Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Attention Deficit/ Hiperactivity Disoder (ADHD) merupakan suatu


gangguan perkembangan yang pervasif dan berlangsung secara kronis serta tidak
hanya terbatas pada usia kanak-kanak saja. Gangguan ini juga dikatakan sebagai
gangguan pada anak yang paling banyak dipelajari dan diteliti saat ini. ADHD
merupakan suatu gangguan perkembangan yang terjadi sejak usia presekolah
sampai pada masa dewasa. Pada gangguan ini, perlu dilakukan suatu upaya
penanganan baik secara farmakologis maupun non-farmakologis untuk mencegah
dan mengurangi dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh gangguan ini.1,2,3
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD) dapat
digolongkan sebagai suatu kondisi neuropsikiatri, yang ditandai oleh
ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang
terdapat secara persisten (menetap). Sebagian anak dapat menunjukkan gejala
hiperaktif, yang lainnya menunjukkan gejala kesulitan memusatkan perhatian, dan
ada pula yang menunjukkan impulsivitas, atau ketiga gejala tersebut terdapat
secara bersamaan.4,5,6
Institut Nasional Kesehatan Mental di Amerika (National Institute of
Mental Health/NIMH) menyatakan bahwa meskipun ADHD sendiri bukan
tergolong pada suatu disabilitas belajar (learning disability), anak-anak yang
mengalami ADHD seringkali ditemukan mengalami disabilitas belajar. Anak-anak
dengan ADHD juga mungkin mengalami kesulitan dalam membaca, matematika,
dan komunikasi tertulis. Selanjutnya, ADHD juga biasanya terjadi dengan
kondisi-kondisi lain.7,8
Literatur yang ada saat ini menunjukkan bahwa sekitar 40-60 persen anak-
anak yang telah didiagnosis mengalami ADHD memiliki setidaknya satu
disabilitas yang terjadi secara bersamaan. Meskipun disabilitas apapun dapat
terjadi berdampingan dengan ADHD, disabilitas tertentu tampaknya lebih umum
dan sering terjadi dibandingkan dengan disabilitas yang lain.7,8

1
Disabilitas yang lebih cenderung terjadi bersamaan dengan ADHD meliputi
gangguan perilaku yang mengganggu (disruptive behavior disorder), gangguan
mood (mood disorder), gangguan kecemasan, tics dan Sindrom Tourette, dan
disabilitas belajar. Selain itu, ADHD mempengaruhi anak-anak dalam cara yang
berbeda pada usia yang berbeda juga. Dalam beberapa kasus, anak-anak yang
awalnya telah diidentifikasi memiliki ADHD subtipe hiperaktif-impulsif pada
waktu selanjutnya diidentifikasi memiliki ADHD subtipe gabungan oleh sebab
masalah perhatian yang mulai muncul dengan jelas.7,9
Asosiasi Psikiatri Amerika (American Psychiatric Association/APA)
mengemukakan bahwa di Amerika Serikat, terdapat sekitar 1,46-2,46 juta anak (3
persen sampai 5 persen dari populasi siswa) yang mengalami ADHD. Anak laki-
laki ditemukan 4-9 kali lebih mungkin untuk mendapat diagnosis ADHD.
Gangguan perilaku ini ditemukan pada semua budaya, meskipun angka prevalensi
didapatkan berbeda-beda satu sama lain.7
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kedokteran jiwa, sudah ditemukan cara mengatasi anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), baik secara organobiologis,
psikoedukatif maupun sosiokultural. Selama ini belum banyak orang memahami
keadaan tersebut. Banyak yang menganggap anak dengan GPPH merupakan anak
yang nakal, bahkan mereka diperlakukan dengan keras dan sering dihukum, baik
di rumah oleh orangtua, maupun di sekolah oleh guru atau di masyarakat. Hal ini
tidak akan dapat menyelesaikan masalah dan bahkan membuat masalahnya
bertambah berat. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM), definisi GPPH telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan
perubahan konsep tentang penyakit tersebut. Sesuai dengan DSM IV, terdapat tiga
gejala utama yaitu tidak mampu memusatkan perhatian (inattentiveness),
hiperaktivitas dan impulsivitas.4,6,7
Penilaian yang valid dan dapat dipercaya terhadap anak-anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) merupakan
hal yang tidak mudah untuk dicapai atau dilakukan oleh dokter sebagai
pengevaluasi/pemeriksa. Dokter harus dapat memverifikasi dan memastikan

2
adanya gejala-gejala perilaku dalam jumlah yang minimal agar dapat menegakkan
suatu diagnosis.8,10
Dalam rangka mengejar suatu diagnosis ADHD di sekolah, idealnya
seorang dokter harus dapat melakukan strategi penilaian (assessment strategy)
yang multi-metode dan multi-trait. Selain itu, dokter yang melakukan penilaian
pada anak-anak yang dicurigai mengalami ADHD harus terbiasa dan familiar
dengan sejumlah instrumen penilaian yang memiliki jumlah, rentang dan tingkat
spesifisitas yang berbeda terhadap data-data yang diperoleh. Hal ini dilakukan
agar dapat memungkinkan pengambilan sampel informasi yang seluas mungkin
mengenai keadaan anak serta dapat mempertimbangkan dan menemukan masalah-
masalah unik dalam penilaian gangguan pada masa kanak-kanak, seperti
ADHD.4,8,10

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi, Kriteria Diagnosis, dan Epidemiologi dari ADHD (Attention


Deficit/Hyperactivity Disorder)

Anak-anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan


hiperaktivitas (ADHD) menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, dan sulit untuk
memusatkan perhatian atau inatensi. Perilaku-perilaku tersebut dapat timbul
dalam frekuensi yang lebih sering, durasi yang lebih persisten atau menetap, dan
pada tingkat keparahan yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Selain itu, anak-anak yang mengalami ADHD juga menunjukkan
beberapa gejala lain meliputi: adanya ambang toleransi yang rendah terhadap
frustrasi, mengalami kesulitan dalam manajemen (disorganisasi), dan memiliki
perilaku-perilaku agresif.11
Gangguan ini dapat mengakibatkan terjadinya penderitaan dan hambatan
bagi anak dalam menjalankan fungsi kehidupannya sehari-hari. Fungsi anak yang
dapat terganggu seperti interaksi dengan teman seusianya, hubungan dengan
anggota keluarga, dan yang paling penting yaitu kesiapan anak untuk belajar di
sekolah. Kondisi-kondisi tersebut akan menimbulkan dampak buruk yang dapat
menghambat pencapaian akademik dan prestasi anak di sekolah. Pada dasarnya,
ADHD dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup anak bahkan
sampai pada masa dewasa di kemudian hari.4,11
Gejala-gejala pada ADHD pada umumnya telah timbul sebelum anak
berusia 7 tahun. Meskipun demikian, biasanya orang tua dari anak yang
mengalami ADHD baru membawa anaknya untuk konsultasi dengan dokter pada
saat anak telah memulai pendidikan formalnya di sekolah. Pada saat itu, anak-
anak dituntut untuk mampu mengendalikan atau mengontrol perilaku mereka dan
harus mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan yang
sering ditemukan dan disampaikan oleh guru-guru yaitu anak yang nakal, tidak
kenal takut, berjalan-jalan di dalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya
saat pelajaran sedang berlangsung, dan lain-lain.7,11

4
Pada anak yang berusia 4 tahun, kondisi ini seringkali menjadi sulit untuk
dibedakan apakah anak memang menderita ADHD atau ini merupakan suatu
kondisi yang wajar dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Namun pada
anak-anak dengan ADHD, gejala-gejala yang muncul tampak lebih sering dan
intensitasnya juga lebih berat jika dibandingkan dengan anak-anak lain yang
memiliki taraf perkembangan yang sama.11
ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) merupakan salah satu
gangguan perilaku yang paling sering ditemui dan didiagnosis baik pada anak
maupun remaja. Meskipun demikian, prevalensi dari gangguan perilaku ini
didapatkan cukup bervariasi pada komunitas-komunitas yang berbeda. Prevalensi
atau angka kejadian dari ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas ini ditemukan bergantung pada kriteria diagnosis yang digunakan.
Perkiraan prevalensi nasional di Amerika Serikat pada tahun 2000
mengindikasikan bahwa terdapat sekitar 3 persen sampai 5 persen dari anak usia
sekolah yang telah didiagnosis mengalami ADHD.5,7
Prevalensi ADHD di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 2 sampai
9,5 persen pada populasi anak usia sekolah. Penelitian di Inggris menunjukkan
angka prevalensi ADHD yaitu sebesar 0,5 sampai 1 persen sedangkan di Taiwan
angka prevalensinya yaitu sebesar 5 sampai 10 persen. Prevalensi gangguan
pemusatan perhatian/hiperaktivitas ditemukan cukup dipengaruhi oleh jenis
kelamin dari anak. Anak dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan memiliki
insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan ini jika dibandingkan
dengan anak perempuan. Rasio atau perbandingan angka kejadian ADHD antara
anak laki-lai dan perempuan yaitu 3-4 banding 1.11
ADHD merupakan gangguan perilaku yang dapat berdampak pada berbagai
aspek kehidupan seorang individu, termasuk kesulitan akademik, masalah
keterampilan sosial dan ketegangan dalam relasi orang tua dengan anak. Anak
dengan gangguan ini beresiko tinggi untuk mengalami akibat negatif jangka
panjang yaitu rendahnya pencapaian pendidikan dan pekerjaan. Gejala ADHD
tidak hanya terjadi di sekolah sehingga harus dipertimbangkan untuk menilai
fungsi dan kesejahteraan dalam keluarga. ADHD atau gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas merupakan suatu diagnosis untuk pola perilaku anak

5
yang berlangsung dalam jangka waktu minimal 6 bulan, dimulai sejak berusia
sekitar 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk
memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku huiperaktif-impulsif, atau
kedua-duanya.4,5,6
ADHD atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas telah
mendapat perhatian yang sangat besar secara klinis, ilmiah dan publik pada
beberapa tahun terakhir ini. Masalah-masalah yang terkait dengan ADHD
merupakan salah satu topik yang sangat penting di dunia ilmu kesehatan jiwa
(psikiatri). Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) merupakan
gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Gangguan ini
dapat terjadi pada sekitar 3 sampai 5 persen dari populasi anak usia sekolah.
ADHD juga merupakan suatu kondisi dengan prevalensi yang didokumentasikan
di berbagai belahan dunia. Menurut survei yang dilakukan di Amerika Serikat
oleh badan komorbiditas nasional prevalensi ADHD sebesar 4 persen.4,5
Anak-anak yang mengalami ADHD memiliki kecenderungan untuk juga
mengalami disabilitas belajar. Anak-anak dengan ADHD dapat mengalami
kesulitan dalam membaca, matematika, dan komunikasi tertulis. ADHD juga
biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi psikiatri lainnya. Data
penelitian yang ada saat ini menunjukkan bahwa sekitar 40-60 persen anak-anak
yang telah didiagnosis mengalami ADHD memiliki setidaknya satu disabilitas
yang terjadi secara bersamaan. Pada anak-anak dengan ADHD, terdapat disabilitas
tertentu yang tampaknya lebih umum dan cenderung terjadi jiks dibandingkan
dengan disabilitas lainnya.7,9,12
Disabilitas yang lebih cenderung terjadi bersamaan dengan ADHD meliputi
gangguan perilaku yang mengganggu, gangguan mood, gangguan kecemasan, tics
dan Sindrom Tourette, dan disabilitas belajar. Selain itu, ADHD mempengaruhi
anak-anak dalam cara yang berbeda pada usia yang berbeda juga. Dalam beberapa
kasus, anak-anak yang awalnya telah diidentifikasi memiliki ADHD subtipe
hiperaktif-impulsif pada waktu selanjutnya diidentifikasi memiliki ADHD subtipe
gabungan oleh sebab masalah perhatian yang mulai muncul dengan jelas.7,9

6
1. Kriteria Diagnostik ADHD
Meskipun balita dan anak-anak prasekolah, pada waktu tertentu, mungkin
menunjukkan karakteristik ADHD, beberapa perilaku ini mungkin normal untuk
sesuai dengan usia atau tahap perkembangan mereka. Perilaku ini harus
ditunjukan sampai pada tingkat yang abnormal untuk menjamin perilaku tersebut
dapat identifikasi sebagai ADHD. Bahkan pada anak-anak yang berusia lebih tua,
faktor-faktor lain (termasuk pengaruh lingkungan) juga dapat menghasilkan
perilaku yang menyerupai ADHD.7
Kriteria yang ditetapkan oleh edisi keempat Pedoman Diagnostik dan
Statistik Gangguan Mental (DSM-IV) digunakan sebagai definisi klinis standar
untuk menentukan adanya ADHD. Kriteria diagnostik untuk ADHD tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.7
Seorang dokter atau klinisi harus dapat menunjukkan beberapa
karakteristik yang secara klinis dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
ADHD, yaitu:7
- Tingkat keparahannya (Severity). Perilaku tersebut harus terjadi lebih
sering pada anak daripada anak-anak lain pada tahap perkembangan yang
sama.
- Onset awal. Setidaknya beberapa gejala harus telah hadir atau muncul
sebelum anak tersebut berusia 7 tahun.
- Durasi atau lamanya. Gejala juga harus telah hadir selama minimal 6 bulan
sebelum evaluasi.
- Dampak. Gejala harus memiliki dampak negatif pada kehidupan akademis
atau sosial anak.
- Latar. Gejala-gejala harus hadir atau muncul pada beberapa latar tempat
(misalnya di sekolah dan di rumah).7

Tabel 1. Kriteria Diagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas


menurut Pedoman Diagnostik dan Statistikal Gangguan Mental (DSM-IV)7

A. Salah satu atau keduanya (1) atau (2)


(1) Enam ( atau lebih ) dari gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di
bawah ini menetap selama paling sedikit 6 bulan pada derajat maladaptif dan tidak

7
sesuai dengan tingkat perkembangan:

Tidak mampu memusatkan perhatian (Inatensi)


(a) Seringkali gagal untuk memusatkan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat
kesalahan yang ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan,
kegiatan lain
(b) Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu melaksanakan tugas atau
kegiatan bermain
(c) Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu diajak bicara langsung
(d) Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah
dan tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan memahami
petunjuk)
(e) Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan
(f) Sering menghindar, tidak suka atau enggan melibatkan diri dalam tugas yang
memerlukan ketekunan yang berkesinambungan (seperti: melakukan pekerjaan
rumah atau pekerjaan sekolah)
(g) Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas atau kegiatan
(h) Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar
(i) Sering lupa dalam kegiatan sehari hari
(2) Enam ( atau lebih ) dari gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti di bawah
ini menetap selama paling sedikit 6 bulan pada derajat adaptif dan tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan:

Hiperaktivitas
(a) Seringkali tangan dan kaki anak tersebut tidak bisa diam atau tidak bisa duduk
dengan tenang
(b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di situasi lain pada
saat diharapkan ia untuk tetap diam
(c) Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
sesuai untuk hal tersebut
(d) Sering mengalami kesulitan bermain atau mengikuti kegiatan waktu senggang

8
dengan tenang
(e) Sering dalam keadaan siap gerak (atau bertindak seperti digerakkan oleh
mesin)
(f) Sering bicara berlebihan

Impulsivitas
(g) Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan diselesaikan
secara lengkap
(h) Sering sulit menunggu giliran
(i) Sering menyelak atau memaksakan diri terhadap orang lain (misalnya:
memotong percakapan atau mengganggu permainan)
B. Gejala hiperaktif-impulsif atau tidak mampu memusatkan perhatian (inatensi)
yang menimbulkan masalah-masalah ini telah ada sebelum anak tersebut usia 7
tahun.
C. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak dan
bermanifestasi di dua atau lebih tempat (misalnya di sekolah atau tempat kerja dan
di rumah).
D. Didapatkan bukti yang jelas adanya kegagalan yang bermakna secara klinis
pada fungsi sosial, akademik, dan okupasional.
E. Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan perkembangan pervasif,
gangguan skizofrenia atau gangguan psikotik dan tidak diakibatkan oleh adanya
gangguan mental lain (misalnya: gangguan alam perasaan, gangguan cemas,
gangguan disosiatif, gangguan kepribadian)

Karakteristik ini mempengaruhi tidak hanya kehidupan akademik siswa


dengan ADHD, tetapi dapat mempengaruhi kehidupan sosial anak-anak tersebut
juga. Anak-anak dengan ADHD dengan tipe yang didominasi oleh hiperaktif-
impulsif dapat menunjukkan perilaku agresif, sementara anak-anak dengan
ADHD yang didominasi oleh inatensi mungkin lebih menarik dirinya. Juga,
karena mereka kurang mengganggu daripada anak-anak dengan ADHD yang
hiperaktif atau impulsif, banyak anak-anak yang memiliki ADHD tipe inatensi
yang tidak dikenali dan tidak mendapatkan bantuan atau penanganan.7,8

9
Institut Nasional Kesehatan Mental di Amerika juga mengemukakan bahwa
anak-anak dengan kedua jenis ADHD tersebut mungkin kurang kooperatif dengan
orang lain dan kurang bersedia untuk menunggu giliran mereka atau tidak
bermain sesuai aturan. Ketidakmampuan mereka untuk mengontrol perilaku
mereka sendiri dapat menyebabkan isolasi sosial. Akibatnya, anak-anak memiliki
kualitas harga diri (self-esteem) yang rendah.7,9
Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat ADHD pada anak-anak
merupakan tanggung jawab dari semua pihak, seperti orang tua, guru, dan
petugas layanan kesehatan jiwa yang bekerja dalam dunia anak. Anak-anak
dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, memiliki kebutuhan
khusus dan oleh sebab itu penilaian, perencanaan, dan tatalaksana yang akan
diberikan haruslah dirancang untuk dapat mencakup seluruh aspek kehidupan
anak dan keluarganya.11,13

2. Etiologi atau Penyebab dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas


(ADHD)

Penyebab pasti dari gangguan ini masih belum dapat ditentukan. Berbagai
penelitian yang telah dilakukan mengemukakan adanya peran atau keterlibatan
dari faktor-faktor genetik, struktur anatomi, dan neurokimiawi otak dalam
patogenesi terjadinya ADHD.11

Gangguan ini mempunyai komponen genetik karena seringkali ditemukan


terjadi bersamaan pada beberapa anggota keluarga. Dari beberapa penelitian
genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari anak dengan GPPH mempunyai
risiko sebesar 5 sampai 7 kali untuk mengalami gangguan yang sama jika
dibandingkan dengan anak yang tidak mempunyai saudara kandung dengan
GPPH. Orang tua yang mengalami GPPH juga mempunyai kemungkinan sebesar
50 persen untuk menurunkan gangguan ini kepada anak-anak mereka. Penelitian
oleh Gillis mengemukakan bahwa sekitar 55 sampai 92 persen anak kembar
identik akan menderita gangguan yang sama jika salah satu anak tersebut
ditemukan mengalami GPPH.4,11,14

10
Penelitian dari Insititut Nasional Kesehatan Mental mengemukakan bahwa
pada pencitraan dengan MRI (magnetic resonance imaging), ditemukan adanya
pengecilan dari lobus prefrontal kanan, nukleus kaudatus kanan, globus palidus
kanan, dan vermis serebelum pada anak-anak dengan GPPH jika dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak mengalami GPPH. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, salah satu fungsi dari bagian-bagian otak di atas yaitu untuk
mengatur atau meregulasi fungsi perhatian (atensi) seseorang. Lobus prefrontal
juga diketahui terlibat dalam proses peubahan perilaku, mengurangi
distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan kesadaran terhadap waktu.
Meskipun demikian, apa yang menyebabkan pengecilan lobus dan bagian-bagian
otak di atas masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan jawaban
pastinya.4,11,15

B. Penilaian (Assessment) Anak-Anak dengan ADHD di Sekolah

Mencapai dan melakukan suatu penilaian yang valid dan dapat dipercaya
(valid and reliable assessment) terhadap anak-anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) merupakan suatu tantangan yang
harus dihadapi oleh pemeriksa/evaluator. Untuk dapat menegakkan suatu
diagnosis, dokter harus dapat memverifikasi dan memastikan adanya gejala-gejala
perilaku dalam jumlah yang minimal. Gejala-gejala tersebut diasumsikan secara
signifikan pada tingkat keparahan dan intensitasnya yang memisahkan gejala-
gejala ini dari pola perkembangan perilaku yang normal pada anak. Anak anak
yang mengalami ADHD dapat menunjukkan rentang perilaku yang luas pada
sepanjang periode waktu dan latar tempat tertentu. Oleh sebab itu, dalam penilaian
ADHD pada anak-anak, diperlukan suatu instrumen penilaian (assessment
instrument) yang dapat membantu dalam pengumpulan dan pembandingan dari
berbagai-bagai informasi yang diterima ke dalam suatu gambaran diagnostik yang
tunggal dan stabil.10
Dalam rangka mengejar suatu diagnosis ADHD di sekolah, idealnya
seorang dokter harus dapat melakukan strategi penilaian (assessment strategy)
yang multi-metode dan multi-trait. Selain itu, dokter yang melakukan penilaian

11
pada anak-anak yang dicurigai mengalami ADHD harus terbiasa dan familiar
dengan sejumlah instrumen penilaian yang memiliki jumlah, rentang dan tingkat
spesifisitas yang berbeda terhadap data-data yang diperoleh. Hal ini dilakukan
agar dapat memungkinkan pengambilan sampel informasi yang seluas mungkin
mengenai keadaan anak serta dapat mempertimbangkan dan menemukan masalah-
masalah unik dalam penilaian gangguan pada masa kanak-kanak, seperti ADHD.10

1. Penilaian Multi-Metode dan Multi-Trait di Sekolah pada Anak-Anak yang


mengalami ADHD

Protokol-protokol penilaian dan evaluasi untuk gangguan pemusatan


perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) diambil serta diterapkan dari berbabgai
sumber dan metode pengumpulan data. Oleh sebab itu, protokol-protokol
penilaian pada ADHD memiliki kekuatan penilaian yang cukup kuat dan besar.
Akar dari suatu evaluasi ADHD yang luas terletak pada tes multitrait dan multi-
metode yang pertama kali dikembangkan oleh Campbell dan Fisk pada tahun
1959.4,10
Para ahli mengetahui bahwa ketika salah satu pengukuran psikologis
digunakan untuk mengukur perilaku atau ciri kepribadian (misalnya inatensi pada
ADHD), pemeriksa atau evaluator dapat tidak mampu untuk memisahkan antara
variasi yang diturunkan pada ekspresi ciri/trait seseorang dari variasi yang tidak
diinginkan. Oleh sebab itu, peneliti harus dapat melakukan berbagai metode
penilaian dan menggunakan setiap metode tersebut untuk melacak dan
menyelidiki dua atau lebih ciri kepribadian. Hal ini menunjukkan adanya korelasi
antara ciri-ciri kepribadian (traits) dengan alat pengukuran yang dipakai untuk
menilai (assessment).4,10
Informasi-informasi yang dikumpulkan oleh orang lain seperti orang tua,
guru-guru, dan teman-teman juga memiliki nilai potensial jika secara tepat dan
benar diintegrasikan dalam evaluasi multi-trait dan multi-metode (MTMM).
Elemen-elemen penting dalam setiap penerapan evaluasi MTMM merupakan
kumpulan atau gabungan dari aturan-aturan yang jelas dalam mengevaluasi data-
data yang dibutuhkan untuk melakukan penilaian ADHD di sekolah.10

12
Dokter yang melakukan penilaian dan evaluasi ADHD akan dengan cepat
mengetahui bahwa tidak semua data atau informasi memiliki nilai yang sama.
Sebagai contoh, pendapat dari seorang guru dapat membuat tim penelitian pada
suatu pemikiran bahwa seorang anak selalu mengganggu kegiatan belajar di kelas.
Pendapat tersebut berisikan informasi yang berbeda dengan frekuensi perilaku
anak yang berteriak-teriak dan keluar dari tempat duduk selama pelajaran
matematika di kelas.10

2. Penilaian Komorbiditas atau Keadaan Penyerta pada anak-anak yang


mengalami ADHD di Sekolah

ADHD didapatkan memiliki hubungan dengan komorbiditas yang relatif


tinggi dalam disabilitas belajar, pola eksternalisasi dan internalisasi dari
penyesuaian emosi yang salah (maladjustment). Oleh sebab itu, sangat penting
bagi dokter atau klinisi untuk berhati-hati dalam meninjau data penilaian pada
berbagai titik evaluasi. Hal ini dilakukan agar dokter atau klinisi dapat mendeteksi
setiap pola-pola perilaku yang menunjukkan adanya gangguan tambahan atau
alternatif pada anak yang dicurigai mengalami ADHD. Deskripsi diagnostik yang
singkat dari beberapa gangguan DSM-IVpada masa anak-anak yang paling sering
didiagnosis dapat dilihat pada Tabel 2.10,
Penilaian pada anak yang dicurigai mengalami ADHD juga harus
memikirkan kemungkinan diagnosis banding lainnya. Pemeriksa yang menilai
kemungkinan adanya ADHD pada anak-anak mempertimbangkan apakah anak
tersebut:7,10
(a) memiliki lebih dari satu gangguan psikiatri yang terjadi secara
bersamaan (coexisting psychiatric disorders), atau
(b) memiliki gangguan alternatif yang memiliki gejala mirip sehingga
menyerupai ADHD.

13
Tabel 2. Deskripsi dan Ringkasan Diagnostik Gangguan Psikiatri pada Anak
Berdasarkan DSM-IV 5,10
Gangguan Psikiatri pada Anak Deksripsi

Gangguan Tingkah Laku (Conduct Jika tiga atau lebih item diagnostik
Disorder/CD) telah terpenuhi, maka penyelidikan
lebih lanjut diperlukan mengenai
kemungkinan adanya gangguan ini.
Gangguan Tingkah Laku didefinisikan
dalam DSM-IV sebagai kumpulan dari
perilaku-perilaku, meliputi satu atau
lebih dari kecenderungan berikut: pola
agresi yang gigih/persisten terhadap
orang atau binatang, perusakan
properti, tipu daya atau pencurian, dan
pelanggaran aturan yang serius.
Gangguan Kecemasan Menyeluruh Jika empat atau lebih item yang
(Generalized Anxiety Disorder /GAD) terpenuhi, pemeriksa harus
mempertimbangkan untuk menyelidiki
kemungkinan adanya gangguan ini.
Untuk terdapatnya suatu GAD, item
kunci yang harus terpenuhi yaitu
kemungkinan adanya "pengalaman
kecemasan dan khawatir tentang
sejumlah peristiwa selama 6 bulan
terakhir ini." Anak-anak dengan
Gangguan Kecemasan Menyeluruh
cenderung untuk menjadi cemas dan
khawatir, tetapi juga memiliki kesulitan
dalam mengendalikan kekhawatiran
mereka. GAD sebelumnya disebut
sebagai gangguan cemas berlebihan
pada masa Anak-Anak (Overanxious

14
Disorder of Childhood).
Gangguan Defiant Oposisional Empat atau lebih item yang terpenuhi
(ODD) menunjukkan kebutuhan untuk
penilaian tambahan (additional
assessment). Perilaku khas anak-anak
dengan Gangguan Defiant Oposisi yaitu
sering berdebat dengan orang dewasa,
menolak mengikuti aturan atau
mematuhi permintaan, kemarahan dan
kehilangan kesabaran, dan perilaku
dengki atau dendam.
ADHD, Predominan pada Tipe Terpenuhinya enam atau item yang
Inatentif (ADHD/IA) lebih menunjukkan kemungkinan
adanya subtipe ADHD ini. Sesuai
dengan namanya, ADHD / IA ditandai
dengan adanya kesulitan dalam
mempertahankan perhatian, seperti
yang dimanifestasikan oleh kesulitan
untuk menghadiri dan mengikuti
sebuah instruksi, membuat kesalahan
yang "ceroboh" dalam tugas sekolah,
dan sering melamun atau kurang
konsentrasi.
ADHD , predominan pada Tipe Terpenuhinya enam atau lebih item
Hiperaktif-Impulsif (ADHD/HI) yang menyarankan adanya subtipe
ADHD yang ditandai dengan hiperaktif
atau perilaku impulsif. Anak-anak
dengan ADHD / HI dapat gelisah,
meninggalkan tempat duduk mereka
tanpa izin, mengalami kesulitan
menunggu giliran, melontarkan
jawaban sebelum waktunya, dan
mengganggu orang lain.

15
ADHD, Tipe Kombinasi Jika dua belas item terpenuhi (enam
atau lebih item untuk ADHD / IA dan
ADHD / HI), ini pola perilaku ini
mengarahkan pada suatu diagnosis
kemungkinan ADHD, Tipe Kombinasi.
Terutama ketika dalam latar yang
melibatkan instruksio-instruksi,
individu dengan gangguan subtipe ini
diharapkan untuk menampilkan gejala
inatensi dan hiperaktif dan/atau
impulsif.

Oleh sebab anak-anak bertumbuh dan mengalami perkembangan dalam


tingkat yang tergolong cepat, mereka kurang cenderung untuk membentuk
kelompok klinis yang stabil dengan sindrom-sindrom yang dapat diprediksi, atau
kumpulan dari perilaku-perilaku abnormal jika dibandingkan dengan pada
populasi klinis dewasa.10
Para dokter atau klinisi yang menegakkan diagnosis harus mengevaluasi
perilaku-perilaku anak dengan biasanya membahas perilaku-perilaku tersebut
dalam suatu rentang dari normal sampai signifikan secara klinis. Pola perilaku
anak ditemukan mengalami perubahan seiring dengan semakin matang dan
bertambahnya usia anak. Sebagai contohnya, pada masa kanak-kanak seorang
anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD)
dapat menunjukkan banyak perilaku yang mengindikasikan inatensi,
hiperaktivitas, dan impulsivitas. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang
mendekati pada masa dewasa, perilaku disruptif yang paling sering dilihat mulai
berkurang dan bahkan menghilang. Meskipun demikian, penurunan fungsi yang
signifikan dalam perhatian (atensi) dan perasaan subjektif tidak bisa tenang
(restlessness) masih tetap ada.7,10,16
C. Komponen-Komponen Penilaian Komprehensif pada Anak-Anak dengan
ADHD di Sekolah

16
Diagnosis ADHD membutuhkan komponen-komponen yang beragam
meliputi pengumpulan data perilaku (behavioral), kesehatan (medis), dan
pendidikan (edukasi). Salah satu komponen dari diagnosis ADHD mencakup
pemeriksaan riwayat anak yang dilakukan dengan wawancara komprehensif
terhadap orang tua, guru, dan profesional layanan kesehatan lainnya. Dengan
mewawancarai orang-orang ini, maka akan memungkinkan bagi dokter untuk
menentukan karakteristik perilaku yang spesifik dari anak dan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:7,16,17
- Kapan perilaku ini pertama kali dimulai?
- Sudah berapa lama durasi dari gejala ini berlangsung?
- Apakah anak menampilkan perilaku dalam berbagai latar temapt dan
kondisi hidup bersama?

Pada tahun 2002, Akademi Dokter Anak di Amerika (American Academy


of Pediatrics/AAP) menekankan bahwa mengingat adanya berbagai gangguan
psikologis dan perkembangan yang sering terjadi bersamaan (coexistence) pada
anak yang sedang dievaluasi untuk ADHD, maka pemeriksaan secara menyeluruh
(komprehensif) untuk kondisi yang terjadi bersamaan tersebut harus menjadi
bagian integral dari setiap evaluasi pada anak-anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. ADHD ini berhubungan dengan nilai dan
kemampuan membaca yang buruk di sekolah. Selain itu ADHD pada akhirnya
juga menyebabkan rendahnya kelulusan di sekolah secara relatif.7,18,19

1. Evaluasi Perilaku (Behavioral Evaluation/Assessment)

Kuesioner-kuesioner dan skala penilaian yang spesifik digunakan untuk


meninjau serta mengukur karakteristik perilaku dari ADHD. Akademi Dokter
Anak di Amerika telah mengembangkan suatu pedoman praktis untuk penegakan
diagnosis dan evaluasi dari anak-anak yang mengalami ADHD serta menemukan
bahwa skala-skala penilaian perilaku dapat secara akurat membedakan antara anak
yang mengalami ADHD dan yang tidak mengalaminya. Namun tidak
menyarankan skala penilaian global oleh guru dalam diagnosis anak dengan
ADHD. Akademi Dokter Anak di Amerika menganjurkan penggunaan skala
penilaian yang spesifik untuk ADHD, seperti:7,10

17
- Skala Penilaian Orang Tua Conners, formulir panjang untuk skala
indeks ADHD (CPRS-R: L-ADHD index)
- Skala Penilaian Guru Conners, formulir panjang untuk skala indeks
ADHD (CTRS-R: L-ADHD index)
- Skala Penilaian Orang Tua Conners-IV untuk Skala Gejala (CPRS-R-
L-DSM-IV Symptoms)
- Skala Penilaian Guru Conners, skala Gejala DSM-IV (CTRS-R: DSM-
IV symptoms)
- Kuesioner Situasi Sekolah Barkley Versi Original (SSQ-O-II)

2. Evaluasi Pendidikan (Educational Evaluation/Assessment) pada Anak dengan


ADHD di Sekolah
Evaluasi pendidikan menilai perluasan dari gejala-gejala anak dengan
ADHD yang mengurangi fungsi dan kualitas anak dalam prestasi atau kinerja di
sekolah. Evaluasi ini melibatkan adanya suatu pengamatan atau observasi
langsung terhadap anak di ruang kelas dan peninjauan terhadap produktivitas
akademik anak tersebut. Perilaku-perilaku yang dinilai dan ditargetkan pada suatu
observasi di kelas dapat meliputi:7,10
- Masalah-masalah yang terkait dengan inatensi (kurangnya perhatian),
seperti sangat mudah beralih perhatian (distracted), membuat
kesalahan-kesalahan akibat tidak hati-hati atau ceroboh, atau gagal
menyelesaikan tugas-tugas kelas tepat pada waktunya.
- Masalah-masalah yang terkait dengan hiperaktivitas, seperti tidak bisa
tenang, keluar dari tempat duduk, berlari-larian di ruang kelas dan
bahkan menabrak teman kelas.
- Masalah-masalah yang terkait dengan impulsivitas, seperti menjawab
pertanyaan guru sebelum selesai ditanyakan atau meninterupsi guru
atau siswa lain di kelas.
- Perilaku-perilaku lainnya seperti perilaku agresif atau disruptif yang
parah

Observasi di kelas sebagai penilaian anak dengan ADHD di sekolah


(school-related assessment) digunakan untuk merekam seberapa sering anak
menunjukkan variasi gejala ADHD di ruang kelas. Frekuensi diaman anak dengan
ADHD menunjukkan perilaku-perilaku yang ditargetkan di atas nantinya akan

18
dibandingkan dengan anak-anak lain yang memiliki usia dan jenis kelamin yang
sama. Hal yang sangat penting yaitu untuk membandingkan perilaku dari anak-
anak dengan ADHD pada perilaku-perilaku anak di dalam kelasnya.7,10

3. Penilaian Medis pada Anak dengan ADHD

Evaluasi medis diterapkan untuk penilaian (assessment) terhadap gejala-


gejala ADHD, berdasarkan pada tujuan-tujuan di bawah ini:7,10

- Untuk menilai masalah-masalah yang berkaitan dengan inatensi,


impusivitas, dan hiperaktivitas yang sedang dialami oleh anak
sekarang ini.
- Untuk menilai tingkat keparahan atau severitas dari permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh anak saat ini.
- Untuk mengumpulkan informasi mengenai disabilitas lainnya yang
dapat berkontribusi untuk terjadinnya gejala-gejala ADHD pada anak
tersebut.

Rekomendasi dalam evaluasi medis untuk penegakan diagnosis dirancang


sedemikian rupa dan meliputi hal-hal berikut ini:7,10

- Evaluasi medis untuk ADHD seharusnya diawali oleh dokter layanan


kesehatan primer yang menanyai orang tua dari anak terkait dengan
masalah-masalah perilaku anak di sekolah, baik secara wawancara
langsung atau melalui kuesioner pra-kunjungan. Hal ini dapat
membantu dokter mengenai kemungkinan adanya ADHD.
- Dalam menegakkan suatu diagnosis ADHD, dokter harus
menggunakan kriteria diagnostik yang tercantum pada Pedoman
Diagnostik dan Statistikal Gangguan Mental-IV (DSM-IV).
- Penilaian ADHD harus meliputi semua informasi yang didapatkan
secara langsung dari orang tua atau pengasuh, dan guru kelas atau
professional lain di sekolah, mengenai gejala inti ADHD pada berbagai
variasi latar tempat, waktu, usia onset, durasi gejala, dan tingkat
penurunan fungsi yang terjadi.7

19
BAB III
KESIMPULAN

Permasalahan dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan ADHD


pada anak-anak merupakan tanggung jawab dari semua pihak, terutama praktisi
kesehatan jiwa yang bekerja dalam dunia anak. Anak-anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, memiliki kebutuhan khusus dan oleh
sebab itu penilaian, perencanaan, dan tatalaksana yang akan diberikan haruslah
mencakup seluruh aspek kehidupan anak dan keluarganya. Guru-guru di sekolah

20
juga dapat membantu proses penilaian anak-anak yang memiliki risiko mengalami
ADHD.11,20
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD) dapat
digolongkan sebagai suatu kondisi medis, yang ditandai oleh hiperaktivitas,
ketidakmampuan memusatkan perhatian dan impulsivitas, yang terdapat secara
persisten (menetap). Sebagian anak dapat menunjukkan gejala hiperaktif, yang
lainnya menunjukkan gejala kesulitan memusatkan perhatian, dan ada pula yang
menunjukkan impulsivitas, atau ketiga gejala tersebut terdapat secara
bersamaan.4,5,6
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kedokteran jiwa, sudah ditemukan cara mengatasi anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), baik secara organobiologis,
psikoedukatif maupun sosiokultural. Selama ini belum banyak orang memahami
keadaan tersebut. Banyak yang menganggap anak dengan GPPH merupakan anak
yang nakal, bahkan mereka diperlakukan dengan keras dan sering dihukum, baik
di rumah oleh orangtua, maupun di sekolah oleh guru atau di masyarakat. Hal ini
tidak akan dapat menyelesaikan masalah dan bahkan membuat masalahnya
bertambah berat. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM), definisi GPPH telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan
perubahan konsep tentang penyakit tersebut. Sesuai dengan DSM IV, terdapat tiga
gejala utama yaitu tidak mampu memusatkan perhatian (inattentiveness),
hiperaktivitas dan impulsivitas.4,6,7
Penilaian yang valid dan dapat dipercaya terhadap anak-anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) merupakan
hal yang tidak mudah untuk dicapai atau dilakukan oleh dokter sebagai
pengevaluasi/pemeriksa. Dokter harus dapat memverifikasi dan memastikan
adanya gejala-gejala perilaku dalam jumlah yang minimal agar dapat menegakkan
suatu diagnosis.8,10
Diagnosis ADHD membutuhkan komponen-komponen yang beragam
meliputi pengumpulan data perilaku (behavioral), kesehatan (medis), dan
pendidikan (edukasi). Salah satu komponen dari diagnosis ADHD mencakup

21
pemeriksaan riwayat anak yang dilakukan dengan wawancara komprehensif
terhadap orang tua, guru, dan profesional layanan kesehatan lainnya.7,16,17

DAFTAR PUSTAKA

1 Young S, Amarasinghe JM. Practitioner review: non-pharmacological


treatments for ADHD: A lifespan approach. Journal of Child Psychology and
Psychiatry. 2010: 116-33.
2 Ghanizadeh A, Shahriva FZ. The effect of Parent Management Training on
children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Journal of Child and
Adolescence Mental Health. 2009: 113-9.
3 Thompson M, Laver-Bradbury C, Ayres M. A small-scale randomized
controlled trial of the revised New Forest Parenting Package for preschoolers

22
with attention deficit hyperactivity disorder. European Child and Adolescent
Psychiatry. 2009: 1-4.
4 Sadock BJ, Ruiz P. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dalam: Sadock
BJ, Sadock VA, Ruiz P, Pataki CS, Sussman N, eds. Synopsis of Psychiatry.
11th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015. Hal 1612-29.
5 Hechtman L. Attention Deficit Disorders. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, eds.
Kaplan and Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th edition.
Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins. 2005. Hal 3184-98.
6 Antshel KM, Hargrave TM, Simonescu M, Kaul. Advances in understanding
and treating ADHD. BMC Medicine. 2011:7-10.
7 Paige R, Pasternack RH, Lee S, Danielson LC. Identifying and treating
attention deficit hyperactivity disorder: resource for school and home. US
Department of Education. 2003: 1-16.
8 Barkley RA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for
Diagnosis and Treatment. New York: The Guilford Press. 2006. Hal 112-20.
9 Jensen PS, Hinshaw SP, Kraemer HC., Lenora N, Newcorn JH. ADHD
comorbidity findings from the MTA study: comparing comorbid subgroups.
Journal of the American Academy of Child Adolescent Psychiatry. 2001: 147-
58.
10 Wright J. School and the assessment of attention-deficit hyperactivity disorder.
School-Based Evaluation Manual Intervention Central. 2002: 1-36.
11 Wiguna T. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Dalam: Elvira
SD, Hadisukanto G, eds. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Pertama. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 441-54.
12 Pastor PN, Reuben CA. Attention deficit disorder and learning disability:
United States. National Center for Health Statistics. 2002: 1-6.
13 Spelling M, Hager JH, Posny A, Danioelson L. Teaching children with
attention deficit hyperactivity disorder: instructional strategies and practices.
Report of US Department of Education. 2006: 1-25.
14 Cortese S, Kelly C, Chabernaud C, Proal E, Di Martino A, Milham MP,
Castellanos FX. Toward systems neuroscience of ADHD: A meta-analysis of
55 fMRI studies. American Journal of Psychiatry. 2012;169:10381055.
15 Hechtman L. Comorbidity and neuroimaging in attention-deficit hyperactivity
disorder. Canadian Journal of Psychiatry. 2009: 64950.
16 Barkley RA. Classroom accommodations for children with ADHD. The
ADHD Report. 2008: 7-10.

23
17 Tannock R. The educational implications of attention deficit hyperactivity
disorder. Research into Practice Ontario. 2007: 1-8.
18 Loe IM, Feldman HM. Academic and educational outcomes of children with
ADHD. Journal of Pediatric Psychology. 2007: 643-54.
19 ORegan F. Exclusion from school and attentiondeficit/hyperactivity
disorder. The International Journal of Emotional Education. 2010: 3-18.
20 Sayal K, Hornsey H, Warren S, MacDiarmid F, Taylor E. Identification of
children at risk of attention deficit/hyperactivity disorder: A school-based
intervention. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology. 2006: 806-13.

24

Anda mungkin juga menyukai