Anda di halaman 1dari 22

PEMBAHASAN MATERI TEKNIK KOMUNIKASI PADA

PASIEN DAN KELUARGA YANG MENDAPAT PERAWATAN


PALLIATIVE

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,


dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu
pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untu menyelesaikan
masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku
orang lain. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik ini harus
ada unsure kepercayaan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara


sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien,
dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk
penyembuhan pasien

Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:

1. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai


kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain.
2. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
3. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang
yang professional dengan menggunakan pendekatan personal
berdasarkan perasaan dan emosi
5. (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien
yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Memulai
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien
yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan
dirinya,mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak
berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dansaling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik,
orang belajar bagaimana menerima danditerima orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, . jujur dan menerima klien apa adanya, perawat
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalammembina hubungan
saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley
(1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
sertamencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis
dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa
kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
dirinya akan merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis. Klien yang mengalami gangguan identitas
personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami
harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri
yang jelas.
C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu


terbentuknya hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan
membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantar perawat klien.
Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk
membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh
karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik berikut ini :

1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling


menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan
latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga hargadininya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
(trust)harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
danmemberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi
terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai denga sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah
lakunya. Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah
– masalah yang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi.

D. Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan


memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi
terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya
lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus:
a) Jelas dan ringkas
b) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
c) Arti denotatif dan konotatif
d) Selaan dan kesempatan berbicara
e) Waktu dan Relevansi
f) Humor
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat,
pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-
prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a) Lengkap
b) Ringkas
c) Pertimbangan
d) Konkrit
e) Jelas
f) Sopan
g) Benar
3. Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang
telahdiarsipkan.
c) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali
kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
d) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat
perintah,surat pengangkatan.
4. Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a) Adanya dokumen tertulis
b) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c) Dapat meyampaikan ide yang rumit
d) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
h) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis
5. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan


kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-
verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap
pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004)
membagi pesan non verbal sebagai berikut:

a) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam


bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam
pengalihaninformasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja
menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-
pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang
berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk
obat, dan lain-lain.

b) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang”


dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau
antara individudengan objek.

c) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi


jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada
ahli komunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan
menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit.
Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
d) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia


bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.

e) Artifak

Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan berbagai


benda material disekitar kita.

f) Logo dan Warna Kreasi


Perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan
karya komunikasi bisnis.
g) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik


tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari
warna kulitnya,tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk,
gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang
kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan
sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar
mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan
untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh
sumber informasi. (Liliweri, 2007:108)

E. Karakteristik Komunikasi Teraupetik


Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan
kondisinya secara tepat
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

F. Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengar (Listening)Merupakan dasar utama dalam komunikasi.
Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien, memberi
kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang
disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa
aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga kestabilan
emosi/psikologis klien.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:
“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita
bicarakan hari ini?”. Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan
perasaannya, perawat dapat memberi dorongan dengan cara mendengar
atau mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa
tidur karena....”.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh
tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh:
“dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”. Gunanya untuk
kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide
yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
2. Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya.
 Teknik refleksi ini berguna untuk:
- Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
- Mengoreksi.
- Memberi keterangan lebih jelas
 Kerugiannya adalah:
- Mengulang terlalu sering tema yang sama.
- Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang
penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik,
lebih jelas, dan berfokus pada realitas.

Contoh:

Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian
pada pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”

7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan
memberi informasi.

Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.

8. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangan yang Anda jelaskan, Anda
telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
9. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk
bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima
klien.
Misalnya: Klien : “Saya jengkel kepada suami saya.”
Perawat : “Diam (memberi kesempatan klien)”
Klien : “Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang
jelas, kalau saya tanya pasti marah.”
10. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab
panas yang dialami klien.
Klien : “Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah
minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?”
Perawat : “Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi,
dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.”
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk
dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat
mengurangi atau berhenti merokok.

G. Pengertian Paliatif Care


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahasa latin yang berarti “menyelubungi”),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala
klien, bukan berarti kesembuhan. Perawatan paliatif care adalah penedekatan
yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam
jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah
lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).

H. Pengertian Penyakit Kronis

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit


berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering
kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009)

Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa


segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatAn yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit
kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases,
penyakit arthritis.

I. Pengertian Penyakit Terminal


Penyakit terminal adalah suatu kondisi terminal atau proses yang progresif
menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial, dan spiritual bagi individu.

J. Sifat penyakit kronik dan Terminal

Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik


mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :

a. Progresif

Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh


penyakit jantung.

b. Menetap

Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap


pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c. Kambuh

Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi


yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
K. Dampak penyakit kronis dan Terminal terhadap klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien


diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :

a. Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1. Klien menjadi pasif


2. Tergantung
3. Kekanak-kanakan
4. Merasa tidak nyaman
5. Bingung
6. Merasa menderita

b. Dampak somatik

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena


keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
Contoh : DM adanya Trias P

1. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ)


dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).

2. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan


social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

L. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik


a. Persepsi klien terhadap situasi
b. Beratnya penyakit
c. Tersedianya support social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan lingkungan
f. Tersedianya fasilitas kesehatan

M. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-


Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan
kartina, 2009).

N. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan Terminal tekhnik komunikasi

Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam
berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase
mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn
yang di alami pasien.

1. Fase Denial ( pengikraran)

Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok.


Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu
atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari
informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah
letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas
cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

Teknik komunikasi yang di gunakan :


a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif
dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada di dekat klien
c. Pertahankan kontak mata
2. Fase anger ( marah )

Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang


terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat
yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –
orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan
menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan menggepai.

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan


pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan
hearing dan menggunakan teknik respek.

3. Fase bargening ( tawar menawar )

Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara


intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja
kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses
berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “
kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan
adalah memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan
menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.

4. Fase depression

Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan,
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun.

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba


menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.

5. Fase acceptance ( penerimaan )

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase


menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat
saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai
fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah
satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan


waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kematian pasien.

O. Menyampaikan berita buruk

Langkah – langkahnya adalah :

1. Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai macam informasi

Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan


bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak
jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah
segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “

Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat


duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan
tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan
tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak
semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak orang.

Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda
menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal,
tidak erogi atau bergetar.

2. Membuat hubungan

Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang


akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda
sampaikan.

Beberapa tugas penting di awal ;

a. Percakapan awal

Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana
terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa
dia.

Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan
kabar buruk). Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda
harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.

Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam


menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam
mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan
pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?”
3. Berbagi cerita

Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya
akan mengenai semua yang ada lingkungannya.

a. Bicara pelan

Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang


kurang baik untuk anda....

Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.

4. Akibat dari berita

Tunggu reaksi dan tenang

Misal : menangis, pingsan dll

a. Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati

Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda.
Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?

b. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya

Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan


menanyakan

“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di


kemudian? “

Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat

Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika
menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan
perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai
support system bagi diri anda sendiri.
P. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-


Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien


merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan


melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.

3. Kehilangan situasi

Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama


keluarga kelompoknya

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh


seperti panas, nyeri, dll

5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan
harga diri rendah

Q. Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik

Berikut tahapan komunikasi terapeutik dalam keperawatan, diantaranya:

1. Tahap Persiapan/ Pra-interaksi:

Pada tahap ini perawat mengeksplorasi perasaannya, menganalisis


kelebihan dan kekurangan dirinya, dan mengumpulkan informasi mengenai
pasiennya. Kemudian merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Ini
dilakukan untuk mengurangi rasa cemas yang mungkin dialami perawat
ketika pertamakali melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien.

2. Tahap Perkenalan/ Orientasi:

Tahap ini selalu dilakukan ketika dikalukan pertemuan dengan pasien.


Tujuannya untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat. Dalam tahap ini mperawat membina rasa saling percaya, menggali
pikiran dan perasaan pasien,meindentifikasi masalah, dan merumuskan
tujuan interaksi.

3. Tahap Kerja:

Tahap ini merupakan inti proses komunikasi terapeutik. Dalam tahap


ini perawat dituntut untuk dapat membantu klien menyampaikan perasaan
dan pikirannya, lalu menganalisis pesan yang disampaikan serta respon
pasien dan mendefinisikan masalah yang dihadapi pasien serta mencari
pemecahan masalahnya.
4. Tahap Terminasi:

Tahap ini dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara merupakan akhir sesi pertemuan dimana perawat dan
pasien masih akan bertemu kembali di sesi pertemuan lain. Terminasi akhir
dilakukan perawat setelah semua proses keperawatan telah selesai
dilaksanakan. Dalam tahap ini perawat mengevaluasi pencapaian tujuan
interaksi, serta tindak lanjutnya (untuk terminasi sementara).

Anda mungkin juga menyukai