Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 6

ATTENTION DEFISIT HIPERACTIVITY DIRSORSER


(ADHD)

 Ainil Hasanah  Kamisriatul Khairiah


 Desvi Ramadhani  Siska Dwi Lestari
 Dilla Aulia  Sukma Handayani
 Enggia Yugan  Tri Anggraini
 Erlina Lestariningsih  Yayang Atika
 Fhatimah Azzahra  Zhafirah Annisa
 Indah Aufa Maulida
DEFINISI
Attention deficit hyperactive disorder (ADHD)
merupakan salah satu jenis kondisi berkebutuhan
khusus yang termasuk dalam gangguan perilaku.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang cenderung
berlebihan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). ADHD
ditandai oleh aktivitas motorik berlebih dan
ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian
(Nevid, 2005).
EPIDEMIOLOGI
ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak
yang paling umum mengapa anak-anak dibawah untuk
diperiksa oleh para profesional kesehatan mental.
Konsensus profesional menyatakan bahwa kira-kira 30,5%
atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah menginap
ADHD (Martin, 1998). Sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar
1% sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-
anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan profesional
karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
berkaitan dengan ADHD ( Baihaqi dan sugiarmin 2006).
Etiologi dari ADHD masih belum jelas sampai
sekarang. Faktor etiologi lain yang dikatakan
memiliki kontribusi dalam menyebabkan ADHD
adalah sebagai berikut :

• Faktor Biolog
Diet, kontaminasi rokok dan alkohol, merokok saat
hamil, dan berat bayi lahir rendah (BBLR) dipercaya
ETIOLOGI dapat mengarahkan kepada gejala ADHD. Namun,
bukan termasuk penyebab utama dari ADHD.
Kehamilan dan komplikasi saat melahirkan merupakan
predisposisi terhadap ADHD.
• Faktor Psikologis
Konflik kronis dalam keluarga, kohesi keluarga yang
menurun, dan paparan terhadap psikopatologi orang
tua (terutama ibu) banyak ditemukan pada
keluarga ADHD dibandingkan pada keluarga
normal. Saat ini masih belum jelas apakah
paparan kekerasan saat masa kecil merupakan
faktor resiko dari ADHD.

• Faktor genetik
Genetik sangat dipercaya memainkan peran penting
terhadap terjadinya ADHD. Berdasarkan dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan, rata-
rata faktor genetik mempengaruhi terjadinya
ADHD adalah sebesar 77%.
KLASIFIKASI

Karena simtom-simtom ADHD bervariasi, DSM- IV-TR mencantumkan tiga sub kategori, yaitu:

2. Tipe predominan hiperaktif – Impulsif :


1. Tipe predominan inatentif : anak-anak yang
anak-anak yang masalah utamanya
masalah utamanya adalah rendahnya
diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-
konsentrasi
impulsif.

3. Tipe kombinasi : anak-anak yang mengalami


kedua rangkaian masalah diatas.
PATOFISIOLOGI ADHD

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti
frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang
secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD.Mekanisme inhibitor di kortek,
sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu
atau lebih seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo D.P,
2015).
PATHWAY Tanda Kelahiran

Penurunan Neurobiologis
Neurotransmitter Dopamin Penurunan Neurobiologis

Lobus Frontal Mengalami


HDR Penurunan Fungsi
Resiko Gangguan
Rasa Memiliki Tumbuh Kembang
Kekurangan ADHD
Sukar Memperhatikan
Perilaku Hiperaktivitas Pengetahuan
Koping Individu yang Kurang
Gangguan Interaksi Sosial
Inefektif Terhadap Penyakit
Resiko
Cedera Isolasi Sosial
Defisit Pengetahuan

Gangguan Pola
Tidur Ansietas
MANIFESTASI KLINIS

Karakteristik prinsip dari ADHD adalah inatensi, hiperaktifitas, dan impulsivitas yang mana ini terlihat
pada kehidupan awal anak-anak. Biasanya gejala hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inatensi.
Gejala yang berbeda dapat muncul pada tempat yang berbeda dan tergantung pada situasi. Anak-anak
bisa jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau suka mengacau di sekolah, sedangkan tipe
inatensi sering terlihat melamun. Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu,
sehingga sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan. Sedangkan anak-anak yang pasif atau
lebih banyak diam dapat terlihat tidak memiliki motivasi.
PROGNOSIS

Perjalanan perkembangan ADHD dari masa kanak-kanak hingga dewasa, menunjukkan bahwa itu
adalah jalan yang bergelombang bagi banyak orang. Pada remaja awal dan pertengahan, defisit relatif
terlihat pada fungsi akademis dan sosial, gejala ADHD tetap bermasalah pada dua pertiga hingga tiga
perempat dari anak-anak ini, dan perilaku anti sosial, dalam beberapa kasus sebesar CD, sering terjadi.
Banyak dari kesulitan yang sama ini terus berlanjut hingga akhir masa remaja. Kekurangan terus
diamati dalam domain akademik dan sosial (dibandingkan dengan kontrol, proband menunjukkan nilai
yang lebih rendah, lebih banyak kursus gagal, kinerja yang lebih buruk pada tes standar, memiliki lebih
sedikit teman, dan dinilai kurang memadai dalam penyesuaian psikososial). Sekitar dua perlima terus
mengalami gejala ADHD ke tingkat yang signifikan secara klinis. Seperempat hingga sepertiga memiliki
kelainan anti sosial yang didiagnosis, dan dua pertiga dari orang-orang ini ditangkap. Selain itu,
penyalahgunaan narkoba diamati pada sebagian kecil kaum muda ini. Yang penting, faktor risiko
terbesar untuk perkembangan perilaku anti sosial dan penyalahgunaan zat pada akhir masa remaja
adalah pemeliharaan gejala ADD
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang
Sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.
2. Riwayat penyakit dahulu
Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki interaksi negatif dengan ADHD atau
pengobatannya seperti: antikonvulsan, antihipertensi, obat yang mengandung kafein, pseudoefedrin,
monoamin oxidase inhibitors (MAOIs).
3. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD atau mengalami gejala seperti yang
tercantum dalam criteria DSM IV.
4. Riwayat sosial
Meliputi: interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum, keadaan di sekolah, dan disfungsi
keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda vital, tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan fisik umum
termasuk penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD.
c. Pemeriksaan psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Liver Function Test
2) Complete blood cell counts
e. Pemeriksaan Imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emision Tomography)
f. Pemeriksaan Penunjang
menurut Doenges et, al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain:
1) pemeriksaan tiroid 4 dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah
2) tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik
3) tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak
tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan Bahasa
4) pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain, infeksi SSP)
PENATALAKSANAAN
a. Fsikofarmaka
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain:
1) Metilfenidat (Ritalin)
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang
minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
2) Dekstroamfetamin
Dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya
adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja
setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar
antara 10-20 mg/jam.
3) Magnesium pemolin
Dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut.
Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
4) Fenotiazin
Dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk,
iritabilitas serta distonia.
b. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD
antara lain:
1) Perlakuan pokok
a) Terapi medis: Mengendalikan simtom-simtom ADHD
b) Pelatihan manajemen orang tua: mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara anak
dan orang tua, serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c) Intervensi pendidikan: mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademis, serta
mengajarkan perilaku pro-sosial dan regulasi diri
2) Perlakuan intensif
Program-program bulanan: melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengomindasikan perlakuan tambahan dan pokok dalam program yang intensif
3) Perlakuan tambahan
a) Konseling keluarga: coping terhadap stress keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan
hati dan permasalahan suami istri
b) Kelompok pendukung: menghubungkan orang tua dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan
pengalaman mengenai permasalahan umum dan member dukungan moral
c) Konseling individu: memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan  dan curahan hati pribadinya
KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita ADHD adalah adanya gangguan dalam
belajar sehingga mengganggu prestasi akademis,
meningkatnya kejadian kecelakaan seperti
trauma kepala atau patah tulang, rasa
kepercayaan diri yang rendah, sulit berinteraksi
dengan orang lain, hingga rentan untuk
DAMPAK ADHD mengonsumsi narkoba atau minuman beralkohol.

Gangguan prilaku berupa ADHD ( Attention


Deficit Hiperactivity Disorder) atau hiperaktif
terkadang membuat orang tua pusing dan
terganggu akibat tingkah laku si anak yang tidak
bisa diam. Kondisi seperti ini, jka tidak ditangani
dengan segera bisa mempengaruhi kehidupan anak
nantinya.
ASKEP ADHD
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya bergerak terus.
3. Riwayat penyakit sekarang (tanda-tanda awal ADHD)
a. Anak tidak bisa duduk tenang.
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera otak.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetic yang diduga sebagai penyebab dari gangguan
hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Tanyakan anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina hubungan dengan
teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan impulsivitas.
7.Riwayat tumbuh kembang :
a. Prenatal : tanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-obatan selama kehamilan.
b. natal :Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan. lahir premature, berat badan lahir
rendah (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikanimunisasi apa tidak
8. Riwayat imunisasi:
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
9. Pemeriksaan fisik: dalam batas normal.
10. Activity daily living (ADL):
d. NutrisiAnak nafsu makan nya berkurang (anaroxia).
e. Aktivitas:Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
f. EliminasiAnak tidak mengalami ganguan dalam eliminasi.
g. Istirahat tidurAnak mengalami gangguan tidur.
h. Personal Hygiene Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit diatur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Videbeck(2008),Townsend(1998),dan Doenges(2007)
 Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive
 Intervensi Keperawatan
Tujuan :Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
kriteria hasil:
Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi
Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya
Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri
sendiri
Intervensi :
Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk
menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
Rasional:Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama
untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain
Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri
Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu
lagi menyusahkan diri karena saya" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-
barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.
  EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Ansietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melakukan agresi
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang sebenarnya
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
4. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensive
5. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik
6. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu hubungan antar probadi dengan pasien lainnya

 Peran Orang Tua Pada Anak ADHD:


1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan.Dengan menerapkan peraturan secara
konsisten, anak dapat belajaruntuk mengendalikan emosinya.
2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadapapa yang seharusnya dapat dilakukan anak.
3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak akanmemberikan tekanan yang berlebihan, yang
dapat menyebabkanpenolakan anak untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguantelevisi, mainan atau kebisingan.
5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan,dan konsisten terhadap terapi yang sedang
dijalankan oleh anak anda.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai