Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang berongga dan mempunyai katup dan
berhubungan langsung dengan pembuluh darah. Kelainan jantung, pembuluh
darah dan paru 3 adalah faktor utama penyebab orang meninggal. Kebanyakan
dari manusia di dunia, banyak yang mengidap penyakit kelainan jantung
(kardiovaskuler).
Pada pasien yang menderita penyakit kelainan jantung untuk pengobatannya
dilakukan dengan salah satu cara tindakan pembedahan.
Pembedahan kardiovaskuler membutuhkan waktu cukup lama dibanding dengan
pembedahan yang lainnya dan membutuhkan ketelitian dalam proses
pembedahannya.

B. Tinjaun Pustaka
1. Definisi bedah jantung
2. Indikasi pembedahan jantung
3. Tujuan operasi bedah jantung
4. Toleransi dan perkiraan resiko operasi
5. Diagnosis penderita penyakit jantung
6. Perawatan dan persiapan peri-operatif
7. Asuhan keperawatan post-op

C. Tujuan
1. Mampu membuat dan mengetahui asuhan keperawatan pre dan post-op bedah
kardiovaskuler
2. Mengetahui dan mampu mempersiapkan pasien pre-post operasi bedah
kardiovaskuler
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bedah Jantung


Adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung yang merupakan semua
tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan cara membuka
atau menampakkan bagian tubuh yang akan ditangani, misalnya setelah bagian
yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.

2.2. Klasifikasi Pembedahan Jantung


1. Operasi jantung terbuka
Operasi atau tindakan pembedahan dengan jalan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung-paru (mesin ekstra copora/tertutup).
2. Operasi jantung tertutup
Operasi atau tindakan pembedahan tanpa membuka rongga jantung, misal;
shunting aortopulmonal.

2.3. Tujuan Operasi Bedah Jantung


Operasi jantung dilakukan dengan tujuan bermacam-macam, antara lain:
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misal; penutupan ASD, patah
VSD, koreksi tetralogi fallot, koreksi Transposition of Breat Arteri (TBA).
Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak yang
mempunyai kelainan bawaan.
2. Operasi poliatif
Melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang
definitif/total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu,
misal; shut aortapulmonal pada TOF, pulmonal atresia.
3. Repair
Operasi yang dikerjakan pada katup jantung yang mengalami insufisiansi.
3

4. Replacement katup
Operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
5. Bypass-koroner
Operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
6. Pemasangan inplant, seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak
dengan total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung
Mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan
jantung donor dari penderita yang meninggal atau sebab lain.

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Untuk menetapkan suatu penyebab jantung sampai kepada suatu
diagnosa, maka diperlukan tindakan ivestigasi yang cukup, mulai dari anamnese,
pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung diperlukan
pemeriksan tambahaan sebagai berikut:
1. Elektro kardiografi (EKG)
Yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat elektro
kardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagoram untuk
melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral)
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi
Yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari macam-macam lapisan ditangkap kembali. Pemeriksaan ini
terdiri dari M. mode dan 2 dimentional, sehingga terlihat gambaran rongga
jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi DOPLER
ECHOCARDIOGRAFI dengan warna yang terlihat bisa dilihat shunt,
kebocoran katup atau koloterel.
5. Nuklir kardiologi
Yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intravena kemudian
dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
4

Dapat dibagi:
- perfusi myocardial dengan memakai talium zol
- melihat daerah infark dengan memakai technetium pyrophospateaa
- blood pool scaning
6. Kateterisasi jantung
Yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukkan ke
pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. kateterisasi jantung kanan
melalaui vena femoralis, keteterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan keteterisasi bertujuan:
a. Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga
diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat
suatu shunt dan adanya hypoxemia pada jantung bagian kiri
b. Angiografi; untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu,
misalnya; LV graf, aortografi, angiografi koroner, dan lain-lain
7. Pemeriksaan enzim khusu yaitu peemriksaan enzyme creatikinase dan fraksi
CKMB untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin
pectoris

2.5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan jantung paru
Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah
untuk seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan paru.
2. Jantung buatan
Tujuan keseluruhan pemasangan ini adalah untuk memberikan kualitas hidup
yang tinggi bagia pasien yaitu bebas dari pemasangan jakerperkutaneus.
3. Transpalantasi jantung
Transpalantasi jantung dianggap sebagai usaha terakhir untuk mengatasi
penyakit jantung tahap akhir yang referakter terhadap pengobatan
konvensional dan pembedahan.
5

4. Eksisi tumor
Dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup
tindakan bedah yang dikenal dalam kedokteran, antara lain
valvulotomi/kumisurotomi dan septostomi.

2.6. Persiapan Penderita Pre-Operasi Bedah


Setelah penderita diputudkan untuk operasi, maka perlu dipersiapkan
agar operasi dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari:
1. Persiapan mental
Menyiapkan klien secara menytal siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini dapat dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan
operasi, komplikasi dan resiko operasi. Selain itu juga diterangkan hal-hal
yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat-alat
yang akan dipasang, termasuk puasa, rasa sakit/nyeri pada daerah operasi
dan kapan drain dicabut.
2. Persiapan medical
a. Obat-obatan
- Semua obat-obatan anti kougulan harus dihentikan 1 minggu sebelum
operasi (minimal 3 hari sebelum operasi)
- Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi
- Digitalis dan diuretic dihentikan 1 hari sebeum operasi
- Anti diabetic diteruskaan dan bila perlu dikonversi dengan insulin
injeksi selama operasi
- Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi
- Anti bioatika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu
induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum
operasi apakah ada alergi
b. Laboratorium 1 hari sebelum operasi, antara lain:
- Hermatologi lengkap dan hermastasis
- LFT
- Ureum, cretinin
6

- Gula darah
- UL (urine lengkap)
- Hb SAg
- Gas darah
Bila ada kelainan hemotasis atau faktor pembeluan, maka harus
diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada
kepastian bahwa kelainan tersebut akan menyebabkan pendarahan
pasca bedah
c. Persiapan darah untuk operasi
Permintaan darah pada PMI minimal 24 jam sebelum operasi, antara lain:
- Packet cell = 750 cc
- Frash frozen plasma = 1000 cc
- Trombosit = 3 unit
d. Mencari infeksi lokal
Biasanya dicari gigi berlubang atau tonsillitis kronis dan berkonsul-
tasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan
furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam amsa
inkubasi/infeksi penyakit menular.
e. Fisioterapi dada
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi
untuk mencegah retensi sputum.
Bila penderita diketahui menderita astma dan penyakit paru, obstruktif
menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dilakukan dan
spirometri digunakan untuk melihat kelainan yang dihadapi.

2.7. Perawatan Post Operasi Bedah Jantung


Perawatan post operasi bedah jantung dibagi, antara lain:
1. Perawatan di ICU
a. Monitoring hermodinamik
Pemantauan yang dikerjakan selama 24 jam, antara lain:
- CVP, RAP, LAP
7

- Denyut jantung
- Wedge pressure dan PAP
- Tekanan darah
- Curah jantung
- Obat-obatan inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung
dosisnya ruteng, dan lain-lain
- Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti ABP puch jantung,
dan lain-lain
b. EKG
Pemantauan EKG harus dikerjakan setiap saat untuk melihat irama
jantung dan adanya kelainna jantung, seperti AF, VES, blok
atrioventrikal dan lain-lain. Pencatatan EKG lengkap minimal 1 x / per
hari dan tergantung pada masalah yang ada (bila ada perubahan irama
dasar jantung)
c. Sistem pernafasan
Biasanya pasien masuk ICU belum sadar, biasanya diberikan sedative
sebelum masuk ICU, sampai di ICU segera dipasang respirator untuk
melihat:
- tube dan ukuran yang dipakai, melalui mulut/hidung
- tidak volume dan minut volume, RR, FiO2, FEEP
- dilihat aspirasi yang keluar dari bronkus/tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental/berbusa kemerahan sebagai tanda odema
paru, bila perlu dibuat kultur.
d. Sistem neurologi
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita nulai bangun/masih diberikan
obat-obatan sedative pelumpuh obat. Bila penderita mulai bangun maka
disuruh menggunakan ke 4 ekstremitasnya.
e. Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis, dan lain-lain.
8

f. Gula darah
Bila penderita adalah diabetes mellitus, maka kadar gula darah harus
dikerjakan tiap 6 jam dan bila perlu infuse insulin (bila gula tinggi)
g. Laboratorium
Yang diperiksa:
- HB, HT, thrombosit
- ACT, analisa, gas darah
- LFT/albumin
- Ureum, kreatinin, gula darah
- Enzim CK dan CKMB untuk penderita di lintas koroner
h. Drain
Drain 2/6 dipasang harus diketahui sehingga pendarahan dan dapat
diketahui dari mana asalnya. Jumlah drain satuan waktu biasanya 1 jam,
tetapi bila ada pendarahan maka observasi dilakukan tiap jam / jam.
Pendarahan > 200 cc pada penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai
pendarahan pasca bedah dan mungkin dilakukan retorakotomi untuk
menghentikan pendarahan.
i. Foto thotaks
Pemeriksaan foto thoraks segera dilakukan untuk melihat ke CVP,
kateter swan ganz.
j. Fisioterapi
Fisoterpi harus segera dilaksanakan termasuk penderita dengan ventilator
karena penting untuk mencegah retensi sputum (nafas dalam, veibrilasi,
paostural drinase).
2. Perawatan di luar ICU
a. Setelah penderita keluar dari ICU maka pemantauan fungsi organ yubuh
terus dilakukan/dilanjutkan. Umumnya pemeriksan yang dilakukan
antara lain hematologi urine, thoraks foto, terasuk laboratorium, LFT,
enzim CK dan CKMB.
b. Obat-obatan
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk
akan mengganggu penafasan. Obat-obatan lain seperti anti hipertensi,
9

anti diabet, vitamin (expectorant, bronchodilator untuk mengeluarkan


soutum).
c. Perawatan luka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka
apalagi dengan tanda panas, lekostosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehingga nanah bisa keluar, kadang perlu dikompres dengan
antiseptic supaya nanah cepat kering, bila luka sembuh dengan baik,
jahitan dapat dibuka pada hari ke-8/9 pasca bedah, untuk pasien
gemuk/diabet kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah
luka terbuka.
d. Fisioterapi
Fisioterapi harus segera dilakukan untuk mencegah retensi sputum yang
akan menyebabkan gangguan pernafasan, mobilisasi ruangan dimulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan, dan lain-
lain.

2.8. Asuhan Keperawatan Pre-Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft


(CABG)
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pre-op
1. Asientas b/d kurangnya pengetahuan 00146. Ansietas b.d ancaman
status kesehatandomain 9:koping
a. Noc
i. 1211. Tingkat kecemasan
ii. 1402. Kontrol kecemasan diri
iii. 1608. Kontrol gejala
b. Kriteria hasil
i. Mampu mengontrol
diri(ketakutan,ketegangan,kegelisahan)
ii. Mampu mengutarakan apa yang dicemaskan
iii. Memahami prosedur yang akan dijalani
c. Nic
10

i. 5820. Pengurangan kecemasan


1. Berikan informasi aktual mengenai
diagosis,perawatan dan prognosis
2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi
yang aka dirasakan/dialami klien
3. Pahami situasi kritis dalam perspektif klien
4. Dorong keluarga utuk medampingi klien
dengan cara yang tepat
5. Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
6. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa
aman dan mengurangi ketakutan
7. Puji dan kuatkan prilaku yang baik secara
tepat
8. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
kecemasan
9. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi
ii. 6040. Terapi relaksasi
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Dorong klien untuk mengambil posisi yang
nyaman
3. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam
memilih teknik relaksasi
4. Minta klien untuk rilex dan merasakan sensasi
yang terjadi
5. Gunakan terapi relaksasi sebagai strategi
tambahan selain kolaborasi yang lain
6. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap
terapi relaksasi
11

2. Diagnosa post op

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(NOC) (NIC)

1 Pola nafas Setelah dilakukan askep NIC


tidak efektif selama 3x24 jam pola
Airway Management :
b/d nafas klien menjadi
hiperventilasi. efektif, dengan kriteria : 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
- mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas yang bersih, tidak ventilasi
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
sputum, mampu jalan nafas buatan
bernafas dengan mudah, 4. Pasang mayo bila perlu
tidak ada pursed lips)
6. Keluarkan secret dengan suction
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tidak merasa tercekik, tambahan
irama nafas, frekuensi 8. Lakukan suction pada mayo
pernafasan dalam
rentang normal, tidak 9. Berikan bronkodilator bila perlu
ada suara nafas
10.Berikan pelembab udara
abnormal)
11.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Tanda tanda vital
keseimbangan
dalam rentang normal
12.Monitor espirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

1. Monitor rata-rata kedalaman, irama dan


usaha espirasi

2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,


penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

3. Monitor suara nafas seperti dengkur

4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea,


kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
12

5. Catat lokasi trakea

6. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan


paradoksis)

7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan


/ tidak adanya ventilasi atau suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction dengan


mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
nafas utama

9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk


mengetahui hasil

2 Penurunan Setelah dilakukan asuhan NIC


cardiac keperawatan selama 3x
Cardiac Care
output b/d 24 jam klien tidak
gangguan mengalami penurunan 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
stroke cardiac output, dengan durasi)
volume kriteria :
(preload, 2. Catat adanya disritmia jantung
- Tanda vital dalam
afterload, 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
rentang normal (TD,
kontraktilitas) cardiac output
Nadi, RR)

- Dapat mentoleransi 4. Monitor status kardiovaskuler


aktivitas, tidak ada 5. Monitor status pernafasan yang menandakan
kelelahan gagal jantung
- Tidak ada edema 6. Monitor abdomen sebagai indikator
paru, perifer, dan tidak penurunan perfusi
ada asites
7. Monitor balance cairan
- Tidak ada
penurunan kesadaran 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon klien terhadap efek


pengobatan anti aritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat untuk


menghindari kelelahan

11.Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu,


dan ortopneu

13. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


13

1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor vital sign saat pasien berbaring,


duduk dan berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan


bandingkan

5. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan


setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor adanya pulsus paradoksus

8. Monotor adanya pulsus alterans

9. Monitor jumlah dan irama jantung

10.Monitor bunyi jantung

11.Monitor frekuensi dan irama pernafasan

12. Monitor suara paru

13. Monitor pola pernafasan abnormal

14. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

15. Monitor sianosis perifer

16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi


yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

17. Identifikasi penyebab dan perubahan vital


sign

3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC


b/d agen keperawatan selama 3x
Pain Management
injuri fisik 24 janm nyeriklien
berkurang, dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
kriteria : komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi non verbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk 3. Ginakan teknik komunikasi teraipetik untuk
mengurangi nyeri) mengetahui pengalaman nyeri klien

- Melaporkan bahwa 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu


14

nyeri berkurang dengan 5. Kontrol lingkungan yang dapat


menggunakan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
managemen nyeri pencahayaan, kebisingan

- Mampu mengenali 6. Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi


nyeri (skala, intensitas,
7. Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri
frekuensi, dan tanda
nyeri 8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Menyatakan rasa 9. Anjurkan klien untuk beristirahat
nyaman setelah nyeri
berkurang 10. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Tanda vital dalam
rentang normal Analgetic Administration

1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi

2. Cek riwayat alegi

3. Monitor vital sign sebelumdan sesudah


pemberian analgetik pertama kali

4. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat


nyeri hebat

5. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala


(efak samping)

4 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan NIC


aktivitas b/d keperawatan selama 3x
Energy Management
fatigue 24 jam klien tidak
mengalami intoleransi 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
aktivitas, dengan kriteria melakukan aktivitas
:
2. Dorong pasiem untuk mengungkapkan
- Berpartisipasi dalam perasaan terhadap keterbatasan
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan
tekanan darah, Nadi, dan kelelahan
RR 4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
- Mampu melakukan adekuat
aktivitas sehari hari 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
secara mandiri dan emosi secara berlebihan

6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap


15

aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur /


istirahat pasien

Activity Therapy

1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik


dalam merencanakan program terapi yang tepat.

2. Bantu pasienuntuk mengidentivikasi aktivitas


yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang


sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan


mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan

5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan


aktivitas seperti kursi roda, krek

6. Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang


disukai

7. Bantu pasien/ keluarga untuk


mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas

5 Kurang Setelah dilakukan asuhan NIC


pengetahuan keperawatan selama 3 x
Teaching : disease Process
tentang 24 jam pengetahuan
penyakit b/d klien bertambah tentang 1. Berikan penilaian tentang tingkat
kurangnya penyakit, dengan kriteria pengetahuan pasien tentang proses penyakit
informasi : yang spesifik
- Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit, dengan
menyatakan cara yang tepat
pemahamannya tentang
penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan program muncul pada penyakit
pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit
- Pasien dan keluarga 5. Identivikasi kemungkinan penyebab
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
secara benar kondisi, dengan cara yang tepat

- Pasien dan keluarga 7. Hindari harapan kosong


menjelaskan kembali apa
16

yang dijelaskan perawat 8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang


kemajuan pasien

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang


mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang atau pengontrolan
penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi dan penanganan

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau


mendapatkan second opinion

12. Instruksikan pasien mengenali tanda dan


gejala untuk melap[orkan pada
pemberiperawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

2.9. Patoflow Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Coronary Artery Bypass


Graft (CABG)

2.10. Cara Pengangkatan Jahitan Luka Operasi


Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan dengan
memotong simpul jahitan. Tujuannya adalah untuk mencegah infeksi silang dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Persiapan Alat dan Bahan:
- Pinset anatomi
- Pinset ururghi
- Gunting angkat jahitan
- Arteri klem
- Larutan savlon atau larutan yang lain sesuai kebutuhan
- Alcohol 70$
- Gunting perban
17

- Kasa steril
- Mangkok steril
- Handscom steril
- Bengkok
- Obat luka
- Plaster/pembalut
Cara Kerja
- Menyapa dan memerkenalkan diri pada pasien
- Menjelaskan mengenai tindakan yang akan diberikan
- Cuci tangan
- Menggunakan sarung tangan steril
- Membuka plester dan balutan dengan menggunakan pinset
- Bersihkan luka dengan menggunakan larutan savlon atau lai-lain, lakukan
hingga bersih
- Angkat jahhitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian
gunting bennag dan tarik dengan hati-hati, lalu buang pada kasa yang
disediakan
- Tekan daerah jahitan luka
- Berikan obat luka - Catat perubahan keadaan luka
- Tutup luka dengan kasa steril - Cuci tangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedah kardivaskuler merupakan proses tindakan pembedahan untuk
melakukan koreksi atau perbaikan kelainan di dalam jantung atau pembuluh darah
utama. Dengan indikasi pembedahan, cardiovascular pada pasien yang
mempunyai kelainan dan gangguan pada sistem kardiovaskuler, sebelum
melakukan suatu tindakan prosedur pembedahan baisanya dilakukan persiap-
persiapan trelebih dahulu, baik persiapan pra operasi fisik atau mental, serta
penjelasan resiko operasi, persiapan alat dan lain-lain.
18

Pada dasarnya suatu prosedur pembedahan dalam keperawatan harus


dilakukan pemberian tindakan asuhan keperawatan kepada pasien keluarga mulai
asuhan keperawatan pre-operasi sampai post-operasi.

B. Saran
Asuhan keperawatan pre dan post operasi serta tindakan pembedahan
kardiovaskuler harus dipahami secara cermat, teliti sampai selesai mengetahui dan
memahami persiapan-persiapan.

DAFTAR PUSTAKA

- Doeges Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC


- Mansjoer, Arief. 2001. Kapitasi Selescta Kedokteran. Jakarta: EGC
- Muttaqin, Arif. 2004. Asuhan Keperawaan Klien dan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
- Udjianti, Wajan, Juni 2010. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
- Price, Syivia, A. 2005. Patofisologi (Konsep Dasar Peny). Jakarta: EGC
- Suddart, Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
19

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-POST OP BEDAH
KARDIOVASKULER
20

OLEH:

SITI WARDIANI NIM : AOAO 150790


YULI AGUSTINA NIM : AOAO 150779

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
TAHUN AJARAN 2016
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASKEP
PRE-POST OP BEDAH KARDIOVASKULER.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada
kelompok kami.
21

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penyusun khususnya.

Malang, 2 Desember 2016


Penyusun

Kelompok

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........ i
DAFTAR ISI .......... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....... 1
B. Tinjaun Pustaka ...... 1
22

C. Tujuan ......... 1

BAB II PEMBAHASAN
- Definisi Bedah Jantung ...... 2
- Klasifikasi Pembedahan Jantung ... 2
- Tujuan Operasi Bedah Jantung ... 2
- Pemeriksaan Penunjang ...... 3
- Penatalaksanaan ...... 4
- Persiapan Penderita Pre-Op. Bedah .... 5
- Perawatan Post Op. Bedah Jantung .... 6
- Askep Pre-Post Op. CABG .... 9
- Patoflow Diagnosa Keperawatan Pada CABG ... 13
- Cara Pengangkatan Jahitan Luka Operasi ... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......... 15
B. Saran ........ 15

ii

Anda mungkin juga menyukai