Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DH

DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI ( KISTA OVARIUM )

DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Koordinator MK :

HJ. Ernawati, M. KEP

Dosen Pembimbing :

Ns.Netha Damayantie, S. Kep, M. Kep

Pembimbing Klinik :

Ns. Endah Pramukti, S. Kep

Neliwati, SS. T

Anggota Kelompok :

Dina Andrini

Ika Minarsih

Novika Ana Lely H

Nyimas Siti Suraya

Rofiah

Salina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES JAMBI TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kelompok dapat menyelesaikan Laporan ini. Kelompokan
laporan ini dilakukan dalam rangka Memenuhi Tugas Praktik Keperwatan Maternitas
Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Jambi. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa kelompok sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini
kelompok menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ns. Netha Damayantie, S. Kep, M. Kep dosen Pembimbing kelompok yang


telah sabar membimbing, membantu, dan memberi dukungan kepada
kelompok selama ini sehingga merelakan waktnya untuk membimbing
kelompok dengan baik
2. Ns. Endah Pramukti, S. Kep Pembimbing klinik kelompok yang telah sabar
membimbing, membantu, dan memberi dukungan kepada kelompok selama ini
sehingga merelakan waktnya untuk membimbing kelompok dengan baik
3. Neliwati, SS. T Pembimbing klinik kelompok yang telah sabar membimbing,
membantu, dan memberi dukungan kepada kelompok selama ini sehingga
merelakan waktnya untuk membimbing kelompok dengan baik

Akhir kata, kelompok berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jambi, Oktober 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................4


A. Konsep Dasar Penyakit...................................................................................................4
2. Penyebab Kista Ovarium.........................................................................................4
3. Jenis-jenis Kista ovarium.........................................................................................6
4. Patofisiologi............................................................................................................8
5. Manifestasi klinis..................................................................................................10
6. WOC.....................................................................................................................11
7. Respon tubuh terhadap fisiologis...........................................................................12

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................................12


1. Pengkajian.................................................................................................................12
2. Diagnosis Keperawatan.............................................................................................15
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................................16

BAB III KASUS...................................................................................................................20


BIODATA.........................................................................................................................20
RIWAYAT KESEHATAN...............................................................................................20
PEMERIKSAAN FISIK....................................................................................................22
I. DATA BIOLOGIS....................................................................................................24
DATA PSIKOLOGI..........................................................................................................24
II. DATA PENUNJANG...............................................................................................26

ii
ANALISA DATA.............................................................................................................27
DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................................28
INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................................................29
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...............................................................................30

BAB IV PENUTUP..............................................................................................................32
A. KESIMPULAN............................................................................................................32
B. SARAN........................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014)Jenis jenis
gangguan reproduksi ialah seperti Ca serviks, Endometriosis, Mioma uteri Radang
panggul, keputihan, iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran
kemih. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit dan kista ovarium. Yang di maksud dengan kista ovarium adalah kantung
berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam
ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause
juga selama kehamilan (Nugroho, 2012).

Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per 100.000
wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan per tahun,
dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer Society,2009).
Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428 kasus, dimana
terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya adalah wanita karir
yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita
kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70% diantaranya wanita karier yang
telah berumah tangga (Siringo, 2013).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti


karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di Rumah
Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun (Siringo,2013).
Insiden kista ovarium di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mengalami
kenaikan pada tahun 2012-2014. Kejadian kista ovarium pada tahun 2012 sebanyak
312 kasus, pada tahun 2013 meningkat menjadi 375 kasus dan pada tahun 2014
meningkat tajam sebanyak 611 kasus (Trisnawati,2015).

1
Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang umum
dialami oleh wanita berusia 20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa kista ovarium
fungsional, kistadenoma, kista teratoma, fibroma, endometrioma (kista coklat) dan
kehamilan tuboovarium (kehamilan ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut
adalah kista fungsional. Kista fungsional termasuk kista di kopus luteum dan folikel
biasanya lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya dalam 1
sampai 2 bulan.Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali menjalani
pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa ovarium yang tidak
menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan nyeri persisten atau
menunjukkan karakteristik mencurigakan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
(Reeder, 2013). Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran
untuk memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu
proses keganasan atau pun kondisi yang lebih berbahaya, seperti kehamilan ektopik,
torsi ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista ovarium, baik neoplastik jinak
(benigna) maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan tindakan operasi.Untuk
itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup pasien (Arif, Purwanti, Soelistiono, 2016).Kista
berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila dibiarkan kista bisa bermutasi dan
berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama dibiarkan kista akan semakin
membesar dan menggangu kesehatan (Mumpuni dan Andang, 2013).

Masalah keperawatan pasien dengan kista ovarium ini ialah disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya
kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat
menunjukkan suatu proses keganasan atau pun kondisi yang lebih berbahaya, seperti
kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista ovarium, baik
neoplastik jinak (benigna) maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan tindakan
operasi. Untuk itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal
yang sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien (Arif, Purwanti, Soelistiono,
2016).

2
Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila dibiarkan kista bisa
bermutasi dan berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama dibiarkan kista akan
semakin membesar dan menggangu kesehatan (Mumpuni dan Andang, 2013).

Menurut Digiulo dan Mary (2014) diagnosis keperawatan yang mungkin


muncul pada pasien dengan kista ovarium adalah nyeri akut dan ansietas.Intervensi
yang dapat dilakukan adalah meyakinkan kepada pasien bahwa kista bisa sembuh,
menjelaskan kepada pasien penyebab rasa sakitnya dan rasa sakit yang lebih parah
saat haid Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya serta asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium adalah suatu
proses keperawatan yang diberikan kepada pasien secara langsung kepada pasien
untuk memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Asuhan
keperawatan meliputi pendidikan klien tentang proses terapi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan Kista Ovarium?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui pengkajian pada pasien dengan Kista Ovarium di ruang
Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
2. Untuk merumuskan Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Kista
Ovarium di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
3. Untuk menyususn Intervesi Keperawatan pada pasien dengan Kista Ovarium
di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
4. Untuk melaksanakan implementasi keperawatan keperawatan pada pasien
dengan Kista Ovarium di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
5. Untuk melaksanakan evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan pada
pasien dengan Kista Ovarium di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher
Jambi

3
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada
indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan
penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan. (Saydam 2012)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012)

2. Penyebab Kista Ovarium


Menurut Nugroho (2012), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
pembentukan hormone pada hipotalamaus, hipofisis dan ovarium. Penyebab
lain timbulnya kista adalah ovarium adalah adanya penyumbatan pada saluran
yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus, adanya zat dioksin dan
asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya
tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya kista, faktor makan
makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat
dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko
timbulnya kista (Mumpuni dan Andang, 2013). Arif,dkk (2016) mengatakan
faktor resiko pembentukan kista ovarium terdiri dari:
a. Usia Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita
kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang,
akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun)
lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause Ketika wanita telah memasuki masa menopause,
ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat
tingkat aktifitas wanita menopause yang rendah.

5
c. Pengobatan infertilitas Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat
kesuburan dilakukan dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin
(konsumsi obat kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH
dapat menyebabkan kista berkembang.
d. Kehamilan Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada
trimester kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone
tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH
(Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH
meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan
kista ovarium folikel.
f. Merokok Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk
pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista
ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang
merokok.
g. Ukuran massa Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran
kurang dari 5 cm dan akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu.
Sedangkan pada wanita pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm
memiliki kemungkinan besar bersifat ganas.
h. Kadar serum petanda tumor CA-125 Kadar CA 125 yang meningkat
menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut bersifat ganas. Kadar
abnormal CA125 pada wanita pada usia reproduktif dan premenopause
adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan pada wanita menopause adalah
35 U/mL atau lebih.
i. Riwayat keluarga Riwayat keluarga menderita kanker ovarium,
endometrium, payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin
banyak jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan
semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko
seorang wanita terkena kista ovarium.
j. Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko
terbentuknya kista ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar

6
estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan folikel.
k. Obesitas Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko
terkena kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak
memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone
estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen
merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista ovarium.

3. Jenis-jenis Kista ovarium


a. Kista ovarium neoplastik
1) Kistadenoma ovarii serosum Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari
keseluruhan tumor jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-
50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium
(bilateral). Ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih
keil dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan
serosa, jernih kekuningan.
2) Kistadenoma ovarii musinosum Kistadenoma ovarii musinosum
mencakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan 85%
diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada umumnya multilokuler dan
lokulus yang berisi cairan musinosum tampak bewarna kebiruan di
dalam kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari
epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel bewarna sel gelap terletak
di bagian basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus
mirip dengan struktul epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan
struktur epitel kolon di mana cairan musin di dalam lokulus kista
mengandung sel-sel goblet.
3) Kista dermoid Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari
total tumor ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak
diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
4) Kista ovarii simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
biasanya bertangkai sering kali bilateral dan dapat menjadi besar.
Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan
berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.

7
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjad putaran tungkai
dengan gejala-gejala mendadak.
5) Kista endometroid Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan
licin pada dinding dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan
epitel endometrium.
b. Kista ovarium non neoplastik
1) Ovarium polisistik (Stein-Leventhal Syndrome) Penyakit ovarium
polisistik ditandai dengan pertumbuhan polisistik kedua ovarium,
amnorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Sekitar 50%
pasien mengalami hirsutiseme dan obesitas. Walaupun mengalami
pembesaran ovarium, ovarium polisistik juga mengalami sklerotika
yang menyebabkan permukaannya bewarna putih tanpa identasi
seperti mutiara sehingga disebut juga sebagai ovarium kerang.
Ditemukan banyak folikel berisis cairan di bawah fibrosa korteks yang
mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena
mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang
sama.
2) Kista folikuler Kista folikel merupakan kista yang paling sering
ditemukan di ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari
folikel pra ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi
(LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali.
Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara
artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk
menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang
spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.
c. Kista korpus luteum Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut
korpus luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah
ovulasi. Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
1) Kista granulosa lutein Kista granulosa merupakan pembesaran non-
neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel garnulosa mengalami
luteinisasi. Pada tahap berikutnya vaskularisasi baru, darah terkumpul
di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorpsi darah

8
ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang
persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut
yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang
menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat
menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau
perdarahan.
2) Kista theka lutein Biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan jernih
kekuningan. Kista sering kali bersamaan dengan ovarium polisistilk,
mola hodatidosa, koro karsinoma, terapi hCG dan klomifen sitrat.
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umunya
tidak diperlukan tindakan pembedahan untuk menangani kista ini
karena kista dapat menghilang secara spontan setelah evakuasi mola,
terapi korio karsinoma, dan penghentian stimulasi ovulasi dengan
klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi
perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan
laparatomi untuk menyelamatkan penderita.
d. Kista inklusi germinal Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih
banyak pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista biasanya ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak dibawah permukaan
ovarium, dindingnya terdiri atad satu lapisan epitel kubik dan isinya jernih
dan serus.

4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih
sebanyak 1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada
umur satu tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran yang
dirasngsang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan
dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative
pada hipotalamuspituitari neonatal. Pada awal pubertas sel germinal
berkurang menjadi 300.000 sampai 500.000 unit dari selama 35-40 tahun
dalam masa kehidupan reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi,

9
folikel primer akan menipis sehingga pada saat menopause tinggal beberapa
ratus sel germinal.pada rentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi
peningkatan hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan FSH.
Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan peningkatan
stimulasi FSH. Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas
termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat
interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad di mana melibatkan folikel dan korpus
luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau
parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal dari
proses ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa
folikular dan luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa
keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana
gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi.
Hipotalamus menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang
disekresi secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu
hipofisis untuk menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi
secara pulpasi juga. Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang
tersisa. Terjadi peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar
3 kali lipat dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause,
selanjutnya terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua
gonadotropin tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan
merupakan bukti pasti terjadi kegagalan ovarium (Prawirohardjo,2011).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karena
darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amnorea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang
dalam kista dapat menyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2008).

10
5. Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri pada perut bagian bawah.
d. Nyeri saat berhubungan badan.
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.

6. WOC

7. Respon tubuh terhadap fisiologis


Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi menurut Wiknjosastro (2008)
adalah sebagai berikut:
a. Sistem gastrointestinal Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat
menyebabkan pembengkakan perut. Apabila tumor menekan kandung
kemih dapat menimbulkan gangguan miksi.
b. Sistem pencernaan Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya
seperti lambung. Penekan pada lambung dapat mengakibatkan mual
muntah serta kehilangan nafsu makan.
c. Sistem pernafasan Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar
mengakibatkan paruparu menjadi terdesak sehingga sirkulasi oksigen
terganggu maka timbul rasa sesak.
d. Sistem reproduksi Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan
produksi hormon meningkat, pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur,
kegagalan sel telur menjadi matang menimbulkan kista ovarium. Akibat
dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke dalam kista dan
menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi saat terjadi perdarahan

11
sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
e. Sistem kardiovaskuler Putaran tungkai pada kista ovarium dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Adanya
putaran tungkai menimbulkan tarikan ligamentum infundibulopelvikum
terhadap peritoneum parietale yang akan menimbulkan rasa sakit. Karena
vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor
dengan akibat dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya
timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan
obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan

12
dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit
kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu
diketahui adalah
a) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada
masa menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-faktor
budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien
mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah
dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang
lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien
mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma
uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji
adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi

13
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan
minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam
hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar
siklus menstruasi.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

14
b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis SIKI SLKI
Keperawatan
Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama 3 x 24 jam di Observasi
pencedera fisik harapkan kontrol
nyeri meningkat - lokasi, karakteristik,
(L.08063) dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri
- Melaporkan nyeri - Identifikasi skala
meningkat nyeri
- Kemampuan - Identifikasi respon
mengenali penyebab nyeri non verbal
nyeri meningkat - Identifikasi faktor
- Keluhan nyeri yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik

15
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
- Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu

Ansietas Setelah dilakukan Terapi relaksasi (I.09326)


berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan selama 3x24 jam
kekhawatiran tingkat ansietas  Identifikasi penurunan
mengalami (L.09093) menurun tingkat energy,
kegagalan dengan kriteria hasil : ketidakmampuan
 Verbalisasi berkonsentrasi, atau gejala
kebingungan lain yang menganggu
menurun kemampuan kognitif

16
 Verbalisasi  Identifikasi teknik relaksasi
khawatir yang pernah efektif
akibat kondisi digunakan
yang dihadapi  Identifikasi kesediaan,
menurun kemampuan, dan
 Perilaku penggunaan teknik
gelisah sebelumnya
menurun  Periksa ketegangan otot,
 Perilaku frekuensi nadi, tekanan
tegang darah, dan suhu sebelum
menurun dan sesudah latihan
 Konsentrasi  Monitor respons terhadap
membaik terapi relaksasi
 Pola tidur
membaik Terapeutik

 Ciptakan lingkungan tenang


dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat,


batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil
psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi

17
 Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang
dipilih’
 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. napas
dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )

Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


berhubungan efek intervensi Observasi
prosedur invasif keperawatan selama - Monitor tanda dan gejala
3x24jam maka infeksi local dan sistemik
Tingkat Infeksi Terapeutik :
(L.14137) membaik - Batasi jumlah pengunjung
dengan kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit
- Kadar sel darah pada area edema
putih membaik - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknikn aseptic
pada pasein beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cuci tangan dengan
benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotok ataupun
imusisasi (jika perlu)

18
BAB III

KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISITEM


REPRODUKSI

TGL PENGKAJIAN : 14-10-2021. Pukul : 14.00 WIB

TGL MASUK R. KEBIDANAN : 13-10-2021


JAM MASUK : 11.30 WIB
RUANGAN/KELAS : Kebidanan/I
NUMBER KAMAR : 1.1
NO. REGISTER : 947……
DIAGNOSA MEDIS : Kista Ovarium

BIODATA
A. NamaIbu : Ny. dr. Dh
B. Umur : 31 Tahun
C. Agama : Islam
D. Pendidikan : S1 Kedokteran
E. Pekerjaaan : PNS
F. Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
G. AlamatRumah : Jl. Melur I Karya Maju Kec. Telanaipura
H. NamaSuami : Tn. N
I. Umur : 31 Tahun
J. Agama : Islam
K. Pendidikan : S1 Kedokteran
L. Pekerjaan : PNS
M.Alamat Rumah : Jl. Melur I Karya Maju Kec. Telanaipura

RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang :
1. Keluhan utama :
19
Pasien mengatakan Nyeri dirasa akibat Luka Post Operasi Kista Ovarium. Nyeri
seperti ditusuk-tusuk.Nyeri dirasa menetap dan tidak menyebar, skala nyeri 7,
nyeri hilang timbul

2. Keluhan saat pengkajian :


Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah. Pasien baru selesai
tindakan operasi laparoskopi kistektomi, wajah tampak meringis, TTV: Tekanan
darah: 130/80 mmHg; Nadi: 92 x / menit; Pernafasan: 26 x / menit; Suhu: 37°C.

3. Riwayat Penyakit (PQRST) :


Pasien mengatakan nyeri sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, nyeri
dirasakan akibat haid, nyeri seperti tertusuk tusuk, nyeri di rasakan di bagian
abdomen saat nyeri timbul dapat berlangsung 2-3 menit, lokasinya pada abdomen
bawah, skala nyeri 8.

Masalah Keperawatan : Nyeri akut

B. Riwayat kesehatan yang lalu :


Pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit karena mengalami abortus
incomplete pada bulan Mei 2020.

C. Riwayat haid :
Menarche : Saat umur 13 Tahun; siklus 28 hari (teratur)
Lamanya : 7 Hari
Masalah waktu haid : Nyeri haid
Haid terakhir : 26-09-2021

D. Riwayat kontrasepsi : Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi


- Type :-
- Kapan menggunakan : -
- Masalahnya :-
- Kapan berhenti :-
- Alasan berhenti :-

E. Hasil kehamilan / persalinan : Riwayat sebelumnya pasien satu kali abortus,


belum pernah melahirkan.
20
- Jumlah anak yang hidup :-
- Laki-laki :-
- Perempuan :-
- Interval kelahiran :-
- Siapa yang melakukan kelahiran yang lalu :-
- Dimanatempatmelahirkananakterdahulu :-

PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 92 x / menit
Pernafasan : 20x / menit
Suhu : 37°C
B. Berat Badan : 56 kg
C. Tinggi Badan : 160 cm
D. Status fisik : Tinggi badan dan berat badan proporsional
1. Keadaan umum : Sedang
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
E. Kulit :
1. Warna : Sawo matang, tidak sianosis
2. Turgor : Turgor kulit baik
3. Kekenyalan : Elastisitas baik/ kenyal
F. Rambut :
1. Warna : Hitam
2. Distribusi : Merata
G. Leher :
1. Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Vena jugolaris : tidak terjadi distensi vena jugolaris
H. Mata :
1. Conjungtiva : Merah muda
2. Sclera : Putih/ an ikterik
I. Gigi dan mulut : Tampak bersih, Warna bibir merah muda, lidah warna
merah muda, mukosa lembab,

21
ukuran tonsil normal, letak uvula simetris
ditengah
J. Dada :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada retaksi dinding dada
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru, batas jantung normal
Auskultasi : Suara paru vesikuler, bunyi jantung normal
K. Payudara :
1. Bentuk : Bulat, Simetris kanan dan kiri
2. Konsistensi : Lunak
3. Pembesaran : Tidak ada pembesaran
4. Putting susu : Menonjol keluar
5. Pelebaran pembuluh vena : Tidak terjadi pelebaran
6. Ada keluar cairan : Tidak mengeluarkan cairan
L. Abdomen :
1. Inspeksi : Terdapat luka post op 3 cm
Permukaan : Tidak ada benjolan, tampak rata, luka 3 cm pada
umbilical, luka tampak kering, tidak ada
pus/nanah.
Bentuk perut : Normal, rata, ascietes (-)
Gerakan dinding perut : Normal
2. Palpasi :
Tempat nyeri tekan : Abdomen
Bagian perut yang tegang : Tidak ada
Benjolan daerah perut : Tidak teraba dengan palpasi
M. Pemeriksaan Gynekologi : Dilakukan saat prosedur laparaskopi
1. Vulva : Simetris kiri dan kanan
2. Inspekulo : Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
spekulum
untuk menentukan letak muara tuba
3. Vagina : Dinding vagina normal
4. Portio : Lunak tidak terdapat massa atau benjolan.
N. Pemeriksaan Dalam :
1. Portio : Lunak

22
2. Corpus Uteri : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Peratemarium kanan : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Peratemarium kiri : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan per rectal : Tidak dilakukan pemeriksaan

I. DATA BIOLOGIS :
A. Tidur dan istirahat :
1. Apakah ada gangguan : Tidak ada
2. Jenis gangguan :-
3. Hal yang mengganggu :-
4. Lama waktu tidur : 6-8 Jam
B. Makanan dan minuman :
1. Makanan yang disukai : Makanan yang rendah lemak
2. Minuman yang disukai : Teh manis
3. Diet khusus yang dilakukan : Tidak ada
4. Apakah ada perubahan pola makan : Tidak ada
5. Nafsu makan meningkat / menurun : Nafsu makan masih baik, dalam batas
normal
6. Rasa mual dan muntah : Tidak ada
C. Pola eleminasi
1. BAB
a. Frekuensi : 1 kali/hari
b. Konsistensi : Lunak
c. Warna : Kuning
d. Bau : Khas feses/ amonia
2. BAK
e. Frekuensi : 4-5 kal/hari
f. Warna : Kuning Jernih
g. Bau : Khas urine
3. Sexual
h. Apakah ada perubahan pola : Tidak ada
i. Jenis perubahan yang alami :-

Masalah Keperawatan : -
23
DATA PSIKOLOGI
A. Status perkawinan :
1. Usia perkawinan : 3 tahun
2. Perkawinan yang keberapa : Ke-1
3. Hambatan dalam perkawinan : Pasien khawatir akan akibat dari
kondisi yang dihadapi untuk masa
depan dan sedih karena belum bisa
memberikan keturunan.
B. Perilaku verbal
1. Cara menjawab : Menjawab pertanyaan dengan ramah
2. Senang memberi informasi : Pasien senang memberi informasi
3. Bertanya / menjawab pertanyaan : Pasien mau menjawab pertanyaan
4. Sering mengalihkan perhatian : Tidak
5. Bicara jelas / tidak : Bicara pasien jelas
C. Perilaku non verbal : Pasien tampak tegang saat akan
diberi obat, ekspresi wajah tampak
murung saat menceritakan
kekhawatirannya
D. Pola komunikasi : Baik
E. Orang lain yang dapat memberikan rasa aman : Suami dan mertua Aman
F. Orang yang paling berharga bagi klien : Suami, ibu dan mertua
G. Hubungan dengan tetangga dan : Baik
Masyarakat
H. Masalah yang sedang dipikirkan
:Pasien mengatakan khawatir
tentang kondisi yang sedang di
hadapinya sekarang . pasien merasa
cemas karena sampai saat ini pasien
belum mempunyai keturunan. Pasien
tampak cemas dan gelisah

Massalah Keperawatan : Ansietas

24
25
II. DATA PENUNJANG
A. Diagnose medis : Kista Ovarium
B. Pemeriksaan diagnostic :
1. Laboratorium : Golongan darah B+
2. Tanggal : 14 oktober 2021
Jenis Hasil Normal Keterangan
Eritrosit 4,82 x106/uL 4,5-5,5 x106/uL N
Leukosit 9.600 /uL 4.000-10.000 /uL N
Trombosit 293.000 /uL 150.000-450.000 uL N
Hemobglobin 14,2 g/ dL 13,4-17,1 g/ dL N
Hematokrit 43,3 % 34,5-54 % N

GDS 94 mg/dL < 200 mg/dL N


Ureum 24 mg/dL 15-39 mg/dL N
Kreatinin 0,59 mg/dL 0,55-1,3 mg/dL N
Natrium 139 mg/dL 136-146 mmol/L N
Kalium 3,51 mg/dL 3,34-5,10 mmol/L N
Chlorida 99 mg/dL 98-106 mmol/L N
Laju endap darah 14 mm/jam 0-20 mm/jam N
SGOT 21 u/l 15-37 u/l N
SGPT 24 u/l 14-63 u/l N

3. Rontgen :
Thorax PA : Cor dan pulmo dalam batas normal.

4. Ultrasonografi (USG) :
USG abdomen : uterus
Kesan : Kista ovarium kanan Ø 4,3 cm

C. Therapy / pengobatan :
D. Tanggal : 13 oktober 2021
1. IVFD : RL + Ketorolac 1 amp : 20 tpm
2. Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr.
3. Transamin 2 x 1 amp
4. Ondansetron 4 mg 3 x 1 amp
5. Pronalges supp 3 x 1
Yang melakukan pengkajian

(KELOMPOK)

26
ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: Agen pencidera fisik Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri (Luka Op) (D.0078)
pada area luka post op
- Nyeri seperti tertusuk tusuk,
hilang timbul, nyeri di rasakan di
bagian abdomen saat nyeri timbul
dapat berlangsung 2-3 menit,
lokasinya pada abdomen bawah,
skala nyeri 7.

DO:
- wajah tampak meringis
- tampak sering memegangi
abdomen bawah
- tidak banyak bergerak/
menjaga area nyeri
- Tekanan darah: 130/80 mmHg
- Nadi: 92 x / menit
- Pernafasan: 20 x / menit

2 DS: kekhawatiran Ansietas


- Pasien mengatakan khawatir mengalami kegagalan (D.0080)
tentang kondisi yang sedang di
hadapinya sekarang .
- Pasien merasa cemas karena
sampai saat ini pasien belum
mempunyai keturunan.
DO :
- Pasien tampak cemas dan
gelisah
-Pasien menceritakan tentang
kondisinya pada perawat dengan
ekspresi agak murung
- Tekanan darah: 130/80 mmHg
- Nadi: 92 x / menit
- Pernafasan: 20 x / menit

27
28
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TGL/JAM NO SDKI TTD


14-10-2021 1 Nyeri Akut berhubungan Agen pencidera fisik KELOMPOK
14.00 (Luka Op) di tandai dengan Pasien
mengatakan nyeri pada area luka post op
Nyeri seperti tertusuk tusuk, hilang timbul,
nyeri di rasakan di bagian abdomen saat nyeri
timbul dapat berlangsung 2-3 menit,
lokasinya pada abdomen bawah, skala nyeri
7, wajah tampak meringis ,tampak sering
memegangi abdomen bawah ,tidak banyak
bergerak/ menjaga area nyeri ,Tekanan darah:
130/80 mmHg ,Nadi: 92 x / menit,
Pernafasan: 20 x / menit

14-10-2021 2 Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran KELOMPOK


14.00 mengalami kegagalan ditandai dengan Pasien
mengatakan khawatir tentang kondisi yang
sedang di hadapinya sekarang . Pasien merasa
cemas karena sampai saat ini pasien belum
mempunyai keturunan,Pasien tampak cemas
dan gelisah, Pasien menceritakan tentang
kondisinya pada perawat dengan ekspresi agak
murung ,Tekanan darah: 130/80 mmHg ,Nadi:
92 x / menit, Pernafasan: 20 x / menit

29
INTERVENSI KEPERAWATAN
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Agen selama 2 x 24 jam  Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencidera fisik diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(Luka Op) nyeri (L.08066)  Identifikasi skala nyeri
menurun.  Identifikasi respon nyeri non
Kriteria hasil: verbal
- Keluhan nyeri Terapeutik
menurun  Berikan teknik nonfarmakologis
- Meringis menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Sikap protektif  Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
- Gelisah menurun  Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi, Edukasi
pola napas, TD
 Jelaskan penyebab, periode, dan
membaik
pemicu nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesic.

Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan selama 2x24 jam  Monitor tanda-tanda ansietas
kekhawatiran tingkat ansietas  Terapeutik
terhadap (L.09093) menurun.  Ciptakan suasana terapeutik untuk
keadaan Kriteria hasil : menumbuhkan kepercayaan
- Verbalisasi  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
kebingungan  Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun  Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Verbalisasi khawatir meyakinkan
akibat kondisi yang
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan
dihadapi menurun
kenyamanan
- Perilaku gelisah
Edukasi
menurun
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
- Perilaku tegang
mungkin dialami
menurun
 Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
30
 Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu

31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DX TGL/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

1 14-10-2021  Mengidentifikasi lokasi, S:


15.00 karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan masih
kualitas, intensitas nyeri : merasa nyeri seperti kolik.
Lokasi nyeri abdomen bawah, nyeri O:
tekan (+), ketika timbul selama 2-3 - Masih ada keluhan nyeri
menit, ketika haid, skala nyeri 5. - Ekspresi meringis
 Menganjurkan pasien untuk - Skala nyeri 5
mengompres hangat area nyeri untuk - TD : 110/70 mmHg
mengurangi nyeri - Nadi 84 x/menit
 Mengatur suhu ruangan yang - RR : 20 x/menit
nyaman agar tidak memperberat - Suhu 37°C
nyeri : 26°C A: Masalah belum teratasi
 Memfasilitasi istirahat P: Intervensi dilanjutkan
 Mengajarkan teknik relaksasi napas - Manajemen nyeri
dalam untuk mengurangi nyeri
 Memberikan analgesik drip
ketorolac 1 amp dalam 1 kolf IVFD
RL 20 tpm.

2 14-10-2021  Memonitor tanda-tanda S:


16.00 ansietas : wajah tegang, tampak Pasien mengatakan ia masih
murung, mengungkapkan khawatir akan keadaannya
kekhawatiran dan kesedihan dikemudian hari, apakah masih
 Menciptakan suasana bisa mempunyai keturunan.
terapeutik O:
 Mendengarkan pasien - Pasien masih menyatakan
dengan penuh perhatian khawatir.
 Menjelaskan prosedur, - Keluarga pasien memahami
termasuk sensasi yang dialami keadaan pasien, dan tampak
 Menganjurkan suami berusaha menenangkan.
pasien untuk tetap bersama pasien - Pasien tampak tenang dan
 Melatih teknik bercerita saat perawat
relaksasi (meditasi) datang mengunjungi.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
- Reduksi ansietas.

32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DX TGL/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

2 15-10-2021  Mengidentifikasi lokasi, S:


15.00 karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri sudah
kualitas, intensitas nyeri : banyak berkurang dan jarang
Lokasi nyeri abdomen bawah, nyeri muncul.
tekan (+), ketika timbul selama 1-2 O:
menit, ketika haid, skala nyeri 2. - Keluhan nyeri mulai
 Menganjurkan pasien untuk berkurang
mengompres hangat area nyeri untuk - Ekspresi rileks
mengurangi nyeri - Skala nyeri 2
 Mengatur suhu ruangan yang - TD : 110/70 mmHg
nyaman agar tidak memperberat - Nadi 81 x/menit
nyeri : 26°C - RR : 20 x/menit
 Memfasilitasi istirahat - Suhu 36,7°C
 Menganjurkan teknik relaksasi napas A: Masalah teratasi
dalam untuk mengurangi nyeri jika P: Intervensi dihentikan.
nyeri muncul.
 Melepas IVFD RL 20 tpm (pasien
pulang).

3 15-10-2021  Memonitor tanda-tanda S:


16.00 ansietas : wajah sudah tampak Pasien mengatakan ia berusaha
rileks, tidak murung lagi, optimis untuk pemulihan dan
mengungkapkan optimis untuk akan berusaha untuk
pemulihan mendapatkan keturunan.
 Menciptakan suasana O:
terapeutik - Pasien menyatakan
 Mendengarkan pasien keoptimisan.
dengan penuh perhatian - Keluarga pasien
 Menganjurkan suami mendukung pasien
dan keluarga lainnya untuk tetap - Pasien tampak tenang dan
bersama pasien dan memberi mulai ceria saat bercerita
dukungan pada perawat.
 Menganjurkan untuk A : Masalah teratasi
menerapkan teknik relaksasi di P : Intervensi dihentikan
rumah (meditasi) .

33
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Saydam (2012), kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang
bertumbuh pada indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang
berbeda dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan. kista
ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan hormone pada hipotalamaus,
hipofisis dan ovarium. Penyebab lain timbulnya kista adalah ovarium adalah adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya bakteri dan virus,
adanya zat dioksin dan asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan membantu tumbuhnya kista, faktor
makan makanan yang berlemak yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat
dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya
kista (Mumpuni dan Andang, 2013).

B. SARAN
1. Bagi institusi rumah sakit
Diharapkan mampu meningkatkan pemberian edukasi terhadap pasien yang telah
menjalani perawatan di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi seperti
edukasi mengenai penyakit dan perawatan luka di rumah.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan
keperawatan maternitas dengan pasien kista ovarium.

34
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (ACS), 2009.Breast Cancer Facts & Figures 2009-. 2010.


Atlanta:American Cancer Society,
Arif, F. A., Purwanti, E., & Soelistiono, S. (2016). Perancangan Aplikasi. Identifikasi
Kista Ovarium Berbasis Sistem Cerdas. Jurnal Ilmiah Teknologi.
Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Prawirohardjo. Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4
Jakarta : EGC. Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. 
 Mumpuni, Y. 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta: Rapha.
Publishing. Nasir, Abdul, dan Ideputri. 2011
Prawirohardjo. Ilmu kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo. 2011;106-108.
 Reeder, Martin, & Koniak-Griffin. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan.
Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol 1
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai