Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN SIKAP DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SEKS SISWA SMU BHAKTI IBU 8 PALEMBANG

Y. Widyastuti, SST, M. Kes dan Vivin Zahlia, Am.Keb* Dosen Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Abstrak Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya atau perilaku yang melibatkat sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan sikap dan pengetahuan dengan perilaku seks siswa SMU Bhakti Ibu 8 palembang tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap dan pengetahuan dengan perilaku seks siswa SMU Bhakti Ibu 8 palembang. Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa / siswi kelas I dan II SMU Bhakti Ibu 8 Palembang Tahun 2008, dengan besar sampel sebanyak 84 orang yang dipilih dengan tehnik stratifiet proporsional random sampling. Masing-masing variabel yang diteliti diuji dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel sikap dan pengetahuan dengan perilaku seks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65,5% siswa yang memiliki sikap kurang baik, 61,9% siswa yang memiliki pengetahuan kurang dan 65,5% siswa yang memiliki perilaku seks kurang. Dari hasil uji Chi-square hubungan antara sikap dengan perilaku seks diketahui nilai p value = 0.016, sehingga terdapat hubungan bemakna antara sikap dengan perilaku seks. Sedangkan hasil uji chi-square hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks diketahui nilai p value = 0,000, sehingga terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks. Diharapkan kepada SMU Bhakti Ibu 8 palembang dapat memberi tambanhan pelajaran di sekolah tentang kesehatan repoduksi guna untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reprduksi dan mempunyai pandangan serta berperilaku seks yang positif. Daftar Pustaka : 17 (2001-2008) Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi

Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO) setengah dari infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di seluruh dunia terjadi pada orang muda yang berusia di bawah 25 tahun. Di seluruh dunia anak anak remaja baik laki laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS dan masalah kesehatan reproduksi serius lainnya. Survey di 24 negara di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku seks bebas remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survey yang dilakukan Service Medical du Rectorat de Toulouse kepada 33.943 remaja tersebut menunjukkan, sebanyak 13,2% remaja yang berperilaku seks aktif sejak usia 15 tahun tersebut tidak menggunakan alat kontrasepsi, sedangkan 825 lainnya menggunakan alat kontrasepsi. Gambaran situasi kesehatan reproduksi Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2000 menunjukkan bahwa perilaku seks sebelum menikah 0,4%-5%, kurang dari 70% wanita usia 15-24 tahun pernah mendengar tentang HIV/AIDS, hampir 40% wanita usia 1524 tahun percaya bahwa AIDS dapat disembuhkan. Data resmi Depkes RI akhir bulan September 2007 saja secara komulatif jumlah orang dengan HIV dan AIDS tercatat sebanyak 16.288 kasus yang terdiri dari 5.904 kasus HIV dan 10.384 kasus AIDS. Apabila dilihat dari umurnya pengidap terbesar pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu sebanyak

53,80%, kemudian disusul kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 27,9 % dan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 8,19%. Jadi untuk usia 20-49 tahun sebanyak 88,98%, yang berarti hampir semua penderita pada usia produktif. Faktor penyebabnya dimana pengguna napza suntik menjadi penyebab utama (49,5%) disusul kelompok heteroseksual 42% dan homoseksual 4%. Beberapa penelitian akhir akhir ini menunjukkan bahwa remaja Indonesia beresiko untuk terkena infeksi PMS/HIV/AIDS, Survey suveilans perilaku yang diadakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukkan bahwa 2,8% pelajar SMA wanita dan 7% dari pelajar SMA pria melaporkan adanya gejala-gejala PMS pada periode setahun lalu. Sebuah penelitian di Bali menunjukkan bahwa 26% wanita dan 29% pria berusia 20-24 tahun telah aktif seksual. Dari data hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 2001 terhadap responden remaja khususnya siswa SMU dan mahasiswa. Penelitian tersebut dilaksanakan di lima kota, yakni Kupang (NTT), Palembang (Sumsel), Singkawang (Kalbar), Cirebon dan Tasikmalaya (Jabar). Penelitian melibatkan 2.479 responden memiliki pengetahuan kespro tidak memadai, karena sumber pengetahuan mereka hanya dari teman. Sedangkan sebanyak 72,77% memiliki pengetahuan memadai mengenai cara penularan PMS terutama HIV/AIDS sekitar 227 orang (16,46%) responden mengaku pernah melakukan hubungan seks, yang melakukan dengan pacar sebanyak 170 orang (78,89%) dan

sebanyak 42,26% diantaranya melakukan seks secara rutin 1-2 kali sebulan. Survei oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) terhadap 2.880 responden usia 15-28 tahun di 6 kota di Jawa Barat pada bulan Mei 2002 lalu menunjukkan bahwa 39,65% respondennya pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah. Bahkan data terbaru dari Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menyebutkan bahwa untuk kab. Bandung saja, sedikitnya ada 38.288 remaja yang diduga pernah berhubungan intim di luar nikah atau melakukan seks bebas. Tingginya aktivitas seks remaja ini tidak seimbang dengan pemahaman mereka akan kehamilan, yang ternyata masih sangat minim. Misalnya, masih banyak remaja yang beranggapan bahwa bila melakukan hubungan seks satu kali saja, tidak akan menyababkan kehamilan. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan bila remaja berkontribusi sebesar 27% di keseluruhan kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Wajar juga bila data dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa 30% dari kasus aborsi dilakukan oleh remaja. Menurut Survey Surveilans Perilaku (SSP) 2004/2005 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan remaja yang mengaku pernah berhubungan seks sebelum menikah dalam setahun terakhir mencapai 10% di Jakarta dan 6% di Surabaya. Sedangkan untuk narkoba 235 siswa di Jakarta dan 9% di Surabaya pernah menggunakannya. Dari jumlah itu

1% siswa di Jakarta dan Surabaya pernah menggunakan narkoba. Berdasarkan needs assessment yang dilakukan oleh Centra Remaja Sriwijaya (Cresy), Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumatera Selatan diperoleh data mengenai sumber informasi remaja tentang kesehatan reproduksi tergambar 23,29% dari teman, 36,40% memperoleh informasi dari media cetak dan elektronik, 15,85% dari guru, 13,31% dari orang tua, 7,63% dari saudara dan 3,52% dari lembaga/instansi. Frekuensi melakukan hubungan seks tampak variatif, 53,85% dilakukan sebulan 1 kali atau 2 kali, 20,51% pernah melakukan 1 kali,seminggu 1 kali atau 2 kali 17,95%, hampir setiap hari 7,69%. 92,50% menyatakan hubungan seks dilakukan dengan pacar, 7,50% dilakukan dengan teman. 92,50% melakukan hubungan seks pertama kali karena suka sama suka. Akibat seks bebas dapat terjadi hubungan yang tidak diinginkan dan ini merupakan factor predisposisi terjadi tindakan aborsi yang tidak aman (Unsafe Abortion) menyebabkan perdarahan, infeksi, meninggal dan meningkatkan Angka Kematian Ibu. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitia analitik dengan pendekatan Cross Sectional.Populasi penelitian adalah adalah seluruh siswa / siswi kelas I dan II SMU Bhakti Ibu 8 Palembang. Sedangkan sampel penelitian adalah keseluruhan atau sebagian dari objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel secara proportional sampel. Jumlah total

sampel 84 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat masing-masing variabel dengan uji Chi-Square dengan

tingkat kemaknaan terhadap 0,05 pada df=1.

Hasil Tabel 1. Distribusi Frekuensi variabel Sikap, Pengetahuan dan perilaku Seks
No. 1 2 3 Variabel Sikap Pengetahuan Perilaku Seks Kategori Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Frekuensi 29 55 32 52 29 55 Persentase 34,5 65,5 38,1 61,9 34,5 65,5

Tabel 2. Hasil Analisa Bivariat (Karakteristik Pejamu dengan Kejadian Abortus)


No. 1 2 Variabel Umur Paritas Log-likelihood 74,5 82,7 P Value 0,016 0,000

Dari hasil uji statistik ChiSquare diperoleh nilai p value < = 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara setiap variabel dengan perilaku seks. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara setiap variabel dengan perilaku seks siswa/siswi terbukti secara statistik. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di SMU Bhakti Ibu 8 Palembang pada bulan Mei Tahun 2008, metode penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel dependen (perilaku seks remaja) dan variabel independen (sikap dan pengetahuan) yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas I dan kelas II dengan sampel sebanyak

84 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang kemudian diolah dengan cara pengkodean , pemasukan, pengeditan dan pembersihan data. Setelah itu dilakukan analisa data yang terdiri dari analisa data univariat dan bivariat, dimana analisa univariat dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sedangakan analisa bivariat menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan = 0,05. 1. Perilaku Seks Remaja Perilaku seks remaja adalah segala tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Pada penelitian ini perilaku seks remja dikelompok kan menjadi 2 kategori yaitu perilaku seks remaja baik dan

perilaku seks remaja kurang baik. Pada penelitian ini didapat kan sebagian besar responden yang berprilaku seks baik sebanyak 29 orang (34,5%) dan berprilaku seks kurang baik sebanyak 55 orang (65,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh PKBI (2005) yang didapat bahwa remaja telah melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun dirumah mereka dengan pacar. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Depkes (2007) yang menyatakan bahwa sekitar 30% remaja melakukan hubungan seks sebelum menikah dan 85% diantara remaja tersebut melakukan hubungan seks didalam rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasa ingin tahu remaja yang kurang pengetahuan tentang seks sehingga menyebabkan remaja bereksplorasi dalam memenuhi dorongan seks seperti berhubungan seks. 2. Sikap dan Perilaku Seks Remaja Sikap dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu sikap baik dan sikap kurang baik. Didapatkan sebagian responden yang bersikap baik sebanyak 14 orang (48,3%) dan responden yang berpendidikan kurang baik sebanyak 41 orang (74,5%). Pada hasil analisa bivariat dengan Chisquare didapatkan nilai p value (0,016) ini berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku seks remaja. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwinsyah

(2002), responden survey remaja di empat provinsi (Jawa Barat, jawa tengah dan Lampung) tentang sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi memperlihatkan ada sikap yang sedikit berbeda dalam memandang hubungan seks diluar nikah. Ada 2,2% responden setuju apabila laki-laki berhubungan seks sebelum menikah. Angka ini menurun menjadi 1% bila ditanya sikap mereka terhadap perempuan yang berhubungan seks sebelum menikah. Jika hubungan seks dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, maka responden yang setuju menjadi 8,6%. Jika mereka berencana untuk menikah, responden yang setuju kembali bertambah menjadi 12,5%. 3. Pengetahuan Dengan Perilaku Seks Remaja Pengetahuan dibagi menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan yang baik dan pengetahuan yang kurang baik. Dalam penelitian ini didapat responden yang mempunyai pengetahuan yang baik dengan perilaku seks remaja yang baik sebanyak 12 orang (37,5%) dan pengetahuan yang kurang baik dengan perilaku seks remaja kurang baik sebanyak 43 orang (82,7%). Pada hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square didapat nilai p value (0,000) yang artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks remaja. Berdasarkan Notoatmodjo (2006), pengetahuan seseorang

dihasilkan melalui suatu proses yang saling mempengaruhi dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Yahya (2006), bahwa 52,67% responden memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi tidak memadai karena sumber pengetahuan mereka hanya dari teman. Pada umumnya siswa yang mempunyai pengetahuan baik akan berperilaku baik, sehingga mereka dapat memilih dan membatasi pergaulan mereka tanpa diperintahkan oleh orang tua. Lebih baik bila di dukung oleh pengetahuan orang tua yang luas. Kesimpulan Setiap variabel di atas berhubungan dengan perilaku seks yang terdapat di SMU Bhakti Ibu 8 Palembang. Dimana p value (0,05). Saran 1. Agar materi kesehatan reproduksi dimasukkan dalam pelajaran tambahan atau ekstrakulikuler disekolah. Hal ini ditunjukkan agar para siswa/siswi mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan mempunyai pandangan serta berperilaku seks yang positif. 2. Agar dapat meningkatkan sumber-sumber bacaan, baik buku-buku maupun majalahmajalah kesehatan yang dapat digunakan untuk menambah

ilmu pengetahuan serta dapat digunakan untuk melengkapi referensi perpustakaan yang menunjang penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Adiningsih, N.U. 2004. Pil Aborsi. Available in (http://www.bkkbn.go.id). 2. Amel. 2004. Available in (http://situs.kesrepro.info/krr/ feb/2004/krr01.htm). 3. Arikunto, S. 2001. DasarDasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 4. Darwinsyah, S.R. 2002. Sikap Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi. Available in (http://kotasantri.com/bilik.ph pp2ksl). 5. Depkes RI. 2003. Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 6. Fanani, A. 2004. Pendidikan Seks untuk Keluarga Muslim. Cetakan pertama. Yogyakarta: Orchid. 7. Hastono, S.P. 2001. Analisis data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 8. __________, 2008. Seks Bebas Remaja AS dan Eropa Dimulai Sejak Usia 15 Tahun. Available in (http://www.seputarindonesia.com).

9. Mashum, Y. 2005. Pendidikan Seks; Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum. Available in (http://situs.kesrepro.info/krr/ feb/2005/krr01.htm). 10. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. 11. Patma, P. 2008. Memerangi Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sumatera Selatan. Available in(http://www.ifppd.org/detai ls/sumseldetails.php?id=2) 12. Qomariyah, S.N. 2005. Ringkasan Penelitian Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi. Available in (http://situs.kespro.info/krr/re frensi.htm). 13. Sarwono, S.W. 2006. Psikologi Remaja. Cetakan Kesepuluh. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

14. Setiono, H.L. 2005. Perkembangan Moral. Available in (http://www.epsikologi.com/remaja/130802 .htm). 15. Sugiharti, S. 2008. Betapa Seriusnya Masalah AIDS. Available in (http://www.aidsindonesia.or. id/index.php? option=com_content&task=vi ew&id=1415&itemid=135). 16. Surya. 2008. Perubahan Perilaku untuk Hadang HIV. Available in (http://www.aidsindonesia.or. id/index.php? option=com_content&task=vi ew&id=127&itemid=135). 17. Tanjung, A. 2005. Perilaku Seksual. Available in (http://situs.kespro.info/ krr/feb/2005/krr01.htm).

Anda mungkin juga menyukai