DISUSUN OLEH :
TRIES AGUSTINI
10.09.000.108
ABSTRAK
Perilaku seksual dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau
kegiatan remaja untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMA
Negeri 3 Cilegon-Banten tahun 2013. Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif menggunakan
metode cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 133 siswa kelas XII di SMA Negeri 3 Cilegon
yang memenuhi kriteria inklusi, non inklusi dan eksklusi. Cara pengambilan sampel dengan teknik
total sampling. Dengan analisa data univariat dan data bivariat. Penelitian ini dilakukan pada di
minggu pertama pada bulan Desember 2013 menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Data
diolah dan dianalisis dengan pendekatan statistik menggunakan SPSS 18.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai pengetahuan p= 0.700 (p>0.05), sikap p=0.005 (p<0.05), lingkungan p=
0.355 (p>0.05), dan nilai sumber informasi p= 0.011 (p<0.05 disimpulkan bahwa ada hubungan antara
sikap dan sumber informasi terhadap perilaku seksual remaja dan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dan lingkungan terhadap perilaku seksual remaja. Saran dalam penelitian ini yaitu
diharapkan untuk referensi bagi siswa tentang dampak seks pranikah, dengan mencari sumber
informasi yang baik dan akurat. Bagi orang tua/ wali diharapkan dapat membantu dalam memberikan
pengetahuan tentang seksual pranikah pada anak remajanya sejak usia dini.
Kata kunci : Perilaku, Seksual, Pranikah, Remaja
ABSTRACT
Sexual behavior is understood as a form of behavior that appear due to sexual drive or teen activities
to get the pleasure of sexual organs through a variety of behaviors. But the compensation of this sense
of encouragement towards the opposite sex, teens have less good self control and first distributed
through improper promote special safety lanes. This research aims to know the factors that affect
adolescent sexual behavior in SMA Negeri 3-Cilegon of Banten by 2013. This research with
quantitative methods approach of cross sectional. Samples taken as much as 133 class XII students in
SMA Negeri 3 Cilegon which meet the criteria of inclusion, the non inclusion and exclusion. Way of
sampling technique with total sampling. With data analysis univariate data and bivariat. This
research was conducted in the first week in December 2013 using a questionnaire with closed
questions. Data is processed and analyzed with the SPSS statistical approach using 18.0. The results
showed that the value of knowledge p = 0.700 (p > 0.05), attitude p = 0,005 (p < 0.05), environment
p = 0.355 (p >0.05), and the value of information resources p = 0,011 (p < 0.05) so that it can be
concluded that there is a relationship between attitudes and information sources on teen sexual
behavior and there is no relationship between knowledge and environment against teenage sexual
behavior. As for the suggestions in this study which is expected to be a reference for students about the
impact of premarital sex, by finding a good source of information and accurate as well as a good
friend can choose to avoid premarital sex behaviors to be affected. For parents/carers are expected to
assist in providing knowledge of premarital sexual at older teenage years since an early age.
Keyword : Behavior, Sexual, Premarital, Teenage
Pendahuluan
Menurut World Health Organization
(WHO), remaja merupakan individu yang
sedang mengalami masa peralihan, yang dari
segi kematangan biologis, seksual sedang
berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik
seks sekunder sampai mencapai kematangan
seks, dari segi perkembangan kejiwaan,
jiwanya sedang berkembang dari sifat anakanak menjadi dewasa. Dari segi sosial ekonomi
remaja adalah individu yang beralih dari
ketergantungan, menjadi relatif bebas.1
Masa remaja menjadi masa transisi dimana
individu merupakan makhluk aseksual menjadi
seksual.
Kematangan
hormonal
serta
menguatnya karakteristik seksual primer dan
sekunder
diikuti
pula
perkembangan
emosionalnya. Selama masa peralihan ini
diikuti perkembangan secara biologis dari
masa anak-anak menuju dewasa dini. Pada
masa transisi seperti ini menjadi rawan
terhadap meningkatnya aktifitas seksual aktif
maupun pasif. Pada masa ini impuls-impuls
dorongan seksual (sexdrive) mengalami
peningkatan dan pada saat tersebut rasa
ketertarikan
remaja
untuk
merasakan
kenikmatan seksual meningkat. Perilaku
seksual sendiri dipahami sebagai bentuk
perilaku yang muncul karena adanya dorongan
seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan
organ seksual melalui berbagai perilaku.
Namun pemahaman pengertian mengenai
perilaku seksual yang selama ini yang
berkembang di masyarakat hanya berkutat
seputar penetrasi dan ejakulasi.2
Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai
bentuk perilaku yang muncul karena adanya
dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai
perilaku. Namun pemahaman pengertian
mengenai perilaku seksual yang selama ini
yang berkembang di masyarakat hanya
berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi. Dalam
kondisi tertentu remaja cenderung memiliki
dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi
dari dorongan rasa ini terhadap lawan jenis,
remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik
dan terlebih disalurkan memalui kanalisasi
yang tidak tepat. Perilaku semacam ini rawan
terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi
remaja. Banyak ditemukan remaja melakukan
penyaluran dorongan yang tidak sesuai dengan
apa yang menjadi norma masyarakat setempat
ataupun diwujudkan melalui ekspresi seksual
yang kurang sehat. Dorongan ini rawan
N
62
71
16
43
74
56
66
51
%
47%
53%
12%
32%
56%
42%
58%
38%
58
44%
24
18%
37
45
28%
34%
51
38%
Perilaku
Baik
Total
Variabel
f
Pengetahuan
Rendah
9
Sedang
19
Tinggi
34
Sikap
Negatif
34
Positif
28
Lingkungan
Ling. Keluarga
26
Ling. Pergaulan
23
Ling. Sekolah
13
Sumber Informasi
Media Cetak
10
Media Elektronik
27
Teman Sebaya
25
Sumber: Data SPSS Crosstab Tahun 2013
P value
0,700
6,8
14,3
25,5
7
24
40
5,3
18,0
30,1
16
43
74
12,0
32,3
55,6
25,6
21,1
22
49
16,5
36,8
56
77
42,1
57,9
19,5
17,3
9,8
25
35
11
18,8
26,3
8,3
51
58
24
38,3
43,6
18,0
0,355
7,5
20,3
18,8
27
18
26
20,3
13,5
19,5
37
45
51
27,8
33,8
38,3
0,011
OR
%
2,705
0,005
(1,331-5,497)
kesehatan
reproduksi
remaja,
peneliti
menganggap tetap penting, sehingga materi
kesehatan
reproduksi
remaja
tetap
ditingkatkan, baik pada lingkungan rumah
tangga, sekolah, maupun dalam masyarakat. 18
Hubungan antara sikap remaja dengan
perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa
yang tertinggi adalah responden yang memiliki
sikap positif dan perilaku baik yaitu 49
responden (36,8%) sedangkan yang terendah
adalah responden yang memiliki sikap negatif
dengan perilaku baik yaitu 22 responden
(16,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan
nilai p = 0,005 (p< 0,05) maka secara statistik
terdapat hubungan antara sikap dengan
perilaku seksual responden. Analisa keeratan
hubungan dua variabel didapatkan OR = 2,705
(95% CI: 1,331-5,497) berarti responden
dengan perilaku negatif mempunyai peluang
terhadap perilaku seksual remaja 2,705 kali
dibanding responden dengan perilaku positif.
Penelitian ini berlawanan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rini Kundaryati yang
menggambarkan
bahwa
tidak
adanya
hubungan yang signifikan antara sikap dengan
perilaku seksual remaja.16
Tetapi penelitian ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa
sikap adalah kecenderungan tingkah laku yang
didasari oleh proses evaluatif dalam diri
individu terhadap suatu objek tertentu.1
Sikap adalah kecenderungan tingkah laku
yang didasari oleh proses evaluatif dalam diri
individu terhadap suatu objek tertentu. Sikap
dikatakan sebagai suatu respon evaluasi. Sikap
dapat pula diartikan sebagai kemampuan
internal yang berperan sejalan dalam mengambil tindakan. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Sikap adalah sesuatu reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Respon evaluasi
berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam
bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap objek sikap.8
Respon hanya akan timbul apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Sikap
adalah sesuatu reaksi atau respon seseorang
10
11
12