Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPERTROPI PROSTAT”

OLEH:

ANDI RIDHA JAMILAH


BT1901037

CI INSTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021
A. KONSEP MEDIS HIPERTROPI PROSTAT

1. Definisi
Hipertropi Prostatitis Benigna atau benign prostatic hypertropi (BPH) merupakan
pembesaran prostat yang terjadi pada usia lanjut yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon serta faktor usia yang dapat mengganggu atau menyumbat
sistem urinaria (Achmad Nurfajri,2019).
Benign Prostatic Hypertropi merupakan penyakit tersering kedua penyakit
kelenjar prostat di klinik urologi di Indonesia. BPH ini termasuk dalam salah satu tumor
jinak yang sering ditemukan pada pria (Wawan Susilo,2019)
Klasifikasi derajat berat BPH (Tresna Wulandari,2019)
1) Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
2) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira kira 60-150 cc. Ada rasa
tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia
3) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien nampak kesakitan. Urine
menetes secara periodik.

2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang
erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan (Asri Astutik,2019). Ada beberapa
faktor kemungkinan penyebab antara lain :

1) Dihydrotestoteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.

2) Perubahan hormon estrogen-testoteron


3) Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

4) Interaksi stroma – epitel


5) Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth faktor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

6) Berkurangnya sel yang mati


Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.

7) Teori sel stem


Menerangkan bahwa terjadinya poliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.

3. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat ini terjadi secara perlahan seiring bertambahnya usia
sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testoteron
menjadi dehidrotestoteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya
penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA
sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi hyperlansia
kelenjar prostat.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan
lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tekanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli
dan daerha prostat meningkat, secara otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sirkulasi atau devertikel. Fase penebalasan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine.
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke
ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus menerus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjdi gagal ginjal.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala BPH meliputi (Lailatul Azizah,2018):
1) Gejala obstruktif
a. Hesistansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering sekali disertai
dengan mengedan.
b. Intermittency, yaitu terputus putusnya aliran kencing yang disebabkan
oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan
intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing
d. Pancaran lemah , yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas
2) Gejala iritasi
a. Urgensi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
terjadi pada malam dan siang hari.
c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
5. Kompikasi
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria
akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang
dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Asri
Astutik,2019).
6. Pemeriksaan diagnostik (Lailatul Azizah,2018)
1) Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2) Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urine.
3) Urinalisasi dan kultur urin
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood
Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atauhematuria.
4) DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal
dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa
jumlah sel darah merahnya.
5) Ureum, elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6) PA (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel
jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah
hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk
treatment selanjutnya.
7. Penatalaksanaan medis
Menurut Rosdahl& Kowalski (2017), penatalaksanaan yang di lakukan yaitu :
1) Pre-operasi
a. Premedikasi
Adalah pemberian obat-obatan sebelum anastesi, untuk mendapatkan
kondisi yang diharapkan oleh anestesiologis (pasien tenang, hemodinamik
stabil, post anastesi baik, anastesi lancar). Diberikan pada malam sebelum
operasi dan beberapa jam sebelum anastesi 1-2 jam.
b. Tindakan umum
 Memeriksa catatan klien dan program pre-operasi
 Klien di jadwalkan untuk berpuasa kurang lebihselama 8 jam
sebelum dilakukan pembedahan.
 Memastikan klien sudah menandatangani lembar persetujuan
bedah
 Memeriksa riwayat medis untuk mengetahui obat-obatan,
pernafasan dan jantung
 Memeriksa hasil catatan medis klien seperti hasil
laboratorium,EKG(elektrokardiogram)dan rontgen dada
 Memastikan klien tidak memiliki alergi obat.
c. Sesaat sebelum operasi
 Memeriksa klien apakah sudah menggunakan identitasnya.
 Memeriksa tanda-tanda vital meliputi suhu,nadi,pernafasan
tekanan darah.
 Menyediakan stok darah klien pada saat persiapan untuk
pembedahan.
 Klien melepaskan semua pakaiansebelum menjalanin
pembedahan, dan klien menggunakan baju operasi.
 Semua perhiasan,benda-benda berharga gigi palsu,jepit rambut
lensa kontak, alat bantu pendengaran dan kacamata harus dilepas
 Membantu klien berkemih sebelum pergi keruang operasi.
 Membantu klien untuk menggunakan topi operasi.
 Memastikan semua catatan pre-operasi sudah lengkap dan sesuai
dengan keadaan klien.
d. Intra operasi dilakukan diruang operasi
e. Post Operasi
 Setelah dilakukan pembedahan klien akan di pantau di PACU
untuk memantau tanda-tanda vitalnya, sampai ia pulih dari
anastesi dan bersih secara medis untuk meninggalkan unit.
Dilakukan pemantauan spesifik termasuk ABC yaitu airway,
breathing,circulation. Tindakan dilakukan untuk upaya
pencegahan post-operasi, ditakutkan ada tanda-tanda syok seperti
hipotensi,takikardi,gelisah,susah bernafas,sianosis,SpO2rendah.
 Membantu klien dalam latihan post-operasiyaitu membebat insisi
berguna untuk meredekan tekanan garis jahitan abdomen untuk
meredakan nyeri. Teknik ini membantu membuat batuk atau
pernafasan dalam menjadi lebih nyaman dan meningkatkan
oksigenasi lebih baik.
 Latihan tungkai (ROM)
 Memberikan tindakan dukungantambahan yaitu memberikan
nutrsi yang adekuat, untuk membentuk kembali jaringan setelah
trauma pembedahan, klien memerlukan nutrisi yang lebih dari
kebutuhan tubuh normal,tinggi protein diperlukan untuk
membentuk kembali jaringan yang terluka dan mempercepat
proses penyembuhan luka operasi.
 Irigasi luka harus dengan teknik steril atau teknik bersih.
Pengantian balutan harus dengan teknik aseptik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan, penderita yang dapat diperoleh melalui anamese, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Identitas meliputi : nama,umur, jenis kelamin, agama, pendidikan pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medik.
c. Keluhan utama : adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
d. Riwayat kesehatan sekarang : berisi tentang, kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
e. Riwayat kesehatan dahulu
 Adanya riwayat penyakit dm atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defesiensi insulin misalnya penyakit pankreas
 Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun anteroskleiosiss,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita
a. Riwaya kesehatan keluarga : dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita dm atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defesiensi insulin misal hipertensi, jantung
b. Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

Hal yang perlu dikaji pada klien hipertropi prostat post operasi :
1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada perubahan TD Postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK).
7. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis
8. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
9. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
10. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
11. Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, refleks tendon
menurun kesemutan/ rasa berat pada tangkai

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada pasien hipertropi prostat :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Retensi urine berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan uretra
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang berkaitan
dengan penyakit klien
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


c. Retensi urine berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan uretra

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang berkaitan


dengan penyakit klien
4. Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menetapkan pengetahuan intelektual, kemapuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan, pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikais, penemuan,
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis sert mengupayakan rasa aman, nyaman, dan keselamatan pasien.
5. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan dite
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Nurfajri . 2019 . Konsep Asuhan Keperawatan BPH
Asri Astutik . 2019 . Asuhan Keperawatan klien Benigna Prostate Hyperlasia
Lailatul Azizah . 2018 . Asuhan Keperawatan Post Operasi BPH dengan masalah nyeri akut
Tresna Wulandari . 2019 . Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Benight Prostatic
Hyperplasia
Wawan Susilo . 2019 . Jurnal Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Anda mungkin juga menyukai