Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“KONSEP DASAR BUDI PEKERTI DALAM PEKERJAAN”

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Budi Pekerti

Disusun Oleh Kelompok II :

1. Nur Nusaibah Ahmad Sutaya (P07120218003)

2. Latifah Dwi Retno Wulandari (P07120218012)

3. Rizal Andrianto Nugroho (P07120218014)

4. Khanifah Meilani (P07120218019)

5. Indri Safitri (P07120218020)

6. Hanun Muthia Rahim (P07120218029)

7. Suci Ramadhani (P07120218043)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

Jalan Tata Bumi No. 3, Banyuraden,Gamping, Sleman,

Yogyakarta 55293

Telp/Fax : (0274)617601 Email : admin@poltekkesjogja.ac.id


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini dunia kesehatan di Indonesia sedang menghadapi

beberapa tantangan yang akan memengaruhi bagaimana pelayanan

kesehatan yang diberikan selama beberapa waktu ke depan.

Pelayanan kesehatan di Indonesia tergantung dari sarana prasarana

yang ada di instansi kesehatan dan pelayanan yang diberikan oleh tim

medis dan paramedis. Kualitas dari tim medis dan paramedis tersebut

juga ditunjang dari berbagai aspek, yaitu : kecakapan, kekompetenan,

kepedulian ( caring ), keprofesionalan tim medis itu sendiri dan tidak

lupa etika.

Tim medis itu sendiri mencakup dokter, baik dokter umum, dokter

spesialis, ataupun dokter gigi. Sedangkan tim paramedis mencakup

beberapa tenaga paramedis, seperti bidan, mantri, teknisi ambulans,

dan perawat. Seorang perawat adalah sebagai pemberi layanan

kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien,

seorang perawat harus mempunyai etika. Dan dalam menjalankan

tugasnya pun perawat harus memiliki sifat jujur, tanggung jawab,

disiplin, sopan, dan murah senyum terhadap pasien. Namun akhir-

akhir ini etika dan kesopan-santunan tidak terlalu dihiraukan atau

sering tanpa tidak sadar tidak diterapkan pada saat menangani pasien.
Akibatnya banyak terjadi kasus yang melanggar prinsip-prinsip

prosedur dalam merawat pasien, seperti salah mendiagnosis, tidak

fokus dalam menangani pasien, tidak sesuai prosedur yang berlaku

dalam penanganannya, serta tidak memperhatikan kebersihan selama

merawat pasien. Seharusnya tim medis terutama seorang perawat

bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasiennya.

Disamping itu, seorang perawat juga harus selalu mengingat hak dan

kewajibannya sebagai seorang perawat.

Hak seorang perawat antara lain adalah perawat berhak

mendapatkan perlindungan hukum. Sedangkan kewajiban seorang

perawat antara lain adalah perawat wajib menghormati klien serta

mematuhi semua peraturan instansi yang bersangkutan. Oleh karena

itu, kita sebagai tim medis terutama perawat harus bisa menjalankan

tugas dan kewajiban sesuai dengan porsinya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin dalam

profesi keperawatan?

1.2.2 Bagaimana hak dan kewajiban perawat yang semestinya

dilakukan?

1.2.3 Bagaimana kekuasaan perawat dalam menangani pasien?


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kejujuran, Tanggung Jawab, dan Disiplin Perawat

Dalam buku “Etika Keperawatan” karya Dra. Onny B.I. halaman 25

menyatakan bahwa kejujuran dalam keperawatan dapat dibagi menjadi

tiga hal yaitu, kejujuran terhadap pekerjaan, kejujuran terhadap

lingkungan, dan kejujuran dalam perkataan. Kejujuran dalam

menunaikan tugas itu penting bagi perawat karena berhubungan

dengan keselamatan pasien. Mengisi daftar–daftar mengenai penderita

harus tepat, jujur,dan tepat pada waktunya. Jadi, laporan ditulis sesuai

diyakini ketepatannya. Misal dalam menulis suhu badan pasien tidak

hanya dengan dikira-kira melainkan sesuai dengan hasil pemerikasaan

suhu badan.

Adapula menurut buku “Kode Etika Keperawatan, Lambang dan

Panji serta Ikrar Perawat Indonesia“ karya dari PPNI pada halaman 9

menyatakan tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka

yang membutuhkan asuhan keperawatan, dalam memberikan

pelayanan keperawatan perawat harus menghargai harkat dan

martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh

pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,

aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.


2.2 Hak dan Kewajiban Perawat

Menurut tokoh Claire Faigen ( 1975 ) dalam buku “Etika

Keperawatan“ halaman 28 Hak Perawat antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka

mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui

penggunaan kemampuan khususnya dalam latar belakang

pendidikannya.

2. Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan

emosional, serta risiko kerja seminimal mungkin.

3. Hak untuk melakukan praktik profesi dalam batas – batas

hukum yang berlaku.

4. Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan

yang dilakukan.

Dalam buku “Etika Keperawatan” karya Dra.Hj.Mimin Emi

Suhaemi,MPD. Halaman 29 menyatakan kewajiban keperawatan

antara lain :

1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang

bersangkutan.

2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan

keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas

kegunaannya.
3. Perawat wajib menghormati hak klien.

4. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan

secara akurat dan bersinambungan.

5. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang

berwenang.

2.3 Kekuasaan Perawat

Selain memiliki hak dan kewajiban seorang perawat memiliki

kekuasaan dalam menjalankan profesinya. Beberapa landasan

teori yang mendasarinya dapat ditinjau dari :

2.3.1 Pendapat ahli

Menurut teori Y yang dicetuskan oleh Mc Gregor ada

beberapa asumsi untuk mendorong pekerja mengembangkan

potensi yang dimilikinya secara utuh. Asumsi teori Y adalah :

1. Pengeluaran usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang

dengan istirahat atau hiburan.

2. Manusia akan membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri

untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipatuhinya secara pribadi.

3. Rata-rata individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk

mencari dan menerima tanggung jawab.


4. Kapasitas untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap

pemecahan masalah-masalah organisasi secara lebih luas terbagi

di antara para pekerja.

Dengan beberapa asumsi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sebagai seorang tenaga medis, perlu adanya kontrol diri dalam

melaksanakan kekuasaan yang diberikan kepadanya guna

mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Perlu adanya tanggung jawab penuh di setiap pekerjaan terlebih

apabila ada pelimpahan wewenang dari tenaga medis lain

seperti pelimpahan dari seorang dokter.

3. Dalam memecahkan masalah, perawat perlu melakukan

kerjasama dengan tenaga medis lain di setiap tugas dan

wewenangnya.

2.3.2 Perundang – Undangan

Pada tiap-tiap pasal diatur tentang keharusan tenaga

kesehatan termasuk perawat, untuk memberikan pertolongan pada

pasien serta memberikan pelayanan sesuai standar dan etik,

perundang- undangan tersebut akan diatur bahwa perbuatan

melalaikan pasien adalah suatu hal yang dilarang.


2.3.2.1 Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang

kesehatan

1. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,

standar profesi, hak pengguna pelayanan

kesehatan, standar pelayanan dan standar

prosedur operasional.

2. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

organisasi.

3. Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan

kesehatan, standar pelayanan, dan standar

prosedur operasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri.

2.3.2.2 Undang – undang nomor 38 tahun 2014 tentang

keperawatan

i. pertolongan pasien saat gawat darurat

pasal 35

a. dalam keadaan untuk memberikan pertolongan

pertama, perawat dapat melakukan tindakan

medis dan sesuai dengan kompetensinya.

b. Pertolongan pertama sebagai mestinya

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah

kecacatan lebih lanjut.

c. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam

nyawa atau kecacatan pasien.

2.3.2.3 Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang

rumah sakit

Pelayanan sesuai standar kode etik :

Pasal 13

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di

rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar

profesi, standar pelayanan rumh sakit, standar

prosedur opersional, etika profesi, menghormati hak

pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

2.3.2.4 Permenkes no.HK.02.02/MENKES/1481/2010

Berkaitan dengan pertolongan pada pasien

saat gawat darurat diatur pada pasal 10 ayat (1) yang

berbunyi “Dalam keadaan darurat untuk

penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada

dokter ditempat kejadian, perawat dapat melakukan

pelayanan kesehatan diluar kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.


Dalam melaksanakan kekuasaannya, perawat yang bekerja memiliki

kewenangan antara lain :

1. Kekuasaan sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan untuk pencapaian

derajat kesehatan klien yang optimal. Dalam melaksanakan tugas

memberi asuhan keperawatan, perawat berkuasa untuk :

a. Menetapkan diagnosis keperawatan.

b. Melaksanakan tindakan keperawatan.

c. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

2. Kekuasaan sebagai penyuluh dan konselor

Tugas perawat dalam membimbing dan mendidik klien

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien, menanamkan

kebiasaan perilaku hidup sehat, membantu mengatasi masalah

psikososial klien, serta memberikan dukungan emosional dan

intelektual sesuai kondisi klien. Dalam melaksanakan tugas

perawat berkuasa untuk :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada individu dan keluarga

serta di tingkat kelompok masyarakat.

b. Melakukan pemberdayaan masyarakat.

c. Melakukan penyuluhan kesehatan.


3. Kekuasaan sebagai pengelola pelayanan keperawatan

Perawat berkusa untuk mengelola secara langsung klien di

tingkat institusi pelayanan kesehatan, kekuasaannya antara lain :

a. Melakukan penetapan permasalahan pengeloaan pelayanan

keperawatan.

b. Mengevaluasi pengelolaan pelayanan keperawatan.

4. Kekuasaan sebagai peneliti keperawatan

Dalam hal ini bertujuan mencari fakta atau bukti baru secara

empiris, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di

bidang keperawatan untuk diaplikasikan dalam praktik keperawatan

sehingga praktik dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien

sesuai pengetahuan dan teknologi terkini.

5. Kekuasaan sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan

wewenang

Tugas diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada

perawat, contoh kekuasannya, yaitu :

a. Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya

atas pelimpahan wewenang tenaga medis.

b. Melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas

pelimpahan wewenang mandat.


6. Kekuasaan sebagai pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan

tertentu

Keadaan ini dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga

medis di suatu wilayah tempat perawat bertugas. Contoh

kekuasaannya, yaitu :

a. Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak

terdapat tenaga medis.

b. Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal

tidak terdapat tenaga kefarmasian.


BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Masalah

3.1.1 Kasus kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin dalam

profesi keperawatan

Kasus 1 “Diduga Akibat Perawat Lalai, Bayi 4 Hari Tewas”

PANGKALPINANG - Diduga akibat kelalaian perawat

rumah sakit seorang bayi yang baru berumur 4 hari tewas

karna kekurangan oksigen dan kekurangan cairan akibat

infus yang melekat di tubuh sang bayi kering dan terlambat

diganti oleh suster rumah sakit umum daerah

Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Bayi yang diberi nama Muhammad Aidil itu

mengembuskan nafas terakhirnya di ruang perawatan

RSUD  Depati Hamzah Pangkalpinang Bangka Belitung.

Anak pertama dari pasangan Fandi dan Finnie ini diduga

tewas akibat kelalaian suster rumah sakit yang terlambat

mengganti cairan infus yang sudah kosong dengan yang

baru.
Korban yang lahir bertepatan pada hari raya Idul Fitri

kemarin ini lahir normal dengan bobot 3,8 kilogram. Hanya

saja ketika dilahirkan korban tidak dapat menangis  dan

bernafas dengan baik akibat sempat menelan air ketuban

ibunya sebelum dilahirkan.

Melihat kondisi itu dokter dan perawat memberi

penanganan dengan memberikan oksigen dan cairan

infus.Setelah beberapa hari dirawat kondisi korban pun

menurut pengakuan keluarganya sudah agak membaik.

Namun di hari ke empat keluarga korban

mendapatkan kondisi korban drop dan menemukan cairan

infus yang menancap di tubuh korban sudah kosong selama

hampir satu jam dan belum diganti dengan yang baru

hingga korban meninggal dunia Kamis kemarin.


3.1.2 Kasus hak dan kewajiban perawat yang semestinya

dilakukan.

Kasus 2 "Selfie" di Depan Pasien yang Sekarat, 2 Perawat Diberi

Sanksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Aksi tidak terpuji yang dilakukan

dua perawat Puskesmas Blega, Kabupaten Bangkalan, dengan

berfoto selfie di depan pasien yang sedang sekarat dengan luka

berlumur darah. Akhirnya Dinas Kesehatan Bangkalan pun

menjatuhkan sanksi kepada dua perawat itu, dengan memindahkan

mereka ke Dinas Kesehatan sebagai staf bagian umum dan

kepegawaian.

Kepala Dinkes Bangkalan, Muzakki kepada Kompas.com

mengatakan, dua perawat tersebut sudah dimintai klarifikasi terkait

dengan aksi selfie di depan pasien sekarat. Mereka mengaku hal itu

dilakukan mereka secara spontan karena diajak oleh temannya yang


menemani pasien. "Perawat tersebut diajak temannya berfoto selfie,

jadi itu dilakukan tanpa sengaja," kata Muzakki. Dia menyebutkan,

meski pun tindakan perawat tersebut tanpa disengaja, sanksi tetap

diberikan.

Sanksi tersebut untuk memberikan efek jera kepada Aparatur

Sipil Negara (ASN) maupun yang bukan ASN agar tidak melakukan

tindakan serupa yang bisa mencederai nama baik instansi

pemerintah. Apalagi ASN yang bertugas di pelayanan umum.

"Secara moral tindakan perawat itu salah meskipun tidak disengaja.

Banyak tokoh masyarakat menyarankan agar di-nonjob-kan dan

diberi sanksi, dan sudah kami penuhi," ujar Muzakki. Kejadian foto

selfie tersebut pada Kamis (11/5/2017) lalu saat Kepala Desa Karang

Gayam, Kecamatan Blega, H. Dofir (43) mengalami luka berat

setelah terlibat carok dengan Muhammad Mahdi Muzakki (17).

Dofir mengalami luka sepanjang 20 sentimeter di kepala bagian

depan hingga daun telinga dan luka sayatan di lengan kanan. Dofir

kemudian meninggal dunia di Puskesmas. "Di samping karena

pelanggaran etika, perawat kami pindah ke Dinkes karena situasi di

Karang Gayam dan Kecamatan Blega kurang kondusif usai kejadian

carok dua bulan lalu itu," kata dia. Muzakki sendiri enggan

menyebutkan identitas kedua perawat tersebut.


3.1.3 Kasus kekuasaan perawat dalam menangani pasien.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten

Pamekasan, Jawa Timur, menyelidiki kasus malapraktik yang

diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya, Sudeh (42)

hingga menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.   

Ketua PPNI Pamekasan, Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya

perlu melakukan penyelidikan dengan minta klarifikasi secara

langsung kepada yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan

dengan kode etik profesi perawat.

"Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai

organisasi yang menaungi profesi keperawatan," kata Cahyono

seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).

Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan

dengan kode etik perawat untuk memastikan apakah yang

bersangkutan benar-benar melanggar kode etik atau tidak.

Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku

hingga menyebabkan korban lumpuh, menurut Cahyono,

merupakan urusan kepolisian.

Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Praktik

Keperawatan, sebenarnya seorang perawat diperbolehkan

menjalankan praktik keperawatan, maupun praktik mandiri

keperawatan.
Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan

menjalankan praktik mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3

keperawatan, juga mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik

perawat, apabila yang bersangkutan membuka praktik

keperawatan di luar tempat kerjanya.

     "Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka

sebenarnya tidak ada persoalan bagi perawat tersebut untuk

membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.

Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami,

Ketua PPNI Cahyono menyatakan belum bisa memberikan

kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika

Bustami memang melanggar ketentuan kode etik, maka PPNI

hanya bisa merekomendasikan kepada instansi berwenang agar

izin praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut.

Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh

alias Sudeh (42), warga Desa Tebul Timur, Kecamatan

Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang

selama ini mengaku sebagai dokter spesialis bedah.

Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban

melaporkan kepada polisi atas kasus yang menimpa pasien yang

ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah

itu. Sebelumnya, pasien berobat ke klinik milik oknum perawat

bernama Bustami itu.


Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama

Sudeh (42) datang ke "Klinik Harapan" yang menjadi tempat

praktik oknum itu di rumahnya di Desa/Kecamatan Pakong,

Pamekasan.

Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum

perawat itu disarankan agar dibedah karena di bagian punggung

korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit

yang dideritanya.

"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk

ke rumah sakit di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah.

Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di

rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis

dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.

Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum

perawat itu di klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi

ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata

kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.

"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di

Surabaya, ternyata sarafnya putus akibat operasi yang dilakukan

oleh Bustami itu," kata Jumrah.


3.2 Analisis Masalah

3.2.1 Analisis masalah kasus 1

Kasus tersebut menggambarkan bahwa masih ada

perawat yang tidak bertanggungjawab dan disiplin dalam

melakukan pekerjaannya. Dalam kasus tersebut dibuktikan

dengan perawat yang lalai dan terlambat mengganti cairan infus.

Sementara pasien tersebut sangat membutuhkan penanganan

yang cepat tanggap.

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat harus

bertanggungjawab sepenuhnya serta disiplin terhadap pekerjaan

dan tugasnya kepada pasien yang membutuhkan asuhan

keperawatan. Apabila seorang perawat tidak memiliki sifat

disiplin dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya maka

akan mengakibatkan kerugian bahkan sampai merenggut nyawa

seseorang.

3.2.2 Analisis masalah kasus 2

Kasus tersebut menggambarkan bahwa masih adanya

ketidak pedulian yang ada dalam diri seorang perawat. Padahal

sikap kepedulian atau caring itu sangat penting bagi seorang

perawat. Apabila seorang perawat tidak memiliki sikap caring

terhadap pasien maka akan ada pelanggaran kewajiban serta

hak keperawatan yang mengakibatkan kerugian terhadap pasien

bahkan sampai merenggut nyawa seseorang. Seperti yang kita


lihat dalam kasus diatas, kasus tesebut dilandasi karena kurang

sadarnya atau kurang pengetahuan seorang perawat mengenai

hak dan kewajiban seorang perawat.

Salah satu kewajiban seorang perawat adalah perawat wajib

memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai

dengan standar profesi dan batas kegunaanya. Dalam kasus

diatas dapat kita lihat bahwa masih sangat kurangnya kepedulian

seorang perawat terhadap pasien, bahkan dalam kasus itu

kondisi pasien sedang dalam keadaan sekarat. Seharusnya saat

sedang menangani seorang pasien apalagi pasien tersebut

dalam keadaan parah maka kita harus lebih intesif dalam

menangani pasien tersebut.

Dalam keperawatan juga dituntut untuk bersikap prefesional

dalam hal apapun terutama dalam penggunaan alat komunikasi

seperti smartphone harus dipergunakan diwaktu dan kebutuhan

yang tepat serta tidak digunakan saat merawat pasien karena

dapat mengganggu konsentrasi dalam menangani pasien

tersebut. Oleh karena itu kita harus menjaga etika sopan santun

ataupun perilaku yang baik terhadap pasien agar pasien

mendapatkan pelayanan yang maksimal dan tidak

mengecewakan serta proses penyembuhan penyakit pasien

lebih cepat dan selain itu juga harus memperhatiakan hak dan

kewajiban selama menjadi perawat.


3.2.3 Analasis kasus masalah 3

Kasus tersebut menggambarkan adanya penyalahgunaan

wewenang dokter yang dilakukan oleh perawat. Dalam hal ini,

wewenang yang seharusnya dilakukan oleh dokter, akan tetapi

disalahgunakan oleh perawat dengan melakukan praktik di

kliniknya sendiri dengan meminta kliennya untuk tidak

melakukan operasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa

melakukan tindakan medis serta mengaku bahwa dia sendiri

merupakan dokter spesialis bedah.

Tindakan seperti ini melanggar kode etik keperawatan

yang telah ditentukan, dikarenakan pelanggaran ini

mengakibatkan korban menderita lebih parah dari sebelumnya.

Operasi yang dilakukan oleh oknum tidak sesuai prosedur yang

ada sehingga mengakibatkan kesalahan yang fatal.ijin yang

diberikan dari mentri kesehatan disalah gunakan oleh oknum

yang sebenarnya cuman untuk memeriksa sama oknum

digunakan untuk operasi tanpa adanya keterampilan dalam

membedah.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Tanggung jawab utama perawat adalah merawat mereka

yang membutuhkan asuhan keperawatan. Dalam memberikan

pelayanan kesehatan, perawat harus menghargai harkat dan

martabat pasien sebagai manusia. Sebagai seorang perawat

diatas memiliki hak dan kekuasaan, perawat juga memiliki

kewajiban yang harus dijalankan. Sebagai seorang tenaga medis,

perlu adanya kontrol diri dalam melaksanakan kekuasaan yang

diberikan kepadanya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Perlu

adanya tanggung jawab penuh di setiap pekerjaan terlebih apabila

ada pelimpahan wewenang dari tenaga medis lain seperti

pelimpahan dari seorang dokter. Dalam memecahkan masalah,

perawat perlu melakukan kerjasama dengan tenaga medis lain di

setiap tugas dan wewenangnya. Selain hak dan kewajiban,

kejujuran menjadi perihal penting dalam menunaikan tugas bagi

seorang perawat, karena berhubungan dengan keselamatan

pasien.
4.2 Saran

Akhir-akhir ini etika dan kesopan-santunan sering tanpa kita

sadari tidak diterapkan pada saat menangani pasien. Sering kali

dalam menangani pasien, kita lupa akan displin waktu, kejujuran

dalam mendiagnosa, serta tanggung jawab memberikan pelayanan

yang baik. Selain itu, kita hanya mementingkan hak dan kekuasaan

kita terpenuhi hingga lupa bahwa masih ada tugas dan kewajiban

yang seharusnya dilakukan. Akibatnya banyak terjadi kasus yang

melanggar prinsip-prinsip prosedur keperawatan. Supaya tidak lagi

terjadi pelanggaran prosedur keperawatan, oleh karena itu, kita

sebagai tim medis seharusnya bisa menjalankan tugas dan

kewajiban sesuai dengan porsinya.


DAFTAR PUSTAKA

I.B, Dra. Onny, 1975,Etika Keperawatan, Jakarta: Bhratara Karya Aksara,

hlm 25

PPNI, 2000, Kode Etika Keperawatan, Lambang dan Panji serta Ikrar

Perawat Indonesia, Jakarta: PP.PPNI hlm 9

Suhaemi, Dra.Hj Mimin Emi, 2002,Etika Keperawatan Aplikasi Pada

Praktik, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, hlm 28

https://regional.kompas.com/read/2017/07/25/11244451/-selfie-di-depan-

pasien-yang-sekarat-2-perawat-diberi-sanksi. (Diunduh tanggal 21

September 2018, jam 12:15 WIB)

https://www.google.com/search?

q=penyalahgunaan+kewenangan+tenaga+kesehatan . (Diunduh tanggal

21 September 2018, jam 12:29 WIB)

https://www.google.com/search?q=penyalahgunaan+kekuasaan+perawat .

(Diunduh tanggal 21 September 2018, jam 12:47 WIB)

https://m.liputan6.com/health/read/691951/oknum-perawat-ini-operasi-

pasien-hingga-sarafnya-putus. (Diunduh tanggal 21 September 2018, jam

13:04 WIB)

Anda mungkin juga menyukai