Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

OLEH
HUSNUL KHATIMAH
(10119200030)

ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
TAHUN 2022
PENDAHULUAN
• Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas adalah anak yang
menunjukkan prilaku hiperaktif, impuls dan sulit memusatkan perhatian yang timbul lebih
sering, persiten dengan tingkat lebih berat jika dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya.

• Prevalensi ADHD diseluruh dunia diperkirakan berkisar antara 2 – 9,5 % dari anak – anak
usia sekolah. Di Amerika serikat, prevalensi ADHD diduga sekitar 2 – 20 % dari anak – anak
usia sekolah dasar. Sedangkan penilitian inggris menunjukkan angka 0,5 – 1 % dan di Taiwan
angka prevalensi dari kasus ADHD ini adalah 5 – 10%.

• Prevalensi ADHD juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan juga usia. Angka kejadian ADHD
pada anak remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan anak usia
sekolah dasar. Anak laki – kali dikatakan memiliki insiden yang lebih tinggi untuk mengalami
gangguan ini dibandingkan dengan anak perempuan, dengan rasio 3 – 4 : 1
DEFINISI
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Hal ini biasanya digunakan
untuk menggambarkan anak-anak yang memiliki tiga jenis masalah utama yaitu: perilaku terlalu
aktif (hiperaktif), perilaku impulsif, dan kesulitan memperhatikan/ konsentrasi.

3
Perbedaan Anak ADHD dengan Anak Aktif
ADHD Aktif
Tidak fokus, Anak aktif mampu memfokuskan
perhatian dengan baik.
Melawan Anak aktif masih bisa diberitahu dan
mau mematuhi dengan baik.
Merusak Anak aktif biasanya lebih kreatif bisa
menciptakan permainan baru yang kadang
tak pernah kita duga.  
Tidak mudah lelah dan tanpa tujuan Lebih sabar
Tidak sabar dan cenderung agresif Sadar bila Lelah.

Intelegensi rendah Memiliki intelegensi yang tinggi 4


EPIDEMIOLOGI
Prevalensi ADHD diseluruh dunia
diperkirakan berkisar antara 2 – 9,5 %
dari anak – anak usia sekolah. Di
Amerika serikat, prevalensi ADHD
diduga sekitar 2 – 20 % dari anak – anak
usia sekolah dasar. Sedangkan
penilitian inggris menunjukkan angka
0,5 – 1 % dan di Taiwan angka
prevalensi dari kasus ADHD ini adalah 5
– 10%.

Angka kejadian ADHD pada anak remaja


dan dewasa dikatakan lebih rendah jika
dibandingkan dengan anak usia sekolah
dasar. Anak laki – kali dikatakan memiliki
insiden yang lebih tinggi untuk
mengalami gangguan ini dibandingkan
dengan anak perempuan, dengan rasio 3 5
– 4 : 1.
ETIOLOGI
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan
faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi otak terjadinya
ADHD.

6
PATOFISIOLOGI

7
GAMBARAN KLINIS
• Hiperaktivitas
• Hendaya
• Motorik perseptual
• Labilitas emosi
• Defisit koordinasi umum
• Defisit atensi (rentan atensi singkat, mudah teralih perhatiannya,
perseverasiagal menyelesaikan tugas, inatensi , konsentrasi
buruk, impulsivitas, kurang teratur, melompat dikelas)
• Defisit daya ingat dan berpikir
• Ketidakmampuan belajar spesifik
• Defisit pendengaran dan berbicara
• serta tanda neurologis ekuivokal dan ketidakteraturan EEG.
8
Anak ADHD jauh lebih jarang menurunkan
aktivitas saat lingkungan mereka terstruktur oleh
batas-batas sosial.
Di sekolah, anak ADHD dapat dengan cepat
menyambar ujian tetapi hanya menjawab satu
atau dua pekerjaan pertama.

Tidak mampu menunggu giliran dipanggil di


sekolah dan menjawab giliran orang lain.

Di rumah, mereka tidak dapat didiamkan


walaupun hanya semenit.
DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas terdapat pada :

F90. GANGGUAN HIPERKINETIK


Ciri – ciri utama ialah berkurangnnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini
menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi
(misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

• F90.0 Gagguan Aktivitas dan Perhatian


• F90.1 Gangguan Tingkah Laku Hiperkinetik
• F90.8 Gangguan Hiperkinetik Lainnya
• F90.9 Gangguan Hiperkinetik YTT

10
F91 GANGGUAN TINGKAH LAKU
Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku dissosial, agresif atau
menentang, yang berulang dan menetap.

• F91.0 Gagguan Tingkah Laku Yang Terbatas Pada Lingkungan Keluarga


• F91.1 Gangguan Tingkah Laku Tak Berkelompok
• F91.2 Gangguan Tingkah Laku Berkelompok
• F91.3 Gagguan Sikap Menentang (Membangkang)
• F91.8 Gagguan Tingkah Laku Lainnya
• F91.9 Gangguan Tingkah Laku YTT
F92 GANGGUAN CAMPURAN TINGKAH LAKU dan EMOSI
Ciri khas dari kelompok gangguan ini ialah adanya gabungan dari perilaku agresif,
dissosial, atau menentang yang menetap dengan gejala yang nyata dari depresi, anxietas atau
gangguan emosional lainnya.

• F92.0 Gangguan Tingkah Laku Depresif


• F92.8 Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi Lainnya
• F92.9 Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi YTT
TATALAKSANA
Terapi farmakologis tetap menjadi andalan pengobatan untuk pasien
FARMAKOLOGIS yang memiliki ADHD.

STIMULAN NON-
STIMULAN

NON-FARMAKOLOGIS

• Pelatihan ketrampilan sosial bagi anak


• Edukasi bagi orang tua dan guru
• Modifikasi perilaku dengan menggunakan prinsip ABC (Atencedence Behaviour, and Consequences)
• Edukasi dan pelatihan pada guru

13
PROGNOSIS
Prognosis ADHD bervariasi tergantung pada usia individu yang mengalami gejala. Pengobatan
ADHD juga telah terbukti memperbaiki gejala gangguan menentang oposisi dan gangguan perilaku.
ADHD yang tidak diobati dapat menyebabkan disfungsi yang menetap dan konsekuensi yang
menghancurkan termasuk tetapi tidak terbatas pada ketidakmampuan jangka panjang untuk bekerja,
peningkatan kecelakaan mobil, dan peningkatan penggunaan zat.

14
KESIMPULAN
ADHD merupakan gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. ADHD dapat disebabkan
oleh faktor keturunan (herediter), sosial dan lingkungan. Ada dugaan kuat juga pengaruh dari televisi,
komputer, dan videogame, faktor emosi dan pola pengasuhan. ADHD merupakan gangguan atau
kelainan pada aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks. Kemunculan gejala
ADHD dimulai pada usia anak-anak dan bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan
konsentrasi (inatensi), pengendalian diri (impulsifitas), dan hiperaktifitas.

Efektifitas prosedur psikoterapi secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan perilaku,
pendekatan farmakologi, dan pendekatan multimodal atau gabungan. Psikoterapi atau pengobatan yang
telah terbukti efektif bagi beberapa anak meliputi pendekatan perilaku yang memiliki tujuan
memodifikasi lingkungan fisik dan sosial untuk mengubah perilaku. Farmakologi dengan menggunakan
psikostimulan, antidepresan, obat anti-kecemasan, antipsikotik, dan suasana hati stabilisator. Serta
metode multimodal atau gabungan obat/ pengobatan perilaku, dengan perawatan obat secara signifikan
disertai terapi perilaku untuk mengurangi gejala-gejala ADHD.

15
DAFTAR PUSTAKA
▪ Awiria&Dariyanto 2020, ‘Faktor-faktor penyebab Anak menjadi Attention Defict Hyperactive Disorder di SDN Teluk
Pucung 01 Kota Bekasi’ Vol 4, no 2, pp. 141 – 147
▪ Tanoyo D 2020, Diagnosis dan tatalaksana attention-deficit/hyperactivity disorder.,Bagian/SMF Ilmu Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah SakitUmum Pusat Sanglah Denpasar
▪ Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofernia, dalam: sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1, binarupa aksara, 1997
▪ Buku ajar psikiatri Edisi 2. Badan penerbit fakultas kedokteran Universitas Indonesia
▪ Aprilia & Oktaria D. 2017, Hubungan Penderita Attention Deficit – Hyperactivity Disorder (ADHD) dengan Prestasi
Akademik padaTingkat Perguruan Tinggi, Majority Vol 7 , No 1 ,pp 124-130
▪ Mirnawati & dr Hamka 2019, Pendidikan anak ADHD. Deeppublish.
▪ Amalia Rizki 2018. tervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan ADHD Melalui Pendekatan Kognitif
Perilaku dan Alderian Play Therapy.Jurnal obsesi : pendidikan anak usia dini. Vol 2 No 1 2018

16
TERIMA
KASIH

17

Anda mungkin juga menyukai