Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“GASTROENTERITIS (GEA)”

Oleh : SERI NUR AYU


BT 1901039/ II B

CI INSTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021

1|Page
I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi & Yuliani, 2017).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit (Betz & Cecily, 2017).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang ditandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau
tanpa lendir dan darah (Arita Murwani, 2019).
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit
(jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan ditandai dengan muntah dan
diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium dan
kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat juga terjadi
cairan atau dehidrasi (Ag. Soemantri & Setiati, 2017).

B. Etiologi
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal
sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor,
versinia aoromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,
srongyloidis,protozoa, jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA,
tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.

2|Page
2. Faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
d. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
e. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar) (Mansjoer, 2017).
C. Patofisiologi
Berdasarkan Hasan & Husein, (2018) mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya gastroenteritis adalah:
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

D. Manifestasi klinik
1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
3|Page
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Malaise

(Betz & Cecily, 2017).

E. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renyatan Hiporomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan


sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti
tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot kaku sampai sianosis.

F. Test diagnostik
1. Tes tinja
2. Tes darah
3. Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran
pencernaan

4|Page
4. Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara visual
dengan alat khusus yang dinamakan endoskop
5. Pemindaian, seperti foto rontgen, CT scan, atau MRI.

G. Pelaksanaan medis
Menurut Supartini, (2017), penatalaksanaan medis pada pasien
gastroenteritis meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya
dan keadaan umum.
1. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
2. Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) diberikan tergantung
berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml/ kg BB/ hari, kemudian 125 ml/ kg BB/ oral.
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml/ kg BB/ oral kemudian 125 ml/ kg BB/
hari.
c. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml/ kg BB/ jam atau 5 tetes/ kg BB/ menit (inperset 1
ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB oralit per oral.
3. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan/ tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa/ karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg/ ch dengan dosis minimum 30
mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari.

5|Page
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut
lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak
ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/ kg
BB/ hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis/ bronkopneumonia.

6|Page
II. Konsep keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi
BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat disentri abdomen.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses
Bakteri atau parasit
c. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
d. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
e. Analisa Gas Darah
7|Page
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
7. Data fokus
a. Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diet
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen
tengah bawah)
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi meningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan
dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
1) Lemah, gelisah
2) Penurunan lemak/ masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi
7) Hipoksia/ Cyanosis, mukosa kering, peristaltik usus lebih dari
normal.

B. Diagnosis keperawatan
1. Diare bd iritasi gastrointestinal di buktikan dengan(D.0020)
DS :
a. Urgency
b. Nyeri/ kram abdomen

DO :

a. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam


b. Feses lembek atau cair
c. Frekuensi peristaltik meningkat
d. Bising usus hiperaktif
2. Hipovolemia bd kehilangan cairan aktif di buktikan dengan (D.0023)

8|Page
DS :
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus

DO :

a. Frekuensi nadi meningkat


b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun
h. Hematokrit meningkat
i. Pengisian vena menurun
j. Status mental berubah
k. Suhu tubuh meningkat
l. Konsentrasi urin meningkat
m. Berat badan turun tiba-tiba
3. Nyeri Akut bd agen pencedera fisiologis di buktikan dengan (D.0077)
DS :
a. Mengeluh nyeri

DO :

a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
f. Pola napas berubah
g. Nafsu makan berubah
h. Proses berpikir terganggu
i. Menarik diri
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Diaforesis

9|Page
4. Ansietas bd ancaman terhadap konsep diri di buktikan dengan (D.0080)
DS :
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
c. Sulit berkonsentrasi
d. Mengeluh pusing
e. Anoreksia
f. Palpitasi
g. Merasa tidak berdaya

DO :

a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
d. Frekuensi nafas meningkat
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Tekanan darah meningkat
g. Diaforesis
h. Tremor
i. Muka tampak pucat
j. Suara bergetar
k. Kontak mata buruk
l. Sering berkemih
m. Beriorientasi pada masa lalu

10 | P a g e
C. Penyimpangan KDM
Output muntah
Infeksi Kegagalan Psikologis Malabsorpsi KH
absorpsi usus (cemas, takut) -BAB >>>
(virus, bakteri, parasit) Bakteri dalam usus
Tekanan Stimulus saraf -mukosa kering
meningkat
Masuk ke saluran cerna osmotik simpatis Kehilangan cairan
dan berkembang meningkat Menghasilkan gas H2
Merangsang dan CO2 Asidosis metabolik
Toksin dalam dinding Pergeseran air peristaltik usus
usus halus dan elektrolit Kembang dan flatas Renjatan
ke rongga usus Kemampuan berlebih hipovolemik
Merusak mukosa usus
absorpsi
Isi rongga usus Kram abdomen
Terjadi iritasi mukosa
usus meningkat
Nyeri abdomen
Hipovelemia
Hipertensi cairan Menimbulkan trauma
isotonic dan elektrolit patologis

Ansietas
Nyeri akut

Diare

11 | P a g e
12 | P a g e
D. Intervensi keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Diare berhubungan dengan Tujuan : MANAJEMEN DIARE (I.03101)
iritasi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
selama 1×8 jam maka diharapkan Eliminasi
Fekal Membaik
1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
Kriteria Hasil :
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
2. Keluhan defekasi lama dan sulit
3. Identifikasi gejala invaginasi
menurun
4. Monitor warna, volume, frekwensi, dan
3. Mengejan saat defekasi menurun
konsistensi tinja.
4. Distensi abdomen menurun
5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
5. Terasa massa pada rektal menurun
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah
6. Urgency menurun
perineal
7. Nyeri abdomen menurun
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Kram abdomen menurun
8. Monitor keamanan penyiapan makanan
9. Konsistensi feses membaik
10. Frekuensi defekasi membaik Terapeutik
11. Peristaltik usus membaik
1. Berikan asupan cairan oral

13 | P a g e
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara


bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan,  pembentuk
gas, pedas, dan mengandung lactose
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas


2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses.

2. Hipovolemia berhubungan Tujuan : MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)


dengan kehilangan cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi

14 | P a g e
aktif selama 1×8 jam maka diharapkan Status 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
Cairan Membaik frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Kriteria Hasil : tekanan darah menurun, tekanan nadi
1. Kekuatan nadi meningkat menyempit,turgor kulit menurun, membrane
2. Turgor kulit meningkat mukosa kering, volume urine menurun,
3. Output urine meningkat hematokrit meningkat, haus dan lemah)
4. Pengisian vena meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
5. Ortopnea menurun
Terapeutik
6. Dispnea menurun
7. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
1. Hitung kebutuhan cairan
menurun
2. Berikan posisi modified trendelenburg
8. Edema anasarka menurun
3. Berikan asupan cairan oral
9. Edema perifer menurun
10. Berat badan menurun Edukasi
11. Distensi vena jugularis menurun
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
12. Suara napas tambahan menurun
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
13. Kongesti paru menurun
mendadak
14. Perasaan lemah menurun
15. Keluhan haus menurun
Kolaborasi
16. Konsentrasi urine menurun
17. Frekuensi nadi membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis.

15 | P a g e
18. Tekanan darah membaik
cairan NaCl, RL)
19. Tekanan nadi membaik
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
20. Membran mukosa membaik
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
21. Jugular Venous Pressure (JVP)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
membaik
albumin, plasmanate)
22. Kadar Hb membaik
4. Kolaborasi pemberian produk darah
23. Kadar Ht membaik
24. Cental Venous Pressure membaik
25. Refluks hepatojugular membaik
26. Berat badan membaik
27. Hepatomegali membaik
28. Oliguria membaik
29. Intake cairan membaik
30. Status mental membaik
31. Suhu tubuh membaik
3. Nyeri Akut behubungan Tujuan : MANAJEMEN NYERI (I.08238)
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
fisiologis selama 1×8 jam maka diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Nyeri Menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan

16 | P a g e
3. Sikap protektif menurun memperingan nyeri
4. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
5. Kesulitan tidur menurun nyeri
6. Menarik diri menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
7. Berfokus pada diri sendiri menurun nyeri
8. Diaforesis menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
10. Perasaan takut mengalami cedera sudah diberikan
berulang menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
11. Anoreksia menurun Terapeutik :
12. Perineum tertekan menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
13. Uterus terasa membulat menurun mengurangi rasa nyeri
14. Ketegangan otot menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
15. Pupil dilatasi menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
16. Muntah menurun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
17. Mual menurun pemilihan strategi meredakan nyeri
18. Frekuensi nadi membaik Edukasi :
19. Pola napas membaik 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
20. Tekanan darah membaik 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
21. Proses berpikir membaik 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
22. Fokus membaik 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

17 | P a g e
23. Fungsi berkemih membaik mengurangi rasa nyeri
24. Perilaku membaik Kolaborasi :
25. Nafsu makan membaik Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Ansietas berhubungan Tujuan : TERAPI RELAKSASI (I.09362)
dengan ancaman terhadapSSetelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
konsep diri selama 1×8 jam maka diharapkan Tingkat 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
Ansietas menurun ketidakmampuan berkonsentrasi, atua gejala lain
Kriteria hasil : yang mengganggu kemampuan kognitif.
1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efetif
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang digunakan
di hadapi menurun 3. Identifikasi kesediaan kemampuan dan
3. Perilaku gelisah menurun penggunaan teknik sebelumnya
4. Perilaku tegang menurun 4. Periksa ketegangan otot frekuensi nadi, tekana
5. Keluhan pusing menurun darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan
6. Anoreksia menurun 5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
7. Palpitasi menurun Teraupetik :
8. Frekuensi pernafasan menurun 1. Ciptakan lingkungan tanpa gangguan dengan
9. Frekuensi nadi menurun pencayahan
10. Tekanan darah menurun 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
11. Diforesis menurun prosedur teknik relaksasi
12. Tremor menurun 3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan

18 | P a g e
13. Pucat menurun berirarama
14. Konsentrasi membaik 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi peunjang
15. Pola tidur membaik Edukasi :
16. Perasaan keberdayaan membaik 1. jelas tujuan dan manfaat relaksasi
17. Kontak mata membaik 2. amjurkan ambil posisi yang nyaman
18. Pola berkemih membaik 3. anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
19. Orientasi membaik yang dipilih

(PPNI, 2017), (PPNI, 2018), (PPNI, 2019)

19 | P a g e
20 | P a g e
E. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
PPNI, (2018). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.

F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut
Nursalam, (2017) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon segera pada saat

dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2. Evaluasi sumatif

Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning).

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ag. Soemantri, & Setiati, T. (2017). Kegawatan Hematologi. Pelita Insani.

Arita Murwani. (2019). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Betz, & Cecily, L. (2017). Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric
Nursing Reference). Edisi 3. EGC.

Hasan, R., & Husein, A. (2018). Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Mansjoer, A. (2017). Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Media Aesculapius.

Nursalam. (2017). Nursalam. (2017). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep


dan Praktik Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

PPNI. (2017). Tim Pokja Sdki PPNI. Standar Diagnos Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

PPNI. (2018). Tim Pokja Siki PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan.

PPNI. (2019). Tim Pokja Slki PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.

Supartini. (2017). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC.

Suriadi, & Yuliani, R. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai