama menstruasi dan dapat menjadi tidak teratur lagi saat seorang wanita
mendekati menopause.
b. Sindrom Pramenstruasi (SPM)
Sindrom pramenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan
perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu
sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan
selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai. SPM mempengaruhi
sebanyak 75% wanita.
Beberapa gejala SPM yang sering dirasakan:

1) Kram perut
2) Nyeri payudara
3) Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
4) Tidak tertarik seks (libido menurun)
5) Jerawat berkala
6) Perut kembung
7) Sakit kepala atau sakit persendian
8) Sulit tidur
9) Sulit buang air besar (BAB)
Sebagian besar wanita yang menderita SPM hanya mengalami beberapa dari
gejala di atas. Ketika gejala SPM sangat parah, kondisinya disebut gangguan pra-
menstruasi disforik (pre-menstrual dysphoric disorder). Sekitar tujuh persen
wanita mengalaminya (sumber: MayoClinic).

Penyebab SPM tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada teori tentang faktor-
faktor yang dapat menyebabkan sindrom. Gejala tampaknya berubah mengikuti
fluktuasi hormon, yang menunjukkan bahwa siklus perubahan hormon dapat
menjadi penyebab utamanya. Perubahan kadar serotonin, suatu neurotransmitter

11
yang terlibat dalam pengendalian mood, juga dapat menyebabkan SPM. Aspek-
aspek tertentu dari diet seperti rendahnya tingkat vitamin dan mineral juga dapat
bertanggung jawab atas beberapa gejala SPM. Makanan asin dapat menyebabkan
SPM dengan meningkatkan retensi air.

c. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut
bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri
juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi
dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya
pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48
jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore
primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh kondisi/penyakit
tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul,
endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang
nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga,
kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi
rasa sakit. Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka
kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit/kondisi
tertentu.
d. Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan.
Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30
ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu
deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan
progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan
endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui
menstruasi, perdarahan menjadi parah. Menoragia juga bisa disebabkan oleh
gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher
rahim.
e. Perdarahan Abnormal

12
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi) antara lain:

1) Pendarahan di antara periode menstruasi


2) Pendarahan setelah berhubungan seks
3) Perdarahan setelah menopause
Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter mungkin memulai
dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia pasien.
Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi
sebab perdarahan abnormal.

Berbagai gangguan haid yaitu antara lain :

a. Bila haid datang sebulan dua kali (<21 hari), yang disebut dengan istilah
polimenorea
b. Seorang perempuan mendapatkan haid terlalu jarang, di atas 35 hari sekali, yang
disebut sebagai oligomenorea
c. Tidak mendapatkan haid 6 bulan atau lebih, yang disebut sebagai amenorea
d. Seorang perempuan mendapatkan haid tidak teratur, bisa 2 atau 3, 4 bulan sekali
e. Mengalami perdarahan bercak (spotting) sebelum haid datang, atau pada
pertengahan siklus, ataupun setelah selesainya haid
f. Keluarnya darah haid terlalu banyak, ganti pembalut sampai 6-7 kali/hari, yang
disebut sebagai hipermenorea
g. Keluarnya darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <2 kali/hari, disebut dengan
hipomenorea
h. Keluarnya darah haid lebih dari 6-7 hari, yang disebut sebagai menoragia.
Darah yang keluar dapat sedikit ataupun banyak

13
5. Pathway

6. Penatalaksanaan

a. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di berikan bergantung
pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan konseling sebagai gangguan
konsep diri dapat diberikan kepada pasien Jika penyebabnya adalah olah raga
yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya. Jika seorang anak
perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (amenore primer ) dan

14
selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya.
Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang
perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum membesar
atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika
penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat
tumor tesebut.
b. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan
disesuaikan dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun
pertama setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang
menopause tidak memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea
yang terjadi pada gangguan nutrisi dapat diatasi dengan terapi nutrisi dan akan
didapatkan siklus menstruasi yang reguler kembali.
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan menggunakan terapi
hormone.Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis hormon
yang mengalami penurunan dalam tubuh (yang tidak seimbang). Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan,
dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.
c. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika
polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus
menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang
keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan
keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada
polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur).
Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan
keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk
memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim, pemeriksaan USG, dan

15
lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh adanya anemia, maka zat besi perlu
diberikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin darah.
Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu tertentu untuk
menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, menorrhagia juga dapat
diterapi dengan pemberian hormon dari luar, terutama untuk menorrhagia yang
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi kombinasi
atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Menorrhagia yang
terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi dengan melakukan terapi hormonal
atau dengan pengangkatan mioma dalam rahim baik dengan kuretase ataupun
dengan tindakan operasi.
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid
sangat sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal(kekurangan estrogen maupun progesteron)
f. Metroragia
Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan bentuk
disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu dapat
menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-masalah psikologi
lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan pengobatan dini. Meskipun
pendarahan antara periode menstruasi pada wanita yang menggunakan
kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang serius, namun perdarahan tak
teratur pada wanita yang mendapat terapi penggantian hormon harus dievaluasi
lebih lanjut.
g. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
1) Pemberian obat analgesik
2) Terapi hormonal
3) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4) Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
5) Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan kesadaran

16
PMS (Sindrom Premenstruasi)
1) Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat, minuman bersoda,
lemak hewan, susu, keju, mentega, dan utamakan istirahat
2) Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari
sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-hari dikurangi
3) Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
4) Pemberian obat diuretik
5) Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum haid untuk
mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
6) Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan dalam
mengurangi kelebihan estrogen.

7. Uji Diagnostik

a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek
atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.
2) Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri,
tumor ovarium
b. Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)
c. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat
dilakukan pemeriksaan :

1) Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika


2) Sitologi vagina
3) Tes toleransi glukosa
4) Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
5) Kerokan uterus
6) Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
7) Laparoskopi
8) Pemeriksaan kromatin seks
9) Pemeriksaan kadar hormon

17
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji identitas klien seperti :
Nama: untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya.
Umur : untuk mengetahui masa lanjutan pasien beresiko tinggi atau tidak.
Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada klien
sesuai dengan kepercayaannya.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan.
Pekerjaan : untuk mengetahui status sosial, ekonomi, dan pengaruhnya
terhadap hipertensi.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal dan untuk memudahkan
menghubungi keluarga klien jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Penanggung jawab : untuk mengetahui penanggung jawab klien jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dengan gangguan menstruasi mengalami nyeri di
bagian abdomen.
2) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami masalah menstruasi sebelumnya
3) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada kelurga yang mengalami masalah gangguan
menstruasi
c. siklus haid
kaji bagaimana siklus menstruasi klien selama ini.
d. Pemeriksaan fisik
Observasi pemeriksaan fisik : keadaan umum, kesadaran, TTV.
1) Breath
Pola nafas teratur, normal, suara nafas biasanya vesikuler, tidak
terdapat sesak nafas
2) Blood
Tekanan darah rendah, akral basah dan dingin

18
3) Brain
Penurunan konsetrasi, pusing, skelra/konjungtiva anemi
4) Bledder
Urine berwarna kuning dan volume 1,5 L/hari
5) Bowel
Kebersihat mulut : bersih
Mukosa : lembab
Tenggorokan : normal
Peristaltik usus : 9x/menit
BAB : 1x/hari, konsistensi : padat, bau khas, kuning kecoklatan
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraksi uterus
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan nyeri abdomen
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri
3. Intervensi keperawatan

Dx Intervensi Rasional
1 1. Hangatkan bagian perut 1. Dapat menyebabkan terjadinya
2. Massase daerah perut yang terasa vasodilatasi dan mengurangi
nyeri kontraksi spasmodik uterus
3. Lakukan latihan ringan 2. Mengurangi nyeri karena adanya
4. Lakukan teknik relaksasi stimulus sentuhan terapeutik
5. Berikan diuresis natural (vitamin) 3. Dapat memperbaiki aliran darah
tidur dan istirahat ke uterus dan tonus otot
4. Mengurangi tekanan untuk
mendapatkan rileks
5. Mengurangi kongesti

2 1. Timbang BB setiap hari 1. untuk mengetahui perubahan berat


2. Pantau hasil laboratorium abdan setiap harinya
3. Jelaskan pentingnya nutrisis 2. memantau perubahan nilai hasil
adekuat laboratorium
4. Beri suasana menyenangkan saat 3. nutrisis yang adekuat dapat
makan meningkatkan berat badan

19
5. Beri porsi kecil tapi sering 4. dapat meningkatkan nafsu makan
6. Beri makan dengan protein dan 5. mengurangi rasa mual dan muntah
kalori yang tinggi yang timbul saat makan
6. untuk meningkatkan asupan nergi
3 1. Libatkan pasien atau orang 1. keterlibatan akan membantu pasien
terdekat dalam rencana merasa stress berkurang,
keperawatan. memungkinkan energi untyk
2. Berikan lingkungan tenang dan ditujukan pada penyembuhan.
istirahat 2. memindahkan psien dari stress
3. Bantu pasien untuk luar meningkatkan relaksasi,
mengidentifikasi/memerlukan membantu menurunkan ansietas
perilaku koping yang digunakan 3. perilaku yang berhasil dapat
pada masa lalu dikuatkan pada penerimaan
4. Bantu pasien belajar mekanisme masalah stress saat ini,
koping baru, misalnya teknik meningkatkan rasa kontrol diri
mengatasi stress pasien
4. belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas.

4 1. Beri lingkungan tenang dan 1. Menghemat energi untuk


periode istirahat tanpa gangguan, aktivitas dan regenerasi
dorong istirahat sebelum makan. seluler/penyembuhan jaringan
2. Tingkatkan aktivitas secara 2. Tirah baring lama dapat
bertahap menurunkan kemampuan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 3. Menurunkan penggunaan energi
4. dan membantu keseimbangan
suplay dan kebutuhan oksigen

20
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Menstruasi adalah perubahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi mormal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini,
karena bertanggung jawab dalam perubahan-perubahan siklus amupun perubahan lama
siklus menstruasi.
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat
berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.

21
DAFTAR PUSTAKA
A, Bedaiwy Mohamed & Liu James. 2010. Pathophysiology, diagnosis, and surgical
management of endometriosis: A chronic disease. SRM e-journal Vol. 8, No. 3 , 18
september 2014.
C, Benson R. & Martin L.P. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi Edisi 9. Jakarta : EGC.
Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98.
Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Erlangga Medical Series: Jakarta.
Kursiman, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Tambayong, Jan. 2012. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai