Anda di halaman 1dari 27

Paper

Family Therapy Pada Gangguan Psikiatri

Oleh :
Maurin Nadini Wowor
17014101356
Masa KKM : 01 April 2019 – 28 April 2019

Pembimbing :
Dr. dr. Theresia M. D. Kaunang, Sp.KJ(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Paper yang berjudul

“Family Therapy Pada Gangguan Psikiatri”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada April 2019

Oleh:

Maurin Nadini Wowor


17014101356
Masa KKM : 01 April 2019 – 28 April 2019

Pembimbing :

Dr. dr. Theresia M. D. Kaunang, Sp.KJ(K)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

A. Definisi Keluarga ................................................................................ 3

B. Pengertian Terapi Keluarga ................................................................ 5

C. Prinsip Terapi Keluarga ...................................................................... 8

D. Manfaat Terapi Keluarga .................................................................... 9

E. Tujuan Terapi Keluarga ...................................................................... 10

F. Indikasi Terapi Keluarga .................................................................... 11

G. Model Terapi Keluarga ....................................................................... 12

H. Pendekatan Terapi Keluarga............................................................... 15

I. Proses Terapi Keluarga....................................................................... 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

i
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,

suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan

jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area

psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab

perilaku maladaptif dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor

predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan

penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana

mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru

menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptif. 1,2

Yang dimaksud dengan perilaku adaptif adalah bentuk perilaku yang masih

dapat diterima oleh norma-norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang

berlaku di masyarakat. Sedangkan perilaku maladaptif adalah perilaku yang

menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan. 1,2

Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud

dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang

bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan

perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. 1,2

Menurut Friedman, Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan

dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari

pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama dengan

1
demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa juga ikut ditentukan oleh

keluarga.3,4

Keluarga merupakan suatu lembaga yang akan berusaha meyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan upaya dan sarana yang tersedia di keluarga

tersebut, bila kemampuannya tidak memadai maka keluarga akan mencari

bantuan dari seorang ahli. Tetapi keluarga merupakan bagian dari intervensi

psiko terapeutik yang berfokus pada sistem keluarga sebagai suatu unit. Tetapi

keluarga digunakan untuk melihat masalah individu dalam konteks lingkungan

khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. 3,4

Teori terapi keluarga berdasarkan kenyataan bahwa individu manusia bukan

mahluk yang terisolir. Manusia atau individu adalah anggota dari kelompok sosial

yang terlibat aksi dan reaksi. Masalah yang terjadi pada individu berkaitan dengan

interaksi yang terjadi antara individu dan keluaraganya. Pada prinsipnya terapi

keluarga akan mengeksploitasi interaksi pasien dalam konteks kehidupannya yang

bermakna yaitu dengan mengamati hubungan pasien dengan keluarganya.1,3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga

Definisi keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga di definisikan sebagai sekumpulan

orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain

sebagainya. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang

belum menikah disebut keluarga. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup

dalam masyarakat, keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu.1,2

Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang

menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara

mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai

kegiatan dengan lebih efektif. Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwa

keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat

persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari macam-macam anggota.1,2

Klasifikasi Keluarga

Terdapat beberapa bentuk tipe keluarga, yaitu : 1,2

1) Nuclear family : yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

2) Extended family : yaitu nuclear family yang ditambah kakek, paman, dan

bibi

3) Blended family : yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, ditambah

anak dari pernikahan sebelumnya

3
4) Common-law family : yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki,

perempuan, dan mungkin anak yang tinggal bersama sebagai keluarga,

meskipun tanpa diikat pernikahan yang sah

5) Single parent family : yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(laki-laki atau perempuan) yang mungkin disebabkan oleh perceraian,

ditinggalkan atau tidak menikah.

6) Commune family : Laki-laki, perempuan, dan anak tinggal bersama,

berbagi hak dan kewajiban, memiliki dan menggunakan perabotan

bersama, kadang memutuskan untuk melkakukan pernikahan monogamy

7) Serial family : yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki atau perempuan

yang telah menikah berkali-kali kemudian mendapatkan pasangan dan

keluarga sepanjang hidupnya tetapi hanya sekali mempunyai nuclear

family.

8) Composite family : bentuk pernikahan poligami dimana 2 atau lebih

nuclear family berbagi suami (poligami) atau istri (poliandri).

9) Cohabitation : Hubungan yang kurang permanen antara 2 orang yang tidak

menikah dengan jenis kelamin yang berbeda yang tinggal bersama tanpa

adanya aturan yang sah

10) Gay couples : Adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama membina

hubungan homoseksual.

Sistem Keluarga

Dalam mempelajari sistem keluarga ada 3 perspektif yang dapat

memberikan kejelasan mengenai sistem keluarga. Tiga perspektif tersebut adalah

sebagai berikut : 1,2

4
1. Struktural

Dapat dilihat sebagai dyadic yaitu subsisten suami istri, saudara kandung,

dan anak dengan orang tua, dan trydic yaitu subsisten ibu-nenek, anak

perempuan atau ayah, kakek dan anak perempuan.2,3

2. Fungsional

Adalah bagaimana cara keluarga melindungi, merawat, dan mendidik

anak. Bagaimana membuat fisik, sosial, dan ekonomi untuk mendukung

perkembangan individu, bagaimana menciptakan ikatan yang kuat dan

terpelihata, bagaimana orang tuan mendidik anak agar mendapat

kesuksesan. 2,3

3. Developmental

Keluarga seperti individu, dimana di dalam kehidupannya berbagai tugas

perkembangan harus dikuasai dan cara untuk beradaptasi harus selalu

disempurnakan. 2,3

B. Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola

interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga.

Terapi keluarga muncul dari hasil observasi dimana ditemukan masalah-masalah

yang ada pada terapi individual yang mempunyai konsekuensi dan konteks sosial.

Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi

individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori

awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interaksi orang tua dan anak

adalah penyebab dari perilaku maladaptive. 2,3

5
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan

orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak dan mendorong tiap anggota

keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu dengan yang lain, mendidik setiap

anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan

pada satu anggota keluarga saja akan tetapi membantu anggota keluarga tersebut

mewujudkan harapan keluarga bersama. 2,3

Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga

terstruktur. Di sini, terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah

klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya

adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang.

Misalnya, terapis menyampaikan tentang perilaku menentang dan agresif dari

remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan untuk

mendapatkan perhatian yang lebih dari keluarganya. Pada banyak keluarga yang

mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga

lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa

mereka dapat “saling membaca pikiran masing-masing”. 2,3

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh

seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola

komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian

ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :3,4

The double bind atau ikatan ganda

Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi pada saat salah satu

anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar

keadaan tetap stabil.

6
Family homeostasis atau kestabilan keluarga

Bagaimana upaya suatu keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.

Oleh sebab itu untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem

dalam keluarga harus melibatkan seluruh anggota keluarga bukan dengan

individu atau perorangan.

Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double

bind atau ikatan ganda. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang

bertentangan yang membuatnya sulit bertindak konsisten. Anak diberitahukan

bahwa ia harus aktif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia

diharuskan menghormati orangtuanya, tidak melawan dan tidak menentang

kehendaknya, dan tidak pernah menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan

berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan,

sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika

komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan

mendorong perilaku Skizofrenia. 3,4

Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya

dengan faktor genetik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia.

Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga. 3,4

Terapi keluarga terstruktur disesuaikan untuk membawa faktor budaya yang

mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari kelompok etnis tertentu. Untuk

membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetap kembali, harus ada

perjanjian keluarga yang disusun untuk menghindari hal-hal berikut: 3,4

 penolakan anak untuk mengikuti terapi

 sikap ambivalen ibu dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi

7
 penolakan keberadaan seorang ayah dalam keluarga

 anggota keluarga tetap berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang

asing.

Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasil

dari keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena

kondisi keluarga yang tidak mendukung. Kondisi keluarga itu bisa mengganggu

kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun jika memungkinkan, upaya yang

dilakukan bagi penderita skizofrenia atau borderine yang masih awal adalah

dengan memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin bisa berguna. Terapi

dimulai dengan fokus pada masalah yang dialami pasien dalam keluarga dan

kemudian anggota keluarga menyampaikan atau memberikan kontribusi masing-

masing. Terapis bertugas untuk mendorong seluruh anggota keluarga untuk mau

terasa terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.5,6

Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :

1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga

2. Ketidakharmonisan seksual atau perkawinan

3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

C. Prinsip Terapi Keluarga

Terapi keluarga didasarkan pada teori sistem yang terdiri dari 3 prinsip,

yaitu: 5,6

 Prinsip Kausalitas sirkular

Peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam

sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang

8
menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada

perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.

 Prinsip Ekologi

Mengatakan bahwa sistem hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,

tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam sistem keluarga,

perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.

 Prinsip Subjektivitas

Tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota

keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.

Terapi keluarga tidak dapat dimanfaatkan bila tidak mungkin untuk

mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota keluarga.

Tanpa adanya kesadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap

anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. 5,6

D. Manfaat Terapi Keluarga

Manfaat bagi pasien yaitu: 4,5,6

a) Mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau

keluarga.

b) Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota

keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam

upaya rehabilitasinya.

c) Menurunkan angka kekambuhan jika dilakukan pada program rawat

jalan.

Manfaat bagi keluarga yaitu: 5,6

9
a) Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing –

masing anggota keluarga labih baik.

b) Meningkatkan pengertian keluarga terhadap pasien/ klien sehingga lebih

dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya sebagai

manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada.

c) Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/

klien dalam rehabilitasi.

E. Tujuan Terapi Keluarga

Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan

dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga

tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang

sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi

ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau

keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis

keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan

menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian,

setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri

mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada

terapis.7,8

Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah

sebagian besar yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien,

klarifikasi pola komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta

menyebut tujuan primer dan sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8

10
kemungkinan tujuan. Tujuan yang disebut sebagai tujuan primer

“mengembangkan komunikasi” untuk seluruh keluarga, ternyata lebih dipilih

“mengembangkan otonomi dan individuasi”. Sebagian memilih “pengembangan

symptom individu” dan “mengembangkan kinerja individu”. Memfasilitasi fungsi

individu adalah tujuan utama dari terapi individual, tetapi para terapis keluarga

melihat sebagai bukan yang utama dalam proses perubahan keluarga yang luas,

khususnya sistem komunikasi dan sikap anggota keluarga yang menghormati

anggota lainnya. 7,8

Dalam survei, bagaimanapun, menjadi jelas bahwa para therapists keluarga

dengan susah bersatu di dalam metoda dan konsep perawatan keluarga. Hampir

semua, Di tahun 1970, ketika itu tritmen keluarga banyak yang utama adalah

patient-centered. Anggota keluarga yang lain, memberi informasi menyangkut

pasien. Contoh ekstrim yang lain adalah itu merasa terikat dengan suatu

pendekatan sistem, sebagai contoh, Satir dan halay. Mereka melihat proses dari

permulaan hingga akhir dengan memusatkan pada keluarga dengan harapan

perubahan dalam keluarga dan membawa ke arah hidup lebih sehat untuk semua

anggota nya. Mereka menekankan proses keluarga dengan individual

psychodinamics, dengan perhatian mereka, memusat pada pasien yang dikenali. 7,8

F. Indikasi Terapi Keluarga

Indikasi terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah: “Gejala yang

timbul merupakan ekspresi disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul

lebih menyebabkan beberapa perubahan dalam hubungan anggota keluargannya

11
dan dapat merupakan masalah secara individual.” Selain itu indikasi dilakukannya

terapi keluarga antara lain: 9,10

a) Konflik dalam perkawinan (suami-istri), sibling konflik (konflik

saudara), konflik beberapa generasi

b) Konflik antara orang tua & anak

c) Proses transisi yang terjadi dalam keluarga, misalnya: pasangan baru

menikah, kelahiran anak pertama, anak mulai remaja

d) Terapi individu yang perlu melibatkan anggota keluarga lain

e) Apabila pada terapi individu tidak mengalami kemajuan.

G. Model Terapi Keluarga

1) Experiential/Humanistic

Pendekatan ini bertujuan untuk kematangan psikoseksual, penguatan

fungsi ego, dan pengurangan gejala patologis. Fungsi utama dari terapi ini

adalah sebagai fasilitator aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan

positif dan memeberikan keluarga pada pengalaman baru. Jenis-jenis

terapi yang digunakan pada model terapi ini adalah : 9,10

a. Terapi pengalaman (experiential or symbolic family therapy)

Terapi ini menggunakan pendekatan non-teoritis , didalam terapi

ini lebih menekankan pada proses, yaitu sesuatu yang terjadi

selama berlangsungnya tahapan-tahapan terapi keluarga dan

bagaimana stiap orang mengalami perubahan perasaan dan prilaku.

b. Gestalt family therapy

12
Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Focus

utamanya adalah membantu individu melalui masa transisinya

pada diri masing-masing, dari keadaan yang biasanya selalu

dibantu oleh lingkungan sekitanya, menjadi lebih mandiri (self

support).

c. Humanistik

Terapis berperan dalam memperbanyak pengalaman keluarga dan

memperbesar kemungkinan setiap anggota keluarga untuk

menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.

d. Pendekatan proses/komunikasi

Terapis membina kerjasama dengan keluarga terkait untuk

menstimulasi proses healting-promoting. Terapi ini digunakan

untuk mengklarfikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses

komunikasi diantara anggota keluarga.

2) Bowenian

Tujuan pendekatan ini adalah memaksimalkan difersiasi diri pada masing-

masing anggota keluarga. Kerangka umum dari model bowen ini adalah

mengutamakan masa kini dan tetap memperhatikan latar belakang

keluarga. Fungsi utama dari terapis dalam proses ini, sebagai mediator

yang mengurangi konfrontasi dan penyatuan keluarga. Bowen mencoba

menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada psikodinamika

yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan

peran-peran masa lalu dengan pendekatan yang membatasi perhatian pada

unit keluarga dan pengaruhnya di masa kini. Bowen menggunakan 8

13
konsep dalam keluarga yang di peruntukkan untuk menganalisis kasus,

yaitu : 9,10

a. Perbedaan individu

b. Triangulasi

c. Sistem emosional keluarga

d. Proses proyeksi keluarga

e. Pemutusan emosional

f. Proses penularan multigenerasi

g. Posisi saudara kandung

h. Regenerasi masyarakat

3) Psikodinamika

Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan

lebih banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamikan memandang

keluarga sebagai sistem dari interaksi kepribadian, dimana setiap individu

mempunyai sub-sistem yang penting dalam keluarga, sebagaimana

keluarga sebagai sebuah sub-sistem dalam sebuah komunitas. Kerangka

umum adalah masa lalu, sejarah dari pengalaman yang perlu diungkap.

Ketidaksadaran adalah konflik dari masa lalu yang tidak terselesaikan akan

tampak pada perilaku sadar seseorang secara berkelanjutan untuk

menghadapi situasi dan obyek yang ada sekarang. Terapis menjadi

fasilitator yang menolong keluarga untuk menentukan tujuannya sendiri

dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah kelompok. 9,10

4) Behavior

Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuaensi perilaku antar

14
pribadi yang mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau

problemnya. Kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini

yang lebih fokus pada lingkungan interpersonal yang terpelihara dan

muncul terus dalam pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah

direktif, mengarahkan, membimbing atau model dari perilaku yang

diinginkan dan negosiasi kontrak.11,12

5) Struktural

Tujuan dari model pendekatan struktural adalah perubahan pada konteks

hubungan dalam rangka perbaikan organisasi keluarga dan merubah pola

disfungsi transaksional. Kerangka umum pendekatan struktural adalah

keluarga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola transaksional sebelumnya.

Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu memanipulasi struktur

keluarga dalam rangka mengubah setting disfungsional. 11,12

6) Komunikasi

Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional

dan rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta

memperbanyak konsekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk

mengurangi timbulnya masalah-masalah dan dari problem terkini atau

perilaku yang sedang terjadi berulang secara konsisten antara individu.

Fungsi dari terapis adalah aktif, manipulative, problem focus, dan

memberikan petunjuk. 11,12

H. Pendekatan Terapi Keluarga

1. Network therapy

15
Secara logika, terapi keluarga adalah perluasan dari simulan dengan

semua yang tersedia dari sistem kekeluargaan, teman, dan tetangga serta

siapa saja yang berkepentingan untuk memupuk rasa kekeluargaan. 11,12

2. Multiple-impact therapy

Multiple-impact therapy biasanya dapat membantu remaja pada saat

mengalami krisis situasi. Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga

yang bermasalah. Setelah diberi pengarahan, anggota tim akan

dipasangkan dengan salah satu atau lebih anggota keluarga dengan

beberapa varisasi kombinasi, misalnya: ibu dan putrinya dapat ditangani

oleh satu orang terapis, sedangkan ayah ditangani secara individual seperti

halnya anak laki-lakinya. Tujuan dari terapi adalah untuk mengorganisasi

kembali sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Hasil

akhir yang diharapkan adalah sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan

adaptif, untuk itu dapat dilakukan follow up secara berkesinambungan. 11,12

3. Multiple- family and multiple- couple group therapy

Masa kegiatan kelompok keluarga selanjutnya akan menimbulkan suatu

keadaan yang biasa untuk membantu masalah emosional (e.g., Laqueur,

1972). Model ini, partisipan tidak dapat memeriksa satu persatu

dengan mentransaksi keluarga kecil mereka tetapi mengalami simultan

mengenai masalah ekspresi oleh keluarga dan pasangan suami istri.

Dengan demikian, terapi kelompok ini dapat menunjang pemikiran

pada pasangan suami istri. 11,12

16
I. Proses Terapi Keluarga

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2

(kerja), fase 3 (terminasi). 11,12

 Fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling

percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan

bersama. 11,12

 Fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat

sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota

keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota

keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-

peraturan yang selama ini ada. 11,12

 Fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama

ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu

yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan

perawatan yang berkesinambungan. 11,12

a. Peran Perawat11,12

1. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota

keluarga

2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung

klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah

3. Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan

4. Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi, dan lain-lain.

Aktifitas :

17
 Komponen deduktif: memberikan informasi dan pendidikan

kesehatan tentang gangguan jiwa, sistem pelayanan kesehatan.

 Komponen ketrampilan: latihan komunikasi, menyelesaikan

konflik, mengatasi perilaku dan stress.

 Komponen emosi: memberikan kesempatan untuk memvalidasi

perasaan dan bertukar pengalaman

 Komponen proses: keluarga fokus pada koping keluarga dan gejala

yang ada dalam keluarga.

 Komponen sosial: meningkatkan penggunaan dukungan jaringan

formal/informal untuk pasien dan keluarga

Selain peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana

perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah

kekambuhan pada pasien. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah

kekambuhan pada pasien adalah :8,9

1. Keluarga adalah tempat individu pertama memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungan

2. Keluarga adalah suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga

jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu

3. Keluarga menurut Sullinger merupakan salah satu penyebab klien

gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan peran serta

keluarga dalam mencegah kekambuhan pasien dan setidaknya membantu

klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena

keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan begitu saja

18
b. Proses Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang sangat kompleks

dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk menjalin kerja sama

dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dalam

proses keperawatan keluarga meliputi: 8,9

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dalam keluarga dan individu. Yang termasuk pada

pengkajian keluarga adalah : 8,9

a) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural.

b) Data lingkungan

c) Struktur dan fungsi keluarga.

d) Stres dan strategi koping yang digunakan dalam keluarga

e) Perkembangan keluarga.

Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota

keluarga, adalah pengkajian: 8,9

a) Fisik

b) Mental

c) Emosi

d) Sosial

e) Spiritual

2. Perumusan diagnosa keperawatan.

Keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan

pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan : 8,9

1. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan)

19
2. Resiko (ancaman kesehatan)

3. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”)

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.10,11

4. Pelaksanaan asuhan keperawatan

Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi

sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah

ini:10,11

 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan

 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat

 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit

 Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana

membuat lingkungan menjadi sehat

 Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada

20
5. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan

penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu

disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin

tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk

itu dapat dilksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan

kesediaan keluarga. 10,12

21
BAB III

PENUTUP

Terapi keluarga salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu

dalam konteks lingkungan khususnya keluarga. Untuk dapat menajalankan terapi

keluarga dengan baik diperlukan pendidikan dan latihan dengan dilandasi

berbagai teoeri yaitu psikoterapi kelompok, konsep keluarga struktur dan fingsi

keluarga, dinamika keluarga, terapi perilaku dan teori komunikasi. Manfaat peran

keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga.

Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan

rehabilitasi pasien juga dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga,

termasuk tiap – tiap anggota keluarga dalam arti memperbaiki peran dan fungsi

atau hubungan interpersonal.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Spettigue W, Norris M, Santos A, et al. Treatment of children and

adolescents with avoidant/restrictive food intake disorder: a case series

examining the feasibility of family therapy and adjunctive treatments.

Journal of Eating Disorders. 2018;6(20):1-11.

2. Broderick P, Weston C. Family Therapy with a Depressed Adolescent. Psychiatry

(Edgemont). 2009;6(1):32–37.

3. Eisler I, Simic M, Hodsoll J, et al. A pragmatic randomised multi-centre trial of

multifamily and single family therapy for adolescent anorexia nervosa. BMC

Psychiatry. 2016;16(422):1-14.

4. Sadock B, Sadock V. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of

Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2017:7021-7044.

5. Agras W, Lock J, Brandt H, et al. Comparison of 2 Family Therapies for

Adolescent Anorexia Nervosa: A Randomized Parallel Trial. JAMA Psychiatry.

2014 November;71(11):1279–1286.

6. Miller I, Keitner G, Ryan C, et al. Family Treatment for Bipolar Disorder: Family

Impairment by Treatment Interactions. J Clin Psychiatry. 2008 May;69(5):732–

740.

7. Szapocznik J, Zarate M, Duff J, et al. Brief Strategic Family Therapy: Engaging

Drug Using/Problem Behavior Adolescents and their Families into Treatment. Soc

Work Public Health. 2013;28(0):206–223.

8. Han D, Kim S, Renshaw P. The effect of family therapy on the changes in the

severity of on-line game play and brain activity in adolescents with on-line game

addiction. Psychiatry Res. 2012 May;202(2):126–131.

23
9. Ewing E, Levy S, Wiafe L, et al. Attachment-Based Family Therapy with a 13-

Year-Old Girl Presenting with High Risk for Suicide. J Marital Fam Ther. 2016

January;42(1):91–105.

10. Miklowitz D, Chung B. Family-Focused Therapy for Bipolar Disorder:

Reflections on 30 Years of Research. Fam Process. 2016 September;55(3):483-

499.

11. Pol T, Hendriks V, Rigter H, et al. Multidimensional family therapy in

adolescents with a cannabis use disorder: long‑term effects on delinquency in a

randomized controlled trial. Child Adolesc Psychiatry Ment Health.

2018;12(44):1-10.

12. Jozefik B, Barbaro B, Iniewicz G, et al. Family Therapy in Poland: Development

and Current Perspectives. Contemp Fam Ther. 2013;35:308–318.

24

Anda mungkin juga menyukai