Anda di halaman 1dari 28

Gangguan Psikosomatis dan Gangguan

Somatoform

PSIKOLOGI ABNORMAL

P E RT E M U A N 8
Gangguan Psikosomatis

 Psikosomatis berasal dari bahasa Yunani psyche berarti psikis dan soma artinya

badan

 Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinrothoke 1818

 Psikosomatis merupakan macam-macam bentuk penyakit fisik yang

ditimbulkan karena adanya konflik psikologis dan kecemasan dari individu.

 Faktor psikologis yg banyak berpengaruh terhadap gangguan fisik adalah stres

 Gejala medis terkonfirmasi


Lanjutan.....

 Stres merupakan suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang

mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon


peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
 Beberapa contoh stress berhubungan dengan :

1. Menurunnya sistem kekebalan tubuh

2. Tubuh mudah terinfeksi

3. Munculnya gejala-gejala fisik (penyakit) akibat pengaruh psikologis

4. Terganggunya hubungan interpersonal

5. Menimbulkan permasalahan pada dunia kerja bahkan sampai kehilangan

pekerjaan
Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena

1. Gangguan kulit

contoh neurodermatis dan hiperhidrosis (kulit kering)


2 Gangguan pernapasan
contoh bronchial, hiperventilasi (bernapas sgt cepat, seringkali pingsan)
3. Gangguan kardiosvaskular
Contoh migrain dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Gangguan gastroin testinal
contoh luka lambung
Intervensi Gangguan Psikosomatis Berdasarkan Penelitian

187 peserta
mengalami gejala
psikosomatis

Body Awareness Program Memberikan efek positif , hasilnya menurunkan


gejala yang berhubungan dengan stress,
peningkatan kualitas hidup, peningkatan efikasi
diri, menurunkan depresi, menyebabkan
individu mengalami perubahan pada gaya hidup
yang positif. Partisipan lebih mampu mengatur
diri sendiri dalam mengatasi stress dan gejala
psikosomayik.
Intervensi Gangguan Psikosomatis Berdasarkan Penelitian
Gangguan Somatoform

 Kelompok gangguan yang meliputi gejala fisik (misalnya nyeri, mual dan

pening) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan secara medis.

 Berbagai keluhan dan simtom cukup serius sehingga menyebabkan stress

emosional dan gangguan dalam kemampuan penderita untuk berfungsi dalam

kehidupan sosial dan pekerjaan

 (Kaplan, sadock, & Grebb, 1994)


Gangguan Somatoform

Somatization Disorder Conversion Disorder

Pain Disorder Hypochondriasis

Body Dysmorphic Disorder


Somatization Disorder
Gangguan ini melibatkan focus yang ekstrim dan berlangsung lama pada berbagai
gejala fisik majemuk yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas

Gejala Menurut DSM-IV-TR :

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang mulai muncul sebelum usia 30 tahun yang
berlangsung selama bertahun-tahun dan menyebabkan individu mencari
penanganan masalahnya atau mengalami hendaya yang signifikan di bidang
fungsi-fungsi pentingnya (sosial, pekerjaan atau fungsi yang lain)

B. Masing-masing kriteria harus dipenuhi dengan gejala terjadi setap saat selama
gangguan

1. Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda (misalnya kepala, pundak,

perut, punggung, lutut, kaki, dada, sendi)

2. Dua simtom gastrointestinal (misalnya diare, mual, kembung, muntah atau

diare)
3. Satu gejala seksual (misal pendarahan menstruasi yang banyak,

disfungsi ereksi, menstruasi yang tidak teratur )

4. Satu gejala pseudoneurologis (misalnya penglihatan ganda

gangguan koordinasi atau keseimbangan, sulit menelan)

C. Kriteria selanjutnya :

1. Keluhan-keluhan fisik tidak dapat dijelaskan sepenuhnya

berdasarkan kondisi medis umum atau berdasar efek substansi

tertentu (obat/ penyalahgunaan obat) atau

2. bila ada kondisi medis secara umum, keluhan fisik atau

hendayanya melebihi perkiraan untuk kodisi medis tersebut.

D. Keluhan atau hendaya tidak dibuat secara sengaja atau berpura-pura


Etiologi (Faktor Penyebab)

Davison & Nelae (2001)

Gangguan ini terjadi karena pasien terlalu sensitif dengan


sensasi fisik, terlalu berlebihan dalam memerhatikan sensasi
tersebut atau menginterpretasikannya secara berlebihan.
Pandangan behavioral mengatakan bahwa gangguan ini
merupakan manifestasi kecemasan yang tidak realistis pada
sistem ketubuhan.
Conversion Disorder

 Menurut DSM IV gangguan konversi merupakan gangguan dengan


karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom neurologis (misalnya
buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis
maupun neurologis yang ada.
 Faktor psikologis berkaitan erat dengan awal dan keparahan gangguan

 Pada masa lampau gangguan ini dikenal dengan istilah hysteria

 Menurut Davison & Nelae (2001) pasien mungkin mengalami kelumpuhan

sebagian atau seluruhnya pada tangan atau kaki, gangguan koordinasi atau
kejang, kesemutan, seperti digelitik atau seperti ada yang merambat pada
kulit , tidak sensitif terhadap rasa sakit, serta kehilangan atau gangguan
sensasi.
Gejala menurut DSM-IV TR

A. Satu atau lebih kondisi yang mempengaruhi fungsi motorik atau fungsi
indera yang mengesankan kondisi neurologis atau kondisi medis umum

B. Faktor-faktor psikologis diduga diasosiasikan dengan kondisi terdahulu


yang menyebabkan konflik atau stressor lainnya
C. Gejala tidak dibuat-buat atau tidak pura-pura

D. Kondisi yang sebaliknya tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medis


umum, efek-efek dari obat, dan sebagai sanksi adat perilaku atau
pengalaman
E. Gejala menyebabkan tekanan klinis atau gangguan signifikan dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi lainnya
Etiologi (Faktor Penyebab)

Individu mengalami peristiwa traumatik, awal


munculnya beberapa konflik yang tidak diterima
atau disadari

Konflik dan kecemasan yang dihasilkan tidak


Psikodinamika
dapat diterima oleh ego, terjadi represi

Kecemasan semakin meningkat dan mengancam


untuk muncul ke kesadaran sehinggga orang
tersebut denga cara tertentu
“mengkonversikan”nya ke dalam simtom fisik
Pain Disorder

 Gangguan ini individu akan mengalami gejala sakit atau nyeri pada
satu tempat atau lebih yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan
media (non psikiatris) maupun neurologis. Simtom ini menimbulkan
stress emosional ataupun gangguan fungsional dan gangguan ini
dianggap memiliki hubungan sebab akibat dengan faktor psikologis.
 Sub Tipe :

1. Gangguan nyeri yang terkait dengan faktor psikologis


2. Gangguan nyeri yang terkait dengan faktor psikologis dan kondisi

medis umum

3. Gangguan nyeri yang terkait dengan kondisi medis umum


Gejala menurut DSM-IV TR

A. Adanya nyeri atau sakit yang serius disatu lokasi anatomis atau lebih

B. Nyeri tersebut menyebabkan distress atau gangguan signifikasn secara

klinis dalam bidang sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya

C. Faktor psikologis dinilai memiliki peran penting dalam onset,

keparahan atau peningkatan rasa sakit

D. Gejala tidak sengaja di produksi atau tidak pura-pura

E. Kondisi seperti gangguan somatisasi, gangguan konversi, atau

gangguan mood dapat menghilangkan gangguan nyeri sebagai


diagnosis.
Etiologi (Faktor Penyebab)

Secara simbolis mengekspresikan konflik


Psikodinamika intrapsikis pada keluhan tubuh, beberapa
mengalami alexithymia , masalah emosional,
defense mechanism yang digunakan yaitu
displacement, substitusi dan represi.

Perilaku sakit diperkuat jika pasien mendapat


Behavioral imbalan dan akan dihambat jika diabaikan atau
dihukum

Memandang gangguan ini terjadi karena adanya


Biologis abnormalitas pada sistem limbik.
Hypochondriasis

 Kata “hypochondriasis” berasal dari berasal dari istilah medis lama

“hypochondrium”, yang berarti dibawah tulang rusuk dan

merefleksikan gangguan pada bagian perut yang sering dikeluhkan

pasien hipokondriasis.

 Hipokondriasis adalah hasil interpretasi pasien yang tidak realistis dan

tidak akurat terhadap simtom atau sensasi , sehingga mengarah pada

preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang

parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang ditemukan.


Gejala menurut DSM-IV TR

A. Preokupasi ketakutan menderita, atau ia menderita suatu penyakit


serius didasarkan pada interpretasi keliru terhadap gejala-gejala
tubuh.
B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis
yang tepat dan penenteraman.
C. Keyakinan kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti
pada gangguan delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada
kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan
dismorfik tubuh)
Lanjutan...........

D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

F. Preokupasi tidak dapat diterangkan oleh gangguan kecemasan

umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan

depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.


Etiologi (Faktor Penyebab)

Pasien cenderung berfokus pada sensasi ketubuhan,


salah menginterpretasikannya, dan menjadi waspada
karena adanya skema kognitif yang salah

Adanya dorongan agresi atau kekejaman terhadap


orang lain ditransfer melalui represi dan displacement
ke dalam keluhan fisik

Kaplan, Sadock, & Grebb (1994)


Body Dysmorphic Disorder

 Preokupasi dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya

hidung yang dirasakannya kurang mancung) atau keluhan yang

berlebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal atau kecil

(Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994)

 Menurut Davison & Neale (2001), perempuan lebih cenderung untuk

memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha dan kaki, sedangkan pria

lebih berfokus pada tinggi padan, ukuran alat vital atau rambut tubuh.
Gejala menurut DSM-IV TR

A. Preokupasi pada kekurangan yang dibayangkan terdapat dalam

penampilan atau sangat melebih-lebihkan anomaly kecil pada

fisik

B. Preokupasi menyebabkan distress atau hendaya yang signifikan

dalam sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya

C. Preokupasi yang tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik

berdasarkan gangguan lain (misal anoreksia nervosa)


Etiologi (Faktor Penyebab)

Diperkirakan terdapat hubungan antara gangguan


dengan pengaruh budaya atau sosial, dengan adanya
konsep stereotip tentang kecantikan

Merefleksikan pemindahan konflik seksual atau


Psikodinamika emosional pada bagian tubuh yang tidak
berhubungan. Mekanisme pertahanan diri yang
digunakan, yaitu represi, disosiasi, distorsi,
simbolisasi, dan proyeksi.

Kaplan, Sadock, & Grebb (1994)


Penanganan (Treatment) Gangguan Somatoform

Pentingnya terapi untuk mengeluarkan hal-


hal yang direpres dan ditransformasikan
Pandangan Psikoanalisis atau dikonversikan pada gejala ketubuhan.
Katarsis yang terjadi saat pasien
menghadapi apa yang direpresnya dianggap
dapat membantu.

Meyakini gangguan ini memiliki tingkat


kecemasan yang berhubungan dengan
Kognitif dan Behavioral
gangguan somatisasi. Teknin exposures
dapat digunakan untuk mengatasi hal ini
(Davison & Neale, 2001)
Intervensi Gangguan Somatoform Berdasarkan Penelitian
Intervensi Gangguan Psikosomatis dan Somatoform Berdasarkan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai