Anda di halaman 1dari 19

MAHAGURU : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Mahaguru:
JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
| ISSN: xxxx-xxxx) (Online)

PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL


(SQ) SISWA SEKOLAH DASAR SD NEGERI 4 BILOKKA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS DIRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn

Syaparuddin Syaparuddin; Elihami Elihami


STKIP MUHAMMADYAH ENREKANG
Email: syafaruddin@yahoo.com

ABSTRAK. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual agar tercapai tujuan utama pendidikan.
Berangkat dari latar belakang itulah penulis kemudian membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul
Aktualisasi Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa SD Negeri 4 Bilokka sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Diri dalam Proses Pembelajaran. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara
dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi atau pengamatan di lapangan, penulis berperan sebagai
pemeran serta sebagai pengamat. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati sehingga dalam hal
ini penulis berupaya menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Hasil dari penelitian
bahwa terdapat siswa yang berkualitas secara intelektual, tetapi masih belum bisa optimal dalam
mengaktualisasikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam mengaktualisasikan kecerdasan
emosional dan spiritual siswa masih harus lebih ditingkatkan lagi, karena masih banyak juga siswa yang berprestasi
melakukan kecurangan dalam pelaksanaan ujian dan juga dalam melaksanakan ajaran agama masih belum bisa
optimal. Siswa dalam mengaktualisasikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah latar belakang pendidikan dan agama orang tua, peraturan sekolah, pembinaan
dari Guru, dan pergaulan sesama teman.

Kata kunci: Guru; Siswa; Pembelajaran; Pkn

PENDAHULUAN spiritual. Namun kenyataannya pada saat ini


A. Latar Belakang pendidikan lebih mengutamakan aspek
Sebuah pendidikan pada hakikatnya intelektual saja sebagai tolok ukur
mempunyai tujuan untuk membangun keberhasilan sebuah pendidikan.
manusia seutuhnya seperti yang tertera pada
GBHN bahwa tujuan pendidikan adalah Dalam pendidikan harus ada interaksi
membentuk manusia yang utuh, maksudnya antara proses pembelajaran yang dialami
meliputi berbagai aspek tidak hanya aspek siswa dan proses mengajar oleh pendidik
intelektual saja, tetapi juga aspek emosi dan atau guru. Siswa disini sebagai manusia
pembelajar, yang mana dari tujuan belajar
1
itu itu siswa dapat merubah hidupnya menjadi meningkatkan kualitas diri ini siswa harus
lebih berkualitas baik dari segi fisik, mental, mengaktualisasikan seluruh kecerdasan
emosi dan spiritual dan nantinya bisa termasuk emosi dan spiritual. Intelektual
dikatakan sukses dalam proses pendidikan saja tidak cukup kalau tidak mempunyai
yakni tercapainya perubahan tingkah laku kecerdasan emosi dan spiritual, bisa diambil
pada siswa. Hal ini jelas tidak bisa hanya contoh apabila tidak mempunyai kecerdasan
mengandalkan intelektual saja, seperti yang emosi dan spiritual, misalnya mencontek
dikatakan oleh Daniel Goleman” para ahli pada waktu ujian, suka berkelahi, tidak
psikologi sepakat bahwa IQ hanya pandai menjalin hubungan dengan orang
menyumbang sekitar 20 % faktor-faktor yang lain.
menentukan suatu keberhasilan, 80 % sisanya Oleh karena itu siswa harus
berasal dari faktor lain termasuk apa yang meningkatkan kualitas diri sebagai seorang
saya namakan dengan Kecerdasan pembelajar agar mempunyai nilai dalam
Emosional”. kehidupan dan berhasil dalam pendidikan
Sebagai manusia pembelajar siswa yang dengan mengaktualisasikan kecerdasan
bisa dikatakan berhasil dalam pendidikan dan emosi dan spiritual sebagai penunjang
untuk mencapai tujuan pendidikan yakni utamanya. Hal ini sesuai dengan apa yang
pendidikan manusia seutuhnya, disini siswa dikatakan oleh Yusran Pora yang berbunyi:
dituntut untuk mengaktualisasikan semua tiga “ Nilai manusia sepenuhnya tergantung
kecerdasan sekaligus yakni intelektual, pada empat hal fisik, mental, emosi dan
emosional dan spiritual. Namun yang sudah spiritual. Masing-masing itu memiliki sifat
terlaksana seperti kita ketahui bersama adalah pertumbuhan yang berbeda- beda.
aktualisasi intelektual yang selalu menjadi Bertumbuh menjadi manusia berarti
tolok ukur yang utama dalam sebuah memainkan keempat unsur tersebut dengan
pendidikan, tentu hal ini belum memenuhi baik. Sehingga pendidikan yang
tujuan dari pendidikan yang sudah tercantum sesungguhnya adalah pendidikan yang
dalam GBHN dan siswa belum bisa dikatakan concern dengan keempat unsur tersebut”.
sebagai manusia atau siswa yang berkualitas. Dari sini bisa disimpulkan dalam
Sebagaimana yang tercantum dalam GBHN menjalani tugas sebagai seorang siswa
1998 yang berbunyi: harusnya tidak hanya untuk menggali
“Terdapat rumusan mengenai manusia intelektual agar berhasil dalam pendidikan,
Indonesia yang berbunyi sebagai berikut tetapi juga harus mengeksplorasi yang
“manusia yang beriman dan bertaqwa namanya kecerdasan emosional dan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi kecerdasan spiritual. Semua orang bisa
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, mengaktualisasi dua kecerdasan ini agar
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, menjadi orang yang berkualitas, karena pada
mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat dasarnya semua orang memiliki kecerdasan
jasmani dan rohani. Inilah gambaran manusia emosi dan spiritual termasuk siswa. Hal ini
Indonesia seutuhnya atau yang sering disebut seperti yang disampaikan oleh Muhammad
sebagai manusia yang berkualitas”. Muhyidin dalam bukunya Manajemen ESQ:
Kiranya gambaran diatas sudah bisa “Dalam perspektif yang umum, setiap
menjelaskan bahwa siswa sebagai seorang orang mampu memiliki kecerdasan
manusia pembelajar dan generasi penerus Emosional dan kecerdasan spiritual (ESQ).
bangsa yang nantinya akan kembali kepada Ini berarti, kecerdasan emosional dan
masyarakat haruslah berkualitas dan dalam spiritual (ESQ) tidak tergantung pada citra
2
simbolik seseorang, misalnya orang tersebut jawaban itu sudah pasti definisi intelegensi
haruslah orang timur dan beragama islam. belum jelas.
Tidak demikian, kecerdasan emosional dan Bahkan setiap bangsa di dunia ini
kecerdasan spiritual dimiliki oleh setiap orang mempunyai kriteria tersendiri dalam
tanpa membeda-bedakan suku, agama, menentukan definisi kecerdasan. Sebagai
bangsa, tempat tinggal, bahasa, dst”.
contoh orang Yunani kuno sangat
Siswa mempunyai tugas yang lumayan menghargai orang cerdas yang mempunyai
berat mengingat hal-hal yang sudah menjadi fisik kuat, pemikiran yang rasional dan
tujuan utama dari sebuah pendidikan, yakni menunjukkan perilaku yang baik dan
mendidik agar menjadi manusia seutuhnya bermoral. Sedangkan bangsa Cina sangat
meliputi aspek intelektual, emosi, dan menghargai orang yang mahir di bidang
spiritual. Siswa harus berkualitas dan puisi, musik, kaligrafi, ilmu perang dan
senantiasa meningkatkan kualitas diri agar melukis. Di indonesia, seringkali orang
tercapai sebuah keberhasilan dalam yang pintar dalam logika matematika dan
pendidikan, dimana pendidikan atau proses cepat menghafal langsung dicap sebagai
pembelajaran PKn bisa dikatakan berhasil orang yang cerdas.
apabila siswa sudah bisa mengubah tingkah Jelaslah bahwa teori intelegensi
lakunya ke arah yang lebih baik dalam hal ini ganda yang dikemukakan oleh Gardner
meliputi aspek intelektual, emosi dan spiritual.
dimaksudkan sebagai sanggahan atas
Namun pada realitanya siswa masih mengacu pendapat yang mengatakan hanya ada
kepada kecerdasan intelektual sebagai bekal
kemampuan umum sebagai konsep tunggal
untuk menuju keberhasilan dalam sebuah intelegensi.
pendidikan.
B. Kecerdasan Emosional (EQ)
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
PEMBAHASAN (EQ)
Sesuai dengan variabel yang di angkat Kecerdasan emosional erat
dalam penelitian ini, maka di bawah ini diuraikan hubungannya dengan perasaan manusia.
beberapa kajian teori-teori yang mendasari Emosi menuntut kita menghadapi saat-
penelitian ini, diantaranya adalah : (1) kecerdasan, saat kritis dan tugas-tugas yang
(2) kecerdasan emosional, (3) kecerdasan spiritual, terlampau riskan bila hanya diserahkan
(4) kualitas diri, (5) pembelajaran. kepada otak. Perasaan bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya sugesti,
A. Kecerdasan kelelahan, perhatian, intelegensi sehingga
Kecerdasan menurut Sperman dan
ikut mewarnai emosi.
Wynn Jones disebut pula dengan intelegensi
yang dalam bahasa inggrisnya intellegence, Istilah “ kecerdasan emosional “
dalam bahasa latin intecus dan intellegenta, pertama kali disampaikan pada tahun
yang berarti kekuatan yang melengkapi akal 1990 oleh ahli psikologi Peter Salovey
pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang dari Universitas Harvard dan John Mayer
universal. Sampai saat ini istilah intelegensi dari Universitas New Hampshire,
sangat populer, jika orang di tanya tentang apa keduanya menerangkan akan adanya
yang dimaksud dengan intelegensi, maka pada kualitas-kualitas yang penting bagi
umumnya akan menjawab otak encer , cerdas, keberhasilan antara lain : empati,
pandai, berpikir cepat dan cemerlang. Dengan mengungkapkan dan memahami
perasaan, mengendalikan amarah,

3
kemandirian, kemampuan menyesuaikan yang timbul karena gagalnya
diri, disukai, kemampuan memecahkan keterampilan emosional dasar ini.
masalah antar pribadi, Tujuannya adalah keseimbangan
ketekunan,kesetiakawanan, keramahan dan emosi bukan untuk menekan emosi,
sikap hormat. setiap perasaan mempunyai nilai dan
makna yang dikehendaki. Apabila
2. Komponen-komponen Kecerdasan
emosi terlampau ditekan, terciptalah
Emosional (EQ)
kebosanan dan jarak, bila emosi tak
Konsep kecerdasan emosional terdiri
terkendali terlampau ekstrim dan terus
dari lima komponen, yaitu kemampuan
menerus emosi akan menjadi sumber
mengenali emosi diri, mengelola emosi
penyakit seperti depresi, cemas yang
diri, memotivasi diri, mengenali emosi
berlebihan, amarah yang meluap-luap,
orang lain, dan membina hubungan dengan
dan gangguan emosional yang
orang lain. Adapun penjelasannya sebagai
berlebihan.
berikut :
c. Kemampuan Memotivasi Diri
Kemampuan memotivasi diri
a. Kemampuan Mengenali Emosi diri merupakan kemampuan individu
Kemampuan mengenali emosi dalam mengarahkan dan mendorong
diri adalah kesadaran diri mengenali segala daya upaya dirinya bagi
perasaan sewaktu itu terjadi dari waktu pencapaian tujuan yang diharapkan.
ke waktu dalam kehidupan individu. Dalam hal ini, peran motivasi positif
Menurut John Meyer kesadaran diri yang terdiri dari antusias dan
berarti waspada terhadap suasana hati keyakinan pada diri akan sangat
maupun pemikiran kita tentang suasana produktif dan efektif dalam segala
hati. aktivitasnya.
Kesadaran diri adalah Memotivasi diri sendiri dapat
kemampuan untuk mengenal dan ditelusuri melalui beberapa hal
memilah-milah perasaan, memahami hal sebagai berikut : a) cara
yang sedang kita rasakan, mengapa hal mengendalikan dorongan hati, b)
itu kita rasakan, dan mengetahui derajat kecemasan yang berpengaruh
penyebab munculnya perasaan tersebut. terhadap unjuk kerja seseorang, c)
Kesadaran diri emosional adalah fondasi kekuatan berfikir positif, d)
tempat dibangunnya hampir semua optimisme, e) kemampuan seseorang
unsur kesadaran emosional, langkah terhadap keadaan yang sedang terjadi
awal yang penting untuk menjelajahi atau pekerjaan hanya terfokus pada
dan memahami diri kita, dan untuk satu objek. Dengan kemampuan
berubah. memotivasi diri yang dimilikinya,
b. Kemampuan Mengelola Emosi Diri maka seseorang akan cenderung
Kemampuan mengelola emosi memiliki pandangan yang positif
merupakan kemampuan untuk dalam menilai segala sesuatu yang
menangani perasaan agar perasaan dapat terjadi.
terungkap dengan pas, kemampuan d. Kemampuan Mengenali Emosi Orang
untuk menghibur diri sendiri, Lain
melepaskan kecemasan, kemurungan Kemampuan mengenali emosi
atau ketersinggungan dan akibat-akibat orang lain disebut empati, yaitu
4
kemampuan memahami perasaan orang kecerdasan spiritual, mendefinisikan
lain serta mengkomunikasikan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
pemahaman tersebut kepada orang yang untuk menghadapi dan memecahkan
bersangkutan. Kemampuan ini dibangun persoalan makna dan nilai. Kecerdasan
atas dasar kesadaran diri sendiri, yang yang memberi makna, yang melakukan
meliputi bahwa orang lain juga kontektualisasi, dan bersifat
mempunyai kepentingan seperti halnya transformatif. Mereka mengatakan
diri kita sendiri, sadar bahwa lingkungan kecerdasan untuk menempatkan perilaku
yang membentuk individu itu berbeda- dan hidup kita dalam konteks makna
beda dan menyadari tidak ada manusia yang lebih luas dan kaya. Dan
itu sama, serta perbedaan itu bukan kecerdasan itu untuk menilai bahwa
suatu yang harus disikapi dengan tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
perlawanan. Semakin seseorang itu bermakna dibandingkan dengan yang
terbuka kepada diri sendiri, semakin lain.
mampu ia mengenal dan mengikuti Danah Zohar juga mengatakan
emosinya dan makin mudah membaca bahwa kecerdasan spiritual adalah
perasaan orang lain. kecerdasan yang bertumpu pada bagian
e. Kemampuan Membina Hubungan dalam individu yang berhubungan
dengan Orang Lain dengan kearifan di luar ego, atau jiwa
Kemampuan membina hubungan sadar. Inilah kecerdasan yang manusia
merupakan kemampuan individu dalam gunakan hanya untuk mengetahui nilai-
mengelola emosi orang lain. nilai yang ada, melainkan juga untuk
Kemampuan tersebut membantu secara kreatif menemukan nilai-nilai
individu dalam mengelola emosi orang baru.
lain. Membantu individu menjalin Sementara menurut Kalil Khawari,
hubungan dengan orang secara terbuka kecerdasan spiritual merupakan fakultas
sehingga disukai oleh lingkungan karena dari dimensi nonmaterial kita-ruh
ia menyenangkan secara emosional. manusia. Inilah intan yang belum terasah
Seni membina hubungan dengan yang kita semua memilikinya. Kita
orang lain merupakan ketrampilan sosial semua harus mengenalinya seperti apa
yang mendukung keberhasilan dalam adanya, menggosoknya sehingga berkilap
pergaulan dengan orang lain, tanpa dengan tekat yang besar dan
memiliki ketrampilan dalam membina menggunakannya untuk memperoleh
hubungan dengan orang lain, maka kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk
seseorang akan kesulitan dalam kecerdasan lainnya (intelektual dan
pergaulan sosial. Sesungguhnya karena emosi), kecerdasan spiritual dapat
tidak memiliki keterampilan sosial ini ditingkatkan dan diturunkan. Akan tetapi,
yang menyebabkan seseorang seringkali kemampuannya untuk ditingkatkan
dianggap angkuh, mengganggu dan tampaknya tidak terbatas.
tidak berperasaan. Kecerdasan spiritual (SQ) itu
C. Kecerdasan Spiritual (SQ) menurut penelitian-penelitian di bidang
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ) neurology, punya tempat yang khusus
Menurut Danah Zohar dan Ian dalam otak. Ada bagian dari otak kita
Marshall, orang yang pertama kali yang memiliki kemampuan untuk
mengeluarkan ide tentang konsep mengalami pengalaman-pengalaman
5
spiritual, misalnya untuk memahami mampu berprestasi.
Tuhan, memahami sifat- sifat Tuhan. d. Memiliki sifat-sifat yang mendasari
Maksudnya adalah menyadari kehadiran terbentuknya sikap dan perilaku sosial
Tuhan di sekitar kita dan untuk memberi yang tepat dan terpuji, terutama
makna dalam kehidupan. Orang yang berupa kepekaan atau kepedulian
cerdas secara spiritual diantaranya bisa sosial yang tinggi dan sebagai warga
dilihat ciri-cirinya antara lain yaitu, bisa negara yang baik.
memberi makna dalam kehidupannya, e. Kepribadian mandiri yang dalam
senang berbuat baik, senang menolong mengaktualisasikan diri sebagai
orang lain, telah menemukan tujuan individu bersama dan dalam
hidupnya, dia merasa memikul misi yang kebersamaan yang lain, terutama
mulia, dia merasa dilihat oleh Tuhannya. melalui kegiatan yang disebut bekerja
mampu mengakomudasikan sifat-sifat
2. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual
baik manusia, yang
(SQ).
memungkinkannya meraih sukses
D. Konsep Dasar Manusia Berkualitas
dalam perjuangan hidup yang semakin
1. Pengertian dan Ciri-ciri Manusia
berat dari zaman ke zaman.
Berkualitas
f. Memiliki kemampuan mengendalikan
Konsep tentang manusia yang
diri untuk tidak melanggar yang
berkualitas sudah dituangkan dalam GBHN
diperintahkan dan sebaliknya, tidak
1998 mengenai karakter manusia Indonesia
memperturutkan yang dilarang Tuhan
yang pada intinya menggambarkan
Yang Maha Esa. Manusia berkualitas
karakter manusia yang berkualitas, yakni “
adalah yang memiliki keimanan atau
manusia yang beriman dan bertaqwa
kataqwaan yang tinggi kepada Tuhan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
Yang Maha Esa, yakni yang tidak
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
menghalalkan semua cara untuk
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
sampai pada puncak kesuksesan,
mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat
karena meyakini bahwa cara tersebut
jasmani dan rohani. Inilah gambaran
yang dilakukannya didunia akan
manusia Indonesia seutuhnya atau yang
mengantarkan pada kegagalan berupa
sering disebut sebagai manusia yang
kehidupan yang penuh dengan siksa
berkualitas”.
kelak di akhirat. Salah satu ciri
Hadari Nawawi memberikan ciri-ciri manusia berkualitas adalah mampu
manusia berkualitas sebagai berikut : mewujudkan kehidupan dengan
a. Memiliki pengetahuan memadai berupa sukses secara spiritual.
pengetahuan umum dan khusus Setiap manusia mempunyai hasrat
dibidangnya. untuk memperbaiki diri dan
b. Mampu mewujudkan bakat, perhatian, meningkatkan kualitas dirinya, oleh
dan minatnya menjadi keterampilan dan karena itu agar dalam meningkatkan
bahkan keahlian untuk memasuki kualitas diri tidak terlalu melampaui
lapangan kerja dan mempunyai batas kepatutan, maka perlu dihayati tiga
penghasilan. upaya yakni ; pertama, Ta’alliq ilallah,
c. Jasmani yang sehat, termasuk juga maksudnya motivasi seseorang hanya
mampu memelihara kesehatan agar karena Allah SWT. Manusia yang
terhindar dari penyakit. Hanya orang- demikian apabila melakukan kebaikan ia
orang yang sehat jasmaninya yang selalu berbuat baik tiada henti. Kedua,
6
Takhalliq bi khalqillah. Berperilaku sesuai kesetiaan, keadilan, kesabaran,
perilaku yang diridhoi Allah SWT. kesederhanaan, dan melalui proses belajar
mengajar.
2. Meningkatkan Kualitas Diri
Berikut ini beberapa point penting Menurut Skinner, belajar adalah suatu
untuk meningkatkan kualitas diri dengan perilaku. Pada saat orang belajar, maka
sikap-sikap dan pemikiran positif agar responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
dapat mencapai kesuksesan Selalu ingin bila ia tidak belajar maka responnya
belajar Setiap kejadian atau peristiwa di menurun. Gagne berpendapat bahwa belajar
dalam hidup kita dapat memberi peluang merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil
bagi kita untuk belajar sesuatu. belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar
Kejadian/peristiwa yang menyenangkan orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
atau menyedihkan ada sesuatu yang bisa sikap, dan nilai.
kita pelajari sehingga hal ini dapat Profesor Oemar Hamalik
meningkatkan atau menambah pengalaman mendeskripsikan belajar sebagai modifikasi
untuk menjalani kualitas kehidupan yang atau memperteguh kelakuan melalui
lebih baik lagi kedepannya.
pengalaman (learning is defined as the
a. Hadapi segala tantangan hidup tanpa modification or strengthening of behavior
minum-minuman berakohol, narkotika through eVIperiencing). Menurut pengertian
dan segala perbuatan yang melanggar ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
asusila. kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.
Hadapi segala tantangan hidup dengan Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
pikiran positif dan semakin tingkatkan lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
kualitas diri dari tantangan hidup. belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
b. Biasakan untuk bercakap dengan diri melainkan pengubahan tingkah laku.
sendiri secara positif William Burton memberi pengertian
Kita seringkali sibuk membicarakan belajar sebagai tingkah laku pada individu
tentang orang lain sehingga kita lupa dengan individu lain berkat adanya interaksi
membicarakan diri sendiri. Pembicaraan antara individu dengan individu lainnya dan
itu bukan tentang keluh kesah diri individu dengan lingkungannya sehingga
sendiri, tetapi hal yang berkaitan dengan mereka lebih mampu berinteraksi dengan
perbuatan positif. Berilah semangat lingkungannya, dalam bahasa asingnya“
pada diri sendiri, ajak diri sendiri Learning is a change in the individual due
mencapai kesuksesan. to instruction of that individual and his
c. Selalu menjaga kesehatan diri environment, which fells a need and make
him more capable of dealing adequality
Sering karena terlalu sibuk mencari
with his environment”.
kesuksesan, akhirnya sampai lupa
dengan kesehatan. Sayangilah diri
sendiri dengan menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh sendiri.
METODE PENELITIAN
E. Konsep Pembelajaran Penelitian ini adalah penelitian tindakan
Pembelajaran atau belajar merupakan kelas (classroom action research). Penelitian ini
proses pembentukan karakter dengan terdiri dari empat tahap meliputi perencanaan
memiliki sifat-sifat seperti integritas, (planning), tindakan(action), observasi
(observation), dan refleksi (reflection).
kerendahan hati, tenggang rasa, menahan diri,
7
Penelitian tindakan ini direncanakan selama dua tes siswa juga dihitung persentase dari
siklus (siklus I dan siklus II) masing-masing 4 kali kemampuan berpikir kreativitas.
pertemuan untuk setiap siklus. Sesuai dengan
hakikat penelitian tindakan kelas, maka prosedur
pelaksanaan penelitian untuk masing-masing
siklus melalui tahap-tahap (a) perencanaan
(planning), (b) pelaksanaan tindakan (action), (c)
observasi dan evaluasi (observation and Keterangan:
evaluation), dan (d) refleksi (reflection). y = Persentase kemampuan berpikir kreativitas
Jenis data yang diperoleh adalah: Ketuntasan belajar diterapkan sesuai
1. Data mengenai materi pembelajaran setiap dengan KKM sekolah tersebut dikategorikan
akhir siklus, dikumpulkan dengan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
menggunakan teknik tes. Tingkat penguasaan 0% - 69% dikategorikan
2. Data mengenai aktivitas siswa dan data tidak tuntas
kemampuan guru mengelola pembelajaran Tingkat penguasaan 70% - 100% dikategorikan
diperoleh melalui lembar observasi, tuntas
dikumpulkan dengan menggunakan teknik Adapun data hasil observasi untuk
observasi. aktivitas siswa selama pembelajaran dianalisis
Data yang terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan menggunakan indikator penskoran dari Pi 
 Ai  100 %
kemampuan kreativitas matematika siswa sebagai n
berikut:
Keterangan:
Untuk masing-masing aspek yang diteliti
Pi = Persentase siswa yang melakukan
dari kemampuan berfikir kreatif dan skor seluruh
aktivitas tertentu setiap pertemuan.
siswa yang mengikuti tes dijumlah dan ditentukan
persentase skornya. F.Ai = Jumlah siswa yang
melakukan aktivitas tertentu setiap
pertemuan.
Setelah diperoleh persentase skor setiap  n G.
= Jumlah siswa yang hadir
aspek pada kemampuan berfikir kreatif, peneliti
menentukan kriteria persentase skor yang setiap pertemuan.
diperoleh siswa. Kriteria yang digunakan peneliti (Tiro, 2008:154)
adalah sebagai berikut: Analisis juga dilakukan terhadap hasil
Tabel 3.2 Kriteria kemampuan berpikir observasi kemampuan guru mengelola
kreativitas berdasarkan persentase skor tes pembelajaran.Perhitungannya yaitu dengan
menghitung nilai rata-rata setiap aspek yang
No Persentase skor Kriteria diamati dalam mengelola pembelajaran dari
1 89% x 100% Sangat tinggi banyak pertemuan yang dilakukan dalam
penelitian.
2 79% x 89% Tinggi Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kemampuan
Guru
3 64% x 79% Sedang Rata-rata Kriteria

4 54% x 64% Rendah 1,00 – 1,79 Sangat Kurang

5 x 54% Sangat rendah 1,80 – 2,79 Kurang

2,80 –3,39 Cukup


Diadopsi dari : Wayan dan Sunartana
Keterangan: 3,40 – 4,19 Baik
x = Persentase skor
Selain perhitungan persentase untuk tiap 4,20 – 5,00 Sangat Baik
aspek dari kemampuan berpikir kreativitas, hasil
8
Borich (Buhaerah 2009: 104)
Mayoritas siswa-siswi SD Negeri
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4 Bilokka mempunyai kepribadian dan
tingkat kesopanan yang kalau dirata-rata
Secara kasat mata pandangan sudah bagus. Hal ini bisa dilihat ketika
masyarakat terhadap SD Negeri 4 Bilokka siswa-siswi bertemu dengan Guru selalu
sangat bagus dan mayoritas masyarakat meganggukkan kepala dan menyapa
Sidenreng Rappangmasih mempunyai asumsi dengan sopan. Cara berbicara kepada
bahwa SD Negeri 4 Bilokka masih baru dan Guru atau orang yang lebih tua dengan
membutuhkan siswa dalam dunia pendidikan cara yang sopan, kepada orang asing juga
tingkat menengah kejuruan (SMK). Tidak sangat menghormati seperti yang peneliti
mengherankan jika banyak para orang tua rasakan ketika pertama kali masuk ke SD
yang mengharapkan anaknya bisa masuk di Negeri 4 Bilokka dan bertemu dengan
sekolah yang notabene paling favorit di kota siswa-siswi mereka menyambut dengan
Pinrang. hangat dan sangat menghormati orang
SD Negeri 4 Bilokka selain prestasi lain. Seperti yang disampaikan oleh Guru
akademiknya bagus, prestasi non Agama Islam di SD Negeri 4 Bilokka :
akedemiknya juga bagus. Hal ini bisa dilihat “ Rata-rata siswa-siswi disini sopan
dari banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang semua, sikapnya baik dan menghormati
dimiliki oleh SD Negeri 4 Bilokka sebagai Guru. Dimanapun mereka, entah dikelas
sarana mengembangkan bakat dan kreatifitas atau di luar kelas kalau bertemu dengan
siswanya melalui jalur yang positif. Guru mereka dengan sopan menyapa
Padahal pada kenyataannya yang bahkan cium tangan Guru”.
terjadi sekarang ini adalah SD Negeri 4
Bilokka adalah sekolah yang baru. Hal ini
bisa dilihat dari berapa nem yang terendah Mengenai perkembangan dan
dalam penerimaan siswa baru. perwujudan kecerdasan emosional (EQ)
terutama di kelas VI terdapat perbedaan
1. Aktualisasi Kecerdasan (EQ) Siswa yang cukup signifikan, yakni antara siswa
sebagai upaya meningkatkan kualitas yang prestasi akademiknya bagus dan
diri di SD Negeri 4 Bilokka yang masih dalam rata-rata itu terlihat
jelas. Hal ini bisa dilihat dari hasil
Secara kebetulan peneliti pengamatan peneliti sebagai berikut :
mendapat kesempatan melaksanakan
Hari/ tanggal : 12 Agustus 2019
praktek mengajar sebagai salah satu syarat
dalam sistem akademik STKIP Tempat : Kelas VI, SD Negeri 4
Cokroaminoto Pinrang di SD Negeri 4 Bilokka
Bilokka sebelumnya selama kurang lebih Kegiatan : Pengamatan
dua bulan mengajar di kelas VI, sehingga
sebelum penelitian yang sesungguhnya Ketika itu siswa menerima tugas
dilaksanakan peneliti secara langsung yang lumayan banyak dari seorang Guru
mengetahui perkembangan dan aktualisasi ekonomi, maka bisa dilihat pemandangan
kecerdasan emosional (EQ) sekaligus yang sangat kontras sekali di kelas VI,
kecerdasan spiritual (SQ) siswa-siswi di dimana siswa yang masuk tiga besar
SD Negeri 4 Bilokka dikelasnya menerima dengan senang hati
dan tidak ada komentar atau keberatan
9
sama sekali justru mereka langsung ketika sedang marah atau sedang ada
mengerjakan apa yang diperintah oleh perasaan kurang baik dengan orang lain
Gurunya. Sedangkan, bagi siswa lainnya saya tidak pernah mengungkapkannya,
masih berkomentar dan mengeluh tentang tapi akan saya pendam sendiri dan lebih
tugas yang diberikan oleh gurunya” memilih untuk melakukan kegiatan lain
atau diam”.
Fenomena tersebut dikuatkan
dengan ungkapan dari salah satu wali
kelas VI SD Negeri 4 Bilokka, yang
Hal senada juga diungkapkan oleh
mengatakan sebagai berikut :
siswa yang lain yang mendapat peringkat
“Semakin lama anak-anak itu sudah mulai 1 dikelasnya, sebagai berikut :
kurang kesopanannya kepada saya. “ Saya juga bisa Bu mengenali emosi
Seperti di kelas ketika saya masuk mereka saya, ketika saya sedih, marah atau lagi
ramai sendiri dan tidak menghormati saya, tidak enak keadaan emosi saya. Dan
dan apabila mereka sopan itu karena sikap apabila saya sedang marah atau sedang
saya yang mungkin terkesan tegas menghadapi masalah saya cenderung
sehingga mereka merasa takut dan untuk tenang dan berbagi dengan orang
akhirnya dengan terpaksa sopan dengan tua, sahabat atau banyak mendekatkan diri
saya. Lain halnya dengan anak-anak yang dengan Allah SWT ketika shalat tahajjud,
pintar, mereka anaknya baik, sopan dan sehingga tidak mudah stress”.
menghormati saya”.
Bisa dilihat uraian di atas, bahwa
Peneliti disini mengamati lebih siswa yang mempunyai kualitas akademik
jauh mengenai aktualisasi kecerdasan yang bagus lebih mampu mengelola
emosi (EQ) siswa yang berprestasi secara emosinya dengan baik, bahkan ketika
akademik sehingga diharapkan mendapat sedang mengalami masalah cenderung
hasil yang memuaskan dimana kesuksesan lebih tenang.
seseorang atau kualitas diri mereka tidak
Komponen yang ketiga dalam
hanya dari segi intelektual saja melainkan
kecerdasan emosional (EQ) adalah
juga dari segi emosional (EQ).
kemampuan memotivasi diri sendiri,
Selama pengamatan berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu
peneliti melihat bahwa siswa-siswi yang siswa sebagai berikut :
mempunyai prestasi akademik bagus lebih “ Dalam hal belajar dan mengejar cita-cita
bisa memahami emosi mereka dan saya selalu optimis dan tidak akan
mengelolanya dengan baik sebagaimana menyerah, sebisa mungkin saya berusaha
yang terkandung dalam komponen untuk percaya diri menggapai cita-cita
kecrrdasan emosional (EQ) yang pertama saya. Saya harus menjadi yang terbaik,
dan kedua, yakni mengenali emosi diri dan semangat yang saya peroleh selain
sendiri dan mampu mengelola emosi dari orang tua dan Guru, yang paling besar
tersebut, hal ini seperti yang sudah adalah dari diri sendiri yang sadar akan
dituturkan oleh salah satu siswa Kelas VI pentingnya menjadi orang yang
SD Negeri 4 Bilokka yang mengatakan :
sukses”.
“ Saya bisa mengetahui emosi saya,
seperti ketika saya sedang sedih atau Orang yang memiliki dan mampu
senang, saya tahu apa penyebabnya. Dan mengaktualisasikan kecerdasan
emosionalnya salah satu cirinya adalah,
10
mereka mempunyai kepercayaan diri yang siswa-siswi yang prestasi akademiknya
tinggi atau optimis dan bisa memotivasi bagus banyak disukai tema-temannya dan
dirinya sendiri untuk menuju kearah yang gurunya dengan alasan karena anaknya
lebih baik lagi. selain pintar juga menyenangkan, baik dan
sopan. Hal ini diungkapkan oleh salah
Ciri yang keempat dalam
satu temannya sebagai berikut :
manajeman kecerdasan emosional (EQ)
adalah kemampuan untuk mengenali “ Kalau siswa itu anaknya menyenangkan
perasaan orang lain, hal ini terlihat dari Bu, suka bergaul dengan siapa saja, sopan
hasil wawancara dengan siswi yang walaupun pintar tapi tidak sombong dan
mempunyai kualitas akademik yang mau mengajari teman- temannya apabila
bagus, yakni siswi Kelas VI, teman-temannya tidak mampu dalam
mengungkapkan : suatu pelajaran tertentu. Sehingga kami
anak kelas VI nyaman apabila berteman
“ Ketika ada teman yang sedang sedih
dengannya “.
atau diam tidak seperti biasanya, saya
langsung datengin Bu dan saya tanya apa Bersikap baik kepada teman ini
masalahnya siapa tahu saya bisa jadi juga ditunjukkan oleh Muhammad
temen berbagi buat dia. Tapi kalau Andyka siswa Kelas VI, ketika peneliti
anaknya tidak bisa terbuka ya saya bertanya bagaimana bersikap kepada
biarkan, mungkin memang dia anaknya orang yang membuat salah kepada kita,
tertutup dan saya tunggu mungkin saja dia maka dia menjawab sebagai berikut :
mau terbuka kepada saya. Kalau ada
“ Saya sebisa mungkin untuk bersikap
teman yang senang, saya juga ikut senang
baik dengannya, dan tidak membalas apa
Bu, dan saya tidak ingin membuat hati
yang sudah dia lakukan kepada saya
teman saya sakit”.
walaupun saya menahan tetapi saya tidak
Pernyataan tersebut dibenarkan akan marah kepadanya dan tetap baik
oleh salah satu temannya : kepadanya. Mungkin agak berubah sedikit
dari sikap saya yang pertama saja sebelum
“ Fifeka tu anaknya rame Bu dan enak di
dia membuat salah kepada saya”.
ajak temenan, dia baek banget sama
temennya kalau bisa dibilang she, dia Lain halnya yang terjadi di kelas
pengertian gitu sama temennya. Tapi ya VI yang lain, ketika peneliti bertanya
gitu dia agak moody anaknya” kepada seorang siswa tentang bagaimana
sikap dan pergaulan dari siswi yang
Komponen yang terakhir adalah
mendapat peringkat pertama dikelasnya,
kemampuan membina hubungan dengan
orang lain. Komponen yang terakhir ini siswa dengan inisial J, N, dan C ini
menjawab serempak sebagai berikut :
adalah yang sangat penting, dimana
kecerdasan emosional seseorang bisa “ Anaknya tidak menyenangkan Bu, kalau
dilihat apakah dia disenangi oleh orang berteman suka memilih dengan yang
lain dalam pergaulannya dan apakah dia pintar-pintar saja. Jarang berteman dengan
orang yang termasuk mudah dalam kita, dan kalau ada tugas dari Guru kalau
menjalin hubungan dengan orang lain dan dia sudah selesai langsung dikumpulkan
bisa berkomunikasi dengan baik. sendiri tidak menunggu yang lain, egois
Mengenai komponen yang terakhir anaknya Bu”.
ini, peneliti mengamati bahwa sikap

11
Sekiranya penjelasan dari hasil berdasarkan imtaq dan iptek”. Maka bisa
pengamatan dan hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa SD Negeri 4 Bilokka
bisa disimpulkan, rata-rata siswa-siswi SD mempunyai tugas untuk membina siswa-
Negeri 4 Bilokka yang mempunyai sisiwinya menjadi manusia yang
prestasi akademik bagus dalam berkualitas secara intelektual, emosional
mengaktualisasikan kecerdasan emosi dan spiritual
(EQ) sudah berjalan dengan baik,
Kecerdasan spiritual (SQ)
walaupun masih ada yang belum bisa
sederhananya diartikan sebagai
optimal atau masih kurang optimal dalam
kemampuan untuk memberi nilai atau
pelaksanaannya.
memberi makna terhadap suatu kejadian
Aktualisasi Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam kehidupan. Dalam penelitian ini,
Siswa sebagai upaya meningkatkan subjek yang diteliti adalah remaja yang
kualitas diri di SD Negeri 4 Bilokka sedang dalam pencarian jati diri dan masih
belum mampu untuk memberi makna
Dalam mencapai sebuah kehidupan, sehingga peneliti membatasi
kesuksesan ataupun dalam rangka komponen kecerdasan spiritual ( SQ)
meningkatkan kualitas diri tidak hanya dalam tiga hal, pertama disiplin,
meningkatkan kualitas intelektual dan kejujuran, ketaatan dalam menjalankan
kualitas emosional, lebih dari itu semua perintah agama, jika disekolah dengan
ada suatu kecerdasan yang paling utama ditunjukkan oleh keaktifan siswa dalam
yang harus diaktualisasikan dalam mengikuti kegiatan agama di SD Negeri 4
membentuk manusia yang berkualitas, Bilokka
yakni kecerdasan spiritual (SQ). Selama dalam pengamatan,
SD Negeri 4 Bilokka adalah peneliti dibuat terkagum-kagum akan
sekolah dengan landasan pluralitas agama, disiplin yang tinggi dari siswa-siswi SD
dimana muridnya bukan beragama Islam Negeri 4 Bilokka khususnya yang
semua melainkan 15 % dari 100 % murid memiliki prestasi akademik yang bagus.
di SD Negeri 4 Bilokka beragama nasrani, Seperti contoh, mereka tidak pernah
khatolik. Dalam hal ini setiap agama ada terlambat datang ke sekolah,
pembinaannya masing-masing oleh Guru mengumpulkan tugas kepada Guru tepat
yang sesuai dengan agamanya. Misalkan waktu.
bagi yang nasrani ada pelajaran agama Hal ini juga diungkapkan oleh
nasrani oleh Guru yang beragama nasrani. siswi yang berprestasi, yaitu Raras
Perbedaan agama ini atau Ariandi siswi Kelas VI ketika peneliti
pluralitas yang terjadi di SD Negeri 4 bertanya tentang kedisiplinan, jawabannya
Bilokka tidak menjadikan sebuah adalah sebagai berikut:
perbedaan dalam menjalin hubungan “ Saya tidak pernah terlambat sekolah dan
antara siswa-siswinya. Bahkan mereka selalu berusaha tidak terlambat masuk
sangat terlihat akrab dan saling sekolah. Karena merasa bersalah dan tidak
menghormati satu sama lain tanpa ada enak apabila terlambat, begitu pula dalam
perbedaan agama dalan berteman. pengumpulan tugas kepada Guru saya
Sesuai dengan Visi SD Negeri 4 berusaha untuk tepat waktu”.
Bilokka yakni, “ Terwujudnya lulusan
yang berkualitas unggul yang
12
Hal yang senada juga diungkapkan “ Pernah Bu, kalau pas lagi ulangan atau
oleh teman Raras, yakni VI, sebagai ujian akhir semester (UAS) biasanya pas
berikut : lagi materi yang tidak saya suka saya
tidak belajar dan mencontek sama teman
“ Raras itu tidak pernah telat Bu, gak
Bu, kayaknya udah jadi kebiasaan Bu
kayak saya. Dia anaknya disiplin kok Bu,
mencontek itu soalnya teman-teman yang
ngumpulin tugas kepada Guru juga tidak
lain juga mencontek kok Bu jadi saya
pernah telat”.
tidak takut”.
Pada umumnya, siswa yang Hal yang senada juga disampaikan
mempunyai kecerdasan spiritual tinggi oleh Raras Ariandi kelas VI, sebagaimana
memiliki kesadaran diri untuk selalu hasil wawancara berikut :
menghargai waktu dan memanfaatkannya
dengan baik. Sehingga mereka bisa “ Saya pernah mencontek juga Bu, ketika
berprestasi dan secara akademik mereka tidak bisa mengerjakan soal yang sulit
bisa mendapatkan peringkat yang bagus. daripada kosong ntar nilianya kurang
banyak, jadinya saya mencontek sama
Komponen yang kedua dalam temen lain yang bisa. Walaupun nanti
kecerdasan spiritual (SQ) adalah apabila nilainya bagus tetap tidak
kejujuran, dimana kecerdasan spiritual memuaskan karena bukan dari hasil
(SQ) adalah mampu menjunjung tinggi pemikiran sendiri”.
nilai sebuah kejujuran, karena dengan
kesadaran bahwa segala sesuatu yang Pernyataan tersebut dibenarkan
didasarkan dengan kejujuran akan bernilai oleh teman mereka, sebagai berikut :
tinggi. Dalam hal ini, nilai kejujuran yang “ Teman-teman yang juara 1,2,3 itu Bu
dijunjung tingggi siswa terletak dimana kalau ujian biasanya juga mengajari kita
siswa bisa jujur dalam mengerjakan soal yang tidak begitu bisa ini Bu, kadang juga
ketika ulangan harian dan ujian akhir mereka mencontek sedikit walaupun tidak
semester. semuanya.”
Di berbagai media sudah banyak Hasil wawancara tersebut
tulisan-tulisan yang mengkritik dunia menyebutkan, bahwa dalam dunia
pendidikan masa kini. Dimana para pendidikan kecerdasan spiritual masih
praktisi mempermasalahkan tentang sangat minim sekali diaktualisasikan
kehidupan pendidikan yang tidak terutama masalah kejujuran dalam
mendahulukan nilai kejujuran, sebagai mengerjakan ulangan, bahkan yang
contoh pelaksanaan UN yang masih melakukan tindakan tidak jujur adalah
banyak terdapat kecurangan. Hal ini siswa-siswi yang mempunyai nilai
disebabkan karena peranan kecerdasan akademik bagus.
spiritual (SQ) dalam dunia pendidikan
masih belum optimal. Namun, lain halnya dengan salah
satu siswa di SD Negeri 4 Bilokka ini.
Seperti dituturkan oleh siswa yang
Ketika peneliti bertanya pernah
berprestasi, bahwa dalam melaksanakan
mencontek maka dengan tegas Fajar
ujian atau ulangan harian mereka masih
mengatakan seabagai berikut:
mencontek, sebagaimana dituturkan oleh
siswa, ketika peneliti bertanya tentang “ Alhamdulillah sejauh saya sekolah ini
pernahkah mencontek adalah sebagai saya tidak pernah mencontek Bu, karena
berikut: itu sudah menjadi prinsip saya. Saya
13
sekolah bukan tujuan utama mencari nilai, dimana disana bisa ditemui siswa dan
tetapi mencari ilmu jadi saya harus siswi yang sedang menyempatkan dirinya
berusaha sendiri. Saya juga merasa untuk melaksanakan shalat Dzuha. Ketika
walaupun Guru tidak mengetahui bahwa istirahat siang dan tepat waktu dzuhur,
kita mencontek, tetapi ALLAH SWT maka mushola dipenuhi oleh siswa-siswi
Melihat perbuatan kita ini salah satunya yang akan melaksanakan shalat dzuhur
yang membuat saya tidak berani berjama’ah, bahkan mereka rela antri dan
mencontek”. menunggu giliran wudlu dan berjama’ah.
Fajar Gusmi adalah siswa yang Namun ketika peneliti melakukan
berprestasi akademik, dikelasnya dia wawancara terhadap siswa-siswi yang
menempati peringkat yang kedua. Dengan berprestasi akademik jawaban yang
hasil wawancara dan pengamatan peneliti terima cukup mengecewakan dan
menunjukkan bahwa Fajar selain sekaligus memuaskan. Seperti yang
mempunyai kecerdasan intelektual yang dituturkan oleh Raras Andriani, Kelas VI
bagus, juga mempunyai kecerdasan SD Negeri 4 Bilokka, sebagai berikut :
spiritual yang bagus pula, teman-
“ Shalat saya masih suka bolong Bu,
temannya juga mengatakan hal yang
terutama pada waktu shalat shubuh karena
senada dengan peneliti. Berarti dalam hal
kesiangan bangunnya jadi tidak bisa
ini, Fajar sudah mengaktualisasikan
mendirikan shalat shubuh”.
kecerdasan spiritual (SQ) dengan baik.
Uraian di atas masih belum cukup Hal senada juda disampaikan salah satu
untuk menjawab pertanyaan tentang siswa, sebagaimana berikut :
bagaimana siswa yang berkualitas di SD “ Saya juga masih suka bolong Bu
Negeri 4 Bilokka bisa mengaktualisasikan shalatnya, seringnya di shalat shubuh.
kecerdasan spiritualnya sebagai upaya Karena ngantuk akhirnya tidak shalat,
meningkatkan kualitas dirinya. Komponen padahal mama sudah bangunin untuk
yang terakhir dalam kecerdasan spiritual shalat shubuh, tapi saya kalau sudah
ini setidaknya mampu menjawab segala nagntuk akhirnya bangun kesiangan dan
permasalahan, yakni sejauh mana siswa tidak shalat shubuh, kalau shalat yang lain
yang berprestasi tersebut menjalankan Insya Allah sudah bisa dilaksanakan
perintah agama. dengan baik”.
Dikarenakan dalam penelitian ini, Ternyata faktanya, siswa-siswi
semua informan kebetulan beragama yang berprestasi ini belum bisa
islam sehingga memudahkan peneliti sepenuhnya menjalankan perintah agama
untuk menggali informasi tentang yang paling utama, yakni shalat lima
bagaimana mereka menjalankan perintah waktu. Mereka rata-rata tidak bisa
agama Islam. Yang menjadi tolok ukur mendirikan shalat shubuh dikarenakan
utama adalah masalah shalat lima waktu, bangun kesiangan.
selama dalam pengamatan peneliti melihat
Jawaban yang memuaskan peneliti
bahwa rata- rata siswa-siswi SD Negeri 4
peroleh ketika mewawancarai siswa yang
Bilokka sudah baik dalam menjalankan
berprestasi juga, sebagaimana berikut:
ajaran agama Islam. Hal ini terlihat pada
waktu istirahat pagi, di mushola SD “ Alhamdulillah shalat saya tidak pernah
Negeri 4 Bilokka terlihat sebuah bolong Bu, selama ini saya selalu menjaga
pemandangan yang menyejukkan mata hubungan saya dengan Allah SWT dengan
14
berusaha untuk mendirikan shalat lima agama Islam. Kenyataannya, mereka
waktu, karena itu adalah kewajiban bagi masih bergantung pada penilaian dan
seorang islam". absen, jadi seandainya tidak ada absen dan
penilaian maka mereka enggan datang
Selain yang sudah diterangkan
mengikuti kegiatan tersebut. Dan yang
diatas, aktualisasi kecerdasan spiritual
hadir hanya siswa-siswi yang menyadari
(SQ) ini bisa dilihat dari keaktifan siswa
pentingnya kegiatan tersebut untuk
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
menambah ilmu agama mereka, yakni
keagamaan, khususnya kegiatan agama
siswa-siswi yang kualitas akademiknya
islam. Menurut hasil pengamatan peneliti,
bagus.
siswa-siswi SD Negeri 4 Bilokka enggan
atau masih merasa berat mengikuti Faktor yang mempengaruhi aktualisasi
kegiatan- kegiatan keagamaan. Hal ini kecerdasan emosional (EQ) dan
bisa dilihat dari kegiatan rutin hari jum’at kecerdasan spiritual (SQ) siswa sebagai
yakni Keputrian yang dilaksanakan di upaya meningkatkan kualitas diri
mushola SD Negeri 4 Bilokka, dari kelas dalam proses pembelajaran.
yang mendapat giliran hanya datang lima
sampai enam siswi, itupun masih Dalam rangka mengaktualisasikan
menggunakan absen. kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) sangat
Siswa-siswi SD Negeri 4 Bilokka dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dalam mengikuti kegiatan keagamaan sangat mendominasi, baik itu berasal dari
seperti istighosah, dzikir akbar, dan sekolah, maupun luar sekolah dalam hal
keputrian melaksanakannya karena ada ini adalah lingkungan keluarga.
penilaian atau ada absen. Hal ini seperti
Melalui pengamatan yang
yang disampaikan oieh Guru Agama
dilakukan peneliti, bisa diambil satu faktor
Islam SD Negeri 4 Bilokka sebagai
yang sangat dominan dalam
berikut :
mengaktualisasikan dua kecerdasan
” Anak-anak itu mau mengikuti kegiatan- tersebut (EQ dan SQ), yakni lingkungan.
kegiatan agama islam seperti istighosah Dimana dia tinggal dan peraturan atau
dan laian-lain itu karena takut ada perhatian yang mereka dapat dari seorang
penilaian dan ada absen, rata- rata mereka teman, keluarga dan Guru.
enggan mengikuti kegiatan agama Islam.
Dari hasil wawancara dengan Guru
Sehingga terkesan mereka terpaksa
BK kelas VI SD Negeri 4 Bilokka,
mengikuti karena da penilaian dan absen,
mengatakan sebagai berikut :
lain halnya anak-anak yang pintar rata-
rata mereka rajin dan dengan kesadaran “ Faktor yang paling utama adalah dari
diri keluarga, bagaimana latar belakang
keluarganya dalam memberi pendidikan
mengikuti kegiatan-kegiatan agama
dan perhatian. Baik pelajaran agama dan
Islam”.
perhatian berupa kasih sayang yang
Dari penjelasan ibu mukarromah akhirnya bisa membentuk emosi anak
bisa mewakili keadaan spiritual siswa- dengan baik. Bisa diambil contoh, jika
siswi SD Negeri 4 Bilokka dalam agama orang tuanya tidak kuat, bisa
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dipastikan anak tersebut kecerdasan
khusus dalam hal ini adalah kegiatan spiritualnya masih sangat kurang bisa

15
diaktualisasikan, begitu pula dengan Sedangkan peraturan tata tertib di
perhatian yang bisa membentuk anak sekolah terkesan memaksa siswa-siswi
untuk bisa menghargai orang lain”. untuk bersikap baik dan sopan. Sebagai
contoh, apabila terlambat masuk sekolah,
maka siswa akan menadapatkan point
Hal senada juga diungkapkan oleh kesalahan. Sehinggga dengan adanya
Guru Agama Islam : peraturan di sekolah secara langsung
“ Keluarga adalah sangat mempengaruhi memberi pengaruh dalam aktualisasi dua
kecerdasan spiritual anak, dimana jika kecerdasan tersebut, yakni EQ dan SQ,
anak dididik dengan pendidikan agama dalam hal terlambat sekolah mendorong
yang bagus, niscaya anak tersebut bisa siswa untuk disiplin.
mengaktualisasikan kecerdasan spiritual Faktor yang terakhir yang
di sekolah dengan baik”. mempengaruhi siswa dalam
Wali kelas VI juga mengungkapkan hal mengaktualisasikan kecerdasan emosional
yang sama, yaitu: dan spiritual adalah pergaulan dengan
teman sebayanya di sekolah. hal ini
“ Kecerdasan emosional anak sangat
seperti yang diungkapkan oleh Guru BK
dipengaruhi oleh kondisi keluarganya,
SD Negeri 4 Bilokka kelas VI
apabila anak tersebut mendapat perhatian
sebagaimana berikut :
dan kasih sayang yang bagus dari kedua
orang tuanya,maka kecerdasan emosional “Teman juga sangat mendominasi
anak tersebut bisa terasah dengan baik”. seseorang dalam mengaktualisasikan
kecerdasan emosional dan spiritual,
Seperti yang disampaikan oleh
dimana jika anak-anak itu berteman
Muhammad Andyka, kelas VI-1 yakni :
dengan anak-anak yang mempunyai
“ Saya belajar agama di dekat rumah, kepribadian bagus dan bersikapnya juga
kadang-kadang juga mama memanggil bagus, maka anak itu akan secara tidak
ustadz ke rumah untuk mengajari saya dan langsung akan terpengaruh untuk menjadi
keluarga ilmu agama dan belajar baik dan begitu pula sebaliknya”.
membaca Al-Qura’an”.
Seperti yang diungkapkan oleh
Selain faktor yang utama adalah siswa lain kelas VI pada point yang kedua
keluarga , faktor yang berasal dari sekolah tentang menjunjung tinggi kejujuran
juga sangat mempengaruhi, misalkan dengan tidak mencontek dalam ujian,
pergaulan dengan teman-temannya di maka dia menjawab bahwa teman-
sekolah, peraturan sekolah dan pembinaan temannya juga tidak apa-apa mencontek
dari Guru. Kalau pembinaan dari Guru sehingga dia merasa nyaman juga ketika
biasanya dilaksanakan di hari senin dan mencontek.
selasa sebagai ganti apel pagi. Dalam
Hasil dari pengamatan dan
pembinaan tersebut, masing-masing Wali
wawancara sudah cukup untuk
Kelas masuk ke kelas masing-masing dan
mengetahui faktor apa yang
memberi pembinaan baik dari segi etika,
mempengaruhi siswa-siswi SD Negeri 4
emosional dan spiritual. Dalam
Bilokka dalam mengatualisasikan
pembinaan spiritual lebih banyak
kecerdasan emosional dan spiritualnya
dilakukan oleh Guru Agama Islam pada
sebagai upaya meningkatkan kualitas diri
waktu pelajaran agama Islam berlangsung.
dalam proses pembelajaran. Yang mana

16
ditekankan bahwa proses pembelajaran antara mereka yang mencontek. Demikian
disini tujuan yang utama adalah pula ketika ada kegiatan yang
membentuk pribadi yang bagus atau bersangkutan dengan spiritual, rata- rata
akhlak yang bagus, sehingga apa yang siswa SD Negeri 4 Bilokka melakukannya
menjadi Visi SD Negeri 4 Bilokka dapat karena ada penilaian atau absen, berbeda
teracapai. dengan siswa yang mempunyai kualitas
akademik bagus mereka melakukannya
Setelah semua data yang sudah
dengan penuh kesadaran diri akan
diperoleh melalui pengamatan dan
pentingnya ilmu agama.
wawancara sudah dipaparkan
sebagaimana yang tersebut di point yang Ketiga, faktor yang mempengaruhi
sebelumnya, maka peneliti bisa aktualisasi kecerdasan emosional (EQ)
menyimpulkan temuan penelitian yaitu : dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SD
Pertama, aktualisasi kecerdasan Negeri 4 Bilokka bisa dilihat dari hasil
emosional (EQ) siswa SD Negeri 4 wawancara dan pengamatan bahwasanya
yang mempengaruhi adalah latar belakang
Bilokka rata-rata sudah baik. Terutama
keluarga, pembinaan Guru, peraturan
siswa yang kualitas akademiknya bagus,
sekolah dan lingkungan pergaulan. Jika
mereka dalam mengaktualisasikan
siswa tersebut berasal dari keluarga yang
kecerdasan emosionalnya sudah sangat
mengajarkan pendidikan agama secara
bagus. Hal tersebut bisa dilihat dari
intensif, niscaya anak tersebut memiliki
bagaimana mreka bisa mengelola
emosinya, memahami perasaan orang lain kecerdasan spiritual yang bagus dan
dan baik dalam menjalin hubungan begitu pula sebaliknya.
dengan orang lain, baik Guru maupun Peraturan sekolah dalam hal ini
dengan teman-temannya. Walapun masih terkesan memaksa siswa untuk
ada siswa yang berprestasi, namun dalam mengaktualisasikan dua kecerdasan
mengaktualisasikan kecerdasan tersebut karena jika melanggar peraturan
emosionalnya masih kurang seperti yang sekolah, maka ada hukumannya sehingga
sudah dijelaskan di point yang pertama membuat siswa takut dan dengan terpaksa
yakni aktualisasi kecerdasan emosional mematuhi peraturan sekolah tersebut, lain
(EQ) siswa SD Negeri 4 Bilokka halnya dengan siswa yang berprestasi,
Kedua, aktualisasi kecerdasan maka akan sendirinya melaksanakan
peraturan sekolah yang sudah ditentukan.
spiritual (SQ) siswa SD Negeri 4 Bilokka
rata-rata menunjukkan bahwa Faktor lain yang sangat
aktualisasinya sudah cukup bagus. mempengaruhi adalah pergaulan dengan
Kemudian bagaimana dengan siswa yang teman-teman sebayanya, anak dalam usia
akademiknya bagus, apakah mereka remaja akan mudah terpengaruh dengan
kecerdasan spiritualnya juga bagus. pergaulan dan inilah yang sangat
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah mempengaruhi dalam aktualisasi
relatif bagus dan masih harus ada kecerdasan emosional (EQ) dan
pembinaan yang signifikan dan intensif kecerdasan spiritual (SQ) siswa SD
dalam masalah spiritual ini. Dari hasil Negeri 4 Bilokka
pengamatan dan wawancara masih bisa
dilihat adanya siswa yang secara
akademik berkualitas, namun masih suka
absen shalatnya dan juga masih ada di
17
Kesimpulan pengaruh dari pergaulan dengan teman-
Setelah melakukan kajian teoritis dan teman sebaya.
analitis data berdasarkan penelitian dan
penemuan di lapangan tentang aktualisasi DAFTAR PUSTAKA
kecerdasan emosional dan kecerdasan
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Emotional
spiritual siswa sebagai upaya meningkatkan
Spiritual Quotient (ESQ). Jakarta :
kualitas dirinya dalam proses pembelajaran
Arga Publishing.
di SD Negeri 4 Bilokka kelas VI, maka
hasilnya bisa disimpulkan sebagai berikut: AM, Sadirman. 2005. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
1. Dari kelima komponen kecerdasan
Press.
emosional (EQ), yakni mengenali emosi
diri, mengelola emosi, memotivasi diri, A. Partanto Pius, Dahlan Al Barry. 1994. Kamus
mengenali perasaan orang lain, dan Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
membina hubungan tersebut bisa
dilaksanakan oleh siswa-siswi SD Negeri Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
4 Bilokka yang berkualitas dengan baik. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
2. Dari ketiga komponen kecerdasan Rineka Cipta.
spiritual (SQ) yakni, kedisiplinan,
Azwar S. 2006. Pengantar Psikologi Intelegensi.
kejujuran dan taat menjalankan perintah
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Baihaqi
agama yang sudah bisa diaktualisasikan
MIF. Pertautan IQ, EQ, dan SQ.
dengan baik oleh siswa-siswi SD Negeri
4 Bilokka yang berkualitas adalah Chotijah Siti. 2008. Kontribusi EQ dan SQ
komponen kedisiplinan, sedangkan terhadap Prestasi Belajar. Skripsi,
komponen kejujuran dan taat dalam Tidak diterbitkan.
menjalankan perintah agama masih
kurang. Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Faktor yang mempengaruhi aktualisasi
kecerdasan emosional (EQ) dan Faradisa Ratna. Hubungan antara EQ, SQ, dan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa sebagai Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
upaya dalam meningkatkan kualitas diri SMAN 1 Turen. Skripsi,Tidak
dalam proses pembelajaran di SD Negeri diterbitkan.
4 Bilokka kelas VI. Adapun faktor yang
paling utama dalam hal mempengaruhi Goleman Daniel. 2003. Emotional Intelligence,
aktualisasi kecerdasan emosional dan Mengapa EQ Lebih Penting daripada
kecerdasan spiritual adalah latar belakang IQ. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
orang tua, dilihat dari segi latar belakang Utama.
agama, perhatian dan kasih sayang orang
Gunawan, W.Adi. 2004. Born To Be A Genius.
tua. Kemudian dari peraturan sekolah
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
juga pembinaan dari Guru juga
Utama.
mempengaruhi, dan terakhir adalah
18
Hadi Sutrisno. 1991. Metodologi Research II. Lebih Penting daripada EQ. Jakarta :
Jakarta : Andi Offset. PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik Oemar. 2003. Proses Belajar Swastika Fahriana, Ava 2010 Implementasi
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Manajemen Kesiswaan dalam
Harefa Meningkatkan Spiritual Quotient(SQ).
Skripsi, tidak diterbitkan.
Andreas. 2005. Menjadi Manusia Pembelajar.
Jakarta : Kompas. Saharuddin, A., Wijaya, T., Elihami, E., &
Ibrahim, I. (2019). LITERATION OF
Helmi Syafrizal. Pengembangan Kecerdasan EDUCATION AND INNOVATION
Emosional dan Spiritual BUSINESS ENGINEERING
(http://helmi.wordpress.com/2010/3/1 TECHNOLOGY. JURNAL EDUKASI
7/pengembangan_kecerdasan_emosio NONFORMAL, 1(1), 48-55.
na l_dan_spiritual/diakses pada 2 Juli
2017). Wijaya, T., Elihami, E., & Ibrahim, I. (2019).
STUDENT AND FACULTY OF
Nawawi Hadari, Mimi Martini. 1994. Manusia ENGAGEMENT IN NONFORMAL
Berkualitas. Yogyakarta : Gadjah EDUCATION. JURNAL EDUKASI
Mada University Press.
NONFORMAL, 1(1), 139-147.

Tilaar, H.A.R. 1990. Pendidikan dalam


Nggermanto Agus. 2001. Quantum Quotient : Pembangunan Nasional Menyongsong
Kecerdasan Quantum. Bandung : Abad XXI. Jakarta : Balai Pustaka.
Multi Intelligence Centre. Zohar Danar, Ian Marshall. 2001. SQ,
Patton Patricia. 2002. Emotional Intelligence Kecerdasan Spiritual. Bandung :
(EQ), Pengembangan Sukses Lebih Mizan.
Bermakna. Mitra Media.

Pora Yusron. 2007. Selamat Tinggal Sekolah.


Yogyakarta : Medpress.

Shapiro, E Lawrence.2001. Mengajarkan


Emotional Intelligence Pada Anak.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung ; Alfabeta.

Sukidi. 2002. Rahasia Sukses Hidup Bahagia


:Kecerdasan Spiritual “Mengapa SQ

19

Anda mungkin juga menyukai