Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk

hidup di luar kandungan.

Abortus adalah berakhirnya ssuatu kehamilan, bisa terdapat gejala kehamilan dini.

Kram ringan dengan perdarahan. Serviks panjang dan tertutup. Uterus sesuai dengan usia

kehamilan, secara kasar 50% memburuk menjadi abortus insipiens.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buih kehamilan belum mampu hidup

di luar kandungan.

B. ETIOLOGI

Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin

mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368)

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor .Umumnya abortus

didahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:

1. Faktor Janin

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot

, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni:


a. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau kerusakan

kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)

b. Embrio dengan kelainan lokal

c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)

2. Faktor Maternal

a. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang

sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester

kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang

menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme

penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:

b. Virus

Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,

vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.

c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.

d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.

e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular

f. Penyakit endrokin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi

atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.

g. Faktor Imunologis

Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte

Antigen)
h. Trauma

Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma

tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:

 Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum

minggu ke-8

 Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.

i. Kelainan Uterus

Hipoplasia uterus , mioma(terutama mioma submukosa),serviks

inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.

j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

3. Faktor Eksternal

a. Radiasi

Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin

dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b. Obat-obatan

Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak

menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di

buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan

penyakit ibu yang parah.

c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Abortus Imminens

a. Kram perut bagian bawah

b. Perdarahan sedikit dari jalan lahir

c. Fleksus ada(sedikit)

d. Ostium uteri tertutup

e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

f. Uterus Lunak

2. Abortus Insipiens

a. Disertai nyeri/kontraksi rahim

b. Pendarahan dari jalan lahir

c. Perdarahan sedang hingga banyak

d. Ostium Uteri terbuka

e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

f. Buah kehamilan masih dalam rahim, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

g. Ketuban utuh(menonjol)

3. Abortus Incomplitus

a. Kram perut bagian bawah

b. Pendarahan banyak dari jalan lahir

c. Pendarahan sedang hingga banyak

d. Ostium uteri terbuka

e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan


4. Abortus Komplitus

a. Nyeri perut bagian bawah sedikit atau tidak ada

b. Perdarahan dari jalan lahir sedikit

c. Perdarahan bercak sedikit hingga sedang

d. Teraba sisa jaringan buah kehamilan

e. Ostium uteri tertutup , bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong

f. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

5. Missed Abortion

a. Buah dada mengecil

b. Tanpa nyeri

c. Pendarahan bisa ada atau tidak

d. Hilangnya tanda kehamilan

e. Tidak ada bunyi jantung janin

f. Berat badan menurun

g. Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan

D. PATOFISIOLOGI

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam

uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara

dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya (Wiknjosastro, 2007:303-305).


Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta

tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan Mekanisme diatas juga

terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan

pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.

Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding

cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil

konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak

jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus

kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya

sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.

Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan

kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya

tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol


E. PATWAYS

Intoleransi
aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.

2. Meragukan

3. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.

(Kusmiyati, 2009:150)

4. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati

5. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

6. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

 Data laboratorium:

1. Tes urine

2. hemoglobin dan hematokrit

3. menghitung trombosit

4. kultur darah dan urine

 Pemeriksaan ginekologi :

1. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium

bau busuk dari vulva

2. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada

atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk

dari ostium.

3. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan

dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri

saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak

menonjol dan tidak nyeri.


G. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya

rangsangan mekanik.

2. Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan

hubungan seksual.

3. Bila perdarahan:

 Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi

perdarahan lagi.

 Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan konfirmasi

kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)

 Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan

melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

5. Asam mefenamat

Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya

dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.

6. Penenang penobarbital 3x30 gram valium

7. Anti pendarahan: Adona ,Transami

8. Vit B Komplek

9. Hormon progesteron

10. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston

11. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin


H. PENGKAJIAN

1. Gangguan aktivitas

 Gejala : keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, malaise, intoleransi

terhadap latihan rendah

 Tanda : kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia

2. Gangguan rasa nyaman,

 Gejala : perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat)

 Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati

3. psikologis

 Gejala : masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi bingung terhadap

keadaan, merasa cemas

 Tanda : peka rangsangan (sensitif)

4. Pengeluran pervaginam

 Gejala : pengeluaran cairan pervaginal

 Tanda : tidak seimbangnya intake dan output cairan

5. Infeksi

 Gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap disertai bau,

kurang kebersihan genitalia

 Tanda : terjadinya infeksi, vulva lembab


I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. Resiko syok berhubungan dengan pengeluaran cairan pervaginam

J. INTERVENSI

a. Nyeri, akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan ; nyeri

berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.

b) Tampak rileks mampu tidur.

c) Skala nyeri 1-3

Intervensi :

1) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan

non verbal seperti meringis.

Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan

ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri

membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.


2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan

dan intervensi yang tepat.

Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri

berkenaan dengan ansietas.

3) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.

Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan

darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.

4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur

dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya

dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipara,

overdistersi uterus.

5) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung

dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.

Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.

Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan,

meningkatkan rasa sejahtera.

6) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan

dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.

Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan

regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan

berkenaan dengan gerakan otot abdomen.


b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan perasaan ansietas

b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

c) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

Intervensi :

1) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.

2) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.

Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang

tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam

mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru

jika dibutuhkan.

Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi

perasaan ansietas.

3 ) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien

Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan

tingkat ansieta

4) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut

terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan

keadaan bayi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Kritria : klien mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain

Intervensi

1. pantau tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif

perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

2. Monitor pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ

reproduksi

3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan / kondisi klien

Rasional Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak

sangat diperlukan

5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : menilai keadaan umum pasien


d. Resiko syok berhubugan dengan pendarahan

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah

maupun kualitas

Criteria hasil :

 Tidak terjadi pendarahan

 Ttv dalam batas normal

 Akral hangat

 Tidak pucat

Intervensi

1. Cek Airway, Breathing, and Circulation

Rasional : Sebagai pertolongan pertama pada keadaan syok

2. Monitor kondisi TTV tiap 2 jam

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki

karekteristik bervariasi

3. Monitor input dan output cairan

Rasional: Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan

jumlah cairan yang hilang pervaginal

4. Berikan sejumlah cairan pengganti harian(NaCl 0.9%, RL, Dekstran), plasma dan transfusi

darah

Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.


Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta ; EGC.
Normahendi, W.A. 2007. Abortus. http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahendri.

Anda mungkin juga menyukai