Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEDARURATAN SISTEM III

KEGAWATDARURATAN THT
TERSEDAK (CHOKING)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
IKA RAHASTI NH0219016
IFTITAH YUNIARTI NH0219015
KARLINASARI NH0219018
FUTRIANI NH0219014
JITRO KRISTIANTO NH0219017
KARMILA NH0219019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI LMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan
berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
kegawatdaruratan THT kasus Tersedak (Choking). Makalah ini dibuat
sebagai tugas mata kuliah system Perkemihan. Penulis banyak mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang
sekiranya dapat membangun dan memotivasi penulis untuk berkarya lebih baik
lagi di masa mendatang.

Makassar, 13 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
A. Konsep Medis............................................................................................................ 3
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................. 10
BAB III. TINJAUAN KASUS..................................................................................... 12
A.Pengkajian.................................................................................................................... 12
B. Diagnosa keperawatan ......................................................................................... 12
C. Intervensi.................................................................................................................... 12
BAB IV. PENUTUP................................................................................................................ 28
A. Kesimpulan................................................................................................................ 28
B. Saran............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan kegawatdaruratan akan dilaksanakan secara Tim pada
Instalasi Gawat Darurat, dengan pemahaman bahwa tindakan gawat darurat
berbeda dengan penanganan pada klien yang memiliki masalah tidak gawat
darurat. Penatalaksanaan kegawadaruratan harus dilaksanakan secara tim dan
akan dipimpin oleh seorang leader tim yang harus langsung memberikan
pengarahan secara keselirihan mengenai penatalaksanaan terhadap pasein
yang mengalami injuri.(Maria, Zubaidah, & Puspariana, 2019)
Tersedak adalah suatu kejadian yang bisa dicegah tetapi sering terjadi
yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada kelompok anak.
Tersedak (choking) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda asing
secara total atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas dan
kekurangan oksigen, bahkan dapat segera menimbulkan kematian Tersedak
(Choking) merupakan kejadian yang sering di jumpai di masyarakat.
Kebanyakan masyarakat tidak terlalu menghiraukan kejadian tersebut.
Seseorang yang mengalami tersedak terjadi akibat adanya gangguan atau
penyumbatan pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh makanan,
mainan atau hal yang lain .Tersedak merupakan pembunuh tercepat, lebih
cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation. Kejadian tersedak
termasuk kedalam kasus kegawatdaruratan yang harus mendapatkan
penanganan segera, dan apabila terjadi obstruksi atau sumbatan jalan napas
dapat menyebabkan napas 2 pendek (hipoventilasi), kekurangan oksigen
(hipoksemia), peningkatan kerja pernapasan dan gangguan pertukaran gas
berubah di paru-paru. Penyebab tersedak anak-anak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makanan terlalu banyak pada satu waktu.
(Rosidawati, 2020)
Tersedak dapat terjadi pada anak dan bayi.berbagai jenis benda yang dapat
mengakibatkan anak dan bayi tersedak yaitu, makanan, minuman, buah,
permen, mainan dan lain-lain ..Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan
benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya. .Data menyebutkan penyebab
tersedak yaitu sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%)
tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui (Erna
Dwi Wahyuni, Deni Yasmara, 2018). Di Amerika Serikat terjadi setiap lima
hari terdapat satu anak dibawah usia satu tahun meninggal dunia karena
tersedak benda asing dan lebih dari 10.000 anak dirawat di Unit Gawat
Garurat . Di Indonesia pada tahun 2010, diperoleh data kasus tersedak benda
asing di tenggorokan sebanyak 112 orang di RSUD dr. Harjono Ponorogo.
(Nurhayati et al., 2017)
Kasus tersedak tidak bisa lepas dari manajemen jalan napas yang bertujuan
untuk mengembalikan pertukaran udara secara normal. Terdapat banyak
penyebab dari penyumbatan jalan napas, oleh karena itu manajemen 3 jalan
napas harus dimulai ketika mengetahui adanya suatu sumbatan pada saluran
pernapasan. diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing
yang menyumbat jalan napas kemudian meminta anak untuk membatukkan
dengan keras agar benda asing tersebut keluar, apabila anak belum bisa bicara
minta 3. Ditinjau dari beberapa penyebab tersedak yang dapat menyebabkan
kondisi gawat darurat dan harus cepat ditangani karena bila terlalu lama akan
mengakibatkan kekurangan oksigen dan mengakibatkan kematian. Maka
Untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari tersedak dibutuhkan
keterampilan seorang petugas medis di instalasi Gawat Darurat dalam
melakukan penanganan tersedak secara tepat dan benar. (Sari, Labora, &
Bidjuni, 2017)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep medis Tersedak?
2. Bagaimana konsep keperawatan Tersedak?
3. Bagaimana Aplikasi Asuhan Keperawatan pada kasus Tersedak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pada makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep medis tersedak
2. Mengetahui konsep keperawatan tersedak
3. Mengetahui aplikasi asuhan keperawatan pada kasus tersedak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Pengertian tersedak
Tersedak merupakan kegawatdaruratan yang harus memperoleh
penanganan segera dan tersedak terjadi akibat benda kecil, mainan atau
sepotong makanan yang menghalangi jalan napas (Ain, 2019). Bayi dan
anak-anak kecil memiliki saluran udara yang sangat kecil sehingga
membuat lebih mudah bagi mereka untuk tersedak). Benda asing biasanya
tersangkut pada bronkus (paling sering pada paru bagian kanan) dan dapat
mengakibatkan kolaps pada bagian distal lokasi penyumbatan .
(Rosidawati, 2020)
Tersedak adalah keadaan darurat dalam pernapasan yang umum. Hal
ini terjadi ketika jalan napas orang tersebut sebagian atau seluruhnya
terhalang/tersumbat. Jika orang yang sadar tersedak, jalan napasnya
tersumbat benda asing seperti sepotong makanan atau mainan kecil, ada
pembengkakan di mulut atau tenggorokan, atau karena cairan, seperti
muntah atau darah. Jika jalan napas terhambat hanya sebagian maka orang
tersebut biasanya masih dapat bernapas tetapi terlihat sulit, karena masih
mendapatkan cukup oksigen masuk dan keluar dari paru-paru untuk batuk
atau terdengar suara mengi/wheezing, bahkan masih dapat berbicara
walaupun terbata-bata. Sedangkan seseorang dengan saluran napas yang
benar-benar tersumbat total tidak dapat batuk, berbicara, menangis bahkan
bernapas sama sekali Kadang-kadang orang tersebut dapat batuk dengan
lemah atau membuat suara bernada tinggi, ini memberitahu bahwa orang
tersebut tidak mendapatkan cukup udara untuk tetap hidup.(Gunugama,
2018)
2. Epidemiologi
Aspirasi benda asing pada saluran napas dilaporkan terjadi pada anak
diseluruh dunia; 80% pada usia di bawah 3 tahun dengan puncaknya pada
usia 1-2 tahun. Angka kejadiannya mencapai 0,6 kasus per 100.000 anak.
Pada laki-laki memiliki insidens lebih tinggi berkaitan dengan
karakteristiknya yang lebih imuplsif.(Ain, 2019)
3. Penyebab Tersedak
Anak-anak lebih beresiko tinggi tersedak dikarenakan beberapa alasan.
Anak memiliki kebiasaan sering memasukan benda-benda yang baru di
kenal kedalam mulut mereka. Ketidakmatangan fisik anak karena masih
belum bisa mengunyah secara sempurna dan terburu-buru serta kebiasaan
anak yang suka berlari, tertawa, berbicara dapat meningkatkan resiko
tersedak. Saluran udara yang sempit pada anak, jika terjadi obstruksi pada
saluran pernafasan akan mengurangi aliran udara yang keluar masuk
secara signifikan. Biasanya obstruksi terjadi faring samapi bronkus Benda
tajam kecil dapat tersangkut di bagian laring dan dapat menyebabkan
stridor atau wheezing. Pada kasus yang jarang terjadi, benda berukuran
besar dapat tersangkut pada laring dan mengakibatkan kematian mendadak
akibat sumbatan, kecuali segera ditangani dengan dilakukan trakeostomi .
(Rosidawati, 2020)
4. Tanda Gejala
Tanda dari seseorang yang mengalami tersedak akan memunculkan
banyak reaksi dan dapat dikategorikan menjadi berat dan ringan. Reaksi
yang sering muncul adalah reaksi batuk-batuk, karena batuk merupakan
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke
tenggorokan atau saluran pernapasan. apabila semakin besar benda asing
yang masuk maka akan menimbulkan gejala lain seperti sesak napas,
mengi, suara serak, hingga tidak ada suara napas sehingga perlu
mendapatkan penanganan medis segera, tersedak juga dapat dikategorikan
berat yaitu ketika pertukaran udara yang buruk sehingga kesulitan saat
bernapas, seperti batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk
berbicara, sedangkan untuk tersedak dengan kategori ringan ketika korban
masih dapat kooperatif saat diajak bicara dan masih dapat bernapas.(Erna
Dwi Wahyuni, Deni Yasmara, 2018)
Tersedak dapat mengakibatkan kematian, saat tersedak tidak ditangani
dengan segera maka dalam waktu 4 menit tubuh akan mengalami
perubahan warna pada kulit seseorang menjadi sianosis (kebiruan), dan
dalam waktu 6 menit seseorang akan mengalami syncope (tidaksadarkan
diri), lebih dari 8 menit tidak ditangani akan terjadi kerusakan dan
kematian pada otak manusia.
5. Mekanisme Tersedak /Patofisiologi
Gagal nafas adalah ketidakadekuatan dari pertukaran antara
oksigen(O2) dan karbon dioksida(CO2). Pertukaran yang tidak adekuat
dapat menyebabkan kekurangan oksigen Pertukaran oksigen di otak dan
jaringan yang tidak adekuat akan sangat membahayakan korban serta
dapat mengakibatkan kematian Tubuh manusia memiliki jalur yang
berfungsi sebagai jalur lewatnya udara untuk bernafas dan jalur lainnya
untuk lewatnya makanan.
Tenggorokan merupakan jalur lewatnya udara untuk bernafas dan
kerongkongan merupakan jalur untuk lewatnya makanan. Tenggorokan
dan kerongkongan berada di belakang lidah dan jalurnya saling
bersinggungan serta terdapat katup epiglotis yang berfungsi sebagai
pengatur antara masuknya makanan dengan udara). Katup epiglotis yang
secara otomatis mengatur udara dan makanan yang masuk kedalam tubuh
seseorang. Kejadian tersedak pada seseorang merupakan keterlambatan
dari menutupnya katup epligotis pada tenggorokan. Makanan yang
seharusnya masuk ke kerongkongan, akibat dari keterlambatan epiglotis
dalam menutup makanan masuk ke jalur pernafasan dan menyebabkan
seseorang mengalami tersedak (Gunugama, 2018)
Gambar Proses Menelan
6. Diagnosis/ Pemeriksaan Penunjang
Aspirasi benda asing harus dipertimbangkan apabila didapatkan
tanda berikut: Tiba-tiba tersedak, batuk atau wheezing, atau Pneumonia
segmental atau lobaris yang gagal diobati dengan terapi
antibiotik.Periksa anak untuk:
a. Wheezing unilateral
b. Daerah dengan suara pernapasan yang menurun, dapat dullness
atau hipersonor pada perkusi.
c. Deviasi dari trakea
Lakukan pemeriksaan foto dada pada saat ekspirasi penuh untuk
melihat daerah hiperimflasi atau kolaps, pergeseran mediastinum
(ipsilateral), atau benda asing bila benda tersebut radio-opak Pada
perkusi didapatkan dullness, sedangkan auskultasi dapat terdengar
suara mengi unilateral, stridor, atau ronkhi. Pemeriksaan rontsen
foto toraks untuk melihat objek dengan gambaran radio-opak
(benda yang sukar ditembus sinar X akan memberikan gambaran
putih), namun bahan penyebab sumbatan yang sering adalah bahan
organik yang memberikan gambaran radiolusen. Pada kasus benda
asing bergerak ke arah distal, suara auskultasi dan radiografi yang
awalnya abnormal seakan-akan dapat menjadi normal. Oleh karena
itu, hasil pemeriksaan fisik normal tidak menyingkirkan kecurigaan
adanya aspirasi.(Rosidawati, 2020)
Perlunya pemeriksaan bronkoskopi dapat dinilai dengan
kriteria Heyer, yaitu: hiperinflasi paru fokal, tersedak yang
disaksikan, dan leukositosis >10.000, jika ditemukan dua dari tiga
tanda tersebut dibutuhkan bronkoskopi untuk konfirmasi diagnosis.
Diagnostik lain adalah sistem penilaian Kadmonet. Parameternya
antara lain: umur (10-24 bulan), riwayat keberadaan benda di
mulut pasien diikuti gangguan pernapasan berat, suara napas
stridor, sesak atau hipoksia selama fase akut, suaru pernapasan
abnormal unilateral pada auskultasi, dan radiografi abnormal .
7. Penatalaksanaan
Secara anatomi pada anak usia dibawah 1 tahun terdapat perbedaan
antara anak dan orang dewasa, karena pada kepala anak lebih besar
daripada tubuhnya dan ketika berbaring leher anak akan tertekuk ketika di
permukaan yang datar, pada anak lidahnya lebih besar dan rahang
bawahnya lebih pendek. Hal tersebut meningkatkan resiko tertutupnya
jalan napas pada anak Pada orang dewasa lebih cenderung tersangkut di
bagian bronkus sebelah kanan karena segaris lurus dengan trakea dan
bagian bronkus sebelah kanan lebih besar. Sampai usia 15 tahun sehingga
sudut dan ukuran bronkusnya antara kanan dan kiri hampir sama, sehingga
pada anak-anak lokasi tersangkutnya benda asing lebih sering terjadi
antara bronkus utama kanan dan kiri
Tersedak bisa terjadi pada bayi, tersedak mengakibatkan bayi tidak
bisa batuk efektif, namun masih sadar penuh, pertolongan pertama yang
dapat dilakukan adalah diberikan 5 hentakan dengan pangkal telapak
tangan. Bayi dipegang diposisikan tengkurap kemudian menepuk bagian
punggung (black blow) di antara dua tulang belikat atau dengan hentakan
di dada (chest thrust) pada bayi posisi bayi terlentang. Lakukan hentakan
dengan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) kedalaman pada saat
melakukan hentakan pada dada bayi 1,5 inci atau sekitar 4 cm, sedangkan
pada anak 2 inci atau sekitar 5 cm. Jika penyebab tersedak belum keluar,
ulangi tindakan dari awal hingga penyebab tersedak keluar
Pertolongan pertama pada kejadian tersedak pada anak Penolong
berada di belakang korban, kemudian korban dibungkukan. Lakukan
hentakan 5 kali pada punggung dengan pangkal telapak tangan. Lakukan
hentakan pada perut dengan cara penolong masih berada dibelakang
korban letakan atau tempelkan kepalan tangan penolong ke bagian perut
anak. Tutup kepalanya dengan tangan lain, kemudian beriakan hentakan 5
kali dengan cepat kearah atas. Lakukan 5 set hentakan punggung dan 5 set
hentakan perut
Penanganan tersedak pada anak apabila tidak sadarkan diri. Lakukan
pertolongan pertama atau berikan bantuan hidup dasar. Langkah
pertolongan pada anak yang tersedak dan sampai tidak sadarkan diri
adalah dengan memperhatikan tiga hal terlebih dahulu, yaitu
mengamankan penolong, mengamankan lingkungan, dan mengamankan
korban. Memberikan respon dengan menepuk dada atau bahu korban yang
tidak sadarkan diri.
Korban yang tidak ada respon setelah pemberian respon, penolong
dapat mencari pertolongan dan menghubungi layanan gawat darurat yang
tersedia. Penolong dapat mengecek napas dan nadi secara bersamaan
dalam waktu < 10 detik. Apabila tidak ada napas atau nadi, berikan
kompresi sebanyak 5 siklus, 1 siklus sebanyak 30 kompresi dan 2 kali
napas bantuan, dengan kecepatan kompresi 100-120x/menit dan napas
buatan setiap 3-5 atau sekitar 12-20 napas buatan per menit.
Penolong dapat mengecek kembali keadaan napas dan nadi korban
setelah diberikan kompresi, apabila sudah terdapat nadi namun tidak
terdapat napas, penolong dapat memberikan napas bantuan kepada korban.
Penolong terlebih dahulu mengecek jalan napas korban, apakah tersumbat
atau tidak, Apabila terdapat sumbatan makanan atau bendal lain, penolong
harus membebaskan jalan napas terlebih dahulu. Memberikan napas
bantuan dapat dilakukan dengan mulut ke mulut. Pemberian napas
bantuan, setiap satu tiupan napas bantuan berselang enam detik sekali
selama 2 menit. Cek kembali pernapasan dan nadi, apabila sudah normal,
penolong dapat melakukan Recovery Position dan melakukan evaluasi
setiap 2 menit. Pertolongan dapat berakhir apabila penolong mengalami
kelelahan, sudah tidak mampu untuk menolong atau sampai bantuan medis
datang. (Ain, 2019)
8. Pencegahan Tersedak
Pencegahan tersedak dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. Menghindari makan maupun minum pada saat bercanda.
b. Jangan makan dengan terburu-buru.
c. Pada saat orang kejang, tidak sadar, atau seseorang yang sedang
mengalami sesak napas jangan diberikan makan maupun
minuman.
d. Pada balita, lansia atau seseorang yang ada gangguan menelan
jangan diberikan makanan yang keras atau susah di kunyah.
e. Posisi ibu dalam pemberian ASI jangan dilakukan dengan cara
berbaring atau tiduran. Usahakan dalam pemberian ASI posisi ibu
setengah duduk atau posisi duduk membentuk sudut 45 derajat.
9. Pencegahan Tersedak pada Anak
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan
bayi agar tidak tersedak, sebagai berikut (The American National Red
Cross, 2014):
a. Awasi waktu makan untuk anak.
b. Jangan biarkan anak makan sambil bermain atau berlari.
c. Ajari anak untuk mengunyah dan menelan makanan sebelum
berbicara atau tertawa.
d. Jangan memberikan permen karet pada anak kecil.
e. Jangan memberi anak makanan yang keras seperti kacang dan
sayuran mentah.
f. Jangan memberikan anak makanan yang keras seperti batang
wortel kecuali dipotong-potong lebih kecil.
g. Jangan biarkan anak bermain dengan balon yang tidak
mengembang (untuk anak dibawah 8 tahun).
h. Jauhkan benda-benda kecil seperti peniti, bagian kecil dari mainan
dan koin.
i. Pastikan mainan anak tidak memiliki bagian kecil yang dapat
dilepas. (Ain, 2019)
10. Faktor yang Mempermudah Terjadinya Choking
faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing (choking)
ke dalam saluran napas antara lain:
a. Faktor personal yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi
sosial, dan tempat tinggal, kegagalan mekanisme proteksi (tidur,
kesadaran menurun, alkoholik, dan epilepsi).
b. Faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit neurologik, proses
menelan yang belum sempurna pada anak, faktor gigi yang belum
tumbuh sempurna, serta medikal dan surgikal (tindakan bedah,
ekstraksi gigi, dan belum tumbuhnya gigi molar pada anak
berumur <4 tahun).
c. Faktor kejiwaan yaitu emosi, gangguan psikis, serta ukuran dan
bentuk serta sifat benda asing.
d. Faktor Kecerobohan yang dapat terjadi antara lain: meletakkan
benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan
atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain pada anak-anak,
dan memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
molarnya belum lengkap. (Gunugama, 2018)
ALUR PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG IGD

PASIEN

TRIASE

GAWAT GAWAT
TIDAK GAWAT DEATH
DARURAT TIDAK
TIDAK
DARURAT
DARURAT

RESUSITASI DAN  PEMERIKSAAN DOKTER


STABILISASI  PEMERIKSAAN PENUNJANG
 TERAPI

rujuk Rawat Inap Observasi Rawat jalan

Pulang

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PRINSIP TINDAKAN PADA KEGAWATAN DARURATAN
a. primary survey meliputi :(Doenges, 2012)
Airway : pertahankan jalan napas, perhatikan jalan napas pasien, jika
terdapat sumbatan lakukan tindakan mengeluarkan benda asing
Breathing : periksa pernapasan pasien, frekuensi dan kwalitas pernapasan
pada kasus tersedak terjadi pningkatan frekuesni pernapasan dan kesulitan
bernapas maka lakukan tindakan resusitasi dan tindakan untuk
mengeluarkan benda asing yang menjadi penyebab sumbatan dengan
teknik back blows dan manuver heimlich
Circulation : periksa sirkulasi darah pasien, pada kasus tersedak
pengurangan suplay 02 sebagai akibat dari sumbatan jalan napas oleh
benda asing, pasien tampakpucat dan sianosis. Nadi teraba lemah segera
tangani dengan pemberian pemasangan oksigen
Disability : pasien dengan kasus terdedak sering di sertai dengan
penurunan tingkat kesadaran, untuk itu perlu di lakukan pemeriksaan GCS
Eksposure : pada kasus tersedak di jumapi trauma, fraktur, luka/ iritasi
biasa hanya terjadi iritasi mukosa laring /tenggorokan
B. Secondary Survey Meliputi :
Full Vital Sign : periksa tnda-tanda vital biasanya terjadi peningkatan
respirasi dan suhu tubuh dalam batas normal, nadi teraba cepat tapi lemah,
tekanan darah menurun untuk itu perlu pantau tanda- tanda vital sesering
mungkin
Give Coomfort : memberikan tindakan kenyamanan dengan memberikan
posisi yang nyaman dan dukungaan dari perang orang tua anak untuk
memberikan ketenangan pada anak
Head To Toe : pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki
Inspection : perhatikan punggung pasien apakah terjadi trauma tulang
belakang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
3. Intervensi Keperawatan (Moorhead, Johnson, L.maas, & Elizabeth, 2016)
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
NOC NIC
1. Bersihan Jalan Nafas NOC: Manajemen jalan nafas
tidak efektif  Respiratory status : 1. buka jalan nafas
berhubungan dengan Ventilation 2. posisikan pasien untuk
adanya obstruksi  Respiratory status : memaksimalkan
Airway patency ventilasi dan
 Aspiration Control mengurangi dyspnea
Setelah dilakukan 3. auskultasi suara nafas,
tindakan keperawatan catat adanya suara
selama 3x24 jam klien tambahan
menunjukkan keefektifan 4. identifikasi pasien
jalan nafas dengan perlunya pemasangan
Kriteria Hasil : jalan nafas buatan
 Mendemonstrasik 5. monitor respirasi dan
an batuk efektif dan status oksigen bila
suara nafas yang memungkinkan
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
 Menunjukkan
jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
 Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang penyebab.

2. Gangguan Pertukaran NOC: NIC :(Gloria, Howard,


Gas  Respiratory Status : Joanne, & Cheryl, 2016)
Definisi : Kelebihan Gas exchange Airway Management
atau kekurangan dalam  Respiratory Status : 1. Buka jalan nafas,
oksigenasi dan atau ventilation guanakan teknik chin
pengeluaran  Vital Sign Status lift atau jaw thrust bila
karbondioksida di dalam Setelah dilakukan perlu
membran kapiler alveoli tindakan keperawatan 2. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : selama 3x24 jam memaksimalkan
 pH darah arteri Gangguan pertukaran ventilasi
abnormal klien teratasi dengan 3. Identifikasi pasien
 pernafasan abnormal perlunya pemasangan
(mis: kecepatan, Kriteria hasil: alat jalan nafas buatan
irama, kedalaman)  Mendemonstrasik 4. Pasang mayo bila perlu
 Gangguan an peningkatan 5. Lakukan fisioterapi
penglihatan ventilasi dan dada jika perlu
 Penurunan CO2 oksigenasi yang 6. Keluarkan sekret
 Takikardi adekuat. dengan batuk atau
 Hiperkapnia  Memelihara suction
 samnolen kebersihan paru paru 7. Auskultasi suara nafas,
 Iritabilitas dan bebas dari tanda catat adanya suara
 Hipoksia tanda distress tambahan
 kebingungan pernafasan 8. Lakukan suction pada
 nasal faring  Mendemonstrasik mayo
 AGD Normal an batuk efektif dan 9. Berika bronkodilator
 sianosis suara nafas yang bial perlu
 warna kulit abnormal bersih, tidak ada 10. Barikan pelembab
(pucat, kehitaman) sianosis dan dyspneu udara
 Hipoksemia (mampu 11. Atur intake untuk
 sakit kepala saat mengeluarkan cairan mengoptimalkan
bangun sputum, mampu keseimbangan.
Faktor faktor yang bernafas dengan 12. Monitor respirasi dan
berhubungan : mudah, tidak ada status O2
 ketidakseimbangan pursed lips) Respiratory Monitoring
perfusi ventilasi  Tanda tanda vital 1. Monitor rata – rata,
 perubahan membran dalam rentang normal kedalaman, irama dan
kapiler-alveolar  AGD dalam batas usaha respirasi
normal 2. Catat pergerakan
Status neurologis dalam dada,amati
batas normal kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
AcidBase Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas
paten
3. Monitor AGD, tingkat
elektrolit
4. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
5. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status
neurologi
9. Tingkatkan oral
hygiene

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An “R”
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : jln Sungai Saddang Lorong 1A no 8
Tgl/jam masuk Rs : 13 Oktober 2020 pukul 09.00
Tgl/Jam pengkajian : 13 Oktober 2020 pukul 09.05
Diagnosa Medis : Kemasukan benda asing pada tenggorokan
(Tersedak)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Susah untuk bernafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan sebelum anaknya
masuk ke Rs , anak lagi asik makan bakso, tak lama kemudian leher
anak merasa terceki karena adanya sumbata biji bakso pada leher anak
dan anak sudah susah untuk bernafas karena rasa penuh pada leher.
Setelah itu ibu lansung membawa anak ke IGD RS bhayangkara
Makassar.
3. Pemeriksaan Primary
1) Airway : Sumbatan biji bakso pada tenggorokan
2) Brithing : Pernapasan Cepat dengan Takipnea
3) Circulation : Nadi cepat,pucat, dan sianosis
4) Disability : Apatis
5) Exposure : Tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan Secondary
a. Tingkat keasadaran
1) Glasgow come scale (GCS) : E3 M5 V4
2) Kesadaran : Apatis
3) Status mental : Terjaga
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda – tanda vital (TTV)
a) Tekanan darah :-
b) Nadi : 120 x/menit
c) Suhu : 36,0 oc
d) Pernafasan : 30 x/menit
2) Antropometri
1) Tinggi badan : 104 cm
2) Berat badan : 17 kg
c. Riwayat Gizi : Baik
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kongjungtiva : Anemis tampak pucat, ada kelainan
2) Kuku : kuku pucat, ada kelainan
3) Kulit : pucat,ada kelainan
4) KU : Lemah
5) Inspection : Tidak ada trauma tulang belakang
B. Data Fokus
1. Ibu mengatakan anak kesulitan bernapas
2. Ibu mengatakan leher anak tercekik dan rasa penuh dalam leher
3. Ttv
a. Nadi : 120 x/menit
b. Pernafasan: 30x/menit
4. Kongjungtiva : Anemis tampak pucat, ada kelainan
5. Terdapat sumbatan pada tenggorokan
6. Ku : Lemah
7. Pernafasan cepat dengan takipnea
8. Kuku : kuku pucat, ada kelainan

C. Analisa Data

No. Diagnosa Keperawatan Etiologi Problem


1. DS : Proses Mengunyah Ketidakefektifan jalan
1. Ibu mengatakan anak nafas
kesulitan bernapas
2. Ibu mengatakan leher anak Refleks mengunyah
tercekik dan rasa penuh menurun
dalam leher
DO :
1. Ttv Tersedak
a. Nadi : 120 x/menit
b. Pernafasan: 30x/menit
2. Kongjungtiva : Anemis Obstruksi Jalan
tampak pucat, ada kelainan Nafas
3. Terdapat sumbatan pada
tenggorokan
4. Pernafasan cepat dengan Bersihan jalan nafas
takipnea tidak efektif
5. Kuku : kuku pucat, ada
kelainan

2. 1. Ibu mengatakan anak Masuknya makanan Gangguan Pertukaran


kesulitan bernapas Gas
2. Ibu mengatakan leher anak
tercekik dan rasa penuh Menyumbat jalan
dalam leher nafas
3. Ttv
Nadi : 120 x/menit
Pernafasan: 30x/menit ketidakefektifan
4. Kongjungtiva : Anemis jalan nafas
tampak pucat, ada kelainan
5. Terdapat sumbatan pada
tenggorokan Ketidakefektifan
6. Ku : Lemah perfusi ventilasi
7. Pernafasan cepat dengan
takipnea
8. Kuku : kuku pucat, ada Gangguan
kelainan Pertukaran Gas

D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


NOC NIC
1. Bersihan Jalan Nafas NOC: Manajemen jalan nafas
tidak efektif  Respiratory status : 6. buka jalan nafas
berhubungan dengan Ventilation 7. posisikan pasien untuk
adanya obstruksi  Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
Airway patency dan mengurangi dyspnea
 Aspiration Control 8. auskultasi suara nafas,
Setelah dilakukan catat adanya suara
tindakan keperawatan tambahan
selama 3x24 jam klien 9. identifikasi pasien
menunjukkan perlunya pemasangan
keefektifan jalan nafas jalan nafas buatan
dengan 10. monitor respirasi dan
Kriteria Hasil : status oksigen bila
 Mendemonstras memungkinkan
ikan batuk efektif Manajemen Suction(Dunne
dan suara nafas et al., 2020)
yang bersih, tidak lakukan Heilmich
ada sianosis dan Manuver(Ebrahimi &
dyspneu (mampu Mirhaghi, 2019)
mengeluarkan
sputum, bernafas
dengan mudah,
tidak ada pursed
lips)
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
 Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah
faktor yang
penyebab.

2. Gangguan Pertukaran NOC: NIC :


Gas  Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan Gas exchange 13. Buka jalan nafas,
atau kekurangan dalam  Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
oksigenasi dan atau ventilation atau jaw thrust bila perlu
pengeluaran  Vital Sign Status 14. Posisikan pasien untuk
karbondioksida di dalam Setelah dilakukan memaksimalkan ventilasi
membran kapiler alveoli tindakan keperawatan 15. Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : selama 3x24 jam perlunya pemasangan
 pH darah arteri Gangguan pertukaran alat jalan nafas buatan
abnormal klien teratasi dengan 16. Pasang mayo bila perlu
 pernafasan abnormal 17. Lakukan fisioterapi dada
(mis: kecepatan, Kriteria hasil: jika perlu
irama, kedalaman)  Mendemonstras 18. Keluarkan sekret dengan
 Gangguan ikan peningkatan batuk atau suction
penglihatan ventilasi dan 19. Auskultasi suara nafas,
 Penurunan CO2 oksigenasi yang catat adanya suara
 Takikardi adekuat. tambahan
 Hiperkapnia  Memelihara 20. Lakukan suction pada
 samnolen kebersihan paru mayo
 Iritabilitas paru dan bebas dari 21. Berika bronkodilator bial
 Hipoksia tanda tanda distress perlu
 kebingungan pernafasan 22. Barikan pelembab udara
 nasal faring  Mendemonstras 23. Atur intake untuk cairan
 AGD Normal ikan batuk efektif mengoptimalkan
 sianosis dan suara nafas keseimbangan.
 warna kulit abnormal yang bersih, tidak 24. Monitor respirasi dan
(pucat, kehitaman) ada sianosis dan status O2
 Hipoksemia dyspneu (mampu Respiratory Monitoring
 sakit kepala saat mengeluarkan 8. Monitor rata – rata,
bangun sputum, mampu kedalaman, irama dan
Faktor faktor yang bernafas dengan usaha respirasi
berhubungan : mudah, tidak ada 9. Catat pergerakan
 ketidakseimbangan pursed lips) dada,amati kesimetrisan,
perfusi ventilasi  Tanda tanda penggunaan otot
 perubahan membran vital dalam rentang tambahan, retraksi otot
kapiler-alveolar normal supraclavicular dan
 AGD dalam intercostal
batas normal 10. Monitor suara nafas,
Status neurologis seperti dengkur
dalam batas normal 11. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
12. Catat lokasi trakea
13. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
14. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
AcidBase Managemen
10. Monitro IV line
11. Pertahankanjalan nafas
paten
12. Monitor AGD, tingkat
elektrolit
13. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
14. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
15. Monitor pola respirasi
16. Lakukan terapi oksigen
17. Monitor status neurologi
18. Tingkatkan oral hygiene

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tersedak adalah suatu kejadian yang bisa dicegah tetapi sering terjadi
yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada kelompok anak.
Tersedak (choking) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda asing
secara total atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas dan
kekurangan oksigen, bahkan dapat segera menimbulkan kematian Tersedak
(Choking) merupakan kejadian yang sering di jumpai di masyarakat.
Kebanyakan masyarakat tidak terlalu menghiraukan kejadian tersebut. Kasus
tersedak tidak bisa lepas dari manajemen jalan napas yang bertujuan untuk
mengembalikan pertukaran udara secara normal.
Pertolongan pertama pada kejadian tersedak pada anak Penolong berada di
belakang korban, kemudian korban dibungkukan. Lakukan hentakan 5 kali
pada punggung dengan pangkal telapak tangan. Lakukan hentakan pada perut
dengan cara penolong masih berada dibelakang korban letakan atau tempelkan
kepalan tangan penolong ke bagian perut anak. Tutup kepalanya dengan
tangan lain, kemudian beriakan hentakan 5 kali dengan cepat kearah atas.
Lakukan 5 set hentakan punggung dan 5 set hentakan perut
B. Saran
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat
dan benar sehingga klien dengan kasus Tersedak atau choking bisa segera
ditangani dan diberikan perawatan yang tepat. Perawat juga diharuskan
bekerja secara professional sehingga meningkatkan pelayanan untuk
membantu klien dengan kasus tersedak.

DAFTAR PUSTAKA

Ain, H. (2019). Penanganan sumbatan benda asing pada anak berbasis critical
care caring. Jakarta: Media sahabat Cendekia.

Doenges, M. (2012). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Dunne, C. L., Peden, A. E., Queiroga, A. C., Gomez Gonzalez, C., Valesco, B., &
Szpilman, D. (2020). A systematic review on the effectiveness of anti-
choking suction devices and identification of research gaps. Resuscitation,
153(January 2020), 219–226.
https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2020.02.021

Ebrahimi, M., & Mirhaghi, A. (2019). Heimlich Maneuver Complications: A


Systematic Review. Eurasian Journal of Emergency Medicine, 18(3), 157–
165. https://doi.org/10.4274/eajem.galenos.2019.21033
Erna Dwi Wahyuni, Deni Yasmara, S. E. all. (2018). Pemberdayaan masyarakat
( guru dan orang tua ) tanggap bahaya tersedak di kb-tk khadijah surabaya.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2(2), 25–31.

Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2016). Nursing
Interventions classification (NIC) (I. Nurjannah & D. ataumanggor Roxsana,
eds.). Indonesia: ELSEVIER.

Gunugama, G. (2018). Siap siaga bencana di lingkungan sekitar (dwi


Novidiantoko, ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=zFJRDwAAQBAJ&pg=PA23&dq=buku+tersedak&hl=id&sa=X&ved=2
ahUKEwiL_POPjK_sAhUSWX0KHdmHCpoQ6AEwAnoECAQQAg#v=on
epage&q=buku tersedak&f=false

Maria, I., Zubaidah, & Puspariana, I. (2019). Caring dan comfort perawat dalam
kegawatdaruratan (Dwi Novidiantoko, ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=rqzSDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kegawatdaruratan&hl=id&s
a=X&ved=2ahUKEwjkzJfW_67sAhWVTX0KHemWCtgQ6AEwAHoECA
EQAg#v=onepage&q=kegawatdaruratan&f=false

Moorhead, S., Johnson, M., L.maas, M., & Elizabeth, S. (2016). Nursing
outcomes classification (NOC) (I. Nurjannah & D. T. Roxsana, eds.).
Indonesia: ELSEVIER.

Nurhayati, Y., Listyaningsih, K. D., Umarianti, T., Prodi, D., Keperawatan, S.,
Kusuma, S., & Surakarta, H. (2017). Tersedak benda asing pada Balita
terhadap self efficacy ibu di posyandu desa pelem. Maternal, II, 26–31.

Rosidawati, I. (2020). Penanganan kewatdaruratan berbasis masyarakat (H.


Ariyani, ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=YLHuDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=inauthor:
%22Ida+Rosidawati,+S.Kep.,+Ners,.+M.Kep
%22&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjB2oaEha_sAhVSlEsFHQ5wBicQ6AE
wAHoECAAQAg#v=onepage&q&f=false

Sari, A. pravita, Labora, O. et, & Bidjuni, H. (2017). Hubungan posisi menyusui
dengan kejadian tersedak pada bayi di puskesmas Bahu Kota Manado. E
Journal Keperawatan, 5.

Anda mungkin juga menyukai