Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR

PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI INDONESIA

ISA SUNDARI
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
EMAIL:SUNDARIISA94@GMAIL.COM
NO.HP.085933810656
PENDAHULUAN
Perilaku seksual dikalangan remaja menjadi permasalahan serius yang
harus segera diatasi. Pada era globalisasi sekarang ini sangatlah mudah bagi
remaja untuk mengakses media cetak maupun elektronik terkait dengan seks
baik dari dalam maupun luar negeri. Dampaknya, remaja akan menyalurkan
keingintahuan dan dorongan seksualnya melalui pacaran dan parahnya usia
pertama kali pacaran masih sangat muda. Berdasarkan hasil SDKI 2012, usia
pertama kali berpacaran sebagian besar pada usia sekolah. Remaja wanita yang
berpacaran sebelum umur 14 tahun sebanyak 27,1 persen dan terbanyak pada
usia 15-17 tahun yaitu 47,0 persen. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan
usia pacaran remaja laki-laki, pada usia kurang dari 14 tahun sebanyak 27,5
persen dan usia 15-17 tahun sebanyak 45,3 persen.
Pacaran yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama, dapat mendorong
timbulnya perilaku yang menyimpang, seperti berpelukan, berciuman dan yang
paling buruk adalah hubungan seksual. menyebutkan bahwa secara umum
terdapat 1 (satu) persen remaja wanita dan 6 (enam) persen remaja pria yang
menyatakan pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Pada tahun 2012,
terdapat 0,9 persen remaja wanita dan 8,3 persen remaja pria belum kawin yang
pernah melakukan hubungan seksual. Masa remaja atau adolescence merupakan
salah satu fase penting bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan
selanjutnya. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, jumlah remaja di
Indonesia adalah 62.594.200 jiwa atau sekitar 30,41 % dari total seluruh
penduduk Indonesia (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2011).
Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiousity).
Remaja cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba
segala sesuatu yang be- lum pernah dialaminya. Selain didorong juga oleh
keinginan menjadi seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba
melakukan apa yang sering dilakukan orang dewasa termasuk yang berkaitan
dengan masalah seksualitas
Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi,
memaksa remaja mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Majalah, buku
dan film por- nografi dan pornoaksi memaparkan kenikmatan hubungan seks
tanpa mengajarkan tanggung jawab dan risiko yang harus dihadapi, menjadi
acuan utama mereka. Mereka juga mempelajari seks dari internet.
Hasilnya, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu kini sudah
melakukan hubungan seks di usia dini, yakni 13-15 tahun (Depsos RI, 2008).
Perkembangan jaman saat ini, ikut mempengaruhi perilaku seksual dalam
berpacaran remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan
oleh remaja pada be- berapa tahun yang lalu, seperti berciuman dan bercumbu
kini telah dibenarkan oleh remaja sekarang. Bahkan ada sebagian kecil dari
mereka setuju dengan free sex. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan
mengingat perilaku tersebut dapat menyebabkan Kasus Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD) yang selanjutnya memicu praktik aborsi yang tidak aman, penu-
laran PMS dan HIV/AIDS, bahkan kematian). Penelitian yang dilakukan oleh
BalaiBe-sarPenelitiandanPengembanganPelayan anKesejahteraanSosial (B2P3KS),
DepartemenSosialRepublik Indonesia menyatakanbahwa
jumlah remaja yang memiliki masalah KTD dan berkonsultasi tiap tahun
mengalami ke naikan. Fakta yang ditemukan pada penelitian tersebut adalah dari
populasi yang berdasarkan pendidikan
KAJIAN LITERATUR
Penelitian tentang perilaku seksual remaja sudah banyak dilakukan. Graves, et al
(1995) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara penggunaan zat adiktif
dengan perilaku hubungan seksual remaja di Amerika Serikat memperoleh hasil
bahwa remaja yang merokok, mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi mariyuana,
peminum berat atau minum hingga mabuk mempunyai probabilitas 4 sampai 8
kali lebih besar untuk melakukan aktivitas seksual dibandingkan dengan remaja
yang tidak mengkonsumsinya.
hubungan seksual remaja laki-laki dipengaruhi oleh pacar dan merokok. Dan dari
kedua variabel tersebut, merokok merupakan variabel yang paling kuat
hubungannya dengan perilaku seksual, dengan arah hubungan positif, artinya
konsumsi merokok meningkat kecenderungan untuk melakukan hubungan
seksual juga meningkat.
Kasus mengenai perilaku seksual pada remaja dari waktu ke waktu semakin
mengkhawatirkan karena perilaku seksual remaja sekarang ini sudah melebihi
batas dan cukup mengkhawatirkan terutama pada masa remaja akhir. Sekarang
ini remaja cenderung bersikap permisif terhadap seks bebas. Hal ini disebabkan
terbukanya peluang aktifitas pacaran yang mengarah kepada seks bebas.
Sementara di masyarakat terjadi pergeseran nilai-nilai moral yang semakin jauh
sehingga masalah tersebut sepertinya sudah menjadi hal biasa, padahal
penyimpangan perilaku seksual merupakan sesuatu yang harus dihindari oleh
setiap individu.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja (mahasiswa),
yaitu : 1) perubahan hormonal yang dialami remaja dapat meningkatkan hasrat
seksual remaja,
2) penundaan usia kawin dikarenakan mahasiswa sedang menempuh pendidikan,
3) pelanggaran norma agama yang melarang hubungan seks sebelum menikah,
4) semakin canggihnya teknologi (seperti internet) membuat penyebaran
informasi secara cepat dan mudah, baik informasi yang bersifat positif maupun
negatif,
5) pergaulan yang cenderung makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat, seperti banyak tempat kos campur, batas jam malam yang longgar,
dan kebebasan ruang untuk berkunjung.
Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku seksual remaja, yaitu pengetahuan,
pemahaman tingkat agama, sumber informasi (media) dan peranan keluarga. d
remaja di Provinsi Jawa Tengah menyebutkan bahwa aktivitas sosial yang tinggi,
kurangnya harga diri, rendahnya rasa percaya diri terhadap kesehatan reproduksi
dan kuatnya dukungan terhadap hubungan seks pranikah menjadi faktor yang
mempengaruhi periaku seksual pra nikah remaja.
Gambaran remaja yang masih duduk di bangku sekolah dan menyatakan setuju
terhadap hubungan seks karena alasan akan menikah adalah: laki-laki mencapai
72,5% dan perempuan sebanyak 27,9%. Mereka yang setuju karena alasan saling
mencintai: laki-laki mencapai 72,5% dan perempuan 27,5%. Sedangkan yang
setuju karena suka sama suka adalah: laki-laki sebanyak 71,5% dan perempuan
28,5%. (Syvonete Research, 2004). Sementara menurut Fact Sheet yang
dikeluarkan oleh PKBI Pusat, BKKBN dan UNFPA, sebanyak 15% remaja Indonesia
pernah melakukan hubungan seksuaDi samping faktor internal (dari diri sendiri),
peran orang tua sangat penting terkait dengan peningkatan pengetahuan remaja
mengenai kesehatan reproduksi. Orang tua yang aktif berperan dalam masalah
kesehatan reproduksi anaknya, maka makin sehat perilaku seksual anaknya yang
pada akhirnya akan mencegah terjadinya hubungan seksual di luar nikah.
METODE
Untuk mencegah kegiatan seksual yang dilakukan remaja maka perlu intervensi
dari berbagai pihak, antara lain pemerintah, keluarga dan masyarakat. Terkait
pendidikan, intervensi yang dapat dilakukan pemerintah adalah kebijakan
kurikulum yang mencantumkan pelajaran mengenai kegiatan reproduksi manusia
Penelitian ini adalah explanatory re- search yang menggunakan metode survey
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
sampel 380 orang, Jumlah sampel terdiri dari (laki-laki 197 orang,
perempuan 183 orang).
DAFTAR PUSTAKA

Maryatun, W. P., (2012), Hubungan Pengetahuan dan Peran Keluarga dengan


Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja Anak Jalanan di Kota Surakarta. Gaster,
Vol. 9, No. 1 Februari 2012.
Sarwono, S.W., 2007, Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 24-
25, 52-58, 142-165. Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalannya. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 20-30.
Suryoputro, A., Ford, J. N,. Shaluhiyah, Z., (2006), Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah : Implikasinya terhadap
Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Makara, Kesehatan,
Vol. 10, No. 1, Juni 2006 : 29-40.
Kutanegara, M.Pande, Dyah, Basilica. Seks dan Kehamilan Pranikah : Remaja Bali
di Dua Dunia. Kerja sama Ford Foundation dengan PSKK UGM. Yogyakarta. 2005
Suwarni, L., 2009, Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 4/No.2 /Agustus 2009.

Anda mungkin juga menyukai