Anda di halaman 1dari 15

Perilaku Ibu dalam Memberikan ...

(Niken M, Zahroh S, Antono S)

Perilaku Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas pada Remaja


Awal di Kabupaten Magelang

Niken Meilani*), Zahroh Shaluhiyah**), Antono Suryoputro**)


*)
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kebidanan
Korespondensi nikenbundaqueena@gmail.com; niken_meila@yahoo.com.
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Di Kabupaten Magelang kasus HIV positif pada remaja mulai muncul tahun 2008 dan selalu muncul
pada tahun berikutnya, demikian juga untuk perkawinan dibawah umur pada tahun 2011 meningkat 3x
lipat dari 2009 yang mayoritas disebabkan kehamilan tidak diinginkan. Remaja sangat membutuhkan
informasi mengenai seksualitas dan ibu sangatlah penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas. Jenis penelitian
ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni s.d. Juli tahun 2012. Sampel sebanyak 92 ibu yang memiliki anak remaja berusia 10-14 tahun dan
tergabung dalam BKR Percontohan di Kabupaten Magelang yang dipilih secara cluster sampling.
Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi univariat, bivariat
dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan hanya 44,6% ibu yang berperilaku baik dalam memberikan
pendidikan seksualitas. Ada hubungan antara pendidikan ibu (p=0.001), keikutsertaan ibu dalam organisasi
kemasyarakatan (p=0.001), tingkat pengetahuan ibu tentang KRR (p=0.000), tingkat pengetahuan ibu
tentang pendidikan seksualitas (p=0.000), persepsi ibu akan kemampuan dirinya dalam memberikan
pendidikan seksualitas (p=0.000), sikap ibu mengenai pendidikan seksualitas (p=0.002) dengan perilaku
ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh adalah
persepsi ibu akan kemampuan dirinya dalam pendidikan seksualitas (p=0.001, OR=6.72).
Kata kunci: perilaku, ibu, pendidikan seksualitas

ABSTRACT
Behavior of Early Adolescent Mother in Providing Sexuality Education in Magelang Regency;
In Magelang HIV positive cases in adolescents began to emerge in 2008 and always comes up
in the next year, also in 2011 the marriage under age 3x increase from 2009, the majority due
to unwanted pregnancies. Teens need information about sexuality, and the role of mothers in
the early adolescent is very important. The purpose of this research is to find out the factors
that affect mother’s behavior in giving the sexuality education. This type of research is an
analytic correlational with cross sectional approach. This research due on June-Juli 2012.
Sample of 92 mothers of adolescents aged 10-14 years belonging to the BKR Pilot Magelang
selected by cluster sampling. Data collection by interview using a questionnaire. Data analysis
includes univariate, bivariate and multivariate analyzes. The results showed only 44.6% of
mothers who behaved well in giving sexuality education. There are relationship between mother’s
education (p=0.001), the participation of mother in society organizations (p=0.001), mother’s
level of knowledge about the ARH (p=0.000), mother’s level of knowledge about sexuality
education (p=0.000), mother’s perception of her ability to provide sexuality education (p=0.000),
mother’s attitudes toward sexuality education (p=0.002) and mother’s behavior in providing
sexuality education. While from the above variables are most influential is mother’s perception
of the ability in giving sexuality education (p=0.001, OR=6.72).
Keywords: behavior, mother, sexuality education

67
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

PENDAHULUAN Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia


Masa remaja merupakan salah satu periode (PKBI) tahun 2006 sebanyak 15% remaja telah
terpenting dalam kehidupan manusia. Pada tahap melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
ini remaja akan mengalami kematangan alat-alat Sebanyak 85% dilakukan pertama pada usia 13-
seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi 15 tahun. Hubungan seksual pada remaja
yang disertai dengan perubahan-perubahan dilakukan oleh 12,1% pelajar SMA dan 4,8%
dalam pertumbuhan somatis dan perspektif pelajar SMP di Yogyakarta (BPS, 2008;
psikologis atau dengan kata lain remaja BKKBN, 2008).
berkembang dari makhluk aseksual menjadi Demikian juga di Kabupaten Magelang
makhluk seksual (Santrock, 2010; Hurlock, dimana kasus HIV positif pada remaja dan
2009). dewasa muda mulai muncul tahun 2008 dan
Berbagai penelitian menunjukkan semakin selalu muncul setiap tahun hingga tahun 2011.
meningkatnya perilaku seksual menyimpang yang Pada tahun 2011 angka perkawinan dibawah
dilakukan oleh remaja. Salah satu masalah remaja umur juga meningkat tiga kali lipat dari tahun
yang krusial adalah adanya perilaku menyimpang 2009 yang mayoritas disebabkan karena
yang semakin marak dilakukan oleh remaja. Data kehamilan tidak diinginkan. Ada juga kasus IMS
survei Kesehatan Reproduksi Remaja (15-19 yang sudah terjadi pada usia remaja. Beberapa
tahun) oleh Badan Pusat Statistik (2009) tentang penyebab dari masalah tersebut karena
perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi kurangnya pengetahuan, rendahnya rasa percaya
didapatkan fakta yang mencengangkan sekaligus diri dan penghargaan diri remaja. Dari beberapa
memilukan. Data tersebut menyebutkan bahwa penelitian didapatkan masih rendahnya
dari 10.833 remaja laki-laki yang disurvey, 72 pengetahuan remaja mengenai kesehatan
persen mengaku telah berpacaran, diantaranya reproduksinya.
yaitu 10.2 persen mengaku telah berhubungan Remaja sangat membutuhkan informasi
seks dan 62 persen mengaku telah melakukan mengenai seksualitas, sedangkan mereka tidak
petting. Sedangkan dari hasil survey terhadap mendapatkan hal tersebut secara spesifik dari
8.340 remaja putri diperoleh 77 persen mengaku sekolah. Masalah yang ada dalam pendidikan
sudah berpacaran, 6.3 persen mengaku telah seksualitas karena hal ini masih merupakan
melakukan seks dan 63 persen mengaku telah sesuatu yang kontroversial. Beberapa pihak
melakukan petting. Dan data menurut UNAIDS menakutkan pendidikan seksualitas justru akan
tahun 2008 pada Global Report on the AIDS membuat remaja menjadi permisif terhadap seks
Epidemic bahwa 45% dari kasus baru infeksi bebas. Oleh karena itu, pemerintah membuat
HIV adalah remaja yang berusia 15-24 tahun pendekatan pendidikan seksualitas melalui
(PKBI, 2010; UNESCO, 2009). pendekatan moralitas dibandingkan dengan
Fenomena Nasional tersebut mencerminkan pendekatan kesehatan. Salah satunya adalah
beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa pendidikan seksualitas melalui keluarga. Sehingga
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. pendidikan seksualitas melalui keluarga dapat
Seperti dikemukakan dalam penelitian oleh menjadi salah satu jalan keluar yang baik dalam
Suryoputro dkk (2006) bahwa di Jawa Tengah menginformasikan seksualitas kepada remaja
sebanyak 5% mahasiswa mengaku telah khususnya remaja awal daripada mereka
berhubungan seks sebelum menikah. Demikian mendapatkan informasi yang kurang tepat dari
juga dengan para remaja di Provinsi Daerah teman maupun media.
Istimewa Yogyakarta. Berdasar data dan survei Peran orang tua dalam pendidikan
yang dilakukan Pusat Studi Seksualitas (PSS) seksualitas pada remaja awal sangat penting

68
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

mengingat pada masa ini akan terjadi kematangan Green yaitu mengangkat predisposing factor
alat-alat reproduksi yaitu dengan terjadinya sebagai variabel bebas (Green, 2000). Faktor
menarche dan mimpi basah dimana biasanya predisposisi tersebut meliputi: karakteristik ibu
orang tua baru akan mulai menyampaikan (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
informasi mengenai seksualitas. Dibandingkan pendapatan/penghasilan keluarga, jumlah anak,
ayah, ibu merupakan pendidik yang utama bagi jenis kelamin anak remaja, dan agama yang
anak-anaknya dan memiliki peranan yang penting dianut, intensitas mengikuti kegiatan BKR, dan
dalam pemberian pendidikan seksualitas bagi keaktifan ibu dalam kegiatan kemasyarakatan,
remaja. Hal ini disebabkan ibu biasanya memiliki tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan
waktu dan kedekatan yang lebih besar kepada reproduksi remaja, tingkat pengetahuan ibu
anak-anaknya. Ibu biasanya lebih aktif tentang pendidikan seksualitas, persepsi akan
berkomunikasi dengan anak-anaknya. Hal kemampuan dirinya dalam pendidikan seksualitas
tersebut sesuai dengan program BKR yang dan sikap ibu tentang pendidikan seksualitas.
dicanangkan di Indonesia bahwa ibu adalah Sedangkan perilaku yang diteliti adalah perilaku
sasaran utamanya. Dalam penelitianpun ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
didapatkan data bahwa dalam pendidikan pada remaja awal.
seksualitas, ibu lebih dominan
mengomunikasikan seks kepada anak-anaknya. METODE PENELITIAN
Seperti tertuang dalam Survey Kesehatan Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2002- korelasional dengan menggunakan metode survei
2003 remaja berusia 10-24 tahun yang pernah dengan melakukan wawancara langsung kepada
mendiskusikan kesehatan reproduksi dengan responden dengan menggunakan panduan
ibunya sebesar 46% dan dengan ayah hanya kuesioner. Pendekatan yang digunakan adalah
sebesar 17% sedangkan lainnya adalah dari guru cross sectional atau studi potong lintang. Survey
ataupun teman. Ibu biasanya dijadikan analitik guna menggali bagaimana fenomena
narasumber oleh anak remaja mengenai perilaku ibu dalam memberikan pendidikan
kesehatan, keuangan dan hubungan antar orang seksualitas dilaksanakan di masyarakat.
tua dan anak sedangkan ayah dalam hal Sedangkan pendekatan cross sectional adalah
pendidikan, karir dan pelajaran. Pentingnya point time approach yaitu melakukan
peran orang tua khususnya ibu dalam pengukuran variabel bebas dan variabel terikat
mempersiapkan anak remajanya menghadapi terhadap obyek pada satu waktu yang sama
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa (Arikunto, 2002). Penelitian ini dilakukan pada
remaja khususnya mengenai pendidikan bulan Juni s.d. Juli tahun 2012. Populasi
seksualitas maka perlu dikaji lebih lanjut terjangkau dalam penelitian ini adalah ibu yang
mengenai pendidikan seksualitas yang telah memiliki anak remaja awal yaitu remaja yang
dilakukan oleh Ibu sebagai salah satu upaya berusia 10-14 tahun dan ibu tercatat sebagai
promotif menjauhkan remaja dari hal-hal yang anggota BKR percontohan di Kabupaten
mengancam kesehatan mereka khususnya Magelang pada bulan April tahun 2012. Jumlah
kesehatan reproduksi (BPS, 2008). populasi dalam penelitian ini adalah 114 ibu.
Permasalahan yang menjadi obyek Keanggotaan di BKR menjadi syarat karena
penelitian ini adalah faktor-faktor yang dimaksudkan bahwa subyek penelitian dalam
mempengaruhi perilaku ibu untuk memberikan keadaan homogen yaitu paling tidak subyek telah
pendidikan seksualitas kepada remaja dengan mendapatkan paparan informasi mengenai
menggunakan kerangka teori dari Lawrence W kesehatan reproduksi remaja dari program

69
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

BKR. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: (BAPPEDA, 2010). Oleh karena itu didapatkan
1) Ibu bersedia menjadi responden dalam empat kecamatan perkotaan dan empat
penelitian ini diketahui dengan ditandatanganinya kecamatan pedesaan dengan jumlah sampel
informed consent; 2) Ibu merupakan ibu sebanyak 94 responden. Dua responden tidak
kandung atau ibu yang sudah mengasuh anak memenuhi kriteria inklusi penelitian ini sehingga
remaja ini dari kecil sampai dengan penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berlangsung diketahui dari wawancara; 3) adalah 92 orang.
Remaja tinggal bersama dalam satu keluarga yang Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
lengkap (ada ayah dan ibu) diketahui dari adalah menggunakan kuesioner yang berupa
wawancara. Sedangkan kriteria eksklusi dalam pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkap
penelitian ini adalah ibu anggota BKR karakteristik responden, pengetahuan, persepsi,
percontohan namun sudah tidak berdomisili di sikap dan perilaku responden dalam memberikan
Magelang. Penghitungan besar sampel adalah pendidikan seksualitas. Untuk pertanyaan
minimal 88 responden. Pemilihan sampel dengan pengetahuan menggunakan alternatif jawaban
cluster sampling adalah pengambilan subyek benar dan salah. Untuk pertanyaan persepsi
penelitian berdasarkan tujuan tertentu yang alternatif jawaban menggunakan Visual Analog
mempertimbangkan ciri-ciri sifat atau Scale dengan range 0-10. Untuk pertanyaan
karakteristik tertentu yang dalam hal ini adalah sikap menggunakan alternatif jawaban
pertimbangan kewilayahan yaitu perkotaan dan menggunakan skala Likert dengan range 0, 1
pedesaan. Pemilihan perkotaan dan pedesaan dan 2, sedangkan pertanyaan perilaku dengan
berdasar beberapa kriteria, menurut Badan Pusat alternatif jawaban ya dan tidak. Untuk
Statistik kriteria tersebut adalah sebagai berikut membuktikan keabsahan kuesioner yang
(Tarigan, 2005): 1) Kepadatan Penduduk digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji
perkilometer persegi diatas 50 orang perhektar; coba kuesioner dengan 30 orang yang memiliki
2) persentase rumah tangga yang mata karakteristik yang sama dengan responden. Uji
pencaharian utamanya adalah pertanian untuk validitas digunakan uji korelasi product moment
pedesaan dan non pertanian untuk perkotaan; dan uji reliabilitas menggunakan uji alpha
3) persentase rumah tangga yang memiliki telepon cronbach (Dahlan, 2009; Riwidikdo, 2010).
dan listrik; 4) fasilitas umum yang ada atau dimiliki Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
sebuah wilayah misalnya fasilitas kesehatan, adalah perilaku dalam memberikan pendidikan
pendidikan, pasar, tempat hiburan, kompleks seksualitas pada remaja awal sebagai variabel
pertokoan, hotel, diskotek, biliar, panti pijat dan terikat. Adapun variabel bebasnya adalah
salon. Dalam penelitian ini pertimbangan karakteristik responden (umur, tingkat
pemilihan perkotaan dan pedesaan berdasarkan pendidikan, pekerjaan, pendapatan/penghasilan
pertimbangan yang pertama yaitu memilih keluarga, jumlah anak, jenis kelamin anak remaja,
kecamatan yang memiliki PDRB non pertanian dan agama yang dianut, intensitas mengikuti
lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB kegiatan BKR dari Bulan Januari s.d. Mei tahun
pertanian, pertimbangan selanjutnya adalah 2012, dan keaktifan ibu dalam kegiatan
dengan melakukan kroscek dengan kepadatan kemasyarakatan), tingkat pengetahuan ibu
penduduk dan rasio dokter. Data yang digunakan tentang kesehatan reproduksi remaja, tingkat
bersumber pada buku Perkembangan Indikator pengetahuan ibu tentang pendidikan seksualitas,
Utama Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang persepsi akan kemampuan dirinya untuk
2010 dan buku Pendapatan Regional Tingkat memberikan pendidikan seksualitas, sikap ibu
Kecamatan Kabupaten Magelang 2010 tentang pendidikan seksualitas.

70
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

Teknik analisis yang digunakan berupa dalam kategori baik sebesar baru sebesar
analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis 44.6%, namun apabila dibandingkan dengan
univariat bertujuan untuk menganalisis variabel penelitian yang lain sudah lebih baik. Hal tersebut
secara deskriptif dengan menghitung distribusi ditunjukkan oleh penelitian dari Marlina
frekuensi dan proporsinya. Analisis bivariat Indrianingrum (2009) di Kabupaten Kebumen
terdiri dari tabulasi silang/ crosstabs dan yang juga meneliti ibu yang tergabung dalam
pembuktian hipotesis yang dalam hal ini adalah BKR tercatat 42% ibu memiliki perilaku baik
hipotesis komparatif yaitu dengan melihat p value. dalam menginformasikan kesehatan reproduksi
Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesis remaja. Penelitian lain oleh Angela D Weaver et
komparatif dengan data ordinal adalah dengan all (2002) yang menyatakan di Kanada baru 15-
menggunakan uji chi square. Analisis multivariat 30% orang tua memberikan informasi mengenai
dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel- kesehatan reproduksi remaja. Agustina
variabel bebas secara bersama-sama terhadap Situmorang (2003) juga menyatakan di Indonesia
variabel terikat, serta untuk memprediksi variabel masih sangat sedikit ibu yang memberikan
terikat apabila terjadi perubahan atas variabel pendidikan seksualitas kepada putra putrinya.
bebas. Uji statistik multivariat yang digunakan Dalam penelitian ini juga didapatkan
dalam penelitian ini adalah Regression Logistic informasi mengenai beberapa hal yang
Analysis (Dahlan, 2009). dimungkinkan sebagai penghambat ibu dalam
memberikan pendidikan seksualitas. Menurut
HASIL DAN PEMBAHASAN Laurike Moeliono (2003) masih banyak
Perilaku Ibu dalam Memberikan Pendidikan anggapan orang tua mengenai seksualitas yang
Seksualitas pada Remaja Awal kurang tepat yang menyatakan: “kelak, mereka
Penelitian ini membagi perilaku ibu dalam toh akan tahu sendiri”, namun faktanya sebelum
memberikan pendidikan seksualitas dalam dua mereka “tahu sendiri” berbagai risiko dan
kategori yaitu baik dan kurang baik. Didapatkan bencana sudah mereka hadapi bahkan alami. Hal
hasil bahwa ibu dalam memberikan pendidikan tersebut dibuktikan dengan beberapa penelitian
seksualitas yang ada dalam kategori baik sebesar yang sudah disebutkan di awal penulisan tesis ini
44.6% dan 55.4% dalam kategori kurang baik. bahwa kejadian seks pranikah semakin tinggi,
Hal penting yang belum disampaikan oleh ibu demikian dengan kejadian aborsi maupun HIV/
kepada anak remajanya yang berkaitan dengan AIDS. Semua itu terjadi karena orang tua
bahaya seks bebas, NAPZA dan HIV/AIDS beranggapan bahwa seksualitas akan diketahui
atau sering disebut dengan bahaya Triad KRR, dengan sendirinya sehingga orang tua terlambat
yaitu sebesar 64.1% responden belum mencegah risiko-risiko yang dihadapi remaja.
menyampaikan tentang proses terjadinya Oleh karena itu pada masa remaja awal ini sangat
kehamilan, 50% responden belum penting memberikan pendidikan seksualitas.
menyampaikan bahaya kehamilan pada remaja, Didapatkan 9 variabel yang berhubungan
82.6% responden juga belum menyampaikan apa dengan perilaku ibu dalam memberikan
saja perilaku berisiko yang dapat menularkan pendidikan seksualitas. Ke-9 variabel tersebut
infeksi menular seksual, 55.4% responden belum adalah pendidikan ibu, keikutsertaan ibu dalam
menyampaikan mengenai cara pencegahan HIV/ organisasi kemasyarakatan, tingkat pengetahuan
AIDS. ibu tentang kesehatan reproduksi remaja, tingkat
Perilaku ibu dalam memberikan pendidikan pengetahuan ibu tentang pendidikan seksualitas,
seksualitas pada ibu-ibu yang tergabung dalam persepsi ibu akan kemampuan dirinya dalam
BKR percontohan di Kabupaten Magelang memberikan pendidikan seksualitas dan sikap ibu

71
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

mengenai pendidikan seksualitas. Dari variabel Karakteristik Responden


yang berhubungan tersebut kemudian dianalisis Karakteristik responden meliputi umur,
bersama-sama secara multivariat. Dari hasil tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan/
analisis didapatkan bahwa responden yang penghasilan keluarga, jumlah anak, jenis kelamin
berpendidikan >9 tahun memiliki p value 0.044 anak remaja, dan agama yang dianut, intensitas
dengan tingkat kepercayaan 95%: 1.032-10.958 mengikuti kegiatan BKR dari Bulan Januari s.d.
dan memiliki peluang berperilaku baik dalam Mei tahun 2012, dan keaktifan ibu dalam kegiatan
memberikan pendidikan seksualitas sebesar 3.36 kemasyarakatan.
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu
berpendidikan <9 tahun. Sedangkan untuk Umur
persepsi akan kemampuan diri yang merasa Karakteristik responden berdasarkan umur
mampu memiliki p value 0.001 dengan tingkat dalam penelitian ini bahwa kelompok umur
kepercayaan 95%: 2.091-21.608 dan memiliki responden terbesar adalah pada golongan umur
peluang berperilaku baik dalam memberikan <41 tahun sebesar 59.8%. Responden yang
pendidikan seksualitas 6.72 kali lebih besar berperilaku baik dalam memberikan pendidikan
dibandingkan dengan ibu yang dirinya merasa seksualitas mayoritas ada pada kelompok usia
kurang mampu memberikan pendidikan >41 tahun yaitu sebesar 51.4%, sedangkan yang
seksualitas. berperilaku kurang baik mayoritas ada pada

Tabel 1. Hubungan umur ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Perilaku ibu
Kelompok
No Baik Kurang baik total x2 p value
umur
n % n % n %
1. >41 tahun 19 51.4 18 48.6 37 100 1.154 0.283
2. <41 tahun 22 40 33 60 55 100
Jumlah 41 44.6 51 66.4 9 100

Tabel 2. Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam memberikan pendidikan
seksualitas
Kelompok Perilaku ibu
p
No lama Baik Kurang baik total x2
value
pendidikan n % n % n %
1. >9 tahun 22 73.3 8 26.7 30 100 14.913 0.000
2. <9 tahun 19 30.6 43 69.4 62 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 3. Hubungan pekerjaan dengan perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Perilaku ibu
Kelompok
No baik Kurang baik total x2 p value
pekerjaan
n % n % n %
1. Bekerja 23 51.1 22 48.9 45 100 1.528 0.215
2. Tidak Bekerja 18 38.3 26 61.7 47 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100
72
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

kelompok usia <41 tahun yaitu sebesar 60%. faktor pembentuk perilaku lain yang secara nyata
Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai berpengaruh dalam pola pikir seseorang seperti
p value 0.283 (>0.05) yang berarti bahwa tidak tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan lain
ada hubungan antara umur ibu dengan perilaku sebagainya. Kematangan seseorang dalam
ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas. berpikir dan bertindak dalam penelitian ini tidak
Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa ibu yang terbukti bahwa umur merupakan faktor
berumur lebih tua dan berumur lebih muda pembentuk perilaku.
mempunyai kesempatan yang sama dalam
menerima informasi melalui BKR. Dalam Pendidikan
penelitian ini didapatkan informasi bahwa pada Karakteristik responden berdasarkan
program BKR semua ibu yang memiliki anak dan pendidikan didapatkan hasil bahwa mayoritas
remaja yang berusia 7-21 tahun berhak responden pada kelompok <9 tahun yaitu
mendapatkan informasi yang sama tanpa sebesar 67.4 %. Responden yang berperilaku
membedakan umur ibu. Dimungkinkan adanya baik dalam memberikan pendidikan seksualitas

Tabel 4. Hubungan penghasilan keluarga dengan perilaku ibu dalam memberikan pendidikan
seksualitas
Perilaku ibu
Penghasilan p
No baik Kurang baik total x2
Keluarga value
n % n % n %
1. >Rp.750.000,00 22 52.4 20 47.6 42 100 1.911 0.167
2. <Rp.750.000,00 19 38 31 62 50 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 5. Hubungan jumlah anak hidup yang dimiliki dengan perilaku ibu dalam memberikan
pendidikan seksualitas
Perilaku Ibu
Jumlah Anak p
No Baik Kurang Baik Total x2
Hidup value
n % n % n %
1. >2 anak 17 44.7 21 55.3 38 100 0.001 0.978
2. <2 anak 24 44.4 30 55.6 54 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 6. Hubungan Jenis Kelamin anak remaja berusia 10-14 tahun yang dimiliki Responden dengan
perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Perilaku Ibu
No Jenis Kelamin Baik Kurang Baik Total x2 p value
n % n % n %
1. Laki-Laki 19 38.8 30 61.2 49 100 1.736 0.420
2. Perempuan 20 50 20 50 40 100
3. Laki-laki dan 2 66.7 1 33.3 3 100
perempuan
Jumlah 41 44.4 51 55.4 92 100
73
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

mayoritas pada kelompok pendidikan >9 tahun Pekerjaan


yaitu sebesar 73.3%, sedangkan responden yang Status pekerjaan responden didapatkan
berperilaku berperilaku kurang baik dalam mayoritas responden adalah tidak bekerja yaitu
memberikan pendidikan seksualitas sebagian sebesar 51.1%. Ibu yang berperilaku baik dalam
besar pada kelompok lama pendidikan <9 tahun memberikan pendidikan seksualitas adalah
yaitu sebesar 69.4%. responden yang bekerja yaitu sebesar 51.1%,
Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai sedangkan responden yang berperilaku kurang
p value 0.000 (<0.05) yang berarti bahwa ada baik dalam memberikan pendidikan seksualitas
hubungan antara variabel lama tingkat pendidikan ada pada kelompok tidak bekerja yaitu sebesar
dengan perilaku ibu dalam memberikan 61.7%.
pendidikan seksualitas. Penelitian ini sesuai Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai
dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa p value 0.215 (>0.05) yang berarti bahwa tidak
tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh ada hubungan antara pekerjaan dan perilaku ibu
dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dalam memberikan pendidikan seksualitas pada
datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi anak remajanya. Dalam penelitian ini ibu yang
akan memberikan respon yang lebih rasional bekerja sebagian besar pada sektor informal
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir misalnya sebagai petani, pembantu rumah tangga
sejauh mana keuntungan yang mungkin diperoleh dan buruh pabrik dan tenaga buruh yang lain
dari gagasan tersebut. Dalam penelitian ini mengingat memang dalam penelitian ini mayoritas
nampak bahwa mayoritas responden yang responden berpendidikan <9 tahun dan hanya
berperilaku baik adalah mereka yang memiliki sedikit ibu yang bekerja pada sektor formal
pendidikan >9 tahun. seperti guru atau tenaga kesehatan, sehingga
informasi yang didapatkan ibu dari lingkungan

Tabel 7. Hubungan agama yang dianut dengan perilaku ibu dalam memberikan
Perilaku Ibu p value
No Agama Baik Kurang Baik Total x2 (fisher’s
n % n % n % exact test)
1. Islam 40 44 51 56 91 100 1.258 0.446
2. Kristen 1 100 0 0 1 100
3. Katolik 0 0 0 0 0 100
4. Hindu 0 0 0 0 0 100
5. Budha 0 0 0 0 0 100
6. Konghucu 0 0 0 0 0 100
Jumlah
Tabel 8. Hubungan intensitas mengikuti BKR dari Bulan Januari s.d. Mei tahun 2012 dengan
perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Perilaku Ibu
No Kategori Baik Kurang Baik Total x2 p value
n % n % n %
1. Rutin 22 57.9 16 42.1 38 100 4.656 0.031
2. Tidak Rutin 19 35.2 29 64.8 54 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100
74
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

kerjanya juga tidak memiliki banyak pengaruh keluarganya memiliki penghasilan


dalam perilaku ibu dalam memberikan pendidikan <Rp.750.000,00 yaitu sebesar 38%.
seksualitas. Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai
p value 0.167 (>0.05) yang berarti bahwa tidak
Pendapatan keluarga ada hubungan antara penghasilan keluarga
Pendapatan keluarga responden sebagian dengan perilaku ibu dalam memberikan
besar pada kelompok <Rp. 750.000,00 atau pendidikan seksualitas. Karena mayoritas
lebih kecil dari UMR Kabupaten Magelang tahun penghasilan keluarga responden adalah dibawah
2012 (Rp.802.500,00) yaitu sebesar 54.3%. UMR sehingga fokus dan perhatian utama
Responden yang berperilaku baik lebih besar mereka adalah untuk pemenuhan kebutuhan
pada kelompok penghasilan keluarga pokok hidupnya.
>Rp.750.000,00 yaitu sebesar 52.4%
dibandingkan yang memiliki penghasilan

Tabel 9. Hubungan keikutsertaan ibu dalam kegiatan kemasyarakatan dengan perilaku ibu dalam
memberikan pendidikan seksualitas
No Kategori Perilaku Ibu
Baik Kurang Baik Total x2 p value
n % n % n %
1. >2 organisasi 22 66.7 11 33.3 33 100 10.174 0.001
2. <2 organisasi 19 32.2 40 67.8 59 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 10. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku
ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Tingkat Perilaku Ibu
Pengetahuan Baik Kurang Baik Total
No x2 p value
Ibu tentang n
% n % n %
KRR
1. Baik 15 83.3 3 16.7 18 100 16.347 0.000
2. Cukup 23 40.4 34 59.6 57 100
3. Kurang 3 17.6 14 82.4 17 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 11. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pendidikan Seksualitas dengan perilaku ibu
dalam memberikan pendidikan seksualitas
Tingkat Perilaku Ibu
Pengetahuan Ibu Kurang
No Baik Total x2 p value
tentang pendidikan Baik
seksualitas n % n % n %
1. Baik 33 64.7 18 35.3 51 100 19.542 0.000
2. Cukup 7 23.3 23 76.7 30 100
3. Kurang 1 9.1 10 90.9 10 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100
75
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

Jumlah anak hidup Perilaku ibu dalam memberikan pendidikan


Dalam penelitian ini jumlah anak hidup seksualitas kategori baik lebih besar proporsinya
responden mayoritas memiliki anak <2 orang pada ibu yang memiliki remaja putri (50%)
yaitu sebesar 58.7%. Perilaku baik dalam dibandingkan dengan yang memiliki remaja putra
memberikan pendidikan seksualitas lebih besar (38.8%).
pada kelompok ibu yang memiliki anak d”2 anak Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai
yaitu sebanyak 24 responden dibandingkan p value 0.420 (>0.05) yang berarti bahwa tidak
dengan yang memiliki >2 anak sebanyak 17 ada hubungan antara jenis kelamin anak remaja
orang. dengan perilaku ibu dalam memberikan
Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai pendidikan seksualitas. Menurut Sarlito (2011)
p value 0.978 (>0.05) yang berarti bahwa tidak anak perempuan cenderung akan mudah
ada hubungan antara jumlah anak yang dimiliki mendengar apa yang dikatakan oleh orang tuanya
ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan dan anak laki-laki cenderung lebih tertarik melihat.
pendidikan seksualitas. Menurut Notoadmodjo Anak laki-laki dalam beberapa penelitian lebih
(2010) pengalaman akan mempengaruhi perilaku terbuka pada orang tua dalam masalah
seseorang, akan tetapi dalam penelitian ini seksualitas dibandingkan perempuan. Dari hasil
responden yang memiliki anak dengan jumlah wawancara diketahui bahwa ibu menyatakan
lebih banyak maupun yang sedikit tidak kesulitan dalam menyampaikan pendidikan
mempengaruhi perilaku ibu. Perilaku dalam seksualitas kepada remaja putranya. Penyebab
penelitian ini lebih dipengaruhi oeh keadaan ibu yang pertama adalah karena ibu memang tidak
secara pribadi bukan dengan jumlah anak. memiliki pengetahuan yang cukup tentang organ
reproduksi putra maupun perawatan organ
Jenis kelamin anak remaja reproduksinya. Faktor penyebab lainnya adalah
Jenis kelamin anak remaja dalam penelitian ibu merasa lebih tidak nyaman atau malu
ini mayoritas adalah laki-laki yaitu sebesar 53.3%. menjelaskan seksualitas kepada remaja putranya

Tabel 12. Hubungan persepsi kemampuan ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas dengan
perilaku ibu dalam memberikan pendidikan seksualitas
Perilaku Ibu
Persepsi
No Baik Kurang Baik Total x2 p value
Kemampuan ibu
n % n % n %
1. Mampu 35 63.6 20 36.4 55 100 20.134 0.000
2. Kurang Mampu 6 16.2 31 83.8 37 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

Tabel 13. Hubungan sikap ibu tentang pendidikan seksualitas dengan perilaku ibu dalam memberikan
pendidikan seksualitas
Perilaku Ibu
p
No Sikap Ibu Baik Kurang Baik Total x2
value
n % n % n %
1. Mendukung 28 60.9 18 39.1 46 100 9.900 0.002
2. Kurang Mendukung 13 28.3 33 71.7 46 100
Jumlah 41 44.6 51 55.4 92 100

76
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

dibandingankan dengan remaja putrinya. membuahkan adanya informasi yang lebih


Karakteristik jenis kelamin anak secara teori banyak untuk diserap. Dengan hadir secara rutin
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam seorang ibu juga akan berinteraksi lebih banyak
memberikan pendidikan seksualitas, akan tetapi dengan anggota kelompoknya dan akan saling
dalam penelitian ini tidak berhubungan mempengaruhi. Baik pengetahuan maupun
dimungkinkan karena faktor pembentuk perilaku interaksi sosial merupakan salah satu stimulus
adalah si ibu secara personal. seseorang dalam berperilaku (Ahmadi, 2007).

Agama Keikutsertaan responden dalam kegiatan


Agama yang dianut responden didominasi kemasyarakatan
oleh responden yang beragama Islam yaitu Keikutsertaan responden dalam kegiatan
sebesar 98.9%. kemasyarakatan mayoritas adalah <2 organisasi
Dari hasil analisis Chi square dibaca dengan yaitu sebesar 64.1%. Organisasi kemasyarakatan
menggunakan fisher’s exact test karena adanya yang diikuti oleh responden berturut-turut dari
expected count <5, dan didapatkan nilai p value yang terbesar adalah PKK (70.7%), kegiatan
0.446 (>0.05) yang berarti bahwa tidak ada RT (56.5%), Muslimat (48.9%), ‘Aisyiyah
hubungan antara agama yang dianut responden (18.5%), Ibu sebagai kader (17.4%), dan
dengan perilaku ibu dalam memberikan kegiatan lainnya (8.7%).
pendidikan seksualitas. Semua agama yang Keikutsertaan responden dalam organisasi
mengajarkan kebaikan sehingga tidak dapat kemasyarakatan secara statistik dari hasil analisis
dibedakan mana yang mempengaruhi perilaku ibu Chi square didapatkan p value 0.001 <0.05.
dalam memberikan pendidikan seksualitas. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara
variabel keikutsertaan ibu dalam organisasi
Intensitas mengikuti BKR kemasyarakatan dengan perilaku ibu dalam
Intensitas mengikuti program BKR dalam memberikan pendidikan seksualitas. Dalam
bulan Januari s.d. Mei tahun 2012 sebagian besar kegiatan kemasyarakatan dimungkinkan para
dengan kategori tidak rutin yaitu sebesar 59.3%. anggota saling berinteraksi secara positif dan
Responden yang berperilaku baik dalam saling mempengaruhi. Hal tersebut senada dengan
memberikan pendidikan seksualitas mayoritas pernyataan Ahmadi (2007) bahwa dalam sebuah
yang rutin dalam mengikuti BKR dan yang kurang kelompok akan terjadi interaksi dan saling
baik dalam memberikan pendidikan seksualitas mempengaruhi sehingga akan terjadi perubahan
mayoritas ada pada kelompok ibu yang datang tingkah laku dari anggotanya. Hal ini juga
tidak rutin (64.8%). termasuk didalamnya dalam hal memberikan
Dari hasil analisis Chi square didapatkan nilai pendidikan seksualitas. Ini juga senada dengan
p value 0.031 (<0.05). Hal ini berarti bahwa ada teori LW Green bahwa karakteristik seseorang
hubungan antara intensitas mengikuti BKR dari yang dalam hal ini keikutsertaan dalam organisasi
bulan Januari s.d. Mei tahun 2012 dengan menjadi predisposing factor seseorang dalam
perilaku ibu dalam memberikan pendidikan berperilaku.
seksualitas. Hal ini disebabkan karena dengan
semakin sering seseorang mengikuti BKR maka Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
ibu akan mendapatkan semua materi yang telah Kesehatan Reproduksi Remaja
dijadwalkan untuk disampaikan pada BKR. Tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan
Dengan hadir secara rutin berarti seseorang reproduksi remaja dibagi menjadi tiga kategori
memang menaruh perhatian yang intensif akan berdasar acuan patokan yaitu baik, cukup dan

77
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

kurang. Tingkat pengetahuan responden tentang Untuk pengetahuan mengenai cara penularan
kesehatan reproduksi remaja mayoritas virus HIV yang kurang tepat adalah adanya
memiliki kategori cukup, sebesar 62%. jawaban bahwa virus HIV dapat menular melalui
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi keringat (61%), gigitan nyamuk (61%) dan
remaja yang tidak tepat tentang tanda-tanda penggunaan kamar mandi secara bersama-sama
puber pada remaja putri adalah adanya (51%). Untuk pertanyaan mengenai narkoba dan
kenaikan berat berat badan yang terjadi secara minuman keras yang mayoritas masih kurang
tiba-tiba (84%) dan kulit wajah remaja putri tepat adalah bahaya narkoba (93%), jenis
menjadi lebih mulus pada saat pubertas (59%). narkoba (52%). Sedangkan untuk pemenuhan
Sedangkan untuk pengetahuan mengenai cara gizi anak remaja sebesar 70% menjawab kurang
memelihara organ reproduksi baik laki-laki tepat yaitu usia remaja aman untuk mulai
maupun perempuan masih kurang karena membatasi makanan.
mayoritas responden belum mengetahui cara Mayoritas ibu yang berperilaku baik dalam
cebok yang benar (60% pada remaja laki-laki memberikan pendidikan seksualitas adalah
dan 75% pada remaja perempuan). Sebesar responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu
74% responden juga memiliki jawaban bahwa sebesar 83.3%. Sedangkan ibu yang berperilaku
sabun sirih harus selalu digunakan bagi remaja kurang baik, sebesar 59.6% adalah responden
putri. Lebih dari 40% responden juga memiliki yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan
jawaban bahwa merapikan rambut kemaluan itu sebesar 82.4% yang berperilaku kurang baik
tidak perlu dilakukan. Sebesar 60% responden dalam memberikan pendidikan seksualitas adalah
juga memiliki jawaban bahwa remaja laki-laki mayoritas responden yang memiliki tingkat
aman menggunakan celana ketat. pengetahuan kurang.
Dari hasil wawancara didapatkan alasan dari Dari hasil uji chi square didapatkan p value
para responden yang hampir sama yaitu dengan 0.000 dengan X2 16.347. Hal ini menunjukkan
celana ketat akan membuat scrotum menjadi bahwa variabel tingkat pengetahuan ibu tentang
kencang dan tidak “nglewer”. Adapun kesehatan reproduksi remaja terbukti secara
pengetahuan ibu mengenai organ reproduksi yang statistik berhubungan dengan perilaku ibu dalam
kurang tepat adalah mengenai proses ovulasi memberikan pendidikan seksualitas. Menurut
(82%) dan proses sobeknya selaput dara adalah Ahmadi (2007) maupun Notoatmodjo (2010)
saat berhubungan seksual pertama kali (85%) yang mengemukakan bahwa pengetahuan
serta adanya jawaban responden bahwa sperma (kognitif atupun konsep) merupakan komponen
dihasilkan dari dalam perut (60%). Sebesar 53% pendukung sikap dan perilaku yang utama.
responden juga menjawab bahwa ujung penis Pengetahuan pada umumnya dapat membentuk
akan rusak apabila sudah pernah berhubungan sikap dan perilaku tertentu dalam diri seseorang
seksual. Untuk pengetahuan tentang kehamilan dan mempengaruhi tindakan sehari-hari. Secara
yang paling banyak tidak tepat adalah jawaban umum ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
bahwa kehamilan remaja adalah hal yang aman maka akan berperilaku baik pula. Demikian pula
dengan tetap rajin periksa (28%). Serta masih tingkat pengetahuan tentang kesehatan
ada 47% responden yang menjawab bahwa reproduksi yang tinggi dapat membentuk perilaku
masa subur itu tidak dapat diperkirakan. yang baik pula dalam menyampaikan materi-
Untuk Pengetahuan mengenai akibat dari materi yang dibutuhkan dalam pendidikan
hubungan seks pra nikah mayoritas telah baik. seksualitas.
Sedangkan untuk pertanyaan mengenai infeksi
menular seksual mayoritas masih kurang tepat.

78
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang merasa mampu sebesar 59.8%. Responden


Pendidikan Seksualitas yang persepsi dirinya merasa kurang mampu
Tingkat pengetahuan ibu tentang pendidikan dalam memberikan pendidikan seksualitas, 50%
seksualitas juga dibagi menjadi baik, cukup dan berpendidikan <9 tahun, 51.1% adalah ibu yang
kurang. Mayoritas responden pada kategori tidak bekerja, 64.7% memiliki tingkat
baik yaitu sebesar 55.4%. pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan
Mayoritas ibu yang berperilaku baik dalam reproduksi remaja, 63.6% memiliki tingkat
memberikan pendidikan seksualitas adalah pengetahuan yang kurang tentang pendidikan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan seksualitas, 52.2% bersikap kurang mendukung
pada kategori baik yaitu sebesar 64.7%. pendidikan seksualitas
Sedangkan yang berperilaku kurang baik dalam Responden yang berperilaku baik dalam
memberikan pendidikan seksualitas 76.7% memberikan pendidikan seksualitas adalah
adalah responden yang memiliki tingkat mayoritas responden yang merasa mampu
pengetahuan cukup dan sebesar 90.9% memberikan pendidikan seksualitas yaitu sebesar
responden adalah yang memiliki tingkat 63.6%. Sedangkan responden yang berperilaku
pengetahuan kurang. Dari hasil uji chi square kurang baik dalam memberikan pendidikan
didapatkan p value 0.000 dengan X2 19.542. seksualitas mayoritas adalah responden yang
Hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat merasa tidak mampu memberikan pendidikan
pengetahuan ibu tentang pendidikan seksualitas seksualitas yaitu sebesar 83.8%. Dari hasil uji
terbukti secara statistik berhubungan dengan chi square didapatkan p value 0.000 dengan
perilaku ibu dalam memberikan pendidikan X2 20.134. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi
seksualitas. Variabel teknik pendidikan ibu akan kemampuan dirinya untuk memberikan
seksualitas merupakan sesuatu hal yang krusial pendidikan seksualitas terbukti secara statistik
mengingat bahwa tidak ada artinya seseorang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
memiliki pengetahuan yang baik tentang memberikan pendidikan seksualitas. Dari hasil
kesehatan reproduksi remaja ataupun hal lainnya analisis regresi logistik, persepsi akan
tetapi yang bersangkutan tidak mengetahuai apa kemampuan diri yang merasa mampu memiliki p
dan bagaimana menyampaikan hal tersebut maka value 0.001 dengan tingkat kepercayaan 95%:
dapat disimpulkan bahwa orang tersebut tidak 2.091-21.608 dengan OR 6.72. Seseorang yang
akan melakukannya dengan baik. Demikian pula memiliki self efficacy tinggi akan lebih percaya
dalam pendidikan seksualitas, seorang ibu yang diri terhadap kemampuan mereka dalam
tidak mengetahui apa-apa saja yang harus melakukan perubahan perilaku dibandingkan
disampaikan kepada anak remajanya dan dengan orang yang memiliki self efficacy rendah
bagaimana cara menyampaikannya niscaya yang akan banyak berfikir terhadap kegagalan.
seorang ibu tidak akan bisa melakukannya Persepsi kemampuan diri ini merupakan faktor
dengan baik. Maka teknik memberikan yang cukup kuat dalam perubahan perilaku
pendidikan seksualitas merupakan hal yang seseorang. Senada dengan teori dari Green
sangat penting untuk disampaikan kepada ibu (2000) persepsi merupakan faktor predisposisi
yang memiliki remaja. perilaku seseorang. Dan dalam hal ini persepsi
yang dikaji adalah persepsi kemampuan diri
Persepsi Ibu akan Kemampuan Dirinya dalam memberikan pendidikan seksualitas atau
untuk Memberikan Pendidikan Seksualitas self efficacy yang dalam teori lain yaitu Social
Persepsi ibu akan kemampuan dirinya untuk Learning dan Health Belief Model/HBM
memberikan pendidikan seksualitas mayoritas (advance) disebut sebagai faktor pembentuk

79
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

perilaku. Sama halnya dengan penelitian yang sikap mendukung akan menuju ke arah perilaku
dilakukan oleh Angela D Weaver di Kanada yang positif dalam hal menyikapi pendidikan
bahwa orang tua yang percaya akan kemampuan seksualitas. Oleh karena itu secara umum
dirinya dalam memberikan pendidikan seksualitas responden yang memiliki sikap mendukung juga
juga dapat memberikan pendidikan seksualitas masih banyak yang berperilaku kurang baik.
dengan baik pula.
SIMPULAN
Sikap Ibu tentang Pendidikan Seksualitas Perilaku ibu dalam memberikan pendidikan
Sikap ibu terhadap pendidikan seksualitas seksualitas ini sebesar 44.6% dalam kategori baik
memiliki proporsi yang seimbang antara yang dan 55.4% dalam kategori kurang baik. Hal
mendukung dan tidak mendukung yaitu masing- penting yang belum disampaikan oleh ibu kepada
masing sebesar 50%. anak remajanya yang berkaitan dengan bahaya
Responden yang berperilaku baik dalam seks bebas, NAPZA dan HIV/AIDS atau sering
memberikan pendidikan seksualitas mayoritas disebut dengan bahaya Triad KRR, yaitu sebesar
adalah responden yang mempunyai sikap 64.1% responden belum menyampaikan tentang
mendukung pendidikan seksualitas yaitu sebesar proses terjadinya kehamilan, 50% responden
60.9%, sedangkan mayoritas responden yang belum menyampaikan bahaya kehamilan pada
berperilaku kurang baik dalam memberikan remaja, 82.6% responden juga belum
pendidikan seksualitas adalah responden yang menyampaikan apa saja perilaku berisiko yang
memiliki sikap kurang mendukung pendidikan dapat menularkan infeksi menular seksual,
seksualitas yaitu sebesar 71.1%. Dari hasil uji 55.4% responden belum menyampaikan
chi square didapatkan p value 0.002 dengan mengenai cara pencegahan HIV/AIDS. Ada
X2 9.900. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ibu beberapa pendapat yang masih kurang tepat yang
terhadap pendidikan seksualitas terbukti secara diyakini oleh ibu berkaitan dengan pendidikan
statistik berhubungan dengan perilaku ibu dalam seksualitas yang masih perlu diluruskan. Dalam
memberikan pendidikan seksualitas. Pendapat penelitian ini diketahui bahwa di Kabupaten
responden mengenai pendidikan seksualitas Magelang perilaku ibu dalam memberikan
mayoritas responden tidak setuju bahwa hal pendidikan seksualitas pada ibu-ibu yang sudah
tersebut bertentangan dengan norma-norma tersosialisasi tentang kesehatan reproduksi
(62%), bukan juga merupakan sesuatu yang tabu remaja melalui kegiatan Bina Keluarga Remaja
(72.8%), akan tetapi 50% responden masih (BKR) dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
berpendapat bahwa seksualitas adalah hal yang dan persepsi ibu akan kemampuan dirinya dalam
akan diketahui anak dengan sendirinya secara memberikan pendidikan seksualitas.
alamiah. Ada juga responden yang berpendapat
malu untuk menyampaikan seksualitas (32.6%) KEPUSTAKAAN
dan masih ada 30.4% responden yang Ahmadi A. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka
berpendapat bahwa tidak perlu menyampaikan Cipta; 2007.
pendidikan seksualitas karena meyakini hal Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu
tersebut disampaikan oleh guru disekolah. Untuk Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta;
waktu pemberian pendidikan seksualitas orang 2002.
tua kepada anak remajanya mayoritas responden BAPPEDA. Perkembangan Indikator Utama
(67.4%) berpendapat bahwa paling tepat setelah Sosial-Ekonomi 2010. Magelang: Bappeda
terjadi haid atau mimpi basah. Menurut Ahmadi dan BPS Kabupaten Magelang; 2010.
(2007) secara teori seseorang yang mengambil

80
Perilaku Ibu dalam Memberikan ... (Niken M, Zahroh S, Antono S)

BAPPEDA. Pendapatan Regional Tingkat Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan.


Kecamatan Kabupaten Magelang 2010. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Magelang: Bappeda dan BPS Kabupaten PKBI. Hasil survei PSS PKBI DIY: Pelajar
Magelang; 2010. sudah lakukan seks bebas. Yogyakarta:
BKKBN. Modul Pembentukan Karakter Sejak <http://solusisehat. net/
Dini Melalui Bina Keluarga Remaja. berita.php?id=802>; 2006 [cited 10 Maret
Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2010].
2008. Riwidikdo H. Statistik untuk Penelitian
BPS, Depkes & ORC Macro. Survei Kesehatan Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama;
Reproduksi Remaja Tahun 2007. Calverton 2010.
Maryland, USA: Macro International; Santrock JW. Adolescent: Perkembangan
2008. Remaja. Jakarta: Erlangga; 2010
Dahlan S. Statistik Untuk Kedokteran dan Sarlito SW. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; Pers; 2011.
2009. Situmorang A. Adolescent Reproductive Health
Green LW. Health Promotion Planning An in Indonesia. A Report Prepared for
Educational and Environmental Approach. STARH Program, Johns Hopkins University
Mountain View Toronto - London: Mayfield Center for Communication Program 2003.
Publishing Company; 2000. Suryoputro A. Faktor-Faktor Yang
Hurlock EB. Psikologi Perkembangan Suatu Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap
Jakarta: Erlangga; 2009. Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual
Indrianingrum M. Faktor-faktor yang dan Reproduksi. Makara Kesehatan.
Berhubungan dengan Praktik Ibu dalam 2006;Volume 10 Juni 2006:29-40.
Pemberian Informasi Kesehatan Tarigan R. Perencanaan Pembangunan Wilayah.
Reproduksi Remaja di Kabupaten Jakarta: Bumi Aksara; 2005.
Kebumen. Semarang: Universitas UNESCO. International Technical Guidance on
Diponegoro; 2009. Sexuality Education (An Evidence-informed
Moeliono L. Proses Belajar Aktif Kesehatan approach for schools, teachers and health
Reproduksi Remaja; Bahan Pegangan educators). Paris, France: UNESCO;
Untuk Memfasilitasi Kegiatan Belajar Aktif 2009.
Untuk Anak & Remaja Usia 10-14 Tahun. Weaver AD. Sexual Health Education at School
Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana and Home: Attitude and Experience of New
Indonesia (PKBI), Badan Koordinasi Bruncwick Parents. The Canadian Journal
Keluarga Berencana Nasional of Human Sexuality 2002;Volume 11.
(BKKBN),United Nations Population Fund
(UNFPA); 2003.

81

Anda mungkin juga menyukai