ADHD
Oleh :
1930912320111
Pembimbing
BANJARMASIN
September, 2020
DAFTAR ISI
ii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I
PENDAHULUAN
neurobehavioralyang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu
keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah, dan
merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. ADHD ditandai
orang tua apabila tidak dikenali gejalanya sejak dini. Seorang anak kerap dinilai sebagai
anak yang ”pemalas” dan “nakal”. Namun,sebaiknya orang tua harus mengenali dengan
baik apa sebenarnya yang terjadi pada seorang anak, yang menyebabkan nilai seorang
anak disekolah kurang memuaskan atau penyebab laporan kenakalan seorang anak dari
sekolah. ADHD dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Gangguan Hiperaktivitas Defisit
Perhatian (GHDP).1
anak yang mengalami ADHD sering kali gelisah, sulit duduk dalam waktu yang lama,
mudah bingung, sulit menunggu giliran, kesulitan berkonsentrasi dan mengikuti instruksi
yang diberikan, mudah bosan dengan pekerjaan yang dilakukan, berbicara dengan sangat
keras, mengganggu anak lain, jarang mendengarkan apa yang sedang dikatakan, mudah
1
kehilangan barang, sering terlibat dalam kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Adapun tiga gejala pokok yang sering
terlihat pada anak ADHD adalah kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas ( tidak
mampu mengontrol tindakan seperti gangguan atau pikiran ) dan impulsivitas ( tidak
DSM-V menetapkan ada 3 tipe dari ADHD yaitu tipe yang dominan hiperaktif,
tipe dominan gangguan perhatian dan tipe kombinasi dari keduanya. Anak yang
interpersonal dengan anggota keluarga dan teman sebaya, dan rasa harga diri yang
B. Epidemiologi
Prevalensi ADHD di dunia 3.2% prevalensi ini didapatkan dalam ruang lingkup
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) bahwa 5% anak memiliki
ADHD. Sekitar 11% anak usia 5- 17 tahun (6.4 juta) telah didiagnosis dengan ADHD
pada tahun 2011. Persentasi anak dengan diagnosis ADHD terus meningkat dari 7.8%
pada tahun 2003 hingga 9.5% tahun 2007 dan 11% tahun 2011. Sedangkan perbandingan
3
antara anak laki-laki (13.2%) lebih banyak jika dibandingkan dengan anak perempuan
Prevalensi yang berbeda dapat disebabkan oleh berbagai hal. Adanya perbedaan
C. Etiologi
Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, rata-rata faktor genetik
mempengaruhi terjadinya ADHD adalah sebesar 77%. Dari penelitian faktor keturunan
pada anak kembar monozigot, didapatkan sekitar 55%-92% anak dengan ADHD
dibandingkan dengan dizigot. anak dengan saudara kandung yang mengalami ADHD juga
diduga memiliki risiko dua kali lebih besar daripada populasi umum. ADHD juga
kemungkinan lebih besar didapatkan dari orang tua biologis yang memiliki riwayat ADHD
Selain akibat dari genetik, ADHD juga didasari oleh pola hidup saat hamil. Diduga
bahwa kebiasaan merokok pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko anak dengan
ADHD, selain itu ayah yang perokok juga dapat menyebabkan memiliki keturunan dengan
ADHD, hal ini memang tidak secara langsung mempengaruhi intrauterin, namun dapat
mempengaruhi faktor genetik dan lingkungan terhadap janin yang dikandung oleh istrinya.
Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat menyebabkan
memiliki keturunan dengan ADHD. Hal ini disebabkan pengaruh genetik akibat alcohol
use disorder dapat memberikan efek tambahan yang menguntungkan yang kita kenal
sebagai pleiotropic genetic effect. Faktor lain yang dapat menyebabkan ADHD seperti
trauma otak, pemberian bahan additif pada makanan masih perlu dikaji lebih mendalam.6
4
Menurut beberapa penelitian bahwa neurotransmitter seperti dopamine,
norepinefrin dan serotonin. adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel
neuron akibat perubahan hipersensitivitas transporter dopamin di daerah limbic dan lobus
prefrontal pada kasus ADHD, selain itu juga serotonin dikaitkan dengan keadaan agresif
mempelajari otak anak dengan ADHD. tehnik pertama menggunakan MRI dengan volume
analisis untuk mengetaahui ukuran tiap lobus prefrontal kanan , nucleus caudatus kanan,
globus pallidus kanan, dan verms serebelum yang terlihat lebih kecil dibandingkan anak
dengan ADHD. fungsi dari lobus prefrontal adalah untuk kognisi dan pengontrol perilaku,
pasien dengan lesi pada daerah ini, sulit untuk berkonsentrasi pada satu aktivitas dan
sangat mudah teralihkan oleh stimulus baru. Fungsi nucleus caudatus adalah dan globus
pallidus sebagai nuclei utama ganglia basalis berperan dalam inisiasi dan modulasi
pergerakan, jika terdapat lesi akan menimbulkan impuls yang berikatan dengan pergerakan
yang lebih atau berkurang. fungsi vermis serebellum adalah mengontrol dan
mengkoordinasikan otot serta mengontrol kekuatan gaya yang diinduksi oleh gerakan dan
Perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD tampak berlebihan dibandingkan anak
interaksi dengan lingkungan sangat bergantung dengan usia anak, semakin kecil usianya
maka semakin sulit anak tersebut mengendalikan perilakunya. ADHD pada bayi biasanya
ditandai dengan dengan terlalu sensitifnya terhadap rangsangan cahaya, suhu dan
perubahan lingkungan. Bisa juga ditandai dengan tidur yang sedikit, menangis banyak dan
5
tidak mau diam dalam gendongan. Pada anak usia prasekolah dengan ADHD akan
bergerak akif di dalam ruangan, berlari-lari, sering menyentuh benda sesuka hati, berisik
Anak dengan usia sekolah mungkin menunjukkan perilaku yang lebih ringan, seperti
sulit memusatkan perhatian dalam kelas, tampak melamun dan tampak gelisah di sekolah. 9
A. Pasien dengan ADHD menunjukkan gejala yang presisten dari inatensi dan/atau
perilaku:
1. Inatensi bila didapatkan enam atau lebih gejala inatensi untuk anak-anak sampai usia 16
tahun, atau lima atau lebih untuk dewasa usia 17 tahun atau lebih; gejala inatensi
yang kurang:
a) Sering gagal untuk memberikan perhatian pada detail atau membuat kesalahan
aktivitas bermain
mengesampingkan pekerjaan)
yang membutuhkan kerja pada waktu yang lama (seperti pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah)
6
g) Sering kehilangan barang yang digunakan untuk suatu pekerjaan dan aktivitas
(misalnya alat tulis, buku, pensil, dompet, kunci, kacamata, kertas, telepon
genggam)
2. Hiperaktivitas dan impulsivitas bila didapatkan enam atau lebih gejala hiperaktivitas-
impulsivitas untuk anak-anak sampai usia 16 tahun, atau lima atau lebih untuk dewasa
kurangnya 6 bulan dan mereka memiliki perkembangan mental yang kurang, antara
lain:
a) Sering merasa gelisah dengan mengetuk kaki atau tangan atau menggeliat di kursi
c) Sering berlari kesana kemari di situasi yang tidak tepat (pada dewasa atau remaja
d) Sering tidak dapat bermain atau mengambil posisi tenang atau diam pada waktu
luang
i) Sering memotong atau memaksakan pada orang lain (misalnya pada percakapan
a. Beberapa gejala inatensi dan hiperaktifimpulsif timbul pada usia sebelum 12 tahun.
7
b. Beberapa gejala timbul pada dua atau lebih kondisi (misalnya di rumah, sekolah
d. Gejala tidak timbul dikarenakan terdapat skizofrenia atau kelainan psikotik lain.
Gejala tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mental lain (seperti ganggua mood,
Berdasarkan tipe dari gejala, terdapat tiga jenis ADHD yang dapat timbul:
a. Tipe Kombinasi: Jika memenuhi gejala dari kedua kriteria inatensi dan
b. Tipe predominan Inatensi: Jika memenuhi gejala dari kriteria inatensi, namun tidak
Karena gejala dapat berubah-ubah, maka jenis juga dapat berubah-ubah seiring waktu.7
a) 314.01 ADHD, Tipe Kombinasi : bila terdapat baik kriteria A(1) maupun A(2)
b) 314.00 ADHD, Tipe Inatesi : bila terdapat kriteria A(1), tetapi tidak terdapat kriteria
c) 314.01 ADHD, Tipe Hiperaktif-Impulsif : bila terdapat kriteria A(2) tetapi tidak
A. Anamnesis
8
Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki interaksi
(MAOIs). Temukan pula adanya penyakit yang memiliki interaksi negatif dengan
fobia sosial, gangguan tidur, penyalahgunaan zat, sindrom Tourette’s atau gangguan
Tic, dan komorbiditas somatik (tidak ada komorbiditas somatik yang berhubungan
dengan ADHD).
3. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD atau mengalami
4. Riwayat sosial
b. Pemeriksaan fisik :
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena pada
tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan fisik umum termasuk penglihatan, pendengaran
dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik untuk
lain.
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap, kontrol
E. Diagnosis banding
penyakit tiroid, postinfeksi dan ensefalopati pasca trauma. Gangguan psikiatri yang
Gangguan depresi yang dianggap menyerupai adalah gangguan frustasi persisten yang
menyerupai ADHD yaitu manik dengan adanya gejala banyak bicara, hiperaktif
motoric, dan mudah mengalihkan perhatian, tetapi gejala ini hilang timbul. 9
F. Tata Laksana
Tujuan terapi pada anak dengan ADHD adalah memperbaiki sikap dan perilaku
dalam menjalani kegiatan sehari-hari secara fungsional dan optimal sesuai dengan usianya.
Tata laksana ADHD yang terbaik adalah dengan pendekatan berdasarkan prinsip Multi
Treatment Approach (MTA). MTA memilik 3 aspek pendekatan terapi yaitu, terapi
10
psikofarmakologi, terapi psikososial dan pemberian edukasi kepada orang tua, pengasuh
dan guru.
pertama adalah golongan stimulant. Stimulan yang dapat ditemukan di Indonesia adalah
ringan system saraf pusat dengan menghambat ambilan dopamine dan norepinefrin yang
diberikan dengan dosis 5mg di pagi hari dan 0,3-0,7/kgBB/hari dengan dosis maksimum
diberikan dengan dosis 20 mg pada pagi hari dan dilanjutkan 0,3-0,7kgBB/hari dengan
dosis maksimum 60 mg/hari. Jenis methylphenidate osmotic release oral system (OROS)
dengan sediaan 18 mg, 36 mg, 54 mg. diberikan dengan dosis 18 mg di pagi 1 kali sehari
dan ditingkatkan 0,3-0,7 kgBB/hari. Efek samping ang sering timbul dari golongan ini
insomnia, sakit kepala, sakit perut, mual, cemas, penurunan nafsu makan, timbulnya tik.
Efek samping ini timbul biasanya pada pemakaian pertama atau jika ada peningkatan
obat golongan anti depresan juga dikatakan memiliki efek untuk anak ADHD.
diberikan dengan dosis 0,6mg/KgBB memberikan respon sekitar 58% pada anak ADHD
usia 7-15 tahun, Gologan MAOI (Monoamin Oksidase Inhibior) seperti moclebemide
11
Obat golongan baru yang secara struktual berbeda dengan psikostimulan dan
antidepresan trisiklik adalah atomexetine. Mekanisme kerja obat ini adalah memblokir
transporter noradrenergic dengan selektif. Pemakaian dosis 1,8 mgkg terbukti efektif
dalam mengurangi gejala inatensi dan hiperaktif/impulsif pada anak dan remaja dalam
pemakaian 1 minggu. Efek sampingnya antara lain nafsu makan turun dan peningkata
Salah satu keuntungan untuk anak-anak adalah satu dosis di pagi hari akan bertahan
efeknya sepanjang hari sehingga anak-anak tidak perlu minum dosis kedua maupun
dipertahankannya obat ini pada level tertentu dalam tubuh sepanjang hari sehingga
fenomena rebound dan munculnya iritabilitas dapat dihindari. FDA (The Food and Drug
berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak-anak berusia 6 tahun atau
lebih. Kedua obat inilah yang paling sering dipakai untuk terapi ADHD.9,11
pelatihan orang tua, konsultasi dan pelatihan guru, remedial edukasi, serta terapi
vestibular/keseimbangan.
Pendekatan CBT didasari dengan kemungkinan bahwa gangguan yang terjadi pada
anak ADHD disebabkan dari keadaan sulit mengontrol diri dan kesulitan mengatasi
diri, mengontrol emosi, dan penguatan diri. keberhasilan terapi ini juga didukung oleh
keaktifan orang tua dan guru dalam menjalankan program. Seperti pada Behaviour
therapy atau terapi perilaku yang mengandalkan orang tua dan guru dalam mengatur
12
sikap anak yang bermasalah menggunakan pendekataan penghargaan dan hukuman pada
anak.
akademik anak disekolah tanpa kelainan gangguan belajar. mata pelajaran yang
diberikan disesuaikan dengan kesulitan yang dialami anak dengan dengan cara
Studi menunjukkan interfensi yang dilakukan pada orang tua dan guru di sekolah
dapat menurunkan perilaku ADHD dan permasalahan di sekolah. Namun kemajuan yang
lebih besar didapatkan melalui interfensi orang tua dibandingkan yang diberikan oleh
guru di sekolah.
Di sisi lain, penilaian yang diberikan oleh guru tentu saja merupakan indikator yang
baik tentang bagaimana sebenarnya yang dilakukan seorang anak pada saat di sekolah.
Hanya orang tua yang lebih banyak mengetahui kehidupan seorang anak di rumah,
namun guru cenderung lebih memahami peran dan performa seorang anak di sekolah.
Sehingga, peran kedua aspek ini telah dinilai oleh para peneliti sebagai kunci dalam
perbaikan. Dengan adanya terapi perilaku dan terapi farmakologis menunjukkan adanya
13
G. Prognosis
Prognosis untuk anak dengan kasus ADHD akan baik jika didiagnosis dari awal dan
mendapat terapi secara komphrensif. Sedikitnya 80% dari anak-anak yang menderita
ADHD, gejalanya menetap sampai remaja bahkan dewasa sampai remaja bahkan
dewasa. Dengan peningkatan usia, maka gejala hiperaktif akan berkurang tetapi gejala
14
BAB III
PENUTUP
ADHD merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-
anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada
anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada
menurut DSM V. Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat
terapi medikamentosa, terapi perilaku, terapi gabungan medikamentosa dan perilaku, serta
Tujuan terapi pada anak dengan ADHD adalah memperbaiki sikap dan perilaku
dalam menjalani kegiatan sehari-hari secara fungsional dan optimal sesuai dengan
usianya. Tata laksana ADHD yang terbaik adalah dengan pendekatan berdasarkan prinsip
Multi Treatment Approach (MTA). MTA memilik 3 aspek pendekatan terapi yaitu, terapi
psikofarmakologi, terapi psikososial dan pemberian edukasi kepada orang tua, pengasuh
dan guru. Meskipun terapi farmakologis bisa jadi lebih superior dibandingkan dengan
terapi psikososial dalam memperbaiki gejala ADHD, terapi psikososial saja atau dengan
kombinasi terapi medikamentosa dapat lebih baik dalam memperbaiki gangguan pada
aspek lain seperti hubungan orang tua dan anak, dan akademik anak. Sehingga
15
Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat didiagnosis
sehingga segera mendapatkan terapi. Terapi yang dimaksud di sini berupa terapi
16
DAFTAR PUSTAKA
2. Center Disease Control and Prevention. Data & statistic adhad [Internet]. USA:
CDC;2015[diakses tanggal 28 April 2015].Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html
4. Davidson GC, Neale JM, Kring AM. Psikologi abnormal edisi 9. Jakarta: Raja
Grafindo Persada; 2010.
6. Langley K, Heron J, Smith GD, Thapar A. Maternal and parental smoking during
pregnancy and risk of adhd symptoms in offspring: testing for intrauterine effect.
Am J Epidemiol. 2012; 176(3):261–8.
7. Center Disease Control and Prevention. Symptoms and diagnosis adhd [Internet].
2015 [diakses tanggal 13 April 2015]. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagno sis.html#ref
9. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC;2010.
10. American Psyhiatric Association. Diagnosis and statical manual of mental disorder
5th edition (DSM-V). American Psychiatric Association. Washington DC; 2013.
11. Louisa M, Dewoto HR. Perangsang susunan saraf pusat. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta:EGC ;2010.
12. Baehr M, Dewoto HR. Diagnosis topic neurologi DUUS. Edis 4. Jakarta: EGC:
2010: 219-93.
17
18
1
Universitas Lambung Mangkurat