Abdominal Pregnancy adalah salah satu jenis kehamilan ektopik yang langka dan
mengancam jiwa yang telah tertanamdalamrongga peritonium di luar rahim, tuba
falopi dan ovarium. Kehamilan perut adalah satu-satunya jenis kehamilan ektopik
yang dapat berlanjut melebihi usia kehamilan 20 minggu. Kehamilan perut biasanya
salah didiagnosis sebagai kehamilan intrauterin selama perawatan antenatal.
Kehamilan perut adalah satu-satunya kehamilan ektopik yang dapat berlanjut dan
mencapai aterm.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim,
janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi (fertilisasi)
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
disebut juga ectopic gestation dan ecceyesis.
1
B. Epidemiologi
PHATWAY
Berdinasi di abdominal
Kehamilan ektopik
2
Kehamilan 36-40 mg
Krisis
Ansietas Kontraksi pada uterus
situasional
Pembukaan lengkap
3
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun
kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.2 Faktor risiko
kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:2
4
Meskipun etiologi yang pasti dari kehamilan abdominal primer tidak diketahui,
ada beberapa faktor resiko yang terindentifikasi. Ini termasuk kerusakan tuba,
penyakit radang panggul, multi-paritas, fertilisasi in vitro.
D. Klasifikasi
Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh
jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan
ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat
5
perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian
sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur, ditemukan benjolan dengan
berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili
korialis dan mungkin juga selaput mudigah.
4. Kehamilan servikal2
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam
kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan
muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium
uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12
minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.
Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak
perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi
totalis.
5. kehamilan Abdominal
kehamilan abdominal terbagi menjadi: primer (implantasi sesudah dibuahi,
langsung pada peritoneum / kavum abdominal), Jika pembuahan daninplantasi
sejak awal terjadi di dalam rongga peritonial disebut kehamilan abdominal
primer.
dan sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat
atterm dan fetus hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan
maserasi, infiltrasi lemak jadi lithopedion / fetus papyraceus. Terapi
kehamilan abdominal adalah: laparotomy, plasenta dibiarkan (teresobrsi).
kehamilan terjadi setelah ruptur tuba atau abortus atau ruptur urteri dengan
implantasi sekunder di atas peritonium disebut tipe sekunder. Jenis kehamilan
perut sekunder pada awalnya berimplantasibaik di tuba, rahim atau ovarium
tetapi kemudian bermigrasi keluar akibat rupturtuba atau uteri atau tuba
aborsi, kemudian akan ditanamkan kedalam rongga peritonium.
6. Kehamilan ektopik lanjut
Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena
mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar
panggul, usus dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah
kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi sekunder dari kehamilan
tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba
dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang
masih utuh yang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.
6
E. Gejala dan Tanda Kehamilan Ektopik
Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada
usia kehamilan 6 – 10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara
lain: amenorea / tidak haid, nyeri perut bagian bawah, perdarahan per vaginam
irregular (biasanya dalam bentuk bercak – bercak darah), rasa sakit pada salah
satu sisi panggul, tampak pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi ,eningkat,
ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi
diafragma dari hemoperitoneum.1
F. Pemeriksaan penunjang
7
ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.2
Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah
adalah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon β-hCG dalam urin atau
serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,
sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan hCG menurun dan menyebabkan tes negatif.2 Tes
kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.
Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level β-
hCG yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.2
Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan yang dihisap
berupa:2
1. Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau
kista ovarium yang pecah.
2. Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang
appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).
3. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku,
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
8
menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu.
Royal College of Obstetricians & Gynaecologists akhir-akhir ini merekomendasikan
bahwa ultrasonografi transvaginal merupakan alat diagnostik pilihan untuk
pemeriksaan kehamilan ektopik. 2
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik
terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan
konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan
pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan
ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.
2. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan
pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75%
kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai
dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier
dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan dikeluarkan
9
dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa trofoblas yang ada harus
dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan menggunakan
cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada
mukosa. Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena
kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan post operasi yang
akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen. Batas mukosa kemudian
ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan
untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan otot dan tidak ada tegangan
yang berlebihan.
3. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan re-anastomosis end to end telah diajukan sebagai satu
alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat
bagian implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur
normal tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit dipertimbangkan
untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan
dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada
ligamentum latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan
mikroskop/loupe.
4. Salpingektomi
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur,
karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.
Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis
kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat
digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping diklem berjejer
dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi
dengan memotong irisan kecil pada miometrium di daerah kornu uteri, hindari
insisi yang terlalu dalam ke miometrium. Jahitan matras angka delapan
dengan benang absorable 0 digunakan untuk menutup miometrium pada sisi
reseksi baji. Mesosalping ditutup dengan jahitan terputus dengan
menggunakan benang absorbable. Hemostasis yang komplit sangat penting
untuk mencegah terjadinya hematom pada ligamentum latum.
10
Pada tahun 1942, Studdiford memperkenalkan tiga kriteria diagnostik berikut
untuk kehamilan perut primer,yaitu:
1. Tuba dan ovarium harus dalam kondisi normal tanpa bukti cedera baru atau
jauh.
2. Tidak ada bukti fistula utero-peritonial harus ditemukan
3. Kehamilan harus bersentuhan secara eksklusif dengan permukaan peritonial
dan cukup dini.
H. Komplikasi
Kehamilan perut dikaitkan dengan komplikasi yang mengancam jiwa baik bagi
ibu maupun janin. Ini dapat menyebabkan kematian janin dan ibu jika terjadi
pendarahan intra peritoneal akibat ruptur pembuluh darah.
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik, yaitu: ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
massif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara
lan: perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anastesi.1
11
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL (PERVAGINAM)
Status : G5P2A0
Obstetri
Usia :40 th 10 bl 22 h Usia :-
3. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Usia kehamilan pertama: 24 th
b. Parietas:
c. Jumlah anak hidup: 2
d. Penyulit persalinan sebelumnya: plasenta lengket
e. Riwayat persalinan:
4. PEMERIKSAAN FISIK
Hari: kamis Tanggal: 18/11/22
a. Kesadaran: CM
b. Vital Sign: TD: 110/80 mmhg HR: 71x/i RR: 18x/i T:
36,5
c. Antropometri: BB sebelum hamil: 50 BB saat hamil:70
TB: 160
Pelvijmetri: LILA:
12
d. Kepala dan Leher
Inspeksi: normal,anemis (-)
Palpasi: normal
e. Payudara
Inspeksi: normal tidak terlihat adanya benjolan
Palpasi: benjolan (-)
f. Jantung
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
g. Paru-paru
Inspeksi: semetri (-)
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi: vesikular (+), rhonci (-), whizing (-)
h. Abdomen
Inspeksi:membesar sesuai kehamilan
Palpasi : TFU 32 cm,puki, djj 130x/I, HIS 2-3 x/10/30”
LEOPOLD I: 3 jari di bawah px
LEOPOLD II: bagian tahanan kiri
LEOPOLD III: bagian terbawah kepala
LEOPOLD IV: sudah masuk PAP
Usia kandungan (dihitung dari HPHT): 39-40 minggu
Kontraksi: teratur
DJJ: 150 x/i
Pengeluaran pervaginam: lendir-lendir darah, air-air disangkal
Perdarahan pervaginam:
Status janin: baik, bergerak aktif
i. Ekstremitas: varises (-)
13
5. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan Sebelum hamil Selama hamil
Nutrisi Baik Baik
Aktifitas: - -
Personal - -
Hygiene:
Pola seksual: - -
6. KALA PERSALINAN
KALA I
a. Mulai persalinan: 01.00
b. Tanda dan Gejala: mules-mules, keluar lendir darah dirasakan,
gerakan janin aktif, adanya kontraksi, ada pembukaan jalan lahir.
c. Pengkajian nyeri: 10
d. Kontraksi: vt 3 cm his 1x 10 menit selama 30 detik, vt 7-10 cm his
4x10,45”
KALA II
a. Waktu:04.30
b. Lama Kala:25 menit
c. Tanda dan gejala upaya mengejan: pembukaan 10 cm, ibu merasa
ingin BAB, kepala 5-6 cm di vulva, his 4x10,45”, penurunan kepala
d. Keadaan psikososial: baik
e. Terapi : terapi cairan RL 500 cc dengan 20 tpm
f. Catatan kelahiran: bayi lahir segera menangis JK laki-laki, BB.330
gram, PB.49 cm
g. APGAR score
14
0 1 2 Tanda- 1 5 10
tanda mnt mnt mnt
Tidak <100 >100 Denyut 2 2 2
ada
Tidak Tidak Baik Pernapasan 2 2 2
ada teratur
Lemah Sedang Baik Tonus otot 2 2 2
Tidak Meringis Menangis Peka 2 2 2
ada rangsang
Biru Merah Merah Warna 2 2 2
putih jambu, jambu kulit
ujung
biru
KALA III
a. Tanda dan gejala: lahirnya bayi
b. Plasenta lahir: dilakukan plasenta manual oleh dr ppos
c. Vital Sign : TD:120/80 mmhg HR:71x/i RR:20x/i T:
36,7
d. Perdarahan: -
e. Jahitan episiotomi: -
f. Lama kala berlangsung: 30 menit
g. Keadaan psikososial: baik
h. Pemeriksaan laboratorium:-
i. Pengobatan (obat-obatan): oksitosin 10 ampul, lidocaine 2 ampul
B. ANALISIS DATA
No Hari/tgl/ Data fokus Problem Etiologi TTD
jam
1 Kamis/18- DS; Nyeri persalinan Dilatasi serviks
11- -ibu mengatakan perut dan pengeluaran
2022/01.00 mules,saat berkemih janin
keluar lendir bercampur
darah
- -Ibu mengatakan nyeri
- -ibu mengatakan
perinium terasa
tertekan
- -ibu mengatakan mual
- -ibu mengatakan sering
timbul rasa berkemih
DO:
-keluar lendir darah
15
-pasien tampak teriak
kesakitan
-nyeri semakin sering
dirasakan
-his 4x10,45’
-Perut tampak tegang
-skala nyeri 10
P: nyeri saat kontraksi
Q: seperti dihimpit
R: abdomen dan
punggung bawah
S: 10
T: Hilang timbun
-uterus teraba membulat
-ibu terlihat berposisi
meringankan nyeri
-fungsi berkemih
berubah
TTV
TD: 168/88 mmhg
HR: 71 x/i
RR: 18x/i
T: 36,5
DJJ:122X/i
L1:3 jari dibawah px
L2:puki
L3:kepala
L4:masuk PAP
2. Kamis/18- DS: Ansietas Ancaman terhadap
11- -ibu mengatakan tidak kematian
2022/01.00 sanggup melahirkan
normal
-ibu mengatakan ingin
dilakukan tindakan
operasi SC
DO
- Ibu tampak
gelisah
- Ibu tampak
tegang
- Ibu tampak sulit
tidur
- Muka tampak
pucat
16
- Suara ibu
bergetar
- Sering ingin
berkemih
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan ditandai dengan keluar lendir darah, pasien tampak teriak
kesakitan, nyeri semakin sering dirasakan, his 4x10,45’, perut tampak tegang,
skala nyeri 10, uterus teraba membulat, ibu terlihat berposisi meringankan
nyeri, fungsi berkemih berubah, TD: 168/88 mmhg, HR: 71 x/I, RR: 18x/i , T:
36,5, DJJ:122X/I, L1:3 jari dibawah px, L2:puki, L3:kepala, L4:masuk PAP.
2. Ansietas ditandai dengan ibu tampak gelisah, ibu tampak tegang, ibu tampak
sulit tidur, Muka tampak pucat, suara ibu bergetar, sering ingin berkemih
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri persalinan Setelah dilakukan Observasi;
tidakan keperawatan 1. Memantau ttv
selama 1x24 jam 2. Memantau kontraksi/HIS
nyeri persalinan 3. Memantau DJJ
menurun, dengan 4. Memantau VT
kriteria hasil: 5. Observasi kemajuan persalinan
1. Keluhannyeri 6. Observasi penyebab nyeri
menurun Terapeutik
2. Meringis menurun 1. Majemen nyeri napas dalam
3. Gelisah menurun 2. Pemasangan kateter
4. Perinium terasa Edukasi
tertekan menurun 1. Mengajarkan cara meneran
5. Pola napas 2. Mengajarkan teknik napas
membaik dalam
6. Tekanan darah 3. Edukasi manajemen nyeri
membaik dengan pijatan atau sentuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiaan
oksitosin
2. Kolaborasi pemberian cairan
infus RL
3. Kolaborasi pemberian obat anti
17
nyeri (lidocaine HCL untuk
prosedur heating)
2. Ansietas Setelah dilakukan Observasi
tidakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
selama 1x24 jam Terapeutik
tingkat ansietas 1. Ciptakan suasana terapeutik
menurun, dengan untuk menumbuhkan
kriteria hasil: kepercayaan
1. Perilaku anseitas 2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
2. Perilaku tegang Edukasi
menurun 1. Anjurkan keluarga tetap
3. Konsentrasi bersama pasien
membaik 2. Latih teknik relaksasi
4. Pola berkemih
membaik
E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon Klien TTD
Keperawatan
Kamis/18- Nyeri 1. Memantau ttv
11- persalinan setiap 30 menit
2022/03.00 sekali
2. Memantau
kontraksi/HIS
setiap 30 menit
sekali
3. Memantau DJJ
setiap 30 menit
sekali
4. Memantau VT
setiap 4 jam sekali
5. mengobservasi
kemajuan
persalinan
6. mengobservasi
penyebab nyeri
7. memberikan cairan
infus RL 500 cc
dengan 20 tpm
18
Nyeri 1. Mengajarkan teknik
Kamis/18- persalinan relaksasi napas dalam
11- 4. Mengedukasi
2022/03.30 manajemen nyeri
dengan pijatan atau
sentuhan
19
F. EVALUASI SUMATIF
Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi TTD
Keperawatan
Kamis/18- Nyeri persalinan S: pasien mengatakan setelah post
11- persalinan nyeri di bagian jalan lahir
2022/06.00
O: k/u: baik
Kesadaran ; CM
TD;120/80 mmhg
N; 78x/i
R; 17x/m
S; 36,5
Nyeri dibagian jalan lahir
P: nyeri saat bergerak, nyeri akibat
jahitan
Q:seperti dihimpit, nyeri tekan
R:nyeri di bagian abdomen menjalar ke
punggung dan jalan lahir
S: 7
T: nyeri muncul kadang-kadang
A: Nyeri Akut
P: intervensi dilanjutkan
Kamis/18- Ansietas S: ibu mengatakan senang sudah
11- melahirkan
2022/06.00 - O: Ibu tampak tenang
- Ibu sudah mampu tidur
- Muka tampak pucat(-)
- Suara ibu bergetar(-)
A: Masalah teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21