• Faktor Biolog
Diet, kontaminasi rokok dan alkohol, merokok saat
hamil, dan berat bayi lahir rendah (BBLR) dipercaya
ETIOLOGI dapat mengarahkan kepada gejala ADHD. Namun,
bukan termasuk penyebab utama dari ADHD.
Kehamilan dan komplikasi saat melahirkan merupakan
predisposisi terhadap ADHD.
• Faktor Psikologis
Konflik kronis dalam keluarga, kohesi keluarga yang
menurun, dan paparan terhadap psikopatologi orang
tua (terutama ibu) banyak ditemukan pada
keluarga ADHD dibandingkan pada keluarga
normal. Saat ini masih belum jelas apakah
paparan kekerasan saat masa kecil merupakan
faktor resiko dari ADHD.
• Faktor genetik
Genetik sangat dipercaya memainkan peran penting
terhadap terjadinya ADHD. Berdasarkan dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan, rata-
rata faktor genetik mempengaruhi terjadinya
ADHD adalah sebesar 77%.
KLASIFIKASI
Karena simtom-simtom ADHD bervariasi, DSM- IV-TR mencantumkan tiga sub kategori, yaitu:
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti
frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang
secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD.Mekanisme inhibitor di kortek,
sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu
atau lebih seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo D.P,
2015).
PATHWAY Tanda Kelahiran
Penurunan Neurobiologis
Neurotransmitter Dopamin Penurunan Neurobiologis
Gangguan Pola
Tidur Ansietas
MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik prinsip dari ADHD adalah inatensi, hiperaktifitas, dan impulsivitas yang mana ini terlihat
pada kehidupan awal anak-anak. Biasanya gejala hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inatensi.
Gejala yang berbeda dapat muncul pada tempat yang berbeda dan tergantung pada situasi. Anak-anak
bisa jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau suka mengacau di sekolah, sedangkan tipe
inatensi sering terlihat melamun. Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu,
sehingga sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan. Sedangkan anak-anak yang pasif atau
lebih banyak diam dapat terlihat tidak memiliki motivasi.
PROGNOSIS
Perjalanan perkembangan ADHD dari masa kanak-kanak hingga dewasa, menunjukkan bahwa itu
adalah jalan yang bergelombang bagi banyak orang. Pada remaja awal dan pertengahan, defisit relatif
terlihat pada fungsi akademis dan sosial, gejala ADHD tetap bermasalah pada dua pertiga hingga tiga
perempat dari anak-anak ini, dan perilaku anti sosial, dalam beberapa kasus sebesar CD, sering terjadi.
Banyak dari kesulitan yang sama ini terus berlanjut hingga akhir masa remaja. Kekurangan terus
diamati dalam domain akademik dan sosial (dibandingkan dengan kontrol, proband menunjukkan nilai
yang lebih rendah, lebih banyak kursus gagal, kinerja yang lebih buruk pada tes standar, memiliki lebih
sedikit teman, dan dinilai kurang memadai dalam penyesuaian psikososial). Sekitar dua perlima terus
mengalami gejala ADHD ke tingkat yang signifikan secara klinis. Seperempat hingga sepertiga memiliki
kelainan anti sosial yang didiagnosis, dan dua pertiga dari orang-orang ini ditangkap. Selain itu,
penyalahgunaan narkoba diamati pada sebagian kecil kaum muda ini. Yang penting, faktor risiko
terbesar untuk perkembangan perilaku anti sosial dan penyalahgunaan zat pada akhir masa remaja
adalah pemeliharaan gejala ADD
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang
Sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.
2. Riwayat penyakit dahulu
Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki interaksi negatif dengan ADHD atau
pengobatannya seperti: antikonvulsan, antihipertensi, obat yang mengandung kafein, pseudoefedrin,
monoamin oxidase inhibitors (MAOIs).
3. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD atau mengalami gejala seperti yang
tercantum dalam criteria DSM IV.
4. Riwayat sosial
Meliputi: interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum, keadaan di sekolah, dan disfungsi
keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda vital, tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan fisik umum
termasuk penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD.
c. Pemeriksaan psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Liver Function Test
2) Complete blood cell counts
e. Pemeriksaan Imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emision Tomography)
f. Pemeriksaan Penunjang
menurut Doenges et, al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain:
1) pemeriksaan tiroid 4 dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah
2) tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik
3) tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak
tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan Bahasa
4) pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain, infeksi SSP)
PENATALAKSANAAN
a. Fsikofarmaka
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain:
1) Metilfenidat (Ritalin)
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang
minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
2) Dekstroamfetamin
Dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya
adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja
setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar
antara 10-20 mg/jam.
3) Magnesium pemolin
Dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut.
Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
4) Fenotiazin
Dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk,
iritabilitas serta distonia.
b. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD
antara lain:
1) Perlakuan pokok
a) Terapi medis: Mengendalikan simtom-simtom ADHD
b) Pelatihan manajemen orang tua: mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara anak
dan orang tua, serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c) Intervensi pendidikan: mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademis, serta
mengajarkan perilaku pro-sosial dan regulasi diri
2) Perlakuan intensif
Program-program bulanan: melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengomindasikan perlakuan tambahan dan pokok dalam program yang intensif
3) Perlakuan tambahan
a) Konseling keluarga: coping terhadap stress keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan
hati dan permasalahan suami istri
b) Kelompok pendukung: menghubungkan orang tua dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan
pengalaman mengenai permasalahan umum dan member dukungan moral
c) Konseling individu: memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita ADHD adalah adanya gangguan dalam
belajar sehingga mengganggu prestasi akademis,
meningkatnya kejadian kecelakaan seperti
trauma kepala atau patah tulang, rasa
kepercayaan diri yang rendah, sulit berinteraksi
dengan orang lain, hingga rentan untuk
DAMPAK ADHD mengonsumsi narkoba atau minuman beralkohol.