“HIPERTROPI PROSTAT”
OLEH:
CI INSTITUSI CI LAHAN
1. Definisi
Hipertropi Prostatitis Benigna atau benign prostatic hypertropi (BPH) merupakan
pembesaran prostat yang terjadi pada usia lanjut yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon serta faktor usia yang dapat mengganggu atau menyumbat
sistem urinaria (Achmad Nurfajri,2019).
Benign Prostatic Hypertropi merupakan penyakit tersering kedua penyakit
kelenjar prostat di klinik urologi di Indonesia. BPH ini termasuk dalam salah satu tumor
jinak yang sering ditemukan pada pria (Wawan Susilo,2019)
Klasifikasi derajat berat BPH (Tresna Wulandari,2019)
1) Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
2) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira kira 60-150 cc. Ada rasa
tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia
3) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien nampak kesakitan. Urine
menetes secara periodik.
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang
erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan (Asri Astutik,2019). Ada beberapa
faktor kemungkinan penyebab antara lain :
1) Dihydrotestoteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
3. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat ini terjadi secara perlahan seiring bertambahnya usia
sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testoteron
menjadi dehidrotestoteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya
penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA
sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi hyperlansia
kelenjar prostat.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan
lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tekanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli
dan daerha prostat meningkat, secara otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sirkulasi atau devertikel. Fase penebalasan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine.
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke
ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus menerus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjdi gagal ginjal.
Hal yang perlu dikaji pada klien hipertropi prostat post operasi :
1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada perubahan TD Postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK).
7. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis
8. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
9. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
10. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
11. Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, refleks tendon
menurun kesemutan/ rasa berat pada tangkai
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada pasien hipertropi prostat :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Retensi urine berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan uretra
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang berkaitan
dengan penyakit klien
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik