TRANSKULTURAL
Oleh :
IIA / S.Tr Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Psikososial dan Budaya
dalam Keperawatan dengan judul “Globalisasi dan Perspektif Transkultural”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
3.1 Kesimpulan........................................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Suatu semboyan
yang sejak dahulu dikenal dan melekat dengan jati diri bangsa Indonesia
adalah “Bhinneka Tunggal Ika ”. Semboyan tersebut terukir kokoh dalam
cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal Ika menunjukan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang
mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan
agama.
Sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan
visi dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari
krisis tersebut. Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering
kita banggakan namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini
dikarenakan mengatur masyarakat yangheterogen jauh lebih sulit
dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen. Masyarakat yang
heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih
bervariasi dibandingkan dengan masyarakat homogen.Kebhinnekaan dapat
menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan adanya kebhinnekaan
tersebut mudah membuat orang menjadi berbeda pendapat yang pada
akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa kedaerahan atau kesukuan yang
sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari traskultural secara umum.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari perpektif transkultural dalam
keperawatan.
2
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui dan mempelajari traskultural secara umum.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari perpektif transkultural dalam
keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Konsep Transkultural
Kozier Barbara (1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals Of
Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan
adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dan ilmu kesehatan
dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic,philosopi
perawatan,praktik klinis keperawatan,komunikasi dan ilmu sosial.konsep ini
4
ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi
target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat
bio,psiko,sosial,spiritual.Oleh karenanya,tindakan perawatan harus
didasarkan pada tindakan yang komprehensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi
yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial.Budaya yang berupa
norma,adat istiadat menjadi acuan prilaku manusia dalam kehidupan dengan
yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat,selalu
diulangi,membuat manusia terikat dalam proses yang
dijalaninya.Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan
karakter,pola pikir,pola interaksi prilaku yang kesemuanya itu akan
mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan(cultural
nursing approach).
5
taranskultural nursing merupakan suatu area kejadian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut
Dr.Madelini Leininger,studi praktek pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkahlaku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan
tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan keperawatan dan kesehatan
orang banyak dan berbagai kultur.
6
berdasarkan budaya atau keperawatan transkultural, perawat akan mengalami
cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan, dan beberapa akan mengalami disorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri,
pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk
mengungkapkan rasa nyeri dengan berteriak atau menangis. Tetapi bila
seandainya perawat terbiasa dengan hanya meringis jika merasa nyeri, ia akan
menganggap sikap pasien mengganggu dan tidak sopan, maka perawat pun
akan meminta pasien bersuara pelan, bahkan tak jarang akan memarahinya
karena dianggap mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami
oleh perawat ini akan berakibat pada perununan kualitas keperawatan yang
diberikan karena penting bagi perawat untuk memahami cultural sendiri
sebelum memahami keperawatan transkultural. Konsep tentang budaya dan
gambaran perilaku dan sikap yang mencerminkan budaya tertuang dalam
ilmu antropologi kesehatan. Dalam menerapkan keperawatann transkultural,
tak hanya budaya yang harus diperhatikan, namun paradigma keperawatan
pun perlu diingat agar dapat diaplikasikan dalam keperawatan transkultural.
Leoninger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap
empat konsep sentral keperawatan, yaitu manusia, komponen sehat sakit,
lingkungan serta keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
Globalisasi dalam pelayanan kesehatan sangatlah penting. Maksudnya
adalah pada zaman yang serba maju ini, menuntut keperawatan semakin maju
pula mengikuti perkembangan zaman. Orang-orang akan menuntut asuhan
keperawatan yang berkualitas. Dengan adanya zaman globalisasi ini, banyak
orang yang melakukan perpindahan penduduk antar negara (imigrasi)
sehingga memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep
keperawatan didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat.
7
B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Trasnkultural
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada saat
ini, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin tinggi. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar negara menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan. Sehingga, perawat tidak hanya dituntut untuk bisa berkembang
pada masa kini tapi perawat pun harus berkembang dari masa lalu, seperti
kebudayaan klien, latar belakag klien, dan lain sebagainya.
Menurut J.N Giger dan Davidhizar konsep dan prinsip dalam asuhan
keperawatan ada beberapa, antara lain :
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
b. Cultural
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya,
gaya hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang
dilahirkan dari pasangan suku sunda dan batak.
c. Diversity
Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal dari
asuhan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya
individu, kepercayaan, dan tindakan.
d. Etnosentris
Prsepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang
lain.
e. Ras
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.
f. Cultural shock
Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
8
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi.
g. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras, etnik, jenis
kelamin, sosial, dan lain sebagainya.
h. Sterotyping
Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota dari
kelompok budaya adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa
semua orang Indonesia menyukai nasi.
i. Assimilation
Suatu proses individu untuk membangun identitas kebudayaannya,
sehingga akan menghilangkan budaya kelompoknya dan memperoleh
budaya baru.
j. Prejudice
Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin lebih
suka untuk menghukum terlebih dahulu suatu anggota.
9
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
2. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang, dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
3. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-
budaya yang dimiliki oleh orang lain.
4. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang
lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.
5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
6. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok
berdasarkan ras, etnis, gender, kelas sosial.
7. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien
sebagai akibat perawat tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan
kepercayaan.
8. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri
yang dinyatakan oleh orang tersebut) dan private pain (pasien tidak
mengatakan mengenai rasa nyerinya).
9. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
10
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin
kembali lagi (Leininger: 1985).
10. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis
sama. Contohnya, seorang perawat menganggap semua orang Itali
bersifat public pain. Stereotyping dapat disebabkan karena generalisasi
hasil penelitian, bisa juga tidak ada hubungannya dengan kenyataan,
yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi.
11
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya
klien.
12
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah
: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
13
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
jangan menggunakan asumsi
jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang
pelit, orang jawa halus
menerima dan memahami metode komunikasi
menghargai perbedaan individual
mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu
14
tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.
15
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
tentangproses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
16
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat
dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepda manusia (Leininger, 2002). Proses
keperawatan transcultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan
budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami menerima saran dan masukan dari berbagai pihak agar
makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,
Inc.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby
Afifah, E. (n.d.). Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam
Keperawatan.http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturaln
ursing.pdf, Diakses pada tanggal 4 September 2020.
Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit
Gosyen Publishing.
Afifah,Efy. Unit 2 Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam
Keperawatan.
Andrew. M & Boyle. J.S, (1995), Transkulutural Concepts in Nursing Care, 2nd
Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
Giger.J.J & Davidhzar. R.E (1995), Transkultural Nursing : Assesment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri, Mosby Year Book Inc
19