Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan
penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau
perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan
psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih
baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut
"hypnotherapist". Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang
disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam
hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007).
Dalam ruang lingkup psikoterapi, hipnosis digunakan bukan saja dalam
psikoterapi penunjang tetapi lebih dari itu hipnosis merupakan alat yang ampuh
dalam psikoterapi penghayatan dengan tujuan membangun kembali
(rekonstruktif) sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam agar tercapai
suatu pendekatan yang holistic eklektik, yaitu pendekatan secara terinci dan
secara menyeluruh; juga mengetrapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri), ilmu perilaku (psikologi) dan ilmu sosial (sosiologi).
(IBH, 2002).
Hipnoterapi sampai saat ini masih terus berkembang yang dimulai sejak
abad ke-18, mulai dari konsep hypnosis konvensional yang dikembangkan oleh
Dr. James Braid sampai dengan hipnoterapi klinis modern yang dikembangkan
oleh Dr. Milton H. Erickson sampai terakhir-terakhir yang dikembangkan oleh
Dr. Dave Elman, Gill Boyne maupun DR. Calvin Banyan.
Pada awalnya hipnoterapi, itu digunakan terutama untuk membantu
mengatasi emosi, masalah psikologis, dan sebagai alternatif anestesi, untuk

1
operasi lapangan. Pada titik tertentu, Pada tahun 1900-an hipnoterapi mulai
menjadi populer untuk menggunakan hipnosis untuk membantu orang
berhentimerokok, dan menurunkan berat badan.
Seseorang yang mempelajari Hipnoterapi disebut Hipnoterapis.
Dengan Hipnosis, seorang Hipnoterapis membantu klien untuk menyelesaikan
masalahnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah klien,seorang
Hipnoterapis mungkin hanya dibutuhkan satu sesi atau beberapa sesi, tergantu
permasalahan yang di hadapai klien. Setelah melakukan sesi hipnoterapi, masalah
yang dihadapi klien akan teratasi, meberikan lebih banyak kontrol terhadap
pikiran dan perasaanya sehingan terjadi perubahan perilaku. Seorang Hipnoterapis
akan mengantarkan klien masuk ke dalanm kondisi relaks atau trans dengan
Hipnosis. Dalam kondisi relaks atau trans, pikiran seseorang akan lebih mudah
menerima sugesti sehingga mengubah cara seseorang berpikir, berperilaku dan
merasa.Trans bukanlah tidur tetapi relaks dan menyenangkan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Hipnoterapi?
2. Bagaimana Sejarah Hipnoterapi?
3. Bagaimana Teori Hipnoterapi?
4. Bagaimana Aplikasi Hipnoterapi dalam Keperawatan?
5. Apa saja tindakan keperawatan atau intervensi Hipnosis?
6. Apa Manfaat Hipnoterapi bagi Kesehatan?
7. Apa Indikasi dan Kontra Indikasi Hipnoterapi?
8. Bagaimana Perundang-Undangan Hipnoterapi di Indonesia?
9. Bagaimana Proses Hipnoterapi?
10. Jelaskan SOP Hipnoterapi?

2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang harus dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui tentang pengertian
Hipnoterapi
2. Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui tentang sejarah Hipnoterapi.
3. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui teori Hipnoterapi.
4. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui aplikasi Hipnoterapi dalam
keperawatan
5. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui tindakan keperawatan atau
intervensi Hipnosis
6. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui manfaat Hipnoterapi bagi
Kesehatan.
7. Agar mahasiswa mengetahui indikasi dan kontra indikasi Hipnoterapi
8. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui perundang-undangan Hipnoterapi
di Indonesia
9. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui proses Hipnoterapi.
10. Agar mahasiswa mengetahui SOP Hipnoterapi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kata "hypnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang
dokter ternama di inggris yang hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa
James Braid, hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism / Magnetism.
Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur
orang yunani. Namun perlu dipahami bahwa kondisi hypnosis tidaklah sama
dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari dan tidak bisa mendengar
suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun
tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan
merespon informasi yang diterimanya.
Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat
penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan
perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal. Individu tersebut
menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang menghipnosis dan
dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan serta dapat
meredakan gejala psikologis (WHO, 1994)
Martin Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi dimana
orang mampu berespon terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami
perubahan persepsi daya ingat atau mood. Ciri penting dari hipnosis adalah
perubahan pengalaman subyektif. (Kaplan, Sadock, 2002).
Hipnosis juga didefinisikan sebagai suatu interaksi sosial seseorang yang
disebut subjek, bertindak untuk mengalami pengalaman imajinatif yang
melibatkan perubahan kognisi tindakan yang diasadari berdasarkan sugesti dari
seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom, 1997)
Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai
lembaga/asosiasi hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang

4
dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division: "hypnosis is
the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the
establishment acceptable selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan
faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif
(sugesti)." (Kahija YF.,2007).

B. Sejarah Hipnoterapi
Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak
awal mula peradaban manusia. Tentu saja waktu itu hipnotis belum dikenal
dengan nama “hipnotis”. Hipnotis pada masa dulu dipraktekkan dalam ritual
agama maupun ritual penyembuhan. Catatan sejarah tertua tentang hipnotis yang
diketahui saat ini berasal dari Ebers Papyrus yang menjelaskan teori dan praktek
pengobatan bangsa Mesir Kuno pada tahun 1552 SM. Hipnosis telah
dipraktekkan di tempat yang berbeda dengan berbagai istilah sejak dahulu.
Sejarah hipnosis modern dimulai pada abad ke 18. ( Kroger, 2007)
1. Franz Anton Mesmer (1734-1815)
Mesmer dinobatkan sebagai bapak hipnotisme modern. Dia seorang
dokter dari Wina yang pertama kali mengembangkan metoda penyembuhan
dengan hipnotis secara ilmiah. Mesmer mengembangkan teori yang disebut
dengan ”teori animal magnetism” yaitu adanya pengaruh medan magnet bumi
terhadap tubuh manusia. Di dalam tubuh setiap manusia terdapat cairan
universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Jika cairan
dalam tubuh ini kurang banyak, tidak mengalir dengan lancar atau tersumbat,
maka akan menyebabkan seseorang menjadi tidak sehat secara mental dan
fisik. Timbulnya suatu penyakit dapat dikarenakan adanya ketidak
seimbangan komposisi magnet pada tubuhnya. Mesmer terus melakukan
penyembuhan dan eksperimental-nya terhadap pasien-pasiennya yaitu dengan
merangsang tubuh pasien tersebut dengan cara menempelkan lempengan-
lempengan magnet ke beberapa bagian tubuh yang dianggap membutuhkan

5
kekuatan magnet, hingga seiring dengan perkembangan waktu, Mesmer
melakukan penyembuhannya tanpa menempelkan lempengan magnetnya,
melainkan melalui perantara tubuh Mesmer sendiri yang diyakini memiliki
daya magnetis/kekuatan magnet. Sejak penyembuhan ala Mesmer Inilah
metode Hypnosis mulai diteliti dan menjadi bahan perdebatan dari berbagai
ilmuwan barat. Inilah cikal bakal Metode Hypnosis dijadikan sebagai sebuah
keilmuan yang dapat dirasakan manfaatnya secara klinis hingga sekarang..(
Kroger, 2007)
2. Marquis de Puysegur (1751-1825)
Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer.
Pertama kali memperlihatkan efek “Sugesti Post Hipnotik” dengan
menggunakan “Pohon Puysegur”nya yang terkenal, dimana orang yang
memegang pohon tersebut akan menjadi histeris, lupa ingatan atau tangannya
akan menempel di pohon dan tidak bisa dilepaskan, dia juga pertama kali
menggunakan istilah somnambulisme untuk kondisi trance yang dalam, dan
istilah tersebut masih dipakai hingga sekarang. ( Kroger, 2007)
3. Sigmund Freud (1856-1939)
Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori
psikoanalisa yang masih dipakai saat ini. Belajar dari Charcot dan Bernheim,
Freud mulai menggunakan hipnotis dalam prakteknya meskipun tidak
mengerti cara kerjanya secara mendalam. Tapi semenjak kejadian abreaksi
dimana seorang pasien terbangun dan mencekiknya, Freud meninggalkan
hipnotis sebagai salah satu metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan
hipnotis mengalami kemunduran sejak saat itu. ( Kroger, 2007)
4. Milton Erickson (1902-1984)
Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor
hipnoterapi klinis modern. Berbeda dengan pendapat pendahulunya, Milton
Erickson menyatakan bahwa kemampuan dihipnotis seseorang adalah sebuah
keterampilan yang bisa dilatih, oleh karena itu semua orang bisa dihipnotis.

6
Faktor terpenting yang menentukan bisa tidaknya seseorang dihipnotis
bukanlah bakat hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas hubungan
dan tingkat kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien.
Milton Erickson adalah orang pertama yang mengembangkan teknik
hipnoterapi yang lebih permisif dengan menggunakan pola bahasa hipnotis,
analogi dan metafora. Dan teknik permisif ini disebut dengan “Ericksonian
Hypnosis” dan terkadang disebut juga “Conversational Hypnosis” ( Kroger,
2007)
5. Richard Bandler dan John Grinder (1970)
Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area
pengembangan diri. Richard Bandler, seorang ahli komputer, dan John
Grinder, profesor bahasa, bekerjasama mempelajari dan mengembangkan
metode-metode yang terdapat dibalik aksi hipnotisme dan terapi Erickson.
Berkat kerja keras mereka, lahirkan gerakan terapi baru bernama Neuro-
Linguistic Programming. NLP memanfaatkan prinsip waking hypnosis untuk
menciptakan efek tranformasi dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan
hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik. Seperti halnya dengan Hipnotis,
sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi, pengembangan diri, bisnis, olah
raga, pendidikan dll. ( Kroger, 2007). NLP diambil dari kata “Neuro” yang
mengacu pada otak, dan “Linguistic” yang mengacu pada Bahasa.
Programming artinya pemasangan sebuah Rencana atau Prosedur. NLP adalah
studi tentang bagaimana bahasa, baik lisan maupun nonlisan, mempengaruhi
sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun dalam
kehidupan ini adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan
sistem syaraf kita sendiri. Mereka yang mampu menghasilkan hasil luar biasa
melakukannya dengan menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada dan
lewat sistim syarafnya. NLP mempelajari bagaimana orang berkomunikasi
dengan diri sendiri dengan cara-cara yang menghasilkan kondisi-kondisi

7
banyak akal yang optimal dan oleh karenanya menciptakan jumlah pilihan
perilaku terbanyak.( Ellias., 2009)
Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama
berabad abad lamanya oleh kalangan ilmuwan dan kedokteran, akhirnya
hipnotis diakui sebagai salah satu alat terapeutik yang sah oleh BMA (British
Medical Association) pada tahun 1955, oleh AMA (American Medical
Association) pada tahun 1958, oleh APA (American Psychological
Association) pada tahun 1960 dan sampai sekarang profesi sebagai seorang
Hipnoterapis diluar negeri diakui sebagai sebuah profesi sah menurut undang
undang. (Elias.,2009)

C. Teori Hipnoterapi
Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai
fenomena hipnosis dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori yang
diajukan antara lain: : Teori immobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu status
hysteria, teori yang didasari perubahan fisiologis serebral, teori hipnosis sebagai
suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, teori aktifitas dan inhibisi
ideomotor, teori disosial, teori memainkan peran (Role-Playing), teori regresi,
teori hipersugestibilitas (hypersuggestibility), teori psikosomatik.
Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2
kategori besar, yaitu :
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai
suatu keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun
juga berubah. Teori berdasarkan psikologis yang memandang sebagai
hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi,
psikoanalitik, psychic relative exclusion dan lain-lain).(Kaplan & Sadock,
2004).
2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare,
hipokampus, dan struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Hingga

8
teori teori yang lain termasuk inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan inhibisi
dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang mengelilingi area non eksitasi,
anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat menuju sistem
vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus frontal
“synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam
sejumlah canel-canel yang lebih kecil (perhatian selektif) juga
dipertimbangkan. Data psichofisiologik menggagalkan substasi dari teori-
teori ini. Terutama pendapat bahwa anemia dari otak atau sebuah pergeseran
dari jumlah impuls-impuls saraf untuk hipnosis. Jika hipnotis adalah karena
sebuah pergeseran dari satu kelompok fungsi saraf, apa yang
memproduksinya? Jika ini adalah karena anemia maka orang-orang yang
menderita anemia sebaiknya siap sedia untuk dihipnotis. Akhirnya jika aliran
darah serebral diturunkan selama hipnosis, tak sadarkan diri; maka
somnambulisme sebaiknya dihasilkan. Banyak formulasi yang bersifat
spekulasi menyatakan bahwa hipnosis adalah dikarenakan factor-faktor
psikofisiologis. Kekuatan area psikokinetik dan area sekitar elektromagnetik.
Pavlov percaya bahwa hipnosis adalah keadaan“ setengah tidur ” Dalam
klasifikasinya stimulus-stimulus itu berefek langsung “sense organs constitute”
pada sistem sinyal primer baik pada hewan maupun manusia. Simbol-simbol atau
kata-kata memiliki sistem sinyal sekunder dan karakteristik tersendiri untuk
manusia. Mereka mengupayakan efek kondisi mereka melalui sistem sinyal
primer. Sehingga kata-kata bertindak sebagai stimulus kondisi yang mungkin bisa
menghasilkan reaksi fisiologis. Sebuah kata (tanda atau isarat) menjadi stimulus
untuk reflek-reflek kondisi yang menjadi involunter untuk kehidupan. Pavlov
mengobservasi bahwa bermacam-macam variasi gradasi dari hipnosis
membedakan secara kuat fisiologi dari status kondisi bangun dan bahwa fluktuasi
alami dari hipnosis tergantung variasi yang tidak signifikan dari stimulus
lingkungan. Dia mengisaratkan propeticaly bahwa mekanisme lower brain stem
dimasuki dalam kondisi hipnosis. Beberapa penelitian modern melanjutkan untuk

9
menerangkan teori Pavlov, namun demikian kebanyakan ahli tidak percaya bahwa
ada kesamaan antara tidur dan hipnosis, jikalaupun ada itu akan menjadi lebih
baik untuk memulai sebuah prosedur induksi dengan orang yang sedang tidur.
Namun demikian beberapa peneliti mampu untuk mengubah tidur dangkal
menjadi kondisi hipnosis. Ini tidak membuktikan bahwa keduanya adalah identik.
Hipnosis adalah bukan kondisi perubahan antara tidur dan bangun, data
eksperimental menunjukkan perubahan yang cepat pada reflek dan respon motor
selama tidur. Selama tidur dalam kondisi, reflek atau respon fisiologi diberikan
sebuah stimulus berulang-ulang. (Kroger, 2007)
Teori imobilisasi. Hypnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh
manusia sebagai mekanisme pertahanan perlindungan menghadapi ketakutan
atau bahaya. Teori ini berdasarkan pada pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya
kesempatan seekor hewan bertahan hidup adalah untuk tetap imobile (tidak
bergerak) agar terlepas dari pengamatan. (Kroger, 2007). Walaupun diinduksi
berbeda-beda pd hewan, RI (Reaksi imobilisasi) ditimbulkan terutama oleh faktor
fisik dan insting. Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan
pengalaman arti dari simbul dan kata-kata. Dan lagi hipnosis manusia dan hewan
tidak mirip, induksi berulang pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik,
sedangkan pada manusia meningkatkannya. (Kroger, 2007)
Pada umumnya stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan
hewan dan manusia tertentu ”membeku”. Konsep ini berlanjut pada teori hipnosis
“pingsan-mati”. Akan tetapi teori ini tidak menjelaskan bagaimana hipnosis
terjadi pd manusia. Bersamaan itu , hipnosis dijelaskan sebagai ” suatu keadaan
kesiapan tindakan emosi yang makin bertambah menghubungkan ke bawah pada
pengaruh kortek sbg satu filogeni keatas, namun demikian secara konsisten
muncul pada organisme hewan dlm berbagai bentuk. (Kroger, 2007)
Hipnosis sbg suatu status hysteria. Pada suatu waktu, hipnosis dianggap
sebagai suatu gejala histeria; hanya individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis.
Kesimpulan ini diambil oleh Charcot dg dasar hanya beberapa kasus dalam

10
keadaan patologis. Hipotesis seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan),
seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada
neurosis : individu normal, nyatanya, dengan mudah dihipnotis. Walaupun orang
histeri lebih mudah disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk
mengikuti bahwa peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria. (Kroger, 2007)
Teori tidur yang dikondisikan. Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui
data yang dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan
dari impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola
gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan
sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa
(santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS,
dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007)
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat
gelombang otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti
merokok, penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan
kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa pada umumnya
diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun. (Kroger.,2007)
Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk
perubahan therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta
dikaitkan dengan hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan
hipnotis untuk mematirasakan rasa sakit), dan hipnoanalgesia (penggunaan
hipnotis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di mana pembedahan
lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik), zat
penenang (sedatif) dan hipnotis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap
mendasari terjadinya gelombang theta, baik pada manusia maupun binatang.
(Kroger.,2007)
Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor. Hal itu dianggap oleh beberapa
penulis bahwa efek sugestibilitas adalah hasil dari inhibisi dan tindakan
ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang

11
diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor. Meskipun teori ini
memperkirakan/menjelaskan, kepada sebuah tingkat, untuk reaksi fisik dan sama
tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk
menjelaskan reaksi fisiologis yang rumit yang timbul selama hipnosis.
(Kroger.,2007)
Teori Neodisosiasi dan disosiasi. Selama beberapa tahun diduga bahwa
seseorang yang dihipnotis berada dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari
perilaku terbelah dari aliran utama kesadaran, oleh karena itu hipnosis menghapus
control kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan
perilaku otonomik pada tingkat reflek. Jika teori disosiasi adalah valid, maka
amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu amnesia akan
selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan sebagai disosiasi
kesadaran dari sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa yang
berhubungan dengan saraf disimpan. Sementara ini sebagian besar, itu tidak
membantu kita untuk memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan
disosiasi tidak hanya hipnosis tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari
kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi hipnagogik, “highway hypnosis’, kondisi
melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada beberapa tipe pemujaan
agama/ ritual agama dan banyak fenomena mental lainnya. (Kroger.,2007)
Teori Disosiasi. Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke
dalam lembah kehinaan/ketika diperagakan lebih sering sebagai ganti dari
amnesia atau disosiasi, disana ada hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik
dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat
dari disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa
disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan teori
disosiasi Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun
teori ini tidak diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal
adalah memperhatikan kebutuhan kami, .memperbolehkan perilaku yang dapat
diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian dia mencatat

12
bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya dapat
berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)
Teori memainkan peran. Teori ini beranggapan bahwa individu yang
dihipnotis memainkan peran dan membiarkan penghipnotis menciptakan realitas
untuk mereka. Umumnya, selama proses hipnotis orang menjadi lebih reseptif
(mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan,
berpikir, dan berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim
bahwa apa yang kita sebut dengan hipnotis sebenarnya adalah bentuk dari
perilaku sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos
beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat,
subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnotis, kemudian mereka
berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang yang
dihipnotis akan berperilaku. (Kroger.,2007)
Teori regresi. Konsep psikoanalisis. Sebuah tiruan diantara psikoanalisis
dan teori fisiologi Pavlov dicoba oleh Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini
merasa bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile dengan hipnosis penuh
berisi sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan Brenman
beranggapan bahwa “hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan dari ego,
transferensi (sebuah transfer/pemindahan oleh pasien kepada pelaksana dari
perasaan emosi terhadap orang lain) adalah sebuah elemen penting dari hipnosis.
Untuk Kubic, ini hanya sebuah fenomena sekunder yang boleh ada atau boleh
tidak ada. Baginya tidak ada seting psikofisiologis khusus yang merupakan
penyimpanana proses hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada
konsep regresi dalam memahami respon hipnosis. Hodge menekankan konsep
kontraktual dari hipnosis. Sebagai sebuah ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan
yang lebih besar, . (Kroger.,2007)

13
D. Aplikasi Hipnoterapi dalam Keperawatan
Terapi komplementer telah berkembang pesat menjadi bagian dari
pelayanankesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu terapi
komplementeryang juga cukup populer adalah hipnoterapi. Hadirnya terapi
komplementer ini masih menimbulkan kontroversial tentang etis tidaknya apabila
diterapkan dalam layanan kesehatan. Dalam praktiknya, terapi komplementer
telah banyak kita jumpai dilingkungan sekitar kita. Selain dari tenaga kesehatan ,
banyakjuga diantara penyelenggara praktik komplementer tersebut tidak
mempunyai background pendidikan kesehatan, tetapi didapat dari pelatihan-
pelatihan maupun mewarisi bakatturun temurun dari keluarganya. Dengan
adanya kontroversial isu etik terapikomplementer ini, bagi perawat dapat diambil
sebagai peluang untuk dapat berperan didalamnya.
Perawat merupakan profesi kesehatan yang merawat pasien dengan
melakukan pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio, kultural, spiritual). Dan
Terapi komplementer ini juga dianggap sebagai terapi dengan pendekatan
holistic karena berusaha menyembuhkan pasien dengan memandang
dari berbagai sudut dan beraneka aspek kehidupan pasien. Terapi komplementer
sekarang ini telah banyak dikembangkan dan dapat hidup berdampingan dengan
pengobatan modern/konvensional, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Umum
Dr Soetomo Surabaya,Jawa Timur, yang membuka Poliklinik Obat
Tradisional Indonesia. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1109Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu,
pelayanan komplementer alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.Pengobatan itu harus
aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenangsesuai dengan
ketentuan berlaku. Selain itu, pemerintah juga akan mengeluarkan standarisasi,
pengaturan, dan pengawasan yang lebih gamblang dan baku yang memuat
perlindungan hukum bagi masyarakat, termasuk tentang standarisasi

14
tenaga pelaksana dan pendidikan yang harus ditempuh sebagai syarat dalam
menyelenggarakan terapi komplementer.
Oleh karena itu, perawat sebagai salah satutenaga kesehatan di Indonesia
harus segera melakukan jemput bola agar dapat berperan dalam penyelenggaraan
terapi komplementer ini.Terutama pada institusi pendidikan keperawatan harus
jeli dalam menangkap peluang yang terdapat dalam isu etik terapi komplementer
ini dengan mengakomodirdalam pembelajaran (setelah melalui standarisasi
kurikulum pendidikan keperawatanterpadu) serta sebagai bahan kajian diskusi
ilmiah dan penelitian berkelanjutandengan didukung pula upaya- upaya strategis
oleh organisasi profesi. Diharapkan,dalam praktik terapi komplementer ini
nantinya perawat tidak masuk lagi dalam zonaabu-abu namun dapat memberikan
warna yang tegas dalam dunia profesikeperawatan.

E. Tindakan Keperawatan Hipnosis


Definisi:
membantu klien untuk mencapai keadaan yang peka dan focus untuk
berkonsentrasi dengan suspensi kesadaran perifer untuk menciptakan perubahan
sensasi, pikiran dan perilaku
Aktivitas-aktivitas:
 Dapatkan riwayat masalah yang perlu dirawat dengan (menggunakan) hypnosis
 Tentukan tujuan hypnosis bersama klien
 Pertimbangkan penerimaan klien dalam menggunakan hypnosis
 Koreksi mitos dan kesalahpahaman mengenai hypnosis
 Pastikan bahwa klien pernah menerima perawatan hypnosis
 Evaluasi kesesuaian klien dengan mengkaji respon klien terhadap sugesti
hypnosis

15
 Pertimbangkan riwayat klien dengan keadaan tak sadarkan diri dengan
melamun dan “higway hypnosis/melamun pada saat mengendarai kendaraan di
jalan raya”
 Bangun hubungan saling percaya
 Siap lingkungan yang tenang dan nyaman
 Lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah interupsi
 Beri instruksi bertujuan pada saat intervensi/instruksikan klien mengenai
tujuan intervensi
 Instruksikan klien bahwa klien akan dirangsang untuk keadaan tidak sadar
namun tetap dengan control
 Duduk dengan nyaman, berhadapan dengan klien jika diperlukan
 Diskusikan dengan klien hypnosis sugesti yang akan digunakan sebelum
pemberian stimulus
 Pilih teknik stimulus (misalnya, ilusi dengan pendulum Chevreul, relaksasi,
membayangkan menuruni tangga, memencamkan mata, levitasi lengan,
relaksasi otot sederhana, latihan visualisasi, menarik napas, pengulangan kata
kunci/frase dan lain lain)
 Gunakan bahasa klien sebanyak mungkin
 Berikan sugesti sedikit dengan cara asertif
 Kombinasi sugesti dengan hal-hal natural yang sedang terjadi
 Lakukan sikap permisif untuk membantu stimuli keadaan tak sadar
 Gunakan suara yang berirama, lembut dan intonasi yang sama selama
menstimulasi klien
 Sesuaikan rentang pernyataan dengan irama nafas klien
 Dorong klien untuk mengambul nafas dalam untuk meningkatkan keadaan
rileks dan menurunkan ketegangan
 Bantu klien menuju tempat yang menyenangkan dengan imajinasi terbimbing

16
 Bantu klien untuk mengidentifikasi teknik hypnosis yang sesuai (misalnya,
pergerakan tangan ke wajah, teknik meningkatkan imajinasi, fraksinasi dan
lain-lain)
 Jangan menebak apa yang difikirkan klien
 Bantu klien untuk menggunakan semua indera selama proses intervensi
 Tentukan apakah menggunakan imajinasi langsung atau tak langsung bersama
klien, jika dibutuhkan
 Fasilitasi stimuli yang cepat dengan isyarat spesifik (verval maupun visual)
jika dibutuhkan
 Katakan pada klien bahwa tingkat ketidaksadaran bukanlah penentu
kesuksesan hypnosis
 Fasilitas kesadaran klien dengan menghitung angka secara mundur/ pengaturan
sebelumnya
 Bantu klien untuk bangkit dari ketidaksadaran dengan caranya sendiri
 Berikan umpan balik positif kepada klien setelah semua sesi
 Dorong klien untuk melakukan stimulasi secara mandiri untuk mengatasi
masalah yang sedang dirawat
 Indentikasi situasi, misalnya prosedur yang menyakitkan, ketika klien meminta
dukungan staf tambahan untuk stimulasi yang efektif.

F. Manfaat Hipnoterapi bagi Kesehatan


Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sebagai
berikut:
1. Masalah fisik
Ketegangan otot dan rasa nyeri yang berlebihan dapat dibantu dengan
Hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi, dapat membuat tubuh menjadi relaks dan
mengurangi intensitas nyeri yang berlebihan secara drastic.
2. Masalah Emosi

17
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa
bersalah, cemas, kurang percaya diri dan lain-lain adalah masalah-masalah
emosi yang berhubungan dengan rasa takut dan kegelisahan. Semua masalah di
atas bisa diatasi dengan Hipnoterapi.
 Ego strengthening, seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang
memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri/ tidak percaya
diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak
mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Nah dalam kasus ini
hipnoterapi dapat membantu klien untuk lebih percaya diri, untuk tetap
tenang dalam mengahadapi kondisi apapun. Tujuannya adalah untuk
memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego klien.
 Emotion management, adalah memanajemen emosi agar tidak lekas
marah/emosi dan mudah dalam mengendalikan diri/mood yang baik untuk
bekerja. Dengan kata lain emotion management adalah seni bagaimana
seseorang mengontrol responnya terhadap situasi yang tengah terjadi.
 Finish unfinished business. Unifinished business adalah ganjalan di masa
lalu yang belum terselesaikan dan masih terbawa sampai sekarang.
Misalnya, dendam tak berkesudahan, rasa bersalah pada seseorang,
perasaan menyesal untuk sebuah kesalahan di masa lalu, kemarahan yang
disimpan, maaf yang belum sempat terucap, dan banyak hal lainnya. Jika
didiamkan berbahaya karena dapat menjadi beban pikiran sehingga dapat
diselesaikan melalui hipnoterapi.
 Trauma, kejadian trauma yang menyebabkan ”luka asal” ini sering kali
sudah terlupakan, tetapi tidak hilang dan tetap tersimpan sebagai memori
trauma dalam pikiran bawah sadar. Ketika pikiran tidak sengaja teringat
kejadian tersebut maka otomatis perasaan itu pun muncul lagi, misal :
“Setiap aku melewati jalan ini, aku selalu gemetar”

18
 Phobia, adalah kondisi ketakutan kepada sesuatu yang berlebihan atau tidak
rasional, misal seseorang takut kecoak bahkan ketika melihat kecoak dari
jarak yang jauh pun seperti melihat penampakan yang super mengerikan.
Melalui Hipnoterapi permasalahan ini bisa disembuhkan dengan efektif.
 Reaksi konversi, adalah suatu kondisi di mana Anda menunjukkan stres
psikologis dengan cara fisik. Gejala gangguan konversi dapat muncul tiba-
tiba setelah peristiwa stres atau trauma, baik fisik maupun psikologis.
Tanda dan gejala yang mempengaruhi fungsi gerakan mungkin termasuk
kelemahan atau kelumpuhan.
 Berdamai dengan diri, berguna untuk mengatasi konflik dalam diri.
Contoh; Seseorang yang ingin resign dari pekerjaannya namun masih
membutuhkan uang untuk melanjutkan hidup disisi lain sudah tidak
nyaman dengan pekerjaannya. Jika dibiarkan maka akan timbul kecemasan
bahkan psikosomatis.
 Gangguan kecemasan (anxiety disorder), serangan panik (panic attack).
Penjelasan tentang masalah ini dapat dilihat pada link berikut ini : Silakan
klik disini.
 Psikosomatis, kondisi psikis yang menyebabkan gangguan pada fisik yang
bersifat medis. Misal. dalam kondisi stress/penuh tekanan biasanya
mengakibatkan gangguan lambung, jerawatan, dan penyakit-penyakit
generatif. Hipnotherapi membantu klien dalam menuntaskan akar masalah
dan mengelola emosi.
3. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan minum minuman
keras yang berlebihan dan berbagai macam perilaku ketagihan, dapat diatasi
dengan Hipnoterapi. Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia dan gangguan
tidur.

19
G. Indikasi dan Kontra Indikasi Hipnoterapi
1. Indikasi Hipnoterapi
a. Meningatkanmentalklien (kepercayaan diri, menghilangkan trauma
mengurangi phobia)
b. Menyembuhkanpsikosomatisklien (alergi, asma)
c. Membantu proses penyembuhan klien(kanker, aids)
2. Kontra Indikasi Hipnoterapi
a. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya pada
psikosisakut sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek.
b. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan,
misalnya pada orang imbesil atau d imensia. Pada mereka tidakdapat d
ilakukan hipnotis dengan cara apapun.
c. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita
katakan,sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
d. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti pasien
paranoidatau yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesi-
kompulsif.
e. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
f. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

H. Perundang-Undangan Hipnoterapi di Indonesia


Berdasarkan jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif
berdasarkan PERMENKES RI Nomor 1109/Menkes/Per/2007, hipnoterapi adalah
termasuk ke dalam salah satu teknik intervensi tubuh dan pikiran (mind and body
intervention). Praktisi hipnoterapi, atau biasa disebut hipnoterapis, yang
berpraktek menyediakan layanan resminya secara profesional idealnya terdaftar di
Dinas Kesehatan Kota Setempat, hal ini menunjukkan kredibilitas dan legalitas
layanan yang difasilitasinya

20
I. Proses Hipnoterapi
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar,
sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara
sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta
1. Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal.
Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan
perangkat EEG)
2. Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar,
mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada saat
seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar
7 – 14 Cps.
3. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam.Theta juga gelombang
pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid
Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps.
4. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada
kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.
Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha
dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta,
merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita.
Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha,
sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.Pada
saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang
pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta,
kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini
tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan

21
seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta.
Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat
didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sngat baik
oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena
tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkutan

J. SOP Hipnoterapi

SOP Melakukan Hipnoterapi


Pengertian Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika
Hipnoterapi dilihat penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh
suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi
pada sebuah objek tunggal. Individu tersebut menjadi
tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang
menghipnosis dan dapat mengingat kembali kejadian-
kejadian yang telah dilupakan serta dapat meredakan gejala
psikologis
(WHO, 1994).
Tujuan  Memperdalam kondisi hypnosis klien yang
Hipnoterapi bersugestivitas mudah, sedang sampai yang sulit
 Meningkatkan Relaksasi
 Mengurangi stress psikis dan fisik
Indikasi  Meningatkan mental klien (kepercayaan diri,
Hipnoterapi menghilangkan trauma mengurangi phobia)
 Menyembuhkan psikosomatis klien (alergi, asma)
 Membantu proses penyembuhan klien(kanker, aids)
Kontra Indikasi  Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh
Hipnoterapi gelisah, misalnya pada psikosisakut sehingga tidak dapat
dilakukan kontak psikis dengan subjek.
 Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang
akan dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau d
imensia. Pada mereka tidakdapat d ilakukan hipnotis
dengan cara apapun.
 Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang
apa yang kita katakan,sugesti verbal tidak akan
berpengaruh pada subjek.
 Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan
dasar seperti pasien paranoidatau yang memiliki masalah

22
pengendalian seperti obsesi-kompulsif.
 Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih
dengan baik.
 Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.
Hal-Hal yang  Klien bersedia untuk dilakukan hypnosis
perlu di  Pastikan klien benar-benar focus saat dilakukannya
perhatikan hypnosis
Persiapan  Pastikan identitas klien
Pasien  Kaji kondisi klien
 Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan
yang akan dilakukan
 Posisikan klien senyaman mungkin dialami
Persiapan Alat  Kursi
 Bantal jika diperlukan
Langkah Kerja 1. Klien dan penghipnotis memperkenalkan diri
2. Menganjurkan klien untuk menceritakan keluhan
yang sedang
3. Memberikan berbagai pemecahan masalah yang dapat
diambil
4. Menjelaskan tentang Extended Progressive Relaxation
(EPR) secara singkat, jelas, dan mudah dipahami
5. Meminta persetujuan klien dan memberikan inform
consent pada klien untuk dilakukan Extended
Progressive Relaxation
6. Anjurkan klien dalam posisi yang nyaman
7. Mengajarkan klien teknik tarik napas dalam agar klien
lebih rileks
8. Menganjurkan klien untuk menutup mata, melemaskan
bagian kelopak mata, dahi, kening, dan seluruh wajah
menjadi rileks, malas dan sangat lemas. Berikan
penjelasan kepada klien bahwa:
9. Dikarenakan oleh kondisi yang rileks, ketika klien
mencoba untuk menggerakkan kelopak mata, bahkan
mata anda benar-benar tidak mau bergerak karena malas
dan lemasnya. Semakin klien mencoba untuk membuka
mata, maka mata klien justru akan tertarik memasuki
relaksasi yang lebih dalam dan lebih sempurna.
10. Bagi petugas kesehatan: Pada tahapan ini, amati apakah
mata klien sudah benar-benar lemas ? Jika klien masih
dapat membuka matanya dengan mudah, maka segeralah
minta klien untuk menutup kembali, dan ulangi mulai
langkah no. 8 yang memandu klien untuk menutup mata.

23
11. Anjurkan pada klien mempertahankan matanya tertutup
dan melemaskan kelopak matanya, memberikan
pernyataan pada klien bahwa klien dapat mengendalikan
bagian tubuh klien.
12. Menganjurkan klien untuk merasakan adanya getaran
relaksasi yang turun secara halus dan perlahan ke daerah
leher dan membuat bagian leher menjadi benar-benar
nyama
13. Menganjurkan klien untuk memusatkan perhatiannya ke
daerah leher dan menganjurkan klien untuk
memerintahkan bagian lehernya memasuki relaksasi
sempurna sehingga leher akan menjadi sangat lemas dan
malas.
14. Menganjurkan klien untuk memerintahkan leher dengan
mengatakan : “wahai leher.. aku perintahkan saat ini
juga engkau memasuki relaksasi sempurna, sehingga
saat ini juga engkau menjadi sangat malas, sangat lemas,
dan benar-benar engkau beristirahat secara sempurna,
benar-benar malas dan sangat malas”
15. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini leher klien
benar-benar lemas dan sangat lunglai seakan-akan
tulang-tulangnya menghilang sehingga tidak mampu
untuk menyangga kepala.
16. Berikan pernyataan pada klien bahwa semakin klien
ingin menggerakkan lehernya maka klien semakin
tertarik memasuki relaksasi yang lebih dalam lagi, lebih
sempurna, lebih sempurna, lebih nyaman dan lelap
17. Perintahkan pada klien untuk menoba menggerakkan
lehernya. Pada tahap ini, petugas kesehatan amati apakah
leher klien benar-benar lemas. Jika klien masih dapat
menggerakkan lehernya dengan mudah, maka ulang
bagian script yang memandu klien untuk memerintahkan
lehernya agar menjadi benar-benarlemas tanpa daya.
18. Anjurkan klien untuk tetap merilekskan lehernya dan
perintahkan klien untuk merasakan getaran relaksasi
turun secara halus dan perlahan ke daerah bahu,
punggung belakang, kemudian dada dan tentu saja
membuat bagian-bagian yang terlewati getaran tersebut
menjadi benar-benar nyaman dan sangat rileks.
19. Perintahkan klien untuk merasakan relaksasi melewati
kedua belah tangan mulai dari lengan atas, siku,
pergelangan dan akhirnya mengalir ke jari-jemari.

24
Perintahkan klien untuk merasakan seluruh bagian
tangan benar-benar menjadi sangat rileks, nyaman dan
santai
20. Anjurkan klien untuk memerintahkan kedua tangannya
dan kesepuluh jari-jemarinya untuk memasuki relaksasi,
anjurkan klien untuk memerintahkan tangan dan jari
jemarinya : “wahai tangan dan jari jemari, aku
perintahkan saat ini engkau memasuki relaksasi
sempurna, sehingga saat ini juga engkau menjadi sangat
malas, sangat lemas, dan benar-benar engaku beristirahat
secara sempurna, benar-benar malas dan sangat lemas”
21. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini tangan
klien benar-benar merasakan relaksasi yang sangat
dalam di kedua tangannya sehingga kedua tangannya
tidak berminat untuk bergerak, semakin klien
menggerakkan tangannya maka klien semakin memasuki
rileksasi sempurna
22. Perintahkan klien untuk mencoba menggerakkan
tanggannya
23. Pada tahap ini, petugas kesehatan mengamati apakah
tangan klien benar-benar lemas, jika klien masih dapat
menggerakkan tangannya dengan mudah, maka segera
ulangi bagian sript yang memandu client untuk
memerintahkan tangan dan jari jemarinya agar menjadi
benar-benar lemas dan tanpa daya.
24. Anjurkan kepada klien untuk melemaskan kedua tangan
dan jari-jemari
25. Anjurkan klien merasakan getaran relaksasi turun secara
halus ke daerah pinggang kemudian perut, turun ke paha,
lutut, betis dan kemudian menjalar ke telapak kaki
26. Anjurkan klien untuk memerintahkan kedua kaki
memasuki relaksasi dengan mengatakan “Wahai kaki
…. aku perintahkan saat ini jugaengkau memasuki
relaksasi sempurna, sehingga saat ini juga engkau
menjadi sangat malas, sangat lemas, dan benar-benar
engkau beristirahat secara sempurna, benar-benar
malas dan sangat lemas”.
27. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini kedua kaki
klien benar-benar lemas dan sangat lunglai seakan-akan
tulang-tulangnya menghilang sehingga tidak mampu
untuk menggerakkan kedua kakinya.
28. Berikan pernyataan pada klien bahwa semakin klien

25
ingin menggerakkan kedua kakinya maka klien semakin
tertarik memasuki relaksasi yang lebih dalam lagi, lebih
sempurna, lebih sempurna, lebih nyaman dan lelap
29. Perintahkan pada klien untuk mencoba menggerakkan
kedua kakinya. Pada tahap ini, petugas kesehatan amati
apakah kedua kaki klien benar-benar lemas. Jika klien
masih dapat menggerakkan kedua kakinya dengan
mudah, maka ulang bagian script yang memandu klien
untuk memerintahkan kedua kakinya agar menjadi
benar-benarlemas tanpa daya.
30. Anjurkan kepada klien untuk melemaskan seluruh
tubuhnya
31. Anjurkan klien untuk memerintahkan tubuhnya
memasuki relaksasi dengan mengatakan “Wahai tubuh
…. dari ujung kepala sampaidengan ujung kaki ….
aku perintahkan saat ini juga engkau memasuki
relaksasi sempurna, sehingga saat ini juga engkau
menjadi sangat malas, sangat lemas, dan benar-benar
engkau beristirahat secara sempurna, benar-benar
malas dan sangat lemas”.
32. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini tubuh
klien benar-benar lemas dan sangat lunglai seakan-akan
tulang-tulangnya menghilang sehingga tidak mampu
untuk menggerakkan bagian dari tubuhnya
33. Berikan pernyataan pada klien bahwa semakin klien
ingin menggerakkantubuhnya maka klien semakin
tertarik memasuki relaksasi yang lebih dalam lagi, lebih
sempurna, lebih sempurna, lebih nyaman dan lelap
34. Perintahkan pada klien untuk menoba menggerakkan
tubuhnya. Pada tahap ini, petugas kesehatan amati
apakah tubuh klien benar-benar lemas. Jika klien masih
dapat menggerakkan tubuhnya dengan mudah, maka
ulang bagian script yang memandu klien untuk
memerintahkan tubuhnya agar menjadi benar-
benarlemas tanpa daya
35. Sampaikan pada klien untuk merilekskan seluruh
tubuhnya hingga sangat rileks dan nyaman.
36. Minta klien untuk benar-benar beristirahat dengan
melemaskan seluruh tubuh hingga terasa ringan
37. Minta klien untuk merasakan setiap hembusan nafasnya.
Setiap hembusan nafas akan menarik klien memasuki
relaksasi yang lebih dalam sehingga semakin merasa

26
tenang, damai, dan nyaman sekali
38. Sugestikan pada klien untuk memerintahkan pikiran dan
otaknya untuk beristirahat
39. Berikan aba-aba kepada klien untuk mengatakan dalam
hati kepada pikiran dan otak untuk memasuki alam
relaksasi yang sempurna
40. Beri reinforcemen positif pada klien dan dukung klien
untuk semakin rileks dan mulai memasuki penghayatan
rasa
41. Dalam suasana yang semakin nyaman, sugestikan pada
klien agar memerintahkan agar tubuh fisik dan juga
otaknya benar-benar
42. Memasuki istirahat yang sangat total, bahkan hingga
tertidur
43. Beritahukan pada klien bahwa yang tidur hanya tubuh
fisik dan pikiran, sedangkan alam bawah asadr akan
tetap terjaga
44. Tuntun klien memerintahkan tubuh dan pikirannya untuk
beristirahat lebih dalam
45. Beri aba-aba pada klien bahwa tindakan akan segera
dilakukan.
46. Mulailah menuntun klien hingga beristirahat total
dengan 5 hitungan mundur
47. Hitungan Lima, perintahkan klien untuk relaksasi dalam,
tenang, dan lelap
48. Hitungan Empat, minta klien membayangkan sedang
berada di suatu tempat yang tenang
49. Hitungan Tiga, Minta klien untuk merasakan tubuhnya
mulai ringan
50. Hitungan Dua, Perintahkan klien untuk memasuki tidur
yang semakin lelap dan merasakan suasana yang hening
51. Hitungan Satu, Biarkan klien menikmati relaksasi yang
sangat luar biasa, tertidur dengan nyaman dan indah
52. Untuk mengakhiri katakan pada klien bahwa dalam
hitungan 1-5 pada hitungan ke 5 klien akan bangun
membuka mata dalam keadaan segar, sehat, dan positif
Hasil Dokumentasikan tindakan:
 Respon responden selama Hypnosis (respon subyektif
dan obyektif).
 Tanggal dan waktu pelaksaan tindakan.
 Nama dan paraf peneliti.

27
BAB III
PROPOSAL PEMBANGUNAN KLINIK HIPNOTERAPI

A. Visi, Misi, Maksud dan Tujuan


Visi : Menjadi Klinik Hipnoterapi terbaik di Indonesia
Misi :
1. Sebagai tempat masayarakat untuk mengkonsultasikan masalah kesehatan
yang mereka alami.
2. Sebagai mitra pemerintah dalam memberikan pelayanan prefentif dan kuratif
serta rehabilitatif.
3. Sebagai wujud pengabdian pada masyarakat dengan ikut serta dalam usaha
warga untuk meningkatkan derajat kesejahteraan melalui peningkatan
kesehatan.
4. Memberikan layanan konseling dan hipnoterapi dengan kualitas terbaik
kepada klien
5. Memberikan pelayanan medis dasar yang berbasis murah terjangkau.

Maksud dan Tujuan Klinik Hipnoterapi:


1. Meningkatkan derajat kesehatan jasmani dan rohani.
2. Meningkatkan dan memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam bidang paramedik.
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan.

B. Aspek Sumber Daya Manusia


Klinik Hipnoterapi memiliki tenaga kerja yang terdiri dari :
1. Pendiri Klinik
2. Terapis
3. Cleaning service yang sekaligus merangkap sebagai petugas keamanan.
C. Susunan Tugas Operasional

28
1. Pendiri Klinik
a. Bertugas sebagai pemimpin dari klinik Hipnoterapi, agar segala macam
kegiatan yang direncanakan dapat tercapai dan dapat mencapai sasaran.
b. Mengatur dan bertanggung jawab terhadap kinerja bawahannya.
c. Donatur tetap setiap acara yang diadakan Balai Pengobatan.
2. Terapis
a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan di klinik Hipnoterap
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan terapi
c. Berperan serta melayani pasien dalam melakuka terapi
d. Bertugas setiap hari untuk menerima pasien/administrasi.
3. Cleaning service yang merangkap sebagai petugas keamanan
a. Sebagai tenaga yang memberikan kenyamanan dengan menjamin
kebersihan ruangan balai untuk melakukan terapi
b. Bertugas sebagai penjaga keamanan di klinik hipnoterapi
D. Aspek-Aspek Pendukung
Analisis Pasar dan Pemasaran
1. Produk/Jasa yang dihasilkan
Keunggulan yang dimiliki
Produk yang kami jual adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat. Keunggulan dari Klinik Hipnoterapi kami adalah pelayanan
kesehatan dilakukan oleh Terapis yang profesional dan memiliki Surat Izin
Praktek yang bekerja pada jam praktek.
2. Segmen Pasar
Strategi pemasaran :
a. Memasang spanduk ditempat-tempat umum yang strategis/membagikan
brosur.
b. Ruangan menggunakan pendingin AC.
c. Memasang papan nama di depan klinik yang cukup strategis dan terlihat
baik siang ataupun malam hari

29
d. Memberikan kenyamanan saat berada di dalam klinik Hipnoterapi
e. Area klinik menggunakan fasilitas Hot Spot dan lahan parkir

E. Aspek Finansial/Modal
1. Penyewaan Tempat @Rp.34.000.000 x 3 tahun : Rp. 102.000.000
2. Perijinan : Rp. 15.000.000
3. Biaya pegawai
- Terapis : Rp. 7.000.000
- CS merangkap ketua keamanan : Rp. 3.500.000
4. Sarana prasarana
 Komputer : Rp. 10.000.000
 Jaringan internet : Rp. 2.000.000
 Meja @Rp.400.000 : Rp. 800.000
 Kursi Tunggu : Rp. 1.200.000
 Kursi Terapi : Rp. 2.000.000
 Kursi putar 2 bh @Rp.300.000 : Rp. 600.000
5. Oxigenasi : Rp. 1.000.000
6. Nasal Kanul : Rp. 200.000
7. Tensi meter biasa : Rp. 125.000
8. Kartu rawat jalan 1000 lembar : Rp. 150.000
9. Tempat sampah 5 buah : Rp. 125.000
10. Alat tulis kantor : Rp. 200.000
11. Lampu philip 4 buah @Rp. 30.000 : Rp. 120.000
12. Keset 2 buah @Rp.15.000 : Rp. 30.000
13. Jam dinding 2 buah @Rp.50.000 : Rp. 50.000
14. Dispenser : Rp. 800.000
15. Gelas : Rp.50.000
16. Tissue : Rp. 50.000

30
17. Bantal kotak 4 bh @Rp.35.000 : Rp. 140.000
18. Selimut 2 bh @Rp.100.000 : Rp.200.000
19. Speaker : Rp.400.000
20. Biaya promosi : Rp. 2.000.000
21. AC 2 @Rp.3.500.000 : Rp. 7.000.000
22. Lain-lain : Rp.2.000.000
TOTAL : Rp. 151.740.000

F. Alur Pelayanan
1. Pendaftaran/administrasi.
2. Ruang tunggu.
3. Ruang Terapis
4. Pembayaran Pelayanan

G. Tarif Per Pasien Yang Berobat


1. Administrasi : Rp. 20.000
2. Terapi : Rp. 300.000
3. Oksigen : Rp.50.000
H. Analisis Financial
1. Biaya Total
Total modal awal usaha untuk mendirikan Klinik Hipnoterapi kurang lebih
adalah Rp. 200.000.000.
2. Pengeluaran per bulan
a. Gaji
Terapis 1 : Rp. 3.500.000
Terapis 2 : Rp. 3.500.000
Cleaning service : Rp. 3.500.000
b. Listrik : Rp. 500.000
c. Alat tulis : Rp. 50.000

31
d. Akses internet : Rp. 500.000
TOTAL : Rp. 11.550.000
3. Income/bulan
Bila program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik, dengan
perkiraan pasien berobat sekitar 5 orang per hari dengan tariff terapi minimal
Rp.300.000/pasien, maka income per bulan (25 hari kerja) adalah kurang
lebih Rp.37.500.000
4. Profiet
ñ = TR-TC
ñ = Profiet
TR = Total Refenyu
TC = Total Cost
Pemasukan perbulan = Rp. 37.500.000
Pengeluaran perbulan = Rp. 11.550.000
Jadi keuntungan bersih yang diperoleh perbulan dari Klinik Hipnoterapi
sekitar Rp.25.950.000, bila penghasilan yang diperoleh seperti tersebut di
atas maka dalam jangka waktu 8 bulan sudah mampu mengembalikan modal
awal usaha yang sebesar Rp. 200.000.000

32
BAB IV
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Ibu Desca , 24 tahun, datang kepada klinik hipnoterapi untuk menghilangkan
ketakutannya terhadap ketinggian. Selama ini Ibu Desca merasa tersiksa pada
saat menaiki tangga tinggi, pergi ke mal, ke tempat-tempat yang tinggi bahkan
saat menaiki pesawat. Begitu melihat tangga yang tinggi menuju lantai 2 atau 3,
langsung timbul rasa gelisah dan takut. Rasa gelisah, cemas dan ketakutan yang
hebat tiba-tiba saja muncul tanpa sebab yang jelas. Bahkan untuk naik ke lantai 2
pun, baru mendengar saja, sudah ada rasa kegelisahan dan ketakutan yang hebat.
Pada tahun 2007 Ibu Desca pernah mengalami gelisah dan ketakutan hebat ketika
naik pesawat. Ini dirasakan ketika mulai naik di anak tangga ke-2 menuju badan
pesawat. Setelah pintu pesawat ditutup, Ibu Desca minta turun kembali, beliau
membatalkan untuk naik pesawat, karena beliau merasakan rasa takut yang
hebat. Akhirnya Bu Desca batal naik pesawat terbang.Kejadian lain di sebuah
mal di daerah Tangerang ketika hendak membeli ponsel, harus menaiki tangga
escalator, karena toko-toko ponsel ada di lantai 2. Tiba-tiba tanpa alasan jelas,
timbul rasa takut dan gelisah yang hebat. Pada saat itu Ibu Desca langsung
berpegangan ke badan temannya. Sesampai di lantai 2, sewaktu berjalan di lantai
2 Bu Desca merasakan lantai bergoyang dan takut bila tiba-tiba gedung runtuh.
Bagaimanakah cara untuk mengatasinya?
Dengan kasus yang ditemukan pada pasien di atas maka, terapis melakukan
hipnoterapi kepada pasien dengan mensugesti pasien untuk menghilangkan rasa
takut akan ketinggian yang dialami pasien. Setelah itu dilakukan pengujian hasil
terapi dengan beberapa event ketinggian terhadap Ibu Desca. Ibu Desca merasa
nyaman. Saat diminta membayangkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
ketinggian, hasilnya tidak ada masalah. Untuk lebih meyakinkan, pasca terapi

33
pasien diminta untuk naik tangga ke lantai 2 klinik. Bu Desca bisa melakukannya
dengan mudah, tanpa ada rasa gelisah atau takut.
B. Pembahasan
Terapi ini hanyalah menggunakan kekuatan sugesti yang akan langsung
merelaksasikan kondisi pasien, sehingga dapat menjadi lebih nyaman dalam
waktu yang lebih singkat.
Pertama dilakukan oleh terapis dalam menyelesaikan kasus diatas yaitu
membangun raport (building rapport) dengan klien atau dalam hipnosis sering
disebut dengan tahap pre-induksi. Building rapport bertujuan untuk menggali
semua data masalah yang dihadapi oleh klien. Dalam tahap ini juga kita perlu
membuat jaring pengaman, caranya yaitu menanyakan kepada klien tentang
apapun hal yang disukainya, seperti tempat/destinasi, atau apapun yang
disukainya. Setelah data dirasa cukup kita akan membawa subjek ke alam bawah
sadar atau proses induksi. Setelah subjek masuk ke alam bawah sadar (trance)
yang harus kita lakukan adalah memperdalam tingkat trance subjek (deepening).
Setelah deepening dilakukan dan itu dirasa cukup (hal itu bisa dicek dengan deep
level test) barulah proses pemberian sugesti dimulai. Sugesti yang dilakukan
bertujuan untuk mengubah pandangan subjek terkait ketinggian, kita memberikan
sugesti-sugesti positif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ketinggian.
Setelah sugesti diberikan step terakhir adalah terminasi yaitu mengembalikan
kondisi subjek kembali ke kesadaran semula. Setelah subjek dalam kondisi sadar
uyang perlu diperhatikan adalah menanyakan kondisi yang dialami klien saat itu,
bagaimanakah perasaan sekarang apakah ia pusing, atau sudah baikan atau
belum. Jika klien masih ada ketakutan, proses hipnoterapi ini dapat dilakukan
beberapa kali sampai subjek hilang trauma.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat
penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan
perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal. Individu tersebut
menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang menghipnosis dan
dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan serta dapat
meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).
Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak
awal mula peradaban manusia.Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk
mengatasi masalah fisik, masalah emosi, masalah perilaku. Tujuannya untuk
memperdalam kondisi hypnosis klien yang bersugestivitas mudah, sedang sampai
yang sulit, meningkatkan relaksasi, mengurangi stress psikis dan fisik.

B. Saran
Terapi komplementer telah berkembang pesat menjadi bagian dari
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu terapi
komplementer yang juga cukup populer adalah hipnoterapi. Oleh karena itu,
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di Indonesia harus segera melakukan
jemput bola agar dapat berperan dalam penyelenggaraan terapi komplementer ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6thEdition. Missouri:


Elseiver Mosby

Ellias, 2009. Hypnosis & Hipnoterapi, Transpersonal/NLP, Pustaka Pelajar,


Jogjakarta

Fachry HA, 2008. The Real Art of Hipnosis: Kolaborasi Hipnosis, Gagas Media,
Jakarta.

Gunawan AW., 2008. The Secret of Mindset, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Goldmann B. 2003.Easing the Ouch Relieving Short- Term Pain

Kahija, 2007. Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktek Psikotherapi, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Kaplan, H.I.,Saddock, B.J., Hipnosis, in Comprehenssif Textbook of Psychiatry, 8 th


Ed, 2004

IBH (Indonesian Board of Hipnoterapi)., 2002. Buku Panduan Resmi Pelatihan


Hipnosis, IBH

http://ahmadriyadi25.blogspot.com/2013/03/makalah-hipnoterapy.html

http://ilmukesehatan-jiwa.blogspot.com/2015/01/teori-dan-konsep-dasar-
hipnoterapi.html

https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4dc8cc65764b8/node/lt50ed170e2a
71c/peraturan-menteri-kesehatan-no-1109_menkes_per_ix_2007-tahun-2007-
penyelenggaraan-pengobatan-komplementer-alternatif-di-fasilitas-
pelayanankesehatan

http://www.academia.edu/8659531/KEPERAWATAN_HOLISTIK_II_TERAPI_KO
MPLEMENTER_DAN_ALTERNATIF_HIPNOSIS_HIPNOTERAPI_Dosen.Ns

36

Anda mungkin juga menyukai