Anda di halaman 1dari 38

Konsep ASKEP Jiwa

Kehilangan dan
distress spiritual

Ns. Herlina, M.Kep.Sp.Kep.Kom


Tim Jiwa Masyarakat FKp UR
Konsep kehilangan

• Duka cita mengacu pada emosi yang


subjektif (apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
dirasakan individu) dan afek yang merupakan
respon yang normal terhadap pengalaman
kehilangan (proses berpikir, berkata dan
merasa) (Varcarolis, 1998).
Tipe-tipe kehilangan sesuai dengan
hierarki Maslow

• Kehilangan fisiologis (kehilangan fungsi


tubuh)
• Kehilangan keselamatan (KDRT)
• Kehilangan keamanan dan rasa memiliki
(kematian, perceraian)
• Kehilangan harga diri (kehilangan peran
dlm bekerja atau persepsi tentang diri
sendiri berubah)
• Kehilangan yang berhubungan dengan
aktualisasi diri (gagal menyelesaikan
pendidikan)
Tanda dan gejala kehilangan

• Ungapkan kehilangan
• menangis
• Gangguan tidur
• Kehilangan nafsu makan
• Sulit berkonsentrasi
• Karakteristik berduka yang berkepanjangan :
mengingkari kenyataan, sedih
berkepanjangan, adanya gejala fisik yang
berat, keinginan untuk bunuh diri
Tahapan berduka mnt Kubler-Ross
(CMHN, 2007 hal. 93)
Respon berduka
1. penyangkalan/mengingkari : Mengingkari
kenyataan yang ada
Respon perilaku : menolak mempercayai bahwa
kehilangan terjadi
2. Marah : mencari indv yang salah dalam peristiwa
kematian
Respon perilaku : klien dan keluarga langsung
marah terhadap berita kehilangan
3. Tawar menawar : keinginan menunda realitas
Respon perilaku : meminta perundingan (menawar)
untuk menghindari kehilangan
Respon berduka
4. Depresi : kenyataan tidak dapat dipungkiri
Respon perilaku :
• Berkabung yang berlebihan
• Tidak dapat melakukan apapun
• Bicara sesuka hati
• Menarik diri, termenung
• Sedih, menangis
5. penerimaan: berusaha menerima dan adaptasi
Respon perilaku :
• Mulai menerima arti kehilangan
• Tidak bergantung pada individu yang mendukung
• Mulai membuat perencaan
Dimensi proses berduka
(Schneider, 1984)
1. Respon kognitif terhadap berduka
2. Respon emosional terhadap berduka
3. Respon spiritual terhadap berduka
4. Respon perilaku terhadap berduka
5. Respon fisiologis terhadap berduka
Dimensi proses berduka (Schneider, 1984)
1. Respon kognitif terhadap berduka
• Mempertanyakan dan berupaya
menemukan makna kehilangan
• Berupaya mempertahankan keberadaan
orang yang meninggal
Terjadi perubahan pemikiran dan sikap
kemudian menilai yang dia miliki,
memandang dunia secara realistis dan
mengevaluasi tentang keyanikanan
spiritualitas
Dimensi proses berduka (Schneider, 1984)
2. Respon emosional terhadap berduka
• Fase mati rasa
• Fase Kerinduan dan pencarian
• Fase disorganiasi dan keputusasaan (
memahami kehilangan akan tetap ada, pola
pemikiran,perasaan dan terkait tindakan
perlu dirubah)
• Fase reorganisasi akhir (membangun
kembali rasa identitas personal, arah atau
tujuan hidup; mandiri dan rasa percaya diri)
Dimensi proses berduka (Schneider, 1984)
3. Respon spiritual terhadap berduka
Kebutuhan spiritual indv yang berduka
merupakan aspek ASKEP yang sangat
penting.
Perawat dapat mengkaji penderitaan klien
dengan memberikan kesempatan untuk
menceritakan penderitaan membantu
transformasi psikospiritual (pengalamn
psikologis dan spiritual) yang berkembang
dalam proses berduka
Dimensi proses berduka (Schneider, 1984)
4. Respon perilaku terhadap berduka
Merupakan proses yang mudah diobservasi
dengan memberikan bimbingan pendukung
untuk mengkaji keadaan emosional dan
kognitif klien dengan perawat memberi
konsteks penerimaan ketika mengkaji
perilaku klien spt mengamati indv yang
berduka ( menangis teriak gelisah
Dimensi proses berduka (Schneider, 1984)
4. Respon fisiologis terhadap berduka
Gejala respon fisiologis tubuh terhadap duka
cita yang menjadi sumber kecemasan
kekhawatiran bagi klg atau perawat karena
bbrp klien akan mengalami insomnia, sakit
kepala, gangguan nafsu makan, tidak
bertenaga, gangguan pencernaan, sistem
imun dan endokrin (gejala
psikogenik/gangguan jiwa dan emosional
atau somatik).
Distress
spiritual
• Spiritualitas memberi dimensi luas pada
pandangan holistik kemanusiaan.
• Kesehatan seseorang bergantung pada
keseimbangan variabel fisik, psikologis,
sosialogis, kultural, perkembangan dan
spiritual.
Spiritualitas sbg konsep dua dimensi:
1. Dimensi VERTIKAL adalah hubungan dgn Tuhan
atau Yang Maha Tinggi yg menuntun kehidupan
seseorang
2. Dimensi HORIZONTAL adalah hubungan
seseorang dgn diri sendiri, orang lain dan dgn
lingkungan
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan
dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya
dgn Tuhan (Carson, 1989).
• Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang
berarti bernafas atau angin. Ini berarti segala
sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari
kehidupan seseorang (McEwan, 2005). Spiritual
adalah keyakinan dalam hubungannya dengan
yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid,
1999).
• Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap
individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan
dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter &
Perry, 1999)
KONSEP-KONSEP YANG
TERKAIT DENGAN SPIRITUAL

• Religi
• Dimensi psikologis
• Kebudayaan
• Menurut Burkhardt (1993) dalam Hamid (1999)
spiritual meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui
2. Menemukan arti dan tujuan hidup
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang,
sementara agama merupakan sistem ibadah yang
teratur dan terorganisasi (Hamid, 1999)
Karakteristik spiritualitas
1. Hubungan dengan diri sendiri (self relience)
• Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat
dilakukannya)
• Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/
masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan
dengan diri sendiri)
2. Hubungan dengan alam, iklim, margasatwa
3. Hubungan dengan orang lain yang harmonis:
• Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal
balik
• Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
• Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi,
melayat)
Karakteristik spiritualitas
3. Hubungan dengan orang lain yang tidak harmonis:
• Konflik dengan orang lain
• Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
dan friksi
4. Hubungan dengan Ketuhanan
• Sembahyang/ berdoa/ meditasi
• Perlengkapan keagamaan
• Bersatu dengan alam
Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais &
Wilkinson, 1995)

1) Mempertahankan keharmonisan /
keselarasan dengan dunia luar
2) Berjuang untuk menjawab / mendapatkan
kekuatan
3) Untuk menghadapi : Stres emosional,
penyakit fisik dan menghadapi kematian
Manifestasi perubahan fungsi spiritual

a.Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi
spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang
dialaminya untuk mendapatkan bantuan.
b.Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan
manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
distress spiritual. Untuk jelasnya berikut terdapat
tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
Definisi distress spiritual

• Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan


dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang
lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
• distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000)
Setiap individu mempunyai 3 kebutuhan yang
harus dipenuhi untuk mencapai sehat
spiritual yaitu:
• Kebutuhan akan arti dan tujuan hidup.
• Kebutuhan untuk mencintai dan
berhubungan.
• Kebutuhan untuk mendapatkan
pengampunan.
Masalah kebutuhan spiritual : Distress
spiritual → keraguan yang berlebihan dalam
mengartikan hidup, mengungkapkan
perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup
Karakteristik pasien yang mengalami distres
spiritual menurut Dover (2001) :
• pasien putus asa
• tidak memiliki tujuan dalam hidupnya
• menganggap dirinya dijauhi Tuhan
• tidak melakukan kegiatan ibadah.
Distres spiritual terdiri atas :

1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan


menerima kehilangan dari orang yang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spitual yang khawatir, yaitu terjadi
pertentangan kepercayaan dan system nilai
seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan
menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan.
PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN
KEHILANGAN DAN
DISTRESS SPIRITUAL
PENGKAJIAN

• Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang


ada menjadi tidak ada atau tidak tercapai sesuatu
yang diharapkan (mis: keilangan orang yang
dicintai, objek eksternal, kehilangan fungsi tubuh)
• Berduka adalah respon individu terhadap
kehilangan
Kozier menyarankan pengkajian spiritual
sebaiknya dilakukan pada akhir proses
pengkajian dengan alasan pada saat tersebut
sudah terbangun hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien.
Pengkajian

• Keyakinan dan makna agama dengan


kesehatan
• Autoritas dan Pembimbing (pedoman
dalam hidupnya )
• Pengalaman dan Emosi
• Persahabatan dan Komunikasi
• Ritual dan Ibadat
• Dorongan dan Pertumbuhan
• Panggilan dan Konsekuensi
instrumen yang dapat digunakan adalah
Puchalski’s FICA Spiritual History Tool
(Pulschalski,1999):
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?).
• Apakah saudara mennjadi seseorang yang spiritual
atau religius?.
• Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan
saudara dalam pemberian makna hidup?.
I : Important dan influence. (apakah hal ini penting
dalam kehidupan saudara?)
• Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara
melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
• Dapatkah keyakinan mempengaruhi perilaku
selama sakit?
instrumen yang dapat digunakan adalah
Puchalski’s FICA Spiritual History Tool
(Pulschalski,1999):
C : Community (apakah saudara bagian dari sebuah
komunitas spiritual atau religius?
• Apakah komunitas tersebut mendukung saudara atau
bagaimana?
• Apakah ada seseorang di dalam kelompok tersebut yang
benar-benar saudara cintai atau begitu penting bagi
saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai
seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan
keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang
mengkarakteristikkan distress spiritual,
mendengarkan berbagai pertanyaan penting
seperti:
• Perasaan ketika seseorang gagal.
• Perasaan tidak stabil.
• Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri.
• Pertanyaan mengenai makna hidup dan hal-
hal penting dalam kehidupan.
• Perasaan hampa
Contoh Diagnosa Keperawatan
NANDA untuk Spiritualitas
Kesejahteraan spiritual, • Penyembuhan dari penyakit akut
potensial untuk ditingkatkan • Pengalaman mendekati kematian (NDE)
yang berhubungan dengan: • Menghadapi penyakit kronis
• Konflik nilai
Distres spiritual yang • Isolasi oleh orang lain
berhubungan dengan: • Takut yang diakibatkan oleh diagnosa AIDS
• Perpisahan dari denominasi keagamaan
Koping, individu tidak • Kurang sistem pendukung
efektif yang • Individuasi
berhubungan dengan: • Gejala penyakit kronis

Ansietas yang • Ancaman kematian


berhubungan dengan: • Perubahan dalam status kesehatan

Keputusasaan yang • Kehilangan keyakinan kepada Tuhan


berhubungan dengan: • Diabaikan oleh keluarga

Gangguan harga diri yang • Kecanduan obat


berhubungan dengan • Kehilangan kemandirian
Diagnosa keperawatan terkait
kebutuhan spiritual menurut NANDA
(2012) :
• distress spiritual yang berhubungan dengan
konflik nilai, isolasi oleh orang lain, rasa
takut, terpisah dari komunitas keagamaan
• cemas yang berhubungan dengan ancaman
kematian, perubahan status kesehatan,
• keputusasaan yang berhubungan dengan
kehilangan keyakinan kepada Tuhan,
diabaikan oleh keluarga.
Intervensi keperawatan
berdasarkan NANDA (2012
• Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam
beragama, mengkaji sumber-sumber harapan dan
kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien
tentang hubungan spiritual dan kesehatan,
memberikan privasi, waktu dan tempat bagi pasien
untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan
pentingnya hubungan dengan Tuhan, empati
terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan
pemuka agama, meyakinkan pasien bahwa
perawat selalu mendukung pasien.
Intervensi keperawatan
berdasarkan NANDA (2012
• Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien,
menjelaskan semua prosedur dan apa yang akan dirasakan
pasien selama prosedur, mendampingi pasien untuk
memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut,
memberikan informasi tentang penyakit pasien, melibatkan
keluarga untuk mendampingi pasien, mengajarkan dan
menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi,
mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien
mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan,
mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
• Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan
atau ancaman dalam kehidupan, meningkatkan hubungan
interpersonal pasien, memberikan rasa aman.

Anda mungkin juga menyukai