METODOLOGI KEPERAWATAN
OLEH :
KELOMPOK 4
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D-IV KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sertab taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemeriksaan Diagnostik Dan Interpretasi Diagnostik Pernapasan” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Siti Hajar
Wati, selaku dosen mata kuliah Metodologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami,
Kami sangat berharap makalh ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 2
B. Pengertian Pemeriksaan Diagnostik Sistem 5
C. Macam-macam Pemeriksaan Diagnostik dan Interpretasi Diagnostik Pernapasan 5
A. Kesimpulan 30
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sertab taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemeriksaan Diagnostik Dan Interpretasi Diagnostik Pernapasan” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Siti Hajar
Wati, selaku dosen mata kuliah Metodologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami,
Kami sangat berharap makalh ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang 1
E. Rumusan Masalah 1
F. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
D. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 2
E. Pengertian Pemeriksaan Diagnostik Sistem 5
F. Macam-macam Pemeriksaan Diagnostik dan Interpretasi Diagnostik Pernapasan 5
C. Kesimpulan 30
D. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh
manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh
klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk
nmemepertoleh data yang sistematid dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakann keperawatan yang tepat bagi
klien (Dewi Sartika,2010)
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu terhadap suatu
masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Prosedur diagnostic yang
digunakan untuk mendeteksi gangguan pada system pernapasan dibagi ke dalam 2
metode,yaitu: Metode morfologis di antaranya adalah teknik radiologi, endoskopi,
pemeriksaan biopsydan sputum dan Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji
fungsi ventilasi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan?
2. Apa yang dimaksud Pemeriksaan Diagnostik Sistem?
3. Apa saja macam-macam Pemeriksaan Diagnostik dan Interpretasi Diagnostik
Pernapasan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
2. Mengetahui pengertian Pemeriksaan Diagnostik Sistem
3. Mengetahui macam-macam Pemeriksaan Diagnostik dan Interpretasi Diagnostik
Pernapasan
BAB II
PEMBAHASAN
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam
sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali
ke atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan
dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan
hormonal tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung -
faring – laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).
Jelaskan prosedur pada klien dan keluarga dan dapatkan izin tindakan dari
klien. Instruksikan klien untuk tidak makan dan minum 6 jam sebelum pemeriksaan.
Informasikan pada klien bahwa tenggoroknya mungkin akan sakit setelah
bronkhoskopi, dan mungkin terjadi kesulitan menelan pada awal setelah pemeriksaan.
Klien diberikan anestesi lokal dan sedasi intravena untuk menekan refleks batuk, dan
menghilangkan ansietas. Pemeriksaan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.
Selama prosedur klien berbaring terletang dengan kepala hiperekstensi. Perawat
memantau tanda vital, berbicara pada atau menenangkan klien, dan membantu dokter
sesuai kebutuhan.
b. Perawatan pascaprosedur
Setelah prosedur, tanda vital dipantau per protokol institusi. Amati klien
terhadap tanda distres pernapasan, termasuk dispnea, perubahan frekuensi pernapasan,
peng-gunaan otot aksesori pernapasan, dan perubahan bunyi napas. Tidak ada
pemberian apapun melalui mulut sampai refleks batuk dan menelan kembali pulih,
yang biasanya sekitar 1 sampai 2 jam setelah prosedur. Bila klien sudah dapat
menelan, berikan sehirup air. Bunyi napas dipantau selama 24 jam. Adanya bunyi
napas tambahan atau asimetris harus dilaporkan pada dokter. Dapat terjadi
pneumotoraks setelah bron¬khoskopi.
4. Sinar-X dada
Sinar-X dada digunakan untuk mengenali kelainan struktur dada dan jaringan paru
untuk diagnosa penyakit dan cedera paru dan untuk memonitor terapi.
Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi.Pemeriksaan
sinar-X standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring
dapat dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah:
a. Posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh
b. Lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk
melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk :
a. Oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik
b. Lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk
melihat kedua apeks paru
c. Dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau
kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.
Prosedur
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak
menghadap film sinar-X.Hantaran gelobang sinar-X ditembuskan dari arah posterior
(posisi PA).Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan
diafragma bergerak ke arah bawah.Radiograf yang diambil saat ekspirasi kadang
dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma atau untuk membantu dalam
pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.
Perawatan praprosedur
Jelaskan klien tentang pemeriksaan ini.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri
dan pemajanan pada radiasi adalah minimal.Klien harus melepaskan semua perhiasan
dan pakaian dalamnya lalu mengenakan gaun.Kaji status kehamilan klien (untuk klien
wanita); wanita hamil seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.
Interpretasi Hasil
a. Atelektasis (kolaps) adalah hilangnya volume peru, lobus, maupun segmen yang
biasanya disebabkan oleh sumbatan sehingga menyebabkan kolaps pada paru. Tanda-
tanda yang biasanya didapatkan dari hasil X-Ray adalah radiopacity (warna putih
pada paru-paru)
b. Konsolidasi merupakan kondisi dimana area putih paru-paru terdapat cairan atau
seluler yang seharusnya terdapat udara diarea. Beberapa kasus yang menyebabkan
terjadinya konsolidasi adalah pneumonia, edema paru.
c. Kavitas merupakan ciri khas dari penyakit TB paru. Suara napas pasien akan
terdengar seperti suara ketika meniup tutup botol (amforik). Hal ini disebabkan
karena timbulnya kavitas pada bagian paru tersebut.
5. Scan CT dada
Compuled tomographi (CT) Scan adalah metode pencitraan dimana paru dipindai
(Scanning) dalam lapis-lapis berurutan oleh pancaran-sempit sinar-X. Bayangan yang di
hasilkan memberikan pandangan potongan melintang dari thoraks. Film sinar-X reguler
memperlihatkan perbedaan besar antara densitas tubuh seperti tulang, jaringan lunak, dan
udara. Namun demikian, CT Scan dapat membedakan densitas jaringan yang sangat
halus. Pemeriksaan ini dapat di gunakan untuk membedakan nodulus pulmonal dan
tumor kecil yang berdekatan dengan permukaan pleural yang tidak terlihat pada
pemeriksaan sinar-X rutin untuk menunjukan abnormalitas mediastinal dan adenopati
hilar yang sulit untuk deperlihatkan dengan teknik lainnya. Bahan kontras sangat berguna
saat mengevaluasi mediastinum dan isi yang terkandung di dalam nya. Hasil cetak
komputer mungkin di hasilkan untuk mengetahui nilai apsorpsi dari jaringan dalam
bidang yang sedang di pindai.
Alat MRI :
Berupa suatu tabung berbentuk bulat dari magnet yang besar. Penderita berbaring
di tempat tidur yang dapat digerakkan ke dalam (medan) magnet. Magnet akan
menciptakan medan magnetik yang kuat lewat penggabungan proton-proton atom
hidrogen dan dipaparkan pada gelombang radio. Ini akan menggerakkan proton-proton
dalam tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima akan diproses oleh komputer guna
menghasilkan gambaran struktur tubuh yang diperiksa.
Kelebihan MRI :
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki oleh MRI adalah kemampuannya membuat
potongan koronal, sagital, aksial tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien
sehingga sangat sesuai untuk diagnostic jaringan lunak. Kualitas gambar MRI dapat
memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga
anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
8. Oksimetri Nadi
2) Darah
a) Bila darah yang tercampur dengan sputum, perdarahan ada pada bronkiolus. 3
b) Jumlah banyak darah yang tercampur dengan sputum mengindikasikan
robeknya [pembuluh darah besar.
c) Darah berwarna merah terang dan berbusa mengindikasikan emboli paru,
tuberculosis atau robekkan aneurisma.
3) Tes kultur sputum
Digunkan untuk mengidentifikasi organism spesifik untuk menegakkan
diagnosa dan menentukan keefektifan pengobatan antibiotic.
4) Pewarnaan gram
Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis mikroorganisne
5) Sensitivitas
Berfungsi untuk mengidentifikasi antibiotic yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum. Sputum dikumpulkan sebelum
pemberian antibiotic.
6) Basil tahan asam
Digunakan untuk menentukan adanya mikrobakterium tuberkolosis.
7) Sitologi
Digunakan untuk mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum mengandung
runtuhan sel dari percabangan tracheabronkhial sehingga terdapat adanya sel-sel
yang abnormal (malignansi).
8) Tes kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24-72 jam. Tes kuantitatif untuk menentukan
apakah sekresi yang dikeluarkan itu merupakan saliva, lendir, pus , atau bukan.
Pada tes kulitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sputum
kemudian pada akhir 24 jam wadah tersebut ditimbang sehingga dapat diketahui
jumlah serta karakternya
11. Torasentesis
Thoracentesis merupakan prosedur invasif yang melibatkan penyisipan jarum ke
dalam ruang pleura untuk menghilangkan cairan pleural atau udara. Cairan pleura akan
dihapus untuk terapi menghilangkan rasa sakit atau sesak napas yang disebabkan oleh
analisis cairan pleura yang berlebihan juga dapat menjadi alat diagnostik untuk
mendeteksi berbagai gangguan, seperti kondisi peradangan, infeksi, atau kanker. (Linda,
2010)
Torasentesis adalah penusukan jarum ke dalam spasium pleural. Indikasi
pemeriksaan torasentesis termasuk:
a. Pengangkatan cairan pleural untuk tujuan diagnostik.
1) Pemeriksaan untuk mengetahui berat jenis, jumlah sel darah putih, bitung
banding sel, jumlah sel darah merah, dan kosentrasi protein, glukosa, dan
amilase.
2) Pembuatan kultur dan pemeriksaan terhadap adanya bakteri dan sel-sel abnormal
atau malignan.
3) Penampilan umum cairan, kuantitas yang didapat, dan lokasi dari letak
torasentesis harus dipesankan.
b. Biopsi pleural.
Pembuangan cairan pleural jika cairan tersebut mengancam dan
mengakibatkan ketidaknyamanan klien.
c. Instilasi antibiotik atau obat lainnya ke dalam spasium pleural
a. Prosedur
Torasentesis adalah mengalirkan cairan atau udara yang ditemukan dalam
rongga pleural. Torasentesis terapeutik akan membuang cairan atau udara yang
menum-puk dalam rongga pleura yang dapat menyebabkan kompresi paru dan distres
pernapasan. Cairan yang dikumpulkan dikirim ke laboratorium dan diperiksa terhadap
berat jenis, glukosa, protein, pH, kultur, pemeriksaan sensitivitas, dan sitologi. Warna
dan konsistensi cairan pleural juga dicatat. (Effendy & Niluh, 2002)
b. Perawatan praprosedur
Dapatkan izin tindakan dari klien dan jelaskan pada klien tentang prosedur dan
tujuannya. Posisi klien duduk tegak sambil condong ke depan di atas meja trei atau
sandaran kursi. Perhatikan posisi klien, dengan posisi ini cairan dalam pleura
berkumpul pada dasar toraks. Bila tidak, baringkan klien dalam posisi rekumben
dengan lengan terletak di bawah kepalanya. Penusukan jarum akan menimbulkan
nyeri. Instruksikan klien untuk tidak bergerak selama prosedur karena gerakan
mendadak dapat mendorong jarum menebus rongga pleura dan mencederai pleura
viseralis atau parenkim paru. Pemeriksaan membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit.
Selama prosedur bantu dokter; pantau tanda vital; dan amati terhadap dispnea,
keluhan kesulitan bernapas, mual, atau nyeri. (Effendy & Niluh, 2002)
e. Perawatan pascaprosedur
Setelah prosedur, klien biasanya dibaringkan pada sisi yang tidak sakit selama 1
jam untuk memudahkan ekspansi paru. Kaji tanda vital sesuai ketentuan institusi.
Frekuensi dan karakter pernapasan dan bunyi napas harus dikaji dengan cermat.
Takipnea, dispnea, sianosis, retraksi, atau tidak terdengarnya bunyi napas yang dapat
menandakan pneumotoraks harus dilaporkan pada dokter.
Jumlah cairan yang dikeluarkan harus dicatat sebagai haluaran cairan.
Pemeriksaan ronsen dada mungkin dilakukan untuk mengevaluasi tingkat reekspansi
paru dan pneumotoraks. Emfisema subkutan dapat menyertai prosedur ini, karena
udara dalam rongga pleura masuk ke dalam jaringan subkutan. Jaringan ini teraba
seperti kertas (krepitus) ketika dipalpasi. Biasanya emfisema subkutan tidak menjadi
masalah kecuali bila terjadi peningkatan dan menghambat organ lain (mis. trakhea).
Klien harus dijelas-kan ten tang kondisi ini.
A. Kesimpulan
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Pemeriksaan diagnostik merupakan penilaian klinis tentang respon individu terhadap
suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu diagnosa.
Pemeriksaan diagnostik pada sistem pernapasan terdiri dari : Pemeriksaan Gas Darah
Arteri, Biopsi Paru, Bronkoskopi, Sinar-X dada, Scan CT dada, MRI, Angiografi Pulmonal,
Oksimetri Nadi, Ttomografi Emisi Positron, Pemeriksaan Sputum dan Torasentesis.
B. Saran
Untuk mahasiswa sebaiknya lebih mempelajari tentang pemeriksaan diagnostik dan
untuyk Tenaga kesehatan harus lebih peka dan memahami tindakan yang akan dilakukan jika
menjumpai klien saat akan melakukan radiologi secara tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Dewit, Susan C. 2009. Medical-Surgical Nursing Concepts & Practice. United States:
Saunders-evolve.
Effendy, Cristantie., & Niluh, Gedhe. 2002. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC.
Sriwibowo. 2005. Akurasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus Sebagai Sarana Dalam Menegakkan
Diagnosa Neoplasma Ganas Jaringan Lunak. Diakses 10 September 2015, dari
Universitas Diponegoro Semarang, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Web
Site: http://eprints.undip.ac.id/12551/1/2005PPDS3637.pdf
Tamtam, Tiea. 2016. Pemeriksaan Lboratorium dan Penunjang Sistem Pernapasan. Diambil dari:
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=PEMERIKSAAN+DIAGNOST
IK+SISTEM+PERNAPASAN (4 Agustus 2018)