Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di tengah-tengah psikolog yang memprioritaskan penelitiannya pada kesadaran dan


memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan mental, muncul seorang dokter muda
dari kota Wina yang bernama Sigmund Freud (1856 – 1939), dengan gagasan yang radikal
dimana ia mengatakan bahwa kesadaran itu hanyalah sebagian kecil saja dari kehidupan mental
sedangkan bagian yang terbesar justru alam tidak sadar atau alam ketidaksadaran. Istilah
ketidaksadaran yang lebih dikenal dengan sebutan psikoanalisa ini walaupun diciptakan oleh
Freud tetapi ide-idenya campur tangan dari Josep Breuer. Psikoanalisa itu sendiri secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu pandangan tentang manusia dimana ketidaksadaran memainkan
perananan sentral. Dalam teori psikoanalaisa ini terdapat tiga aspek penting yang meliputi
psikoanalisa sebagai aspek kepribadian, sebagai aspek teknik evaluasi kepribadian dan sebagai
teknik terapi.

Hipnoterapi sampai saat ini masih terus berkembang yang dimulai sejak abad ke-18,
mulai dari konsep hypnosis konvensional yang dikembangkan oleh Dr. James Braid sampai
dengan hipnoterapi klinis modern yang dikembangkan oleh Dr. Milton H. Erickson sampai
terakhir-terakhir yang dikembangkan oleh Dr. Dave Elman, Gill Boyne maupun DR. Calvin
Banyan.

Pada awalnya hipnoterapi, itu digunakan terutama untuk membantu mengatasi emosi,
masalah psikologis, dan sebagai alternatif anestesi, untuk operasi lapangan. Pada titik tertentu,
Pada tahun 1900-an hipnoterapi mulai menjadi populer untuk menggunakan hipnosis untuk
membantu orang berhenti merokok, dan menurunkan berat badan.

Seseorang yang mempelajari Hipnoterapi disebut Hipnoterapis.Dengan Hipnosis, seorang


Hipnoterapis membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya. Waktu yang dibutuhkan untuk

1
mengatasi masalah klien,seorang Hipnoterapis mungkin hanya dibutuhkan satu sesi atau
beberapa sesi, tergantu permasalahan yang di hadapai klien. Setelah melakukan sesi hipnoterapi,
masalah yang dihadapi klien akan teratasi, meberikan lebih banyak kontrol terhadap pikiran dan
perasaanya sehingan terjadi perubahan perilaku.

Seorang Hipnoterapis akan mengantarkan klien masuk ke dalanm kondisi relaks atau
trans dengan Hipnosis. Dalam kondisi relaks atau trans, pikiran seseorang akan lebih mudah
menerima sugesti sehingga mengubah cara seseorang berpikir, berperilaku dan merasa.Trans
bukanlah tidur tetapi relaks dan menyenangkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Hipnotis & Hipnoterapi ?


2. Apa saja Dasar-dasar dalam mempelajari Hipnotis & Hipnoterapi ?
3. Bagaiman cara Penggunaan Hipnotis dalam Bidang Kedokteran maupun
Keperawatan ?
4. Bagaimana cara yang benar tentang Relaksasi mendalam sebagai Teknik Hipnosis
Modern ?
5. Apa saja Kasus yang dapat ditangani dengan Hipnoterapi ?

B. TUJUAN

1. Agar mahsiswa keperawatan dapat mengetahui tentang Sejarah Hipnotis & Hipnoterapi.
2. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui Dasar-dasar Hipnotis & Hipnoterapi.
3. Agar masiswa keperawatan mengetahui cara Penggunaan Hipnotis dalam Bidang
keperawatan
4. Agar masiswa keperawatan mengetahui cara yang benar tentang Relaksasi mendalam
sebagai Teknik Hipnosis Modern.
5. Agar masiswa keperawatan mengetahui apa saja Kasus yang dapat ditangani dengan
Hipnoterapi.

DASAR – DASAR HYPNOSIS DAN HIPNOTERAPI

2
A. DEFINISI HIPNOSIS
Kata "hypnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di
inggris yang hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James Braid, hypnosis dikenal
dengan nama Mesmerism / Magnetism.
Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Namun
perlu dipahami bahwa kondisi hypnosis tidaklah sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur
tidak menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam
kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan
jelas dan merespon informasi yang diterimanya.

Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat penampakannya mirip
dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada
sebuah objek tunggal. Individu tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh
orang yang menghipnosis dan dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan
serta dapat meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).

Martin Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi dimana orang mampu
berespon terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi daya ingat atau
mood. Ciri penting dari hipnosis adalah perubahan pengalaman subyektif. (Kaplan, Sadock,
2002).

Hipnosis juga didefinisikan sebagai suatu interaksi sosial seseorang yang disebut subjek,
bertindak untuk mengalami pengalaman imajinatif yang melibatkan perubahan kognisi tindakan
yang diasadari berdasarkan sugesti dari seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom, 1997)

Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai lembaga / asosiasi
hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education,
Human Services Division: "hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind
followed by the establishment acceptable selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan
faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif (sugesti)." (Kahija
YF.,2007).
Hipnotis kedokteran kini terbagi atas hipnopromosi (meningkatkan kesehatan dengan

3
hipnotis bagi orang sehat), hipnoprevensi (mencegah gangguan kesehatan dengan hipnotis bagi
orang sehat), hipnoterapi (penyehatan dengan hinotis bagi orang sakit), serta masih ada hipnotis
untuk rehabilitasi bagi orang cacat. (Syaputra MD.,2008)

 Teori yang mendasari fenomena hipnosis

Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai fenomena hipnosis
dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori yang diajukan antara lain: : Teori
immobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu status hysteria, teori yang didasari perubahan fisiologis
serebral, teori hipnosis sebagai suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, teori aktifitas dan
inhibisi ideomotor, teori disosial, teori memainkan peran (Role-Playing), teori regresi, teori
hipersugestibilitas (hypersuggestibility), teori psikosomatik.

Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu :
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai suatu keadaan
dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga berubah. Teori berdasarkan
psikologis yang memandang sebagai hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori sugesti,
disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion dan lain-lain). (Kaplan & Sadock, 2004).
2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan
struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Hingga teori teori yang lain termasuk
inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan inhibisi dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang
mengelilingi area non eksitasi, anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat
menuju sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus frontal
“synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam sejumlah canel-canel
yang lebih kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan.

Data psichofisiologik menggagalkan substasi dari teori-teori ini. Terutama pendapat bahwa
anemia dari otak atau sebuah pergeseran dari jumlah impuls-impuls saraf untuk hipnosis. Jika
hipnotis adalah karena sebuah pergeseran dari satu kelompok fungsi saraf, apa yang
memproduksinya? Jika ini adalah karena anemia maka orang-orang yang menderita anemia
sebaiknya siap sedia untuk dihipnotis. Akhirnya jika aliran darah serebral diturunkan selama
hipnosis, tak sadarkan diri; maka somnambulisme sebaiknya dihasilkan. Banyak formulasi yang
4
bersifat spekulasi menyatakan bahwa hipnosis adalah dikarenakan factor-faktor psikofisiologis.
Kekuatan area psikokinetik dan area sekitar elektromagnetik.

Pavlov percaya bahwa hipnosis adalah keadaan“ setengah tidur ” Dalam klasifikasinya
stimulus-stimulus itu berefek langsung “sense organs constitute” pada sistem sinyal primer baik
pada hewan maupun manusia. Simbol-simbol atau kata-kata memiliki sistem sinyal sekunder dan
karakteristik tersendiri untuk manusia. Mereka mengupayakan efek kondisi mereka melalui
sistem sinyal primer. Sehingga kata-kata bertindak sebagai stimulus kondisi yang mungkin bisa
menghasilkan reaksi fisiologis. Sebuah kata (tanda atau isarat) menjadi stimulus untuk reflek-
reflek kondisi yang menjadi involunter untuk kehidupan. Pavlov mengobservasi bahwa
bermacam-macam variasi gradasi dari hipnosis membedakan secara kuat fisiologi dari status
kondisi bangun dan bahwa fluktuasi alami dari hipnosis tergantung variasi yang tidak signifikan
dari stimulus lingkungan. Dia mengisaratkan propeticaly bahwa mekanisme lower brain stem
dimasuki dalam kondisi hipnosis. Beberapa penelitian modern melanjutkan untuk menerangkan
teori Pavlov, namun demikian kebanyakan ahli tidak percaya bahwa ada kesamaan antara tidur
dan hipnosis, jikalaupun ada itu akan menjadi lebih baik untuk memulai sebuah prosedur induksi
dengan orang yang sedang tidur. Namun demikian beberapa peneliti mampu untuk mengubah
tidur dangkal menjadi kondisi hipnosis. Ini tidak membuktikan bahwa keduanya adalah identik.
Hipnosis adalah bukan kondisi perubahan antara tidur dan bangun, data eksperimental
menunjukkan perubahan yang cepat pada reflek dan respon motor selama tidur. Selama tidur
dalam kondisi, reflek atau respon fisiologi diberikan sebuah stimulus berulang-ulang. (Kroger,
2007).

 Teori imobilisasi
Hypnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia sebagai mekanisme
pertahanan perlindungan menghadapi ketakutan atau bahaya. Teori ini berdasarkan pada
pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya kesempatan seekor hewan bertahan hidup adalah untuk
tetap imobile (tidak bergerak) agar terlepas dari pengamatan. (Kroger, 2007). Walaupun
diinduksi berbeda-beda pd hewan, RI (Reaksi imobilisasi) ditimbulkan terutama oleh faktor fisik
dan insting. Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman arti
dari simbul dan kata-kata. Dan lagi hipnosis manusia dan hewan tidak mirip, induksi berulang

5
pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik, sedangkan pada manusia meningkatkannya.
(Kroger, 2007)
Pada umumnya stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan hewan dan manusia
tertentu ”membeku”. Konsep ini berlanjut pada teori hipnosis “pingsan-mati”. Akan tetapi teori
ini tidak menjelaskan bagaimana hipnosis terjadi pd manusia. Bersamaan itu , hipnosis dijelaskan
sebagai ” suatu keadaan kesiapan tindakan emosi yang makin bertambah menghubungkan ke
bawah pada pengaruh kortek sbg satu filogeni keatas, namun demikian secara konsisten muncul
pada organisme hewan dlm berbagai bentuk. (Kroger, 2007)

 Hipnosis sbg suatu status hysteria


Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria; hanya individu histeris yg
diyakini dapat dihipnotis. Kesimpulan ini diambil oleh Charcot dg dasar hanya beberapa kasus
dalam keadaan patologis. Hipotesis seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan), seberapa
besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada neurosis : individu normal,
nyatanya, dengan mudah dihipnotis. Walaupun orang histeri lebih mudah disugesti dari pada
individu normal, tidak perlu untuk mengikuti bahwa peningkatan sugestibilitas adalah tanda
histeria. (Kroger, 2007).

 Teori tidur yang dikondisikan


Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui data yang dikumpulkan dari Electroencephalography
(EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam
frekuensi pola gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan
sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-
14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur
pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007)
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang
diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok, penanganan masalah berat badan,
pengurangan fobia, peningkatan kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa
pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun. (Kroger.,2007)
Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan
therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan hipnosis untuk

6
pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnotis untuk mematirasakan rasa sakit), dan
hipnoanalgesia (penggunaan hipnotis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di mana
pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik), zat
penenang (sedatif) dan hipnotis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap mendasari
terjadinya gelombang theta, baik pada manusia maupun binatang. (Kroger.,2007)

 Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor


Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas adalah hasil dari inhibisi dan
tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang
diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor. Meskipun teori ini memperkirakan/menjelaskan,
kepada sebuah tingkat, untuk reaksi fisik dan sama tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis
mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk menjelaskan reaksi fisiologis yang rumit yang timbul
selama hipnosis. (Kroger.,2007)

 Teori Neodisosiasi dan disosiasi


Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang yang dihipnotis berada dalam kondisi disosiasi,
area-area tertentu dari perilaku terbelah dari aliran utama kesadaran, oleh karena itu hipnosis
menghapus control kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan perilaku
otonomik pada tingkat reflek. Jika teori disosiasi adalah valid, maka amnesia dapat dihilangkan
oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah
dijelaskan sebagai disosiasi kesadaran dari sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa
yang berhubungan dengan saraf disimpan. Sementara ini sebagian besar, itu tidak membantu kita
untuk memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan disosiasi tidak hanya hipnosis
tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi
hipnagogik, “highway hypnosis’, kondisi melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada
beberapa tipe pemujaan agama/ ritual agama dan banyak fenomena mental lainnya.
(Kroger.,2007)

7
 Teori Disosiasi
Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam lembah kehinaan/ketika
diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi, disana ada hyperacuity dan
pengaturan yang lebih baik dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun
beberapa tingkat dari disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa
disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan teori disosiasi Janet
menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun teori ini tidak diselesaikan,
hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal adalah memperhatikan kebutuhan kami,
.memperbolehkan perilaku yang dapat diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun
demikian dia mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya
dapat berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)

 Teori memainkan peran


Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnotis memainkan peran dan membiarkan
penghipnotis menciptakan realitas untuk mereka. Umumnya, selama proses hipnotis orang
menjadi lebih reseptif (mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara
merasakan, berpikir, dan berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa
apa yang kita sebut dengan hipnotis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang
dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa subjek bermain
peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan
terhipnotis, kemudian mereka berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana
seorang yang dihipnotis akan berperilaku. (Kroger.,2007)

 Teori regresi
Konsep psikoanalisis. Sebuah tiruan diantara psikoanalisis dan teori fisiologi Pavlov dicoba oleh
Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini merasa bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile
dengan hipnosis penuh berisi sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan Brenman
beranggapan bahwa “hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan dari ego, transferensi (sebuah
transfer/pemindahan oleh pasien kepada pelaksana dari perasaan emosi terhadap orang lain)
adalah sebuah elemen penting dari hipnosis. Untuk Kubic, ini hanya sebuah fenomena sekunder
yang boleh ada atau boleh tidak ada. Baginya tidak ada seting psikofisiologis khusus yang

8
merupakan penyimpanana proses hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada
konsep regresi dalam memahami respon hipnosis. Hodge menekankan konsep kontraktual dari
hipnosis. Sebagai sebuah ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar, . (Kroger.,2007)

B. PENGERTIAN HIPNOTERAPI
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti
untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan
sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk
memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu
gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik.
Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist".
Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik
tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)

Dalam ruang lingkup psikoterapi, hipnosis digunakan bukan saja dalam psikoterapi
penunjang tetapi lebih dari itu hipnosis merupakan alat yang ampuh dalam psikoterapi
penghayatan dengan tujuan membangun kembali (rekonstruktif) sehingga perlu pengkajian yang
lebih mendalam agar tercapai suatu pendekatan yang holistic eklektik, yaitu pendekatan secara
terinci dan secara menyeluruh; juga mengetrapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri), ilmu perilaku (psikologi) dan ilmu sosial (sosiologi). (IBH, 2002).

C. Tujuan hypnosis dan hipnoterapi


Tujuan Hipnoterapi adalah menyelesaikan masalah atau meningkatkan kemampuan diri, yang
mana hasil dari hipnoterapi diharapkan bisa bertahan untuk selamanya. Dalam hipnoterapi, klien
dan hypnotherapist bekerja sama untuk meraih tujuan. Pasien tidak akan dibuat tidak sadar atau
tidak berdaya, melainkan akan dibimbing supaya bisa menyadari kekuatan diri sendiri sehingga
dengan menggunakan kebijaksanaan dan kekuatan Pikiran Bawah Sadar masalah yang dialami
bisa diatasi sendiri. Metode hipnoterapi modern dengan orientasi kepada pasien lebih banyak
berperan untuk ‘membuka’ kesadaran pasien untuk mengetahui masalah utamanya dan
membantu pasien untuk menyembuhkan atau menyelesaikan masalahnya oleh dia sendiri. Pasien
menjadi lebih merasa nyaman dengan kondisinya dan dapat menerima kondisinya, sehingga

9
tidak mengganggu aktivitasnya atau kegiatannya sehari-hari. Jadi hipnoterapi adalah aplikasi
hipnotis untuk terapi pengobatan. (Syaputra MD ., 2008)

1. Berhenti merokok
2. Menghilangkan kecemasan
3. Gangguan sexual dan perilaku sexual yang menyimpang
4. Mengatasi kesedihan / depresi
5. Menghilangkan ketakutan / fobia
6. Gangguan stress pasca trauma
7. Mengatasi migraine
8. Mengurangi rasa nyeri
9. Gangguan emosi dan psikiatri
10. Memusatkan perhatian atau pikiran
11. Mengatasi gangguan tidur hypnoanesthesia dan persiapan operasi

D. Manfaat hypnosis dan Hipnoterapi

Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sebagai berikut:

1. Masalah Fisik

Ketegangan otot dan rasa nyeri (nyeri kronik) yang berlebihan dapat dibantu dengan
hipnoterapi. Dengan hipnoterapi, dapat membuat tubuh menjadi relaks dan mengurangi intensitas
nyeri yang berlebihan secara drastic. Selain itu hipnoterapi juga bermanfaat kegemukan/ obesitas
dan irritable bowel syndrome.

2. Masalah Emosi

Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa bersalah, kurang
percaya diri, ansietas/ cemas, duka (grief), depresi, trauma dan phobia adalah masalah-masalah
emosi yang berhubungan dengan rasa takut dan kegelisahan. Semua masalah di atas bisa diatasi
dengan hipnoterapi. Selain itu hipnoterapi juga bisa dilakukan untuk penyembuhan diri sendiri
atau self healing. Sebenarnya beberapa penyakit sumbernya dari pikiran kita. Ramalan diri
sendiri atau sugesti hipnosis seringkali menjadi nyata karena pikiran kita yang memasukan

10
sugesti dalam proses pemikiran. Seperti saat kita kehujanan, di dalam pikiran kita akan
tersugesti, saya akan sakit kepala atau pusing karena kehujanan. Akibatnya tubuh benar-benar
mengalami sakit kepala. Padahal jika ditanamkan sugesti saya akan sehat dan tidak akan terjadi
apa-apa maka sakitpun tidak akan datang. Fenomena seperti ini yang disebut oleh pengobatan
medis barat sebagai efek plasebo.

Penelitian dari NIH (National Institute of Health) menunjukkan bahwa pada akhir dekade ini,
hipnoterapi mulai dikembangkan sebagai terapi paliatif pada pasien kanker. Hipnoterapi terbukti
memiliki manfaat dalam mengurangi nyeri kronik, stress dan depresi pada pasien kanker stadium
lanjut.

3. Masalah Perilaku

Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan minum minuman keras yang
berlebihan dan berbagai macam perilaku ketagihan (addiction) dapat diatasi dengan hipnoterapi.
Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia/ gangguan tidur dan menghilangkan latah.

E. Indikasi hypnosis dan hipnoterapi


1. Kecemasan
2. Sakit kronis
3. Sulit berkonsentrasi
4. Ingin berhenti merokok
5. Kelebihan berat badan
6. Sindrom nyeri perut akibat stress

F. Kontraindikasi hypnosis dan Hipnoterapi

Secara garis besar, kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan:

a. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya pada psikosis akut
sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek.
b. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan, misalnya pada
orang imbesil atau dimensia. Pada mereka tidakdapat dilakukan hipnotis dengan cara
apapun.

11
c. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita katakan, sugesti
verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
d. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti pasien paranoid atau
yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesi-kompulsif.
e. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
f. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.
g. Efek samping Hipnoterapi

Seperti terapi lainnya, hipnoterapi juga dapat menimbulkan efek samping. Beberapa efek
samping yang dapat ditimbulkan diantaranya:

1. Abreaksi

Seperti dikatakan dr. Erwin Kusuma Sp.KJ, program yang ditanamkan dalam hipnoterapi
harus positif. Ini mengingat pasien tidak memiliki kemampuan merangkum (sintesis) karena
kecerdasan jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin akan
muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti timbul abreaksi. Abreaksi merupakan suatu keadaan
dimana pasien keluar dari rekaman bawah sadarnya secara serentak. Akibatnya bisa
menimbulkan rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan, reaksinya pasien bisa tidak
terkendali, namun kondisi biasanya tidak berlangsung lama dan bisa dikendalikan oleh terapis.

2. Pegal-pegal

Jika beban emosi yang dirasakan sudah sangat dalam dan baru dilepaskan setelah sesi
terapi, maka ada kemungkinan setelah terapi selama 1 atau 2 hari kedepan badan akan terasa
pegal-pegal. Dan ini adalah hal yang wajar dan akan hilang dengan sendirinya dan diganti
dengan tubuh yang segar. Biasanya cukup minum air putih yang banyak akan mengurangi rasa
pegal-pegal. Rasa pegal-pegal ini terjadi karena semacam tubuh membuang racun emosi yang
selama ini tersimpan di dalam tubuh kita. Namun tidak semua orang akan mengalami hal ini
setelah hipnoterapi.

12
3. Beberapa klien kadang-kadang mengalami sedikit “hang”

Misalnya, klien ingin mengambil sendok tetapi yang diambil garpu atau klien ingin pergi
ke dapur tetapi yang dituju naik ke lantai 2. Namun, hal ini juga merupakan pertanda baik,
karena terjadi perubahan di bawah sadarnya. Oleh karena itu tidak perlu takut dan hal ini juga
berlangsung hanya sebentar. Sekali lagi perlu diingat bahwa tidak semua orang akan mengalami
hal ini setelah diterapi hipnoterapi.

Pikiran bawah sadar menyimpan hal-hal berikut :

a. Kebiasaan (baik, buruk, reflek)


b. Emosi. Bagaimana perasaan kita terhadap hal-hal tertentu, terhadap orang lain.
c. Memori jangka panjang. Tempat menyimpan informasi yang bersifat permanen. Ada
memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, namun dapat dimunculkan dengan
bantuan hypnosis
d. Kepribadian
e. Intuisi. Perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif, berhubungan dengan spiritual
f. Kreativitas. Kemampuan mengubah visi, pemikiran, impian menjadi kenyataan.
g. Persepsi. Bagaimana kita melihat dunia menurut kaca mata kita
h. Belief dan value. Belief adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai hal yang benar.
Value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai hal yang penting.
Pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi satu dengan yang lain dengan atau
tanpa kita sadari. Pikiran sadar mengirimkan berita ke pikiran bawah sadar untuk
melakukan sesuatu, begitu pikiran sadar berpikir maka otot-otot yang sesuai segera
bergerak menjalankan perintah tersebut yang dikendalikan pikiran bawah sadar, hal
tersebut terjadi oleh karena hasil latihan sejak kecil. (IBH.,2002). Pikiran bawah
sadar tidak selalu sejalan dengan pikiran sadar. Kadang kadang pikiran bawah sadar
sudah memiliki program sendiri , emosi, kebiasaan, kepercayaan, yang sudah tertanam
sebelumnya. Ternyata pikiran bawah sadar mempengaruhi sikap dan perilaku manusia
dibandingkan pikiran sadar. (IBH.,2002)
Pikiran manusia terdiri dari program-program yang diinstall ke dalamnya,
dimana pemrograman ini dimulai sejak masa kanak-kanak khususnya lima tahun
pertama sehingga cukup berpengaruh dalam kehidupan seseorang di masa-masa

13
berikutnya. Oleh karena itu bisa ditebak bagaimana pengaruh program positif atau
negatif yang sudah terinstall dalam pikiran. Menariknya program-program tersebut mirip
komputer bisa diganti atau diubah dengan program baru. Salah satunya dengan
mengakses bawah sadar melalui hipnosis. Oleh sebab itu hipnosis bisa digunakan untuk
terapi yaitu memrogram ulang pikiran dengan cara mengganti program negatif menjadi
program positif. (Fachry HA., 2008)

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti
untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan
sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Hipnotis bisa diartikan sebagai ilmu
untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam
menggunakan hipnotis untuk terapi disebut “hypnotherapist”.

Manfaat dari hynoterapi itu sendiri adalah untuk mengatasi maslah emosi, fisik dan
perilaku. Sedankan syarat hipnoterapi itu sendiri adalah bersedia dengan sukarela, memiliki
kemampuan untuk focus, dan memahami komunikasi verbal.

Hipnoterapi juga dapat menimbulkan efek samping. Seperti dikatakan dr Erwin Kusuma
SpKJ, program yang ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini mengingat pasien tidak
memiliki kemampuan merangkum (sintesis) karena kecerdasan jasmaninya menurun. Bila hal ini
tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin akan muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti timbul
abreaksi (keluarnya rekaman bawah sadar secara serentak, seperti kekesalan dan kesedihan,
sehingga ungkapan dan tindakan pasien tidak terkendali).

B. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan
masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan seluruh jajaran terkait,
dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang dibahas
didalamnya dengan menerapkan sesuai peraturan yang berlaku.

15
Soal- soal Pilihan Ganda

1. Tujuan hipnoterapi adalah?


A. Menyelesaikan masalah/ meningkatkan kemampuan diri yang mana hasil dari
hipnoterapi diharapkan bisa bertahan untuk selamanya.
B. Untuk membuka kesadaran pasien lebih banyak.
C. Menyembuhkan dan menyelesaikan masalahnya.
D. Untuk terapi pengobatan.
E. Membangun kembali ( rekonstruktif) secara holistic
2. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah?
A. Ruang likup
B. Komunikasi
C. Tehnik
D. Prinsip
E. kebijakan
3. Seorang dokterdari wina yang pertama kali mengembangkan metode penyembuhan
dengan hipnotis secara ilmiah adalah?
A. Marguis de puysegur
B. John Eliston
C. Frans Anton Mesmer
D. James Braid
E. James Esdaile.
4. Marguis de puysegur terkenal dengan efek hipnotisnya yaitu?
A. Pohon puysegur dimana orang yang memegang pohon tersebut akan menjadi histeris,
lupa ingatan atau tangannya akan menempel di pohon dan tidak bisa dilepaskan
B. Animal magnestism
C. Tehnik induksi dengan fiksasi mata
D. Esdaile state
E. Menangani fobia dan trauma

16
5. Gelombang otak yang di produksi manusia yaitu
A. Encephalograph
B. Consciouus mind
C. Subconscious mind
D. Unconscious mind
E. Beta, alpha, tetha, delta
6. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis disebut?
A. Paranormal
B. Hypnotherapist
C. Psikolog
D. Advokat
E. Konselor
7. Pada tahun 1795-1860 kata hiypnosis pertama kali diperkenalkan oleh?
A. James bond
B. Brad pitf
C. James Braid
D. Syaputra MD
E. Sadock Kaplan
8. Teori yang mengatakan hypnosis sebagai suatu keadaan dimana kondisi sebagai suatu
keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga berubah
adalah teori berdasarka?
A. Psikofisiologis
B. Scnke organs constitute
C. Imobilisasi
D. Neuropsiko – fisiologis
E. Synaptic ablation

17
9. Kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan waspada
A. Alpha
B. Theta
C. Delta
D. Sinc
E. Beta
10. Aktivitas pikiran sekitar 0,5 – 3,5 Cps adalah frekuensi?
A. Alpha
B. Theta
C. Delta
D. Sinc
E. Beta

18
Daftar Pustaka

Adiyanto. 2007. Hipnosis Penurunan Rasa Nyeri Pengamatan Efek Hypnosis Pada Otak Melalui
Brain Imaging. Diunduh dari www.ibh.com.

Ariyanto, SKM. 2011. Kontroversi Terapi Komplementer. Forkom Alumni Muda Poltekkes
Prodi Keperawatan Semarang.

Chamber, Bradford. 2005. How to Hypnotize. Stravon Publisher: New York.

McDonald F. 2006. Hypnotherapy Applications in Pain Management. Diunduh dari


www.fmcdonald.com.

McDonald F. 2006. Hypnotherapy in Substance Use Treatment. Diunduh dari


www.fmcdonald.com.

Murphy, Joseph. 1997. The Power of Your Subconscious Mind (Terjemahan). Spektrum:
Jakarta.

Santos, Yus. 2012. Tentang Hipnoterapi. Alfa Omega NLP Hypno Center.

19

Anda mungkin juga menyukai