Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Anastasya Cahya Lestari (1914301061)
2. Herma Yanti (1914301062)
3. Riska Amilia (1914301075)
4. Dila Nopiyana Pubian (1914301089)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul " Tinjauan Agama dan Budaya tentang Penyakit Kronik" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perawatan Peliatif..................................................................................2
2.2 Definisi Penyakit Kronik.....................................................................................2
2.3 Spiritualitas..........................................................................................................2
2.4 Spiritual Care.......................................................................................................5
2.5 Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Peliatif..............................................9
2.6 Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan pada Penyakit Kronis Peliatif...........9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Spiritualitas
A. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta, sebagai contoh seorang yang percaya kepada Allah sebagai pencipta
atau sebagai Maha Kuasa. Spriritualitas adalah kebutuhan dasar manusia yang
berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan untuk menemukan
arti kehidupan dan tujuan hidup agar mendapatkan kekuatan, kedamaian, dan rasa
optimis dalam menjalankan kehidupan.
B. Fungsi Spiritualitas
Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup para individu.
Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat
stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat
2
diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit
tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti.
Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya
sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan
bagi individu.
C. Karakteristik Spiritualitas
Pemenuhan spiritualitas harus berdasarkan 4 karakteristik spiritual itu sendiri. Ada
beberapa karakteristik yang dimiliki spiritual, adapun karakteristik itu antara lain:
1. Hubungan dengan diri sendiri
2. Hubungan dengan orang lain atau sesama
3. Hubungan dengan alam
4. Hubungan dengan Tuhan
3
kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk
mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala
pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab dan timbul perasaan akan
penghargaan terhadap kepercayaan.
d. Pada masa dewasa pertengahan dan lansia, spiritualitas pada masa ini yaitu
semakin kuatnya kepercayaan diri yang dimiliki dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang
sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi
kenyataan.
2) Keluarga
Keuarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas seseorang. Keluarga
merupakan tempat pertama kali seseorang memperoleh pengalaman, pelajaran
hidup, dan pandangan hidup.
3) Budaya
Pemenuhan spiritualitas budaya berbeda-beda pada setiap budaya. Budaya dan
spiritualitas menjadi dasar seseorang dalam melakukan sesuatu dan menjalani
cobaan atau masalah dalam hidup dengan seimbang.
4) Agama
Agama sangat mempengaruhi spiritual individu. Agama merupakan cara dalam
pemeliharaan hidup terhadap segala aspek kehidupan.
5) Pengalaman hidup
Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup dapat menyebabkan orang bersyukur
ataupun tidak bersyukur.
4
dialami seseorang merupakan pengalaman spiritualitas yang bersifat fisik dan
emosional.
5
pasien berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yang berfokus pada menghormati
pasien, interakai yang ramah dan simpatik, mendengar dengan penuh perhatian,
memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan kebutuhan pasien,
memberikan kekuatan pada pasien dan memberdayakan mereka terkait dengan
penyakitnya, dan tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien
tentang agamanya.
6
8. Apa harapan-harapan anda dan sumber-sumber kekuatan anda sekarang?
9. Apa yang membuat anda merasa nyaman selama masa-masa sulit ini?
2. Perilaku
Apakah pasien berdoa sebelum makan atau pada waktu lainnya atau membaca
literatur keagamaan?, Apakah pasien mengalami mimpi buruk dan gangguan tidur
atau mengekspresikan kemarahan pada Tuhan?
3. Verbalisasi
Apalah pasien menyebutkan tentang Tuhan atau kekuatan yang Maha Tinggi,
tentang doa-doa, keyakinan, masjid, gereja, kuil, pemimpin spiritual, atau topik-
topik keagamaan?, Apakah pasien menanyakan kunjungan pemuka agama?,
Apakah pasien mengekspresikan ketakutannya akan kematian?.
5. Hubungan intetpersonal
Siapa yang berkunjung?, Apakah pasien berespon terhadap pengunjung?, Apakah
ada pemuka agama yang datang?, Apakah pasien bersosialisasi dengan pasien
lainnya atau staf perawat?.
7
1. Ketidakmampuan perawat untuk berkomunikasi
Komunikasi yang tidak efektif dapat mengakibatkan pasien tidak mampu
mengungkapkan kebutuhan spiritualnya.
2. Ambigu
Ambigu terjadi ketika adanya perbedaan keyakinan antara perawat dengan pasien.
Perawat akan merasa kebingungan, takut salah, dan menganggap spiritual terlalu
sensitiv dan merupakan hak pribadi pasien.
8
8. Gender
Perawat wanita lebih berempati terhadap perasaan orang lain, penyayang, cepat
merasa iba, dan menghibur orang lain.
9. Pengalaman kerja
Perawat yang berpengalaman lebih dari 3 tahun memiliki kepercayaan yang
tinggi tentang spiritual care daripada perawat yang memiliki pengalaman kurang
dari 3 tahun.
9
yang datang ke dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat
kita terhadap hal-hal yang berdifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki
Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan di masyarakat sebagai
bagian dari kearifan lokal
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun
merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman
magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti di atas sangat dipercayai
oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada di masyarakat itu diperkuat
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
Oleh karena itu, sebagai seorang perawat yang berpendidikan sudah seharusnya
memberikan pengertian kepada pasiennya mengenai cara dan sistem pengobatan yang
benar.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan peliatif tidak hanya berfokus kepada keperawatan pengelolaan kebutuhan
nyeri, pengelolaan kebutuhan fisik lain, maupun pemberian intervensi pada asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial saja tetapi kita tahu fungsi perawat
sebelumnya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan peliatif yaitu
kultural dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita.
3.2 Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan atau
mendekatkan diri kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada
pasien kronis/terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa
kehidupan ini tidaklah semua abadi, pastilah semua makhluk hidup akan wafat pada
akhirnya. Akan lebih meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan
fisiknya siap menerima keadaan sampai dengan akhir hayatnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, S., Beckwith, S. K., Clark, D., Cleary, J., Falzon, D., Glaziou, P., et al. (2014).
Global Atlas of Pelliative Care at the End of Life. (S. R. Connor, & M. C. Bermedo,
Penyunt)) Worldwide Pelliative Care Aliance.
KEMENKES. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
KEMENKES. (2026). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Margaret, O., & Sanchia, A. (2016). Pelliative Care Nursing: Aguide to Practice Second
Edition. New York: CRC Press.
Nurwijaya, H., dkk. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker. Jakarta: Kemenkes RI.
E. Hamzah, “Pelliative Care in the Community,” (Kertas Kerja, The International Conference
on Health Sciences, Sunway Pyramid Convention Centre, Subang Jaya, 2005).
C. Puchalski, B. Ferrell & R. Virani, “Improving the Quality of Spiritual Care as a
Dimension pf Pelliative Care: The Report of the Consensus Conference,” Journal of
Pelliative Medicine, 12(10) (2009), 885.
C. Faull, Y. Carter, & R. Woof, Handbook of Pelliative Care (United Kingdom: Blackwell
Science, 1998), 3.
M. M. Groot, M. J. Vernooij-Dassen, B. J. Crul, & R. P. Grol, ”General Practitioners (Gps)
and Pelliative Care: Percieved Tasks and Barries in Daily Practice,” Pelliative
Medicine 19(2) (2005), 113.
Peter J Franks, C. Salisbury., Nick Bosanquiet et al. “The Level of Need for Pelliative Care:
A Systemtic Review of theLiterature,” Pelliative Medicine, 14(2000), 97.
12