PENDAHULUAN
Attention-deficit/hyperactivity
disorder
(ADHD)
merupakan
kelainan
neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan
suatu keadaan
sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anakanak.1 ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan
impulsivitas.1,2,3,4
Anak dengan ADHD mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugastugasnya. Anak-anak ini memerlukan bantuan, bimbingan, dan pengertian baik
dari orang tuanya, pembimbing, dan sistem pendidikan umum. Prognosis dari
ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat didiagnosis sehingga segera
mendapatkan terapi.5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sesuai dengan edisi keempat dari American Psychiatric Associations Diagnostic
and Statistical Manual (DSM-IV), ADHD adalah suatu keadaan yang menetap
dari inatensi dan/atau hiperaktifitas-impulsivitas yang lebih sering frekuensinya
dan lebih berat dibandingkan dengan individu lain yang secara tipikal diamati
pada tingkat perkembangan yang sebanding.2
ADHD ditandai oleh kurangnya kemampuan memusatkan perhatian,
termasuk peningkatan distraktibilitas dan kesulitan untuk mempertahankan
perhatian; kesulitan mempertahankan kontrol impuls; overaktifitas motorik dan
kegelisahan motorik.1
Gejala inatensi atau hiperaktifitas-impulsivitas yang menyebabkan
terjadinya gangguan harus ada sebelum umur 7 tahun, walaupun banyak individu
yang didiagnosis ketika gejalanya ditemukan setelah beberapa tahun. Gejalagejala tersebut harus ada minimal pada dua tempat (misalnya di rumah dan di
sekolah atau di tempat kerja). Gangguan tersebut harus jelas berhubungan dengan
perkembangan fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. Gangguan tidak terjadi
bersamaan dengan gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan
psikotik lain, dan tidak digolongkan sebagai gangguan mental lain (seperti
gangguan mood, gangguan cemas, gangguan disosiatif, atau gangguan
kepribadian).2
DSM-IV menetapkan ada 3 tipe dari ADHD yaitu tipe yang dominan
hiperaktif, tipe dominan gangguan perhatian dan tipe kombinasi dari keduanya.
Anak yang mengalami gangguan ini sering mengalami masalah dalam
pendidikannya, hubungan interpersonal dengan anggota keluarga dan teman
sebaya, dan rasa harga diri yang rendah. ADHD juga sering bersamaan terjadinya
dengan gangguan emosional, gangguan tingkah laku, gangguan berbahasa, dan
gangguan belajar.1,2
Dimana gejala inti ADHD yaitu :
1. Inatensi (gangguan pemusatan perhatian)
3
sangat
kesulitan
dalam
memusatkan
perhatiannya.
diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat
itu. Dengan demikian mereka hanya mampu mempertahankan
suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga
lingkungannya.
2. Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan)
Hiperaktivitas adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan
yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi
mereka banyak bergerak dan sulit
untuk ditenangkan.
Jika
gerakan
yang
penting
dan
tidak
penting.
Mereka sangat
dikuasai oleh
akan
ditampilkannya.
5 10%. Prevalensi
Organization berkisar antara 7-9 %.3,5 Penderita ADHD lebih sering dijumpai pada
anak laki-laki, rasio perkiraan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 3 : 1 dan
4 : 1 pada populasi klinis.3,5 Tipe inatensi lebih banyak ditemukan pada wanita.1
Data pada komunitas lain menunjukkan rasio 2 : 1. Seiring perkembangan jaman
rasio laki-laki berbanding perempuan mengalami penurunan akibat meningkatnya
deteksi dini pada kasus ADHD.
Berdasarkan data ini disetiap kelas di USA akan dijumpai satu atau dua
siswa yang menderita ADHD3 , ini talah dibuktikan pada dalam suatu survei 2004.
Faktor lingkungan seperti stress psikososial, masalah orang tua, dan masalah
dalam pendidikan mungkin berperan pada terjadinya ADHD namun bukan
merupakan faktor penyebab. Penelitian secara epidemiologis menunjukkan bahwa
ADHD sering tidak terdiagnosis sehingga banyak anak-anak yang mengalami
gangguan ini tidak mendapatkan pengobatan.1
2.3 Etiologi
ADHD merupakan kondisi heterogen dimana tidak hanya satu penyebab yang
diidentifikasi. Diperkirakan adanya peranan faktor genetik dan lingkungan
mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan fetus dan postnatal yang
kemudian berpengaruh pada terjadinya ADHD pada anak-anak usia dini.1 Adapun
faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya ADHD dihubungkan dengan
genetik, perkembangan, keracunan, post infeksi, dan post trauma.4
1. Faktor genetik
Penelitian pada keluarga dan anak kembar memperkirakan adanya
peningkatan resiko ADHD melalui transmisi vertikal langsung dan adanya
beberapa gangguan genetik spesifik seperti sindrom Tourettes, sindrom
fragile-X, dan sindrom Turner sangat beresiko menderita ADHD.4
Lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita ADHD. Keluarga
keturunan pertama dari anak ADHD didapatkan lima kali lebih banyak
menderita ADHD daripada keluarga anak normal. Angka kejadian orangtua
kandung lebih banyak daripada orangtua angkat anak ADHD. Angka kejadian
saudara kembar satu telur anak ADHD (50-98%) lebih tinggi daripada saudara
kembar dua telur anak ADHD (3%).6,7
normal, bagian otak yang mengecil ialah bagian lobus frontal, temporal,
nukleus kaudatus dan serebelum. Komunikasi dalam otak pada area tersebut
menggunakan neurotransmitter dopamin dan noradrenalin. Pada anak ADHD
terjadi hipofungsi dopamine dan noradrenalin. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa kebanyakan obat-obatan yang terbukti memiliki khasiat pada
ADHD adalah berfungsi untuk meningkatkan pelepasan dopamin dan
menghambat pengambilan kembali neurotransmiter. 5,6
2.4 Patofisiologi
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek
frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri,
merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi
ADHD.5 Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi
retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau
seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD.4
Lobus frontal yang berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada
perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat
suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari,serta dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek
befungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak
terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70
% dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain.
Pada saat mekanisme inhibitor
sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan disinhibitor disorder seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan
yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi
dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan,
maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak,
menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya,
memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur
perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan
level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya
masalah pada hal tersebut.5,6,8
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi.
Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari
isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas yang
melemah
pada
korteks
prefrontal
inferior
kanan
dan
kaudatum
kiri.
Impulsivitas ini
membuat anak sulit menunggu sesuatu yang mereka inginkan atau menunggu
9
giliran untuk bermain. Mereka dapat merampas mainan dari anak lainnya atau
memukul anak lain saat mereka kalah. Pada remaja dan dewasa, mereka lebih
memilih
mengerjakan
sesuatu
dengan
segera
walaupun
gajinya
kecil
12
Sekalisekali
Cukup
sering
Hampir
selalu
14
Dari penilaian ini akan tampak sikap dasar dari seorang anak yang nantinya
akan berpengaruh dalam proses prognosisnya.
1. Penilaian Perhatian
Sama
sekali
tidak
1 Mampu bekerja dengan baik 1
tanpa bantuan orang lain
2 Dapat melakukan tugas sesuai 1
dengan waktunya
3 Menyelesaikan pekerjaan yang 1
ditugaskan secara memuaskan
dengan sedikit bantuan
4 Mengikuti petunjuk sederhana 1
dengan cepat
5 Mengikuti
perintah
secara 1
berurutan
6 Mampu melakukan tugas-tugas 1
di dalam kelas
Interpretasi :
selalu
2
Sama
sekali
tidak
aktifitas 1
Selalu
2
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
selalu
15
sekali
tidak
12 Bersikap positif terhadap teman 1
atau anak lain
13 Komunikasi lisan,jelas dan 1
berkesinambungan
14 Komunikasi
non
verbal 1
dinyatakan dengan tepat
15 Mengikuti norma kelompok 1
dan aturan-aturan sosial
16 Dapat menerima teguran / 1
kritik
17 Mampu bergaul dengan teman 1
baru
18 Mengatasi
situasi
dengan 1
penuh percaya diri (tidak raguragu)
Interpretasi :
selalu
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
16
Tidak
Pernah
(0)
KadangKadang
(1)
Sering
(2)
Tidak
Pernah
(0)
KadangKadang
(1)
Sering
(2)
Tidak
Pernah
(0)
KadangKadang
(1)
Sering
(2)
Internalisasi
1. Merasa sedih, tidak bahagia
2. Mudah putus asa
3. Cemas, Khawatir
4. Menyalahkan diri sendiri
5. Tampak tidak bergembira
Nilai Internalisasi.
2. Nilai Eksternalisasi
Subskala perilaku
Eksternalisasi
1. Berkelahi dengan anak lain
2. Tidak memperhatikan aturan
3. Tidak mengerti perasaan anak lain
4. Mengganggu anak laim
5. Menyalahkan orang lain atas kesalahan diri
sendiri
6. Menolak berbagi
7. Mengambil barang milik orang lain
Nilai eksternalisasi.
3.Nilai Perhatian
Subskala perilaku
Perhatian
1. Gelisah tidak bisa duduk diam
2. Banyak Melamun
17
dengan
ADHD
atau
pengobatannya
seperti:
antikonvulsan,
18
e. Pemeriksaan Imaging
MRI
2.8 PENATALAKSANAAN
Penanganan holistik anak ADHD yang terbaik adalah1,2,4 :
1. Farmakoterapi (Medikamentosa)
2. Terapi perilaku
3. Kombinasi pengobatan medikamentosa dengan terapi perilaku
19
sediaan
short
dan
sustained-release
seperti
methylphenidate,
pada
anak-anak
berusia
tahun
atau
lebih
dan
methylphenidate pada anak-anak berusia 6 tahun atau lebih. Kedua obat inilah
yang paling sering dipakai untuk terapi ADHD.5
Terapi second line meliputi antidepresan seperti bupropion, venlafaxine dan juga
terdiri dari Agonis reseptor -Adrenergik seperti clonidine dan guanfacine. Obat
antidepresan sebaiknya diberikan bila pemberian obat psikostimulan tidak efektif
hasilnya untuk anak ADHD. 5
Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan aktivasi hingga dapat
mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata efek methylphenidate sangat baik
terhadap anak ADHD dimana anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan
adrenalin di sinaps, sedangkan methylphenidate bekerja untuk menghambat
reuptake dopamin dan noradrenalin kembali ke sel syaraf. Efek methylphenidate
menstimulasi korteks serebral dan struktur sub kortikal5.
Efek samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia, berkurangnya nafsu
makan sampai berat badan menurun, kadang-kadang sakit kepala. Bila sebelum
dan saat pengobatan anak ADHD menunjukkan gejala sukar makan, maka perlu
diberikan vitamin untuk nafsu makan. Bila timbul efek samping sukar tidur,
sebaiknya pemberian malam hari tak dilakukan, dilakukan membaca terlebih
20
dahulu sebelum tidur (bedtime reading), dapat diberikan obat tidur bila sangat
diperlukan.5,6
Tabel 3 Terapi Medikamentosa yang dipergunakan untuk Pengobatan ADHD
Nama Obat
Durasi
Dosis
-Short-acting
(Ritalin,Methylin)
2-3 jam
-Intermediate-acting
(Ritalin SR, Methylin ER)
3-8 jam
-Long-acting
( Concerta, Metadate CD,
Ritalin LA)
8-12 jam
Stimulan (first-line
treatment)
Methylphenidate
tab @ 10 mg
satu kali per hari
tab @ 20 mg
satu kali per hari
tab @ 18 mg
Amphetamine
-Short-acting
(Dexedrine, Dextrostat)
4-6 jam
Antidepresan
Trisiklik (TCA)
- Imipramin,
Desipramin
Bupropion
Sediaan
(mg)
Durasi
(Jam)
Preparat Methylphenidate
Ritalin
5, 10, 15, 20
3-4
Ritalin-SR
Concerta
Metadate ER
Metadate CD
20
18, 36, 54
10, 20
20
8
12
8
12
Dosis yang
Direkomendasikan
0,3-1 mg/kg 3 kali sehari;
sampai dengan 60 mg/hari
sampai dengan 60 mg/hari
sampai dengan 54 mg/q
sampai dengan 60 mg/hari
sampai dengan 60 mg/q
Preparat Dexmethylphenidate
21
Focalin
Preparat Dextroamphetamine
Dexedrine
2,5; 5; 10
3-4
sampai dengan 10 mg
5, 10
3-4
Dexedrine Spansule
5, 10, 15
Preparat Dextroamphetamine
dan amphetamine salt
Adderall
5, 10, 20, 30
4-6
Adderall XR
12
10, 20, 30
Pengobatan ADHD
Nama Obat
Sediaan
(mg)
Preparat Bupropion
Wellbutrin
75, 100
Wellbutrin SR
100,150
Venlafaxine
Effexor
Effexor SR
Agonis -Adrenergik
Clonidine (Catapres)
Guanfacine (Tenex)
Terapi Perilaku
Berupa :
1.Intervensi pendidikan dan sekolah
Hal ini penting untuk membangun kemampuan belajar anak.
22
f)
Pendekatan yang hampir sama dapat dilakukan oleh guru di sekolah pada anak
ADHD yang mengganggu teman-temannya di sekolah.
Terapi perilaku sebaiknya :2
a) Dilakukan pada anak ADHD yang gejalanya ringan (mild ADHD)
b) Anak ADHD dengan komorbiditas yang tidak berespon baik dengan
pengobatan stimulansia (anak depresi, atau gangguan tingkah laku, sikap
menentang)
c) Pada keluarga yang tidak mau menggunakan obat untuk terapi anaknya.
d) Anak ADHD yang tidak berespon secara adekuat dengan obat-obatan.
e) Anak ADHD yang tidak tahan / toleran dengan obat-obatan (alergi, reaksi
tambah buruk)
Dalam terapi perilaku sebaiknya orangtua menunjukkan perilaku yang baik yang
dapat ditiru anak (menunda kemarahan/lebih sabar, memberikan disiplin yang
konsisten dan sesuai dengan usia anak). Mengajarkan pada anak bermain olahraga
yang banyak mempergunakan gerakan adalah lebih baik daripada permainan yang
tenang (catur), misalnya sepakbola dan tenis.
2.9 PROGNOSIS
Prognosis pasien ADHD umumnya baik bila:
1.
2.
3.
4.
5.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Gede Krisna Bayu
Umur
: 10 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: BTN Blumbungan Amerta Sari Blok E No.13, Sibang
Kaja
Tgl.Pemeriksaan
: 22 April 2012
26
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
teraba
: Akaral Hangat (+), sianosis (-), edema (-)
Status Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Berat badan Ideal
Lingkar Kepala
Lingkar lengan atas
Status Gizi menurut Waterlow
: 37 kg
: 147 cm
: 39 kg
: 55cm
: 22cm
: 94,8% (gizi baik)
Tumbuh kembang
Menegakkan kepala
: 3 bulan
Merangkak
: 7 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 11 bulan
Berbicara
: 2 tahun, bisa mengucapkan 1 kata
Dari riwayat tumbuh kembangnya terlihat bahwa pasien mengalami
keterlambatan.Berbicara karena baru bisa berbicara pada usia 2 tahun.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Form deteksi Dini Gangguan Konsentrasi dan Hiperaktivitas
1.Penilaian Perhatian
1
2
3
4
5
Sama
sekali
tidak
Mampu bekerja dengan baik 1
tanpa bantuan orang lain
Dapat melakukan tugas sesuai 1
dengan waktunya
Menyelesaikan pekerjaan yang 1
ditugaskan secara memuaskan
dengan sedikit bantuan
Mengikuti petunjuk sederhana 1
dengan cepat
Mengikuti
perintah
secara 1
selalu
2
5
29
berurutan
6 Mampu melakukan tugas-tugas 1
di dalam kelas
Interpretasi :
Sama
sekali
tidak
aktifitas 1
Selalu
2
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
Interpretasi :
12
13
14
15
16
17
18
Sama
sekali
tidak
Bersikap positif terhadap teman 1
atau anak lain
Komunikasi lisan,jelas dan 1
berkesinambungan
Komunikasi
non
verbal 1
dinyatakan dengan tepat
Mengikuti norma kelompok 1
dan aturan-aturan sosial
Dapat menerima teguran / 1
kritik
Mampu bergaul dengan teman 1
baru
Mengatasi
situasi
dengan 1
penuh percaya diri (tidak raguragu)
selalu
2
Interpretasi :
selalu
30
sekali
tidak
19 Menyulitkan orang lain
1
20 Berkelahi tanpa alasan
1
21 Membuat kesal orang lain
1
22 Menentang orang lain
1
23 Mengganggu orang lain
1
24 Senang berlaku kasar terhadap 1
anak-anak lain
Interpretasi :
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
Tidak
Pernah
(0)
Internalisasi
1. Merasa sedih, tidak bahagia
2. Mudah putus asa
KadangKadang
(1)
Sering
(2)
1
0
3. Cemas, Khawatir
Nilai Internalisasi= 4
2. Nilai Eksternalisasi
Subskala perilaku
Eksternalisasi
1. Berkelahi dengan anak lain
2. Tidak memperhatikan aturan
Tidak
Pernah
(0)
0
1
0
6. Menolak berbagi
Sering
(2)
KadangKadang
(1)
0
31
Nilai eksternalisasi= 3
3.Nilai Perhatian
Subskala perilaku
Tidak
Pernah
(0)
Perhatian
1. Gelisah tidak bisa duduk diam
KadangKadang
(1)
Sering
(2)
2. Banyak Melamun
4. Sulit berkonsentrasi
Nilai Perhatian 7
Jumlah 3 sub skala pada PSC-17 adalah 14 dengan skala internalisasi 4,
eksternalisasi 3 dan perhatian 7. Interpretasinya kemungkinan ada gangguan
tingkah laku perhatiannya yang bernilai 7.
DSM IV TR
Ditemukan 6 gejala tidak dapat memusatkan perhatian yang menetap dalam 6
bulan terakhir, sedangkan gejala hiperaktivitas dan impulsivitas dikeluhkan
sejak
kecil
tetapi
saat
ini
sudah
berkurang
(dalam
bulan
Tidak
sama
sekali
1. Tidak kenal lelah atau aktivitas
yang berlebihan.
2. Mudah menjadi gembira,
impulsif.
3. Mengganggu anak-anak lain.
4. Gagal menyelesaikan kegiatan
yang telah dimulai,silang
perhatiannya pendek
5. Menggerak - gerakkan anggota
tubuh/kepala terus-menerus
6. Perhatiannya mudah beralih
7. Permintaannya harus segera
dipenuhi, mudah terjadi frustasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya berubah
dengan cepat dan drastis
10. Ledakan kekesalan, tingkah
laku ekplosif dan tak terduga.
Sekalisekali
Cukup
sering
Hampir
selalu
2
0
0
2
2
2
2
0
1
2
V. DIAGNOSIS KERJA
33
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Simms MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB (editor). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th
edition. Saunders, USA. 2004. p. 107-10.
2. DSM IV. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. 4th edition. American Psychiatric Association,
Washington DC. 1994. p. 78-85.
3. Support
Group
for
ADHD
Children
and
ADHD
Adults.
Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder.
D.K.
Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder.
Deficit
Disorder.
http://www.add-adhd.org/ADHD_attention-
Lampiran
DENAH RUMAH
Dapur
guda
ng
U
Kamar tidur
ibu dan
adiknya
tv
Ruang
tengah
13m
Tempat
keluarga
kumpul
Kamar &
bapak
Teras depan
Halaman depan
Sanggah
rumah
7m
Ga
rasi
mo
tor
Gambar KrisnaBayu