Anda di halaman 1dari 21

KONSEP KEHAMILAN EKTOPIK

A. Definisi Abdominal Pregnancy

Abdominal Pregnancy adalah salah satu jenis kehamilan ektopik yang langka dan
mengancam jiwa yang telah tertanamdalamrongga peritonium di luar rahim, tuba
falopi dan ovarium. Kehamilan perut adalah satu-satunya jenis kehamilan ektopik
yang dapat berlanjut melebihi usia kehamilan 20 minggu. Kehamilan perut biasanya
salah didiagnosis sebagai kehamilan intrauterin selama perawatan antenatal.
Kehamilan perut adalah satu-satunya kehamilan ektopik yang dapat berlanjut dan
mencapai aterm.

Kehamilan ektopik adalah jenis kehamilan dan didefinisikan inplantasi blastokista


di luar lapisan endometrium. Implantasi ini dapat terjadi di dalam tuba (tubal
pregnancy), di ovarium(ovarial pregnancy), di dalam perut (abdominal pregnancy), di
dalam serviks (cervical pregnancy), di dalam bekas luka caesar, dll.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim,
janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi (fertilisasi)
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
disebut juga ectopic gestation dan ecceyesis.

Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang pertumbuhan sel


telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri,
tetapi biasanya menempel pada daerah didekatnya. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan
kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik. 1
Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa lokasi seperti yang terdapat pada gambar
berikut:

1
B. Epidemiologi

Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu


konsepsi yang spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan
ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan
berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke
tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang
lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi
superovulasi.1

PHATWAY

Pembuahan telur di ovum

Perjalanan ke uterus, telur mengalami penghambatan (endosalfingitis, hipoplasia uteri,


tumor, idiopatik, bekas radang pada tube, infeksi pelvis,dll)

Berdinasi di abdominal

Kehamilan ektopik
2
Kehamilan 36-40 mg

Penurunan kadar progesteron dan estrogen

Krisis
Ansietas Kontraksi pada uterus
situasional

Tekanan hidrostatiair ketuban dan tekanan intrauterin naik

Serviks mendatar dan terbuka

Kontraksi kuat dan cepat

Kepala janin masuk rongga panggul

Pembukaan lengkap

Tekanan meningkat pada otot dasar panggul

Nyeri perut bagian bawah,


menyebar ke daerah panggul Nyeri persalinan
dan paha (kontraksi)

C. Faktor Risiko dan penyebab kehamilan ektopik

3
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun
kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.2 Faktor risiko
kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:2

1. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron


Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang hanya mengandung hormon progesteron
juga meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan
sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi
untuk berimplantasi ke dalam rahim.2,10
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor tuba2
1) Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu akibat perlekatan endosalping;
b. Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok panjang
dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi secara baik;
c. Pascaoperasi rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna.
2) Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3) Faktor di luar dinding tuba
a. Perlengketan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur;
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4) Faktor ovum2
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
5) Faktor lain
Pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
ektopik.

4
Meskipun etiologi yang pasti dari kehamilan abdominal primer tidak diketahui,
ada beberapa faktor resiko yang terindentifikasi. Ini termasuk kerusakan tuba,
penyakit radang panggul, multi-paritas, fertilisasi in vitro.

D. Klasifikasi

Kehamilan ektopik dapat diklasifikasikan menjadi:2

1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba2


Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba.
Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba.
Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai
akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak
segera dioperasi akan menyebabkan kematian. Tindakan operasi yang
dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi kavum abdomen dari
darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber perdarahan dengan
melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana tuba pars
interstisialis berada.
2. Kehamilan ektopik ganda2
Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan
intrauterin. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic
pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 – 40.000 persalinan.Di
Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus. Pada umumnya diagnosis
kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik yang terganggu. Pada
laparotomi ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
dan 2 korpora lutea.
3. Kehamilan Ovarial2
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut
ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni:
1) Tuba pada sisi kehamilan harus normal;
2) Kantong janin harus berlokasi pada ovarium;
3) Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary
proprium;
4) Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong
janin.

Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh
jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan
ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat

5
perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian
sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur, ditemukan benjolan dengan
berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili
korialis dan mungkin juga selaput mudigah.

4. Kehamilan servikal2
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam
kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan
muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium
uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12
minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.
Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak
perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi
totalis.
5. kehamilan Abdominal
kehamilan abdominal terbagi menjadi: primer (implantasi sesudah dibuahi,
langsung pada peritoneum / kavum abdominal), Jika pembuahan daninplantasi
sejak awal terjadi di dalam rongga peritonial disebut kehamilan abdominal
primer.
dan sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat
atterm dan fetus hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan
maserasi, infiltrasi lemak jadi lithopedion / fetus papyraceus. Terapi
kehamilan abdominal adalah: laparotomy, plasenta dibiarkan (teresobrsi).
kehamilan terjadi setelah ruptur tuba atau abortus atau ruptur urteri dengan
implantasi sekunder di atas peritonium disebut tipe sekunder. Jenis kehamilan
perut sekunder pada awalnya berimplantasibaik di tuba, rahim atau ovarium
tetapi kemudian bermigrasi keluar akibat rupturtuba atau uteri atau tuba
aborsi, kemudian akan ditanamkan kedalam rongga peritonium.
6. Kehamilan ektopik lanjut
Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena
mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar
panggul, usus dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah
kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi sekunder dari kehamilan
tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba
dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang
masih utuh yang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.

6
E. Gejala dan Tanda Kehamilan Ektopik
Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada
usia kehamilan 6 – 10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara
lain: amenorea / tidak haid, nyeri perut bagian bawah, perdarahan per vaginam
irregular (biasanya dalam bentuk bercak – bercak darah), rasa sakit pada salah
satu sisi panggul, tampak pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi ,eningkat,
ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi
diafragma dari hemoperitoneum.1

F. Pemeriksaan penunjang

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum


terganggu demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus
tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang
dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG), laparoskopi atau kuldoskopi.2

Anamnesis: haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang


terdapat gejala subyektif kehamilan muda.2 Nyeri abdominal terutama bagian bawah
dan perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan
gejala klinis yang mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri
abdominal dan perdarahan pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.2

Pemeriksaan umum: penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan


dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak
perut bagian bawah hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan.2 Kehamilan
ektopik yang belum terganggu tidak dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas
adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.2

Pemeriksaan ginekologi: tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.


Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan
teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan
batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba
menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.2

Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah


berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat
setelah 24 jam.2 Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya
perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan

7
ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.2

Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah
adalah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon β-hCG dalam urin atau
serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,
sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan hCG menurun dan menyebabkan tes negatif.2 Tes
kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.
Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level β-
hCG yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.2

Kuldosentesis: adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat


darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis
kehamilan ektopik terganggu. Adapun teknik ini terlihat dalam gambar 10. Teknik
kuldosentesis yaitu:2

1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.


2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum,
kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan
4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit
10 ml dilakukan pengisapan.

Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan yang dihisap
berupa:2

1. Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau
kista ovarium yang pecah.
2. Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang
appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).
3. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku,
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

Ultrasonografi: Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan


ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk
mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan
ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan

8
menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu.
Royal College of Obstetricians & Gynaecologists akhir-akhir ini merekomendasikan
bahwa ultrasonografi transvaginal merupakan alat diagnostik pilihan untuk
pemeriksaan kehamilan ektopik. 2

Laparoskopi: hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk


kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan.
Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara
sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum
latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.

G. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam


tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:2

1. Kondisi penderita saat itu;


2. Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya;
3. Lokasi kehamilan ektopik;
4. Kondisi anatomik organ pelvis.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada


kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.2

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik
terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan
konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan
pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan
ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.
2. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan
pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75%
kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai
dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier
dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan dikeluarkan

9
dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa trofoblas yang ada harus
dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan menggunakan
cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada
mukosa. Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena
kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan post operasi yang
akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen. Batas mukosa kemudian
ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan
untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan otot dan tidak ada tegangan
yang berlebihan.
3. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan re-anastomosis end to end telah diajukan sebagai satu
alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat
bagian implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur
normal tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit dipertimbangkan
untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan
dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada
ligamentum latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan
mikroskop/loupe.
4. Salpingektomi
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur,
karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.
Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis
kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat
digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping diklem berjejer
dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi
dengan memotong irisan kecil pada miometrium di daerah kornu uteri, hindari
insisi yang terlalu dalam ke miometrium. Jahitan matras angka delapan
dengan benang absorable 0 digunakan untuk menutup miometrium pada sisi
reseksi baji. Mesosalping ditutup dengan jahitan terputus dengan
menggunakan benang absorbable. Hemostasis yang komplit sangat penting
untuk mencegah terjadinya hematom pada ligamentum latum.

Setelah diagnosis dibuat, pengobatan tergantung pada usia kehamilan, stabilitas


hemodinamik dan tempat implantasi di dalam rongga peritonium. Pada trimester awal
laparoskopi manajemen, embolisasi vaskular dan fetisidal adalah pilihan manajemen
yang mungkin. Pada trimester akhir, laparotomi merupakan penanganan utama.

10
Pada tahun 1942, Studdiford memperkenalkan tiga kriteria diagnostik berikut
untuk kehamilan perut primer,yaitu:

1. Tuba dan ovarium harus dalam kondisi normal tanpa bukti cedera baru atau
jauh.
2. Tidak ada bukti fistula utero-peritonial harus ditemukan
3. Kehamilan harus bersentuhan secara eksklusif dengan permukaan peritonial
dan cukup dini.

H. Komplikasi

Kehamilan perut dikaitkan dengan komplikasi yang mengancam jiwa baik bagi
ibu maupun janin. Ini dapat menyebabkan kematian janin dan ibu jika terjadi
pendarahan intra peritoneal akibat ruptur pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik, yaitu: ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
massif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara
lan: perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anastesi.1

11
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL (PERVAGINAM)

Hari: Kamis Tanggal: 18/11/22


A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Erna Juita Nama : Muhammad Rizal
Klien Suami

Status : G5P2A0
Obstetri
Usia :40 th 10 bl 22 h Usia :-

Agama : Islam Suku : Aceh

Pendidikan : Diploma IV/ Strata I Agama : Islam

Pekerjaan : Guru Pendidikan :-

Alamat : Dusun beuladeh Alamat : Gampong Lamnga

2. GAMBARAN KASUS: pasien kiriman SPOG dengan keluhan mules-mules


sejak 5 jam, keluar lendir darah dirasakan, keluar air-air disangkal, gerak janin
aktif, pasien mengaku hamil 9 bulan, HPHT 16/2/22, TTP 23/11/22 = 39
minggu 1 hari. Pasien AM ke SPOG 5x, kebidan tidak pernah. Keputihan (-).

3. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Usia kehamilan pertama: 24 th
b. Parietas:
c. Jumlah anak hidup: 2
d. Penyulit persalinan sebelumnya: plasenta lengket
e. Riwayat persalinan:
4. PEMERIKSAAN FISIK
Hari: kamis Tanggal: 18/11/22
a. Kesadaran: CM
b. Vital Sign: TD: 110/80 mmhg HR: 71x/i RR: 18x/i T:
36,5
c. Antropometri: BB sebelum hamil: 50 BB saat hamil:70
TB: 160
Pelvijmetri: LILA:

12
d. Kepala dan Leher
Inspeksi: normal,anemis (-)
Palpasi: normal
e. Payudara
Inspeksi: normal tidak terlihat adanya benjolan
Palpasi: benjolan (-)
f. Jantung
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
g. Paru-paru
Inspeksi: semetri (-)
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi: vesikular (+), rhonci (-), whizing (-)
h. Abdomen
Inspeksi:membesar sesuai kehamilan
Palpasi : TFU 32 cm,puki, djj 130x/I, HIS 2-3 x/10/30”
LEOPOLD I: 3 jari di bawah px
LEOPOLD II: bagian tahanan kiri
LEOPOLD III: bagian terbawah kepala
LEOPOLD IV: sudah masuk PAP
Usia kandungan (dihitung dari HPHT): 39-40 minggu
Kontraksi: teratur
DJJ: 150 x/i
Pengeluaran pervaginam: lendir-lendir darah, air-air disangkal
Perdarahan pervaginam:
Status janin: baik, bergerak aktif
i. Ekstremitas: varises (-)

13
5. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan Sebelum hamil Selama hamil
Nutrisi Baik Baik

Makan: Baik Baik

Minuman: Baik Baik

Eliminasi Baik Baik

BAK: Normal Meningkat

BAB: Normal Normal

Istirahat: Cukup Cukup

Aktifitas: - -

Personal - -
Hygiene:

Pola seksual: - -

6. KALA PERSALINAN
KALA I
a. Mulai persalinan: 01.00
b. Tanda dan Gejala: mules-mules, keluar lendir darah dirasakan,
gerakan janin aktif, adanya kontraksi, ada pembukaan jalan lahir.
c. Pengkajian nyeri: 10
d. Kontraksi: vt 3 cm his 1x 10 menit selama 30 detik, vt 7-10 cm his
4x10,45”
KALA II
a. Waktu:04.30
b. Lama Kala:25 menit
c. Tanda dan gejala upaya mengejan: pembukaan 10 cm, ibu merasa
ingin BAB, kepala 5-6 cm di vulva, his 4x10,45”, penurunan kepala
d. Keadaan psikososial: baik
e. Terapi : terapi cairan RL 500 cc dengan 20 tpm
f. Catatan kelahiran: bayi lahir segera menangis JK laki-laki, BB.330
gram, PB.49 cm
g. APGAR score

14
0 1 2 Tanda- 1 5 10
tanda mnt mnt mnt
Tidak <100 >100 Denyut 2 2 2
ada
Tidak Tidak Baik Pernapasan 2 2 2
ada teratur
Lemah Sedang Baik Tonus otot 2 2 2
Tidak Meringis Menangis Peka 2 2 2
ada rangsang
Biru Merah Merah Warna 2 2 2
putih jambu, jambu kulit
ujung
biru

KALA III
a. Tanda dan gejala: lahirnya bayi
b. Plasenta lahir: dilakukan plasenta manual oleh dr ppos
c. Vital Sign : TD:120/80 mmhg HR:71x/i RR:20x/i T:
36,7
d. Perdarahan: -
e. Jahitan episiotomi: -
f. Lama kala berlangsung: 30 menit
g. Keadaan psikososial: baik
h. Pemeriksaan laboratorium:-
i. Pengobatan (obat-obatan): oksitosin 10 ampul, lidocaine 2 ampul

B. ANALISIS DATA
No Hari/tgl/ Data fokus Problem Etiologi TTD
jam
1 Kamis/18- DS; Nyeri persalinan Dilatasi serviks
11- -ibu mengatakan perut dan pengeluaran
2022/01.00 mules,saat berkemih janin
keluar lendir bercampur
darah
- -Ibu mengatakan nyeri
- -ibu mengatakan
perinium terasa
tertekan
- -ibu mengatakan mual
- -ibu mengatakan sering
timbul rasa berkemih
DO:
-keluar lendir darah

15
-pasien tampak teriak
kesakitan
-nyeri semakin sering
dirasakan
-his 4x10,45’
-Perut tampak tegang
-skala nyeri 10
P: nyeri saat kontraksi
Q: seperti dihimpit
R: abdomen dan
punggung bawah
S: 10
T: Hilang timbun
-uterus teraba membulat
-ibu terlihat berposisi
meringankan nyeri
-fungsi berkemih
berubah
TTV
TD: 168/88 mmhg
HR: 71 x/i
RR: 18x/i
T: 36,5
DJJ:122X/i
L1:3 jari dibawah px
L2:puki
L3:kepala
L4:masuk PAP
2. Kamis/18- DS: Ansietas Ancaman terhadap
11- -ibu mengatakan tidak kematian
2022/01.00 sanggup melahirkan
normal
-ibu mengatakan ingin
dilakukan tindakan
operasi SC
DO
- Ibu tampak
gelisah
- Ibu tampak
tegang
- Ibu tampak sulit
tidur
- Muka tampak
pucat

16
- Suara ibu
bergetar
- Sering ingin
berkemih

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan ditandai dengan keluar lendir darah, pasien tampak teriak
kesakitan, nyeri semakin sering dirasakan, his 4x10,45’, perut tampak tegang,
skala nyeri 10, uterus teraba membulat, ibu terlihat berposisi meringankan
nyeri, fungsi berkemih berubah, TD: 168/88 mmhg, HR: 71 x/I, RR: 18x/i , T:
36,5, DJJ:122X/I, L1:3 jari dibawah px, L2:puki, L3:kepala, L4:masuk PAP.
2. Ansietas ditandai dengan ibu tampak gelisah, ibu tampak tegang, ibu tampak
sulit tidur, Muka tampak pucat, suara ibu bergetar, sering ingin berkemih

D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri persalinan Setelah dilakukan Observasi;
tidakan keperawatan 1. Memantau ttv
selama 1x24 jam 2. Memantau kontraksi/HIS
nyeri persalinan 3. Memantau DJJ
menurun, dengan 4. Memantau VT
kriteria hasil: 5. Observasi kemajuan persalinan
1. Keluhannyeri 6. Observasi penyebab nyeri
menurun Terapeutik
2. Meringis menurun 1. Majemen nyeri napas dalam
3. Gelisah menurun 2. Pemasangan kateter
4. Perinium terasa Edukasi
tertekan menurun 1. Mengajarkan cara meneran
5. Pola napas 2. Mengajarkan teknik napas
membaik dalam
6. Tekanan darah 3. Edukasi manajemen nyeri
membaik dengan pijatan atau sentuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiaan
oksitosin
2. Kolaborasi pemberian cairan
infus RL
3. Kolaborasi pemberian obat anti

17
nyeri (lidocaine HCL untuk
prosedur heating)
2. Ansietas Setelah dilakukan Observasi
tidakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
selama 1x24 jam Terapeutik
tingkat ansietas 1. Ciptakan suasana terapeutik
menurun, dengan untuk menumbuhkan
kriteria hasil: kepercayaan
1. Perilaku anseitas 2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
2. Perilaku tegang Edukasi
menurun 1. Anjurkan keluarga tetap
3. Konsentrasi bersama pasien
membaik 2. Latih teknik relaksasi
4. Pola berkemih
membaik

E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon Klien TTD
Keperawatan
Kamis/18- Nyeri 1. Memantau ttv
11- persalinan setiap 30 menit
2022/03.00 sekali
2. Memantau
kontraksi/HIS
setiap 30 menit
sekali
3. Memantau DJJ
setiap 30 menit
sekali
4. Memantau VT
setiap 4 jam sekali
5. mengobservasi
kemajuan
persalinan
6. mengobservasi
penyebab nyeri
7. memberikan cairan
infus RL 500 cc
dengan 20 tpm

18
Nyeri 1. Mengajarkan teknik
Kamis/18- persalinan relaksasi napas dalam
11- 4. Mengedukasi
2022/03.30 manajemen nyeri
dengan pijatan atau
sentuhan

Kamis/18- Nyeri Pemasangan kateter


11- persalinan
2022/03.45
Kamis/18- Nyeri Mengajarkan cara
11- persalinan meneran dengan benar
2022/04.00
Kamis/18- Nyeri Kolaborasi pemberian
11- persalinan oksitosin untuk membantu
2022/04.35 kontraksi melahirkan
plasenta
Kamis/18- Nyeri Kolaborasi pemberian
11- persalinan lidocaine HCL saat
2022/05.15 heating
Kamis/18- Ansietas Memonitor tanda-tanda
11- ansietas
2022/30.00
Kamis/18- Ansietas Terapeutik
11- 1. Menciptakan suasana
2022/30.00 terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan
Edukasi
3. Anjurkan keluarga
tetap bersama pasien
4. Melatih teknik
relaksasi

19
F. EVALUASI SUMATIF
Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi TTD
Keperawatan
Kamis/18- Nyeri persalinan S: pasien mengatakan setelah post
11- persalinan nyeri di bagian jalan lahir
2022/06.00
O: k/u: baik
Kesadaran ; CM
TD;120/80 mmhg
N; 78x/i
R; 17x/m
S; 36,5
Nyeri dibagian jalan lahir
P: nyeri saat bergerak, nyeri akibat
jahitan
Q:seperti dihimpit, nyeri tekan
R:nyeri di bagian abdomen menjalar ke
punggung dan jalan lahir
S: 7
T: nyeri muncul kadang-kadang

A: Nyeri Akut
P: intervensi dilanjutkan
Kamis/18- Ansietas S: ibu mengatakan senang sudah
11- melahirkan
2022/06.00 - O: Ibu tampak tenang
- Ibu sudah mampu tidur
- Muka tampak pucat(-)
- Suara ibu bergetar(-)
A: Masalah teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurhayati E. Modul 6 Penyakit Pada Kehamilan. 2020;(Nsa 417):0-23.


2. Yhudo prabowo A, Dewi puspita sari R. BUKU AJAR (Pendarahan Pada
Kehamilan Trimester 1). Published online 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai