Anda di halaman 1dari 12

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah)
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Rina Siti Aisyah P17320319082
Rio Adityo Hartono P17320319083
Rismayani Lubis P17320319084
Shelma Novanda P17320319086
Sifa Shofia Azahra P17320319087
Siti Fatimah Azahra P17320319088
Siti Nurazizah P17320319089
Siti Wafah Anisa P17320319090
Tingkat 2B

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
JL. DR. SEMERU NO. 116
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa karena atas berkat
rahmatnya lah tulisan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan tugas yang
berjudul “SOP tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan cairan”
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki . Oleh karena
itu,semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan
tugas lebih lanjut .
Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak . Oleh karena itu, sudah sepantasnya lah dapat kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan mahasiswa
dan dosen Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi D-III Keperawatan Bogor yang telah
memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini . Akhirnya ,
semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini ada manfaatnya .

Bogor, 28 Oktober 2020

Penulis
PEMBAHASAN
Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Cairan

1. Pengertian
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan.
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh
seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi
organ di dalam tubuh. Bahkan pada kasus yang berat, gangguan elektrolit bisa
menyebabkan aritmia, kejang, koma, dan gagal jantung.

2. SOP
SOP TEKNIK INFUS
TEKNIK INFUS
STANDARD
OPERSIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memasukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infus set
TUJUAN 1. Sebagai tindakan pengobatan
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
INDIKASI DAN Indikasi
KONTRAINDIKAS 1. Dilakukan pada pasien dengan dehidrasi
I 2. Pasien sebelum transfusi darah
3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program
pengobatan
4. Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut
5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya
harus dengan cairan infus
Kontraindikasi
1. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis,
sclerosis vena, luka bakar dan infeksi di area yang
hendak di pasang infus
2. Pemasangan infus di daerah lengan bawah pada pasien
gagal ginjal, terutama pada pasien-pasien yang
mempunyai penyakit ginjal
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan pada pembuluh
vena kecil yang aliran darahnya lambat
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Seperangkat infus steril
2. Cairan infus yang diperlukan (asering, RL, dektrose 5%,
Nacl 0,9%)
3. Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Kain kassa steril dalam tempatnya
6. Tourniquet
7. Pengalas/perlak
8. Bengkok
9. Standar infus
10. Sarung tangan steril
11. Betadine
12. Plester dan gunting perban
13. Spalk dan kassa gulung bila perlu
14. Tempat cuci tangan
15. Alat tulis
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan dan mempersiapkan alat didekat pasien
dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. mencuci tangan
2. memakai sarung tangan
3. membuka daerah yang akan dipasang infus
4. memasang alas dibawah anggota badan yang akan
dipasang infus
5. membuka set infus dan meletakkannya pada bak
instrument steril
6. menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus
kemudian mengalirkan cairan ke selang infus
berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan
mengisi udara dan mengisi selang infus
7. isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8. pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup
(ke arah bawah)
9. menggantungkan selang infus pada standar infus
10. buka abocath dari bungkusnya
11. potong 3 lembar plester
12. pilih pembuluh darah yang akan di pasang infus,
dengan syarat: pembuluh darah berukuran besar,
pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah
tidak di area persendian
13. bending bagian proksimal/atas dari pembuluh darah
yang akan dipasang infus dengan tourniquet
14. minta pasien menggenggam tangan, dengan ibu jari
pasien di dalam genggaman
15. mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16. menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang
jarum menghadap ke atas. Pastikan darah mengaliri
jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah,
temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri
jarum dan abocath
17. toniquet dilepas bila darah sudah masuk
18. lepas jarum sambal meninggalkan abocath di dalam
pembuluh darah
19. tekan pangkal abocath untuk mencegah darah
keluar dan masukkan ujung sela infus set ke
abocath
20. fiksasi secara menyilang menggunakan plester
abocath yang sudah terpasang
21. alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk
di pembuluh darah yang benar
22. fiksasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester
dengan cara terbalik dibawah selang infus
kemudian disilangkan
23. menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa
steril dan diplester
24. mengatur/menghitung jumlah tetesan
25. mengatur posisi pada anggota tubuh yang di infus
bila perlu diberi spalk
26. menuliskan pemasangan infus pada plester terakhir
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak waktu kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan

SOP PERAWATAN KATETER WANITA


KATETER WANITA
STANDARD Kateterisasi Urine pada Wanita
OPERSIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Kateterisasi urine adalah tindakan memasukkan selang atau “tube”
melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih (bladder) untuk
mengeluarkan cairan urine. Tindakan kateterisasi urine ini
dilakukan untuk membantu pasien yang tidak mampu berkemih
secara mandiri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
urine harus dilakukan dengan kateterisasi urine.
TUJUAN 1. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung
kemih.
2. Mendapatkan urine steril untuk spesimen.
3. Pengkajian residu urine.
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula
spinalis, gangguan neuromuskular, atau inkompeten kandung
kemih, serta pascaoperasi besar.
5. Mengatasi obstruksi aliran urine.
6. Mengatasi retensi urine.
INDIKASI 1. Menyembuhkan retensi urine
2. Mengurangi tekanan pada bladder
3. Memudahkan pengobatan dengan operasi
4. Mempermudah pemulihan jaringan post operasi
5. Memasukan obat ke bladder
6. Mengukur output urine secara tepat
7. Mengukur output residual
8. Memvisualisasi struktur anatomi (radiografis)
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Kateter steril (ukuran yang sesuai)
2. Urine bag
3. Pelumas/ xylocain jelly
4. Kapas sublimat dalam tempatnya
5. Kassa
6. Aquadest steril
7. Sarung tangan steril 2 pasang
8. Plester dan gunting
9. Korentang pada tempatnya
10. Perlak dan alas
11. Pinset anatomi
12. Duk steril
13. Spuit 20 cc
14. Bengkok
15. Pispot
16. Selimut
17. Skerem/ sampiran
PROSEDUR A. Tahap PraInteraksi
PELAKSANAAN 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien dengan memasang sampiran dan
selimut tambahan
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi dorcal recumbent dan
melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memasang pispot dibawah bokong pasien dan menyiapkan
bengkok diantara dua tungkai
5. Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu pemasangan
kateter, membuka kemasan luar kateter dengan tetap
mempertahankan kesterilannya, menyiapkan pelumas pada kasa
steril dan dijaga kesterilannya.
6. Menggunakan sarung tangan
7. Mengambil kapas sublimat dan membersihkan vulva dengan
arah dari atas ke bawah, kemudian kapas yang kotor dimasukkan
ke bengkok.
8. Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril
9. Mengambil kateter dan diberi jeli pada ujungnya (± 2,5-5 cm)
10. Ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan membuka labia
mayora dan sedikit ditarik keatas sehingga orifisium terlihat jelas
11. Saat memasukkan kateter minta pasien menarik napas dalam
dan masukkan perlahan kateter dengan tangan dominan sekitar 5-
7,5 cm atau hingga urine keluar
12. Menyambungkan kateter dengan urine bag
13. Mendorong kateter 2 cm kedalam vesika dan mengisi balon
dengan aquadest sesuai ukuran
14. Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan
dan meletakkannya diatas paha (perempuan)
15. Melepas duk, pengalas dan sarung tangan
16. Memfiksasi kateter pada pangkal paha (perempuan)
17. Menempel label waktu pemasangan kateter

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Merapikan pasien dan lingkungan
3. Berpamitan dengan klien
4. Merapikan alat-alat
5. Mencuci tangan
SOP PERAWATAN KATETER PRIA
KATETER PRIA
STANDARD PEMASANGAN KATETER URINE PADA LAKI LAKI
OPERSIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra ke dalam
kandung kemih pada laki-laki
TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih
2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
INDIKASI 1. Retensi urine
2. Kesadaran menurun
3. Incontinencia urine total
PETUGAS Perawat
PERALATAN Bak instrument steril berisis:
1. Pinset anatomis
2. Duk
3. Kassa
4. Kateter sesuai ukuran
5. Sarung tangan steril 2 pasang
6. Desinfektan dalam tempatnya
7. Spuit 20 cc
8. Pelumas
9. Urine bag
10. Plaster dan gunting
11. Selimut mandi
12. Perlak dan pengalas
13. Bak berisis air hangat, waslap, sabun, handuk
14. Bengkok
15. Pispot
PROSEDUR A. Tahap PraInteraksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy Pasien dengan memasang sampiran dan
selimut extra
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dan melepaskan
pakaian bawah
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memasang pispot di bawah bokong pasien
5. Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu pemasangan
kateter, membuka kemasan luar kateter dengan tetap
mempertahankan kesterilannya, menyiapkan pelumas pada kasa
steril dan dijaga kesterilannya.
6. Memakai sarung tangan
7. Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril, desinfeksi
dengan tangan dominan dengan menggunakan kapas
sublimat/betadin sol pada metaus uretra.
8. Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril
9. Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira 10
cc, tahan ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari dan
telunjuk untuk mencegah refluk jelly, tunggu sebentar kira-kira 5
menit agar efek anestesi bekerja.
10. Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil : 8
dan 10 french catheter) atau sesuai persediaan
11. Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan
sedikit mengangkat penis hingga urin keluar (klien dianjurkan
tarik napas panjang)
12. Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk
pemeriksaan
13. Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam
bladder (1-2 inc)
14. Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran,
kira-kira 20 cc
15. Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan
dan meletakkannya di atas abdomen bagian bawah.
16. Menyambungkan kateter dengan urine bag
17. Melepas duk, pengalas dan sarung tangan
18. Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah
19. Menempel label waktu pemasangan kateter

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Merapikan pasien dan lingkungan
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
SOP BLADDER TRAINING
BLADDER TRAINING
STANDARD
OPERSIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi
optimal neurogenic
TUJUAN 1. Melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih
2. Mengembangkan tonus otot kandung kemih
3. Memperpanjang interval waktu berkemih
4. Meningkatkan kapasitas kandung kemih
5. Mengurangi atau menghilangkan inkontinensia
6. Meningkatkan kemandirian dalam manajemen kandung
kemih
INDIKASI 1. Pasien yang mengalami retensi urin
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama
sehingga fungsi spingter kandung kemih terganggu
3. Pasien yang mengalami inkontinensia urin
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Handscone
2. Klem (khusus klien yang memakai kateter)
3. Jam tangan
4. Obat diuretik jika diperlukan
5. Air minum dalam tempatnya
PROSEDUR A. Tahap PraInteraksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan dan mempersiapkan alat didekat pasien
dengan benar
B. Tahap Orientasi

1. berikan salam, panggil klien dengan Namanya


2. memberitahu pasien tentang hal yang akan dilakukan
C. Tahap Kerja
Pasien dengan tidak terpasang kateter
1. Tentukan pola waktu biasanya pasien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan
pola dari klien, bantu seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum
pada waktu yang dijadwalkan secara
teratur(2500ml/hari)
4. Anjurkan pasien untuk menunggu selama 30 menit
kemudian coba pasien untuk berkemih
a. Posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan
punggung disupport
b. Perintahkan untuk menekan diatas area bladder
atau meningkatkan tekanan abdominal dengan
cara bersandar ke depan. Ini dapat membantu
dalam memulai pengosongan bladder
c. Anjurkan klien untuk berkonsentrasi terhadap
BAK
d. Anjurkan klien untuk mencoba berkemih 2
jam. Interval dapat diperpanjang (atur bunyi
alarm jam dengan interval setiap 2-3 jam pada
siang dan malam hari cukup 2 kali) batasi
cairan setelah jam 17.00
5. Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal,
catat jumlah cairan yang diminum serta urin yang
keluar dalam waktu berkemih
6. Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai
waktu BAK yang telah dijadwalkan
7. Kaji adanya tanda-tanda retensi urin. Jika
diperlukan tes residu urin secara langsung dengan
katerisasi
8. Anjurkan pasien untuk melakukan program
Latihan secara continue
Pasien dengan terpasang kateter
1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan
pola dari klien, bantu seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum
pada waktu yang dijadwalkan secara
teratur(2500ml/hari) sekitar 30 menit sebelum
waktu jadwal untuk berkemih
4. Beritahu klien untuk menahan berkemih (pada
pasien yang terpasang kateter, klem selang
kateter 1-2 jam disarankan bisa mencapai
waktu 2 jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urin bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien
7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urin
mengalir dari kandung kemih menuju urin bag
hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang 15 menit setelah
itu klem lagi 1-2jam
9. Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
10. Lakukan bladder training ini hingga pasien
mampu mengontrol keinginan untuk berkemih
11. Jika klien memakai kateter, lepas kateter jika
klien sudah merasakan ingin untuk berkemih
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak waktu kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan

1. Sumber
https://www.academia.edu/32495724/SOP_PEMASANGAN_INFUS
https://id.scribd.com/document/427004173/Sop-Bladder-Training
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/standar-operasional-
prosedur-sop_50.html?m=1
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/standar-operasional-
prosedur-sop_20.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai