Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SEKS PRA NIKAH PADA

REMAJA DI SMK PGRI 1 KOTA SUKABUMI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TIPAR KOTA SUKABUMI
1
Wati Mulyawati, 2 Fanny Sukmasary

ABSTRAK
Remaja merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa, emosi yang labil memungkinkan
melakukan pelanggaran salah satunya seks pra nikah. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan religiusitas dengan perilaku seks pra nikah pada remaja.
Religiusitas adalah dorongan jiwa, dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan agama.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.
Jenis penelitian ini adalah Korelasional, pendekatan Cross Sectional. Jumlah populasi 315
dan sampel 176. Sampling menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Uji validitas
kuisioner religiusitas, perilaku seksual tidak didapatkan item yang invalid. Uji reliabilitas
dengan rumus Cronbach Alpha kuisioner religiusitas r=0,861, kuisioner perilaku seks
r=0,404. Pengambilan data menggunakan kuisioner dan analisis statistik menggunakan uji
Chi Kuadrat (χ2).
Hasil penelitian menunjukkan pada variabel religiusitas dan perilaku seks pranikah didapat
Pvalue 0,000. Pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan hipotesis diterima. Ada hubungan religiusitas
dengan perilaku seks pra nikah remaja.
Simpulan terdapat hubungan signifikan antara religiusitas, dengan perilaku seks. Semakin
kuat religiusitas maka hasrat untuk melakukan perilaku seks pra nikah akan menurun.
Disarankan pihak sekolah lebih meningkatkan kegiatan kesiswaan yang berbasis religiusitas,
agar tercipta karakter yang religius. Sehingga dapat menjadi pedoman agar hasrat yang
timbul untuk melakukan perilaku seks pranikah menurun.

Kata Kunci : Religiusitas, Perilaku Seks Pra Nikah, Remaja


Kepustakaan : 16 buku dan 2 situs (2008– 2017)

PENDAHULUAN telah dewasa apabila telah mencapai usia


18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti
Remaja merupakan masa peralihan ketentuan sebelumnya. Remaja ada
dari kanak-kanak ke dewasa, yang dimulai diantara anak dan orang dewasa . oleh
pada saat terjadinya kematangan seksual. karena itu, remaja sering kali dikenal
Pada masa ini terjadi perubahan fisik, dengan fase “mencari jati diri“ atau fase “
mental, psikososial yang cepat, dan topan dan badai”. Remaja masih belum
berdampak pada berbagai aspek kehidupan mampu menguasai dan memfungsikan
remaja (Setyorogo, 2012). secara maksimal fungsi fisik maupun
Masa remaja, menurut Mappiare psikisnya (Monks, 1989).
(2009) berlangsung antara umur 12 tahun Emosi yang belum stabil pada remaja
sampai dengan 21 tahun bai wanita dan 13 akan mudah melakukan pelanggaran
tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang terhadap norma-norma dalam masyarakat.
usia remaja ini dapat dibagi menjadi 2 Perkembangan emosi ditandai dengan sifat
bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai emosional yang meledak–ledak dan sulit
dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dikendalikan. Keadaan tersebut terjadi
dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 karena konflik peran yang sedang dialami
tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum remaja. Apabila seorang remaja tidak
di Indonesia saat ini, individu dianggap berhasil mengatasi situasi ini, maka remaja
79
akan terperangkap masuk dalam perilaku remaja pada umumnya akan beresiko
negatif, diantaranya penyalahgunaan tertular penyakit seksual seperti Gonore,
narkoba dan perilaku seks bebas sipilis, HIV/AIDS dan dapat
(Setyorogo, 2012). mengakibatkan remaja hamil pranikah.
Menurut Tanjung (2008) berbagai Kehamilan yang dialami beberapa remaja
macam bentuk kenakalan remaja saat ini akibat telah melakukan hubungan seks
lebih cenderung pada perilaku seks sebelum menikah (Premarital Sex) disikapi
bebas/free sex. Perilaku seks bebas dengan berbagai tindakan seperti
memiliki beberapa macam bentuk yaitu mengugurkan kandungan/aborsi dan atau
hubungan seks pranikah, kumpul kebo, menikah dengan pasangan seksnya.
pelacuran, gigolo, homoseksual dan Remaja yang melakukan seks bebas
perkosaan. Bentuk perilaku seks bebas bisa mengalami kehamilan dan melakukan
yang banyak dilakukan oleh remaja saat ini aborsi. Secara fisik tindakan aborsi ini
yaitu hubungan seks pranikah. memberikan dampak jangka pendek secara
Bagi sebagian besar remaja, hubungan langsung berupa perdarahan, infeksi pasca
seksual sebelum menikah bukan lagi aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak
merupakan hal yang tabu untuk jangka panjang berupa mengganggu
dipersoalkan. Seks pranikah pada remaja kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
kini cendrung menunjukan peningkatan. Secara psikologis seksual pranikah
Banyak penelitian membuktikan, remaja memberikan dampak hilangnya harga diri,
kini makin sering terlibat hubungan seks perasaan dihantui dosa, perasaan takut
pranikah. Pengamatan yang mudah hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak
disaksikan adalah remaja yang terlibat yang menyebabkan kegagalan setelah
pacaran. Remaja mengunjungi tempat - menikah, serta penghinaan terhadap
tempat hiburan dan objek wisata tanpa masyarakat (Syarif, 2008).
sungkan berpegangan tangan, berpelukan, Banyak faktor-faktor yang
berciuman bahkan sampai hubungan badan mempengaruhi perilaku sesk pra nikah
ditempat sunyi dan gelap. Sebagai remaja pada remaja, menurut Soetjiningsih (2009)
yang terpelajar seharusnya mereka fokus faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
dengan mata pelajaran dan masa depan seksual pranikah pada remaja yaitu faktor
melalui pendidikan. individual (self steem dan religiusitas),
Menurut survei yang dilakukan oleh faktor keluarga (hubungan orang tua dan
Komite Perlindungan Anak Indonesia anak), faktor external (pergaulan dengan
(KPAI), dan Kementrian Kesehatan, teman sebaya dan penggunaan media
(Kemenkes) RI pada Oktober 2013 internet secara tidak sehat).
menunjukkan bahwa sekitar 62,7% remaja Religiusitas merupakan salah satu
di Indonesia telah melakukan hubungan faktor yang mempengaruhi perilaku
seks di luar nikah. 20% dari 94.270 seksual pada remaja, berdasarkan hasil
perempuan yang mengalami hamil di luar penelitian yang dilakukan oleh Khairunisa
nikah juga berasal dari kelompok usia (2013) menunjukan bahwa remaja yang
remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan perilaku seksual pranikah
melakukan aborsi. memiliki tingkat religiusitas yang rendah.
Menurut Khofifah (2014) selama Religiusitas sangat berpengaruh dalam
tahun 2015 anak-anak usia 10-11 tahun proses pengambilan keputusan bagi remaja
yang hamil di luar nikah mencapai 600.000 untuk melakukan seks pranikah, makin
kasus. Sedangkan remaja usia 15 - 19 tinggi tingkat religiusitas remaja maka
tahun yang hamil di luar nikah mencapai makin rendah keinginan remaja untuk
2,2 juta kasus. Jumlah tersebut belum melakukan perilaku seks pranikah.
termasuk angka remaja yang hamil usia Hal yang mendasari terjadinya seks
12-14 tahun yang tidak terdata. Hubungan bebas adalah kurangnya pemahaman
seksual yang dilakukan oleh sebagian besar tentang agama. Sifat dari agama ialah

80
mengatur, menjadi pendorong, penggerak sedang dalam status berpacaran, 5 dari 10
serta pengontrol bagi tindakan-tindakan orang siswa mengaku pernah mencium
manusia agar tetap sesuai dengan nilai- pasangannya, dan 2 dari 10 orang siswa
nilai kebudayaan di masyarakat. Ajaran pernah berciuman tetapi tidak sampai
moral yang diajarkan agama dapat menjadi senggama. Menurut 7 dari 10 orang siswa
pegangan utama bagi para pemeluknya, berciuman adalah hal yang wajar, asalkan
sehingga dengan agama itulah manusia mereka tidak sampai melakukan senggama
akan menahan diri dari perilaku seks atau hubungan seks.
bebas. Apabila rasa cinta kepada Tuhan Berdasarkan latar belakang tersebut
tertanam pada diri seseorang, diharapkan maka penulis ingin mengetahui
seseorang akan takut serta menghindar dari “Hubungan Religiusitas dengan Perilaku
segala perbuatan yang dilarang oleh Seks Pra Nikah Pada Remaja Di SMK
agamanya. PGRI 1 Kota Sukabumi Wilayah Kerja
Berdasarkan hasil survey di beberapa Puskesmas Tipar Kota Sukabumi Tahun
kota besar di Indonesia tentang perilaku 2018”.
seks pranikah remaja pada tahun 2012 di
Kota Manado, Surabaya, Malang, dan METODE PENELITIAN
Denpasar Bali mencapai 29%, untuk kota
besar di Jawa Barat seperti Bandung Jenis penelitian yang digunakan
mencapai 21,8%, Kota Bogor mencapai adalah penelitian korelasional dengan
30%. dan Kota Sukabumi mencapai pendekatan Cross Sectional.
26,5%. Dampak dari perilaku seks pra Penelitian ini dilaksanakan di SMK
nikah salah satunya adalah kehamilan tak PGRI 1 Kota Sukabumi Wilayah Kerja
diinginkan (KTD), untuk wilayah Jawa Puskesmas Tipar Kota Sukabumi pada
Barat angka kehamilan tak diinginkan Februari sampai dengan Juli 2018.
mencapai 6,9% pada tahun 2012 (UNFPA, Ukuran populasi 315 responden
2012). dengan sampel 176 responden. Cara
Kota Sukabumi merupakan Kota di pengambilan sampel menggunakan
Jawa Barat yang tidak lepas dari masalah Proportional Random Sampling. Hasil Uji
prilaku seks pra nikah pada remaja. validitas dengan Pearson Product Moment
Laporan UNFPA (2012) di Kota Sukabumi terhadap variabel religiusitas dari 10
angka perilaku seks pranikah mencapai pertanyaan dan variabel perilaku seks dari
26,5%. 5 pertanyaan dinyatakan semuanya valid
Selain mengacu pada data diatas, dengan nilai reliabilitasnya >0,40 sehingga
peneliti juga melakukan survey ke berbagai dapat dinyatakan reliabel.
pihak terkait perilaku seks pranikah pada Teknik analisa bivariat yang
remaja di Kota Sukabumi. Berdasarkan digunakan adalah uji Chi Kuadrat (χ2)..
data yang peneliti peroleh, terdapat
kejadian perilaku sesk pra nikah pada HASIL PENELITIAN
remaja di wilayah kerja Puskesmas Tipar Berdasarkan hasil penelitian gambaran
yaitu di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi. karakteristik responden berdasarkan usia
Hasil observasi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar usia
kepada guru BK di SMK PGRI 1 Kota responden adalah 16 tahun yaitu sebanyak
Sukabumi, pada tahun 2017 terdapar 3 165 orang ( 93,8%) dan sebagian kecil
kasus kehamilan di luar nikah yang terjadi berusia 15 tahu yaitu sebanyak 4 orang
pada siswa SMK PGRI 1 Kota Sukabumi. (2,3%). Gambaran karakteristik responden
Berdasarkan hasil survey berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
pendahuluan melalui wawancara yang bahwa sebagian besar responden berjenis
telah dilakukan oleh peneliti terhadap 10 kelamin laki-laki yaitu sebanyak 99
orang siswa di SMK PGRI 1 Kota responden (56,2%) dan sebagian kecil
Sukabumi, 8 dari 10 orang mengaku responden berjenis kelamin perempuan
81
yaitu sebanyak 77 responden (43,8%). Analisa Bivariat
Gambaran karakteristik responden
Tabel 3 Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku
berdasarkan tempat tinggal menunjukkan Seksual Pra Nikah Pada Remaja di
bahwa sebagian besar responden tidak SMK 1 PGRI Kota Sukabum Wilayah
tinggal dengan orang tua yaitu sebanyak Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi
134 responden (76,1%) dan sebagian kecil
Perilaku Seks Pra Nikah
tinggal di pesantren yaitu sebanyak 11 Remaja
responden (6,2%). Gambaran karakteristik P
Religiusit Tidak Total
Menyimpan valu
responden berdasarkan sumber informasi as Menyimpan
g e
g
tentang seks menunjukkan bahwa sebagian N % N % N %
besar sumber informasi responden Kuat 13 8,4%
14
91,6
100.
3 88 0
didapatkan dari teman yaitu sejumlah 68 25 100. 0,00
Lemah 14 70% 6 30%
responden (38,6%) dan sebagian kecil 2 0 0
15,4 14 84,6 34 100.
sumber informasi didapatkan dari Internet Jumlah 27
% 9 % 0 0
yaitu sejumlah 29 responden (16,5%).
Gambaran karakteristik responden Berdasarkan tabel 3 menunjukan
berdasarkan agama menunjukkan bahwa bahwa responden dengan kategori
seluruh agama responden adalah Islam religiusitas kuat sebagian besar memiliki
sejumlah 176 responden (100%). perilaku seksual yang tidak menyimpang
yaitu sejumlah 143 responden (91,6%), dan
Analisa Univariat Variabel
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran
sebagian kecil memiliki perilaku seksual
Religiusitas remaja di SMK 1 PGRI yang menyimpang yaitu sejumlah 13
Kota Sukabumi wilayah kerja responden (8,4%). Selanjutnya pada
Puskesmas Tipar Kota Sukabumi responden dengan kategori religiusitas
lemah, sebagian besar memiliki perilaku
No Religiusitas Jumlah Persentase (%)
1 Kuat 156 88,6% seks yang menyimpang yaitu sejumlah 14
2 Lemah 20 11,4% responden (70,0%), dan sebagian kecil
Jumlah 176 100%
memiliki perilaku seksual yang tidak
Berdasarkan tabel 1 menujukkan menyimpang yaitu sejumlah 6 responden
bahwa sebagian besar memiliki religiusitas (30,0%).
kuat yaitu 156 responden (88,6%), dan Berdasaran uji statistik analisa bivariat
sebagian kecil memiliki reliusitas yang dengan Chi Square diperoleh nilai P-value
lemah yaitu 20 responden (11,4%). 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan religiusitas dengan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran perilaku seks pranikah pada remaja.
Perilaku Seksual Pada Remaja di
SMK 1 PGRI Kota Sukabumi Wilayah PEMBAHASAN
Kerja Puskesmas Tipar Kota
Sukabumi 1. Gambaran Religiusitas Remaja Di
No Religiusitas Jumlah Persentase (%) SMK PGRI 1 Kota Sukabumi
1 Kuat 156 88,6%
2 Lemah 20 11,4% Wilayah Kerja Puskesmas Tipar
Jumlah 176 100% Kota Sukabumi
Berdasarkan tabel 1 menujukkan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki religiusitas
bahwa sebagian besar responden memiliki kuat yaitu 156 responden (88,6%), dan
perilaku seksual tidak menyimpang yaitu sebagian kecil memiliki reliusitas yang
149 responden (84,7%), dan sebagian kecil lemah yaitu 20 responden (11,4%).
responden memiliki perilaku seksual yang Religiusitas merupakan hubungan
menyimpang yaitu 27 responden (15,3%). batin antara manusia dengan Tuhan yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia,
berdasarkan hasil kuesioner pada
penelitian sebagian besar responden
82
menyatakan bahwa mereka yakin bahwa 2. Hubungan Religiusitas Dengan
Tuhan mengamati tingkah lakunya, Perilaku Seksual Pra Nikah Pada
responden juga menyatakan bahwa mereka Remaja
menjadikan agama sebagai pedoman Berdasarkan hasil uji statistik analisa
hidup, menjalankan kewajiban agama bivariat dengan Chi Square diperoleh nilai
seperti shalat 5 waktu dan puasa. Pvalue=0,000. Hal ini berarti Pvalue <
Mayoritas responden menyatakan bahwa 0,05 maka H0 ditolak dan hipotesis
responden memahami ajaran agama diterima. Dengan demikian dapat
melalui pendidikan agama dan kegiatan disimpulan bahwa terdapat hubungan
keagamaan sejak kecil, mengetahui hal-hal antara religiusitas dengan perilaku seksual.
yang dilarang oleh agama, misalnya Penelitian ini sejalan dengan hasil
mencuri, minum-minuman keras, dan penelitian Azminar (2016) yang
perilaku seksual pranikah. menyatakan bahwa agama membentuk
Sekolah sebagai sarana pendidikan seperangkat norma dan keyakinan tertentu
juga berperan besar dalam membentuk pada diri seseorang. Melalui agama
religiusitas seseorang. Berbagai kegiatan seseorang belajar mengenai perilaku
keagamaan seperti shalat berjamaah, bermoral yang menuntun mereka menjadi
tadarus Al-Quran, peringatan hari besar anggota masyarakat yang baik. Seseorang
keagamaan, kegiatan pesantren kilat saat yang menghayati agamanya dengan baik
bulan Ramadhan menjadi kegiatan rutin cenderung akan erperilaku sesuai dengan
yang dilaksanakan pihak sekolah guna norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini
meningkatkan religiusitas para siswa. sesuai dengan teori yang menyatakan
Selain itu, kurikulum juga mencantumkan bahwa faktor predisposisi dalam hal ini
mata pelajaran agama islam sebagai mata pemahaman agama yang diwujudkan
pelajaran wajib dalam setiap semester hal dalam bentuk praktik menjalankan
ini bertujuan agar siswa lebih memahami aktivitas keagamaan berhubungan dengan
ilmu agama. perilaku seksual seseorang.
Selanjutnya berdasarkan hasil Hal ini sesuai dengan penelitian
penelitian menunjukkan bahwa sebagian Azimar (2013) yang menyatakan bahwa
besar responden tinggal dengan orang tua ada hubungan antara keagamaan dengan
yaitu sebanyak 134 responden (76,1) dan hubungan seks pranikah. Agama
sebagian kecil tinggal di pesantren yaitu membentuk seperangkat moral dan
sebanyak 11 responden (6,2%). keyakinan tertentu pada diri seseorang.
Tempat tinggal dapat mempengaruhi Seseorang yang menghayati agamanya
perilaku seseorang, orang tua dapat dengan baik cenderung akan berperilaku
mempengaruhi perilaku keagamaan anak sesuai dengan norma. seseorang memiliki
melalui tiga cara yaitu komunikasi, tingkat religiusitas yang tinggi akan selalu
bertindak sebagai contoh (role model) dan berusaha untuk menginternalisasikan
pengawasan. Orang tua baiknya ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-
memberikan arahan serta memantau hari.
anaknya dalam melaksanakan kegiatan Berdasarkan penelitian Utami (2015)
keagamaan dirumah. Siswa yang tinggal yang menyatakan bahwa sebanyak 37
dengan orang tua cenderung lebih giat orang (78,7%) dengan religiusitas tinggi
melakukan kegiatan agama, hal ini bisa memiliki perilaku seksual menyimpang
terjadi karena dorongan atau perintah yang rendah, yaitu sebanyak 15 orang
orang tua yang mengarahkan anaknya (31,9%). Pernyataan tersebut jelas bahwa
untuk giat melakukan kegiatan agama seseorang dengan religiusitas yang tinggi
sehingga anak menjadi terbiasa dan terlatih akan memiliki perilaku seksual
dalam melakukan kegiatan agama seperti menyimpang yang rendah.
shalat, dan mengaji Kegiatan berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah

83
berdampak positif dalam membentuk religiusitas yang kuat, idealnya individu
religiusitas responden. Berdasarkan tabel 1 tersebut mampu menjalankan semua yang
menujukkan bahwa sebagian besar terkandung dalam ajaran agamanya
memiliki religiusitas kuat yaitu sejumlah (Ancok, 2005).
156 responden (88,6%), dan sebagian kecil Ajaran agama sangat berpengaruh
memiliki reliusitas yang lemah yaitu dalam kehidupan sehari-hari seseorang
sejumlah 20 responden (11,4%). khususnya berperilaku yang sesuai dengan
Kegiatan keagamaan yang dilakukan norma agama yang telah diajarkan dan
di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi tidak melakukan hal-hal negatif, seperti
membentuk responden untuk lebih giat mencuri, minum-minuman keras, dan
dalam melakukan ibadah, lebih baik dalam melakukan perilaku seksual pranikah.
berperilaku tidak bertentangan dengan nilai Seseorang yang memiliki tingkat religius
dan norma agama, menjauhi larangan dan yang baik, maka akan berperilaku sesuai
melaksanakan perintah agama. Selain itu dengan norma agama dan dapat
pengawasan dan dukungan dari para guru menjauhkan diri dari hal-hal negatif
sebagai role model bagi siswanya juga (Ancok & Suroso, 2008).
berdampak positif bagi pembentukan Berdasarkan teori dan penelitian
religiusitas responden. sebelumnya yang sudah dijelaskan diatas,
Selanjutnya berdasarkan tabel 2 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
menunjukan bahwa responden dengan tingkat religiusitas seseorang akan
religiusitas kuat sebagian besar memiliki mempengaruhi kehidupannya dalam
perilaku seksual yang tidak menyimpang berperilaku yang sesuai dengan norma
yaitu sejumlah 143 responden (91,6%), dan agama, dan dihahrapkan dapat terhindar
sebagian kecil memiliki perilaku seksual dari hal-hal negatif seperti untuk
yang menyimpang yaitu sejumlah 13 melakukan perilaku seksual pranikah
responden (8,4%). Selanjutnya pada
responden dengan religiusitas lemah, SIMPULAN
sebagian besar memiliki perilaku seks yang
menyimpang yaitu sejumlah 14 responden Berdasarkan hasil penelitian tentang
(70,0%), dan sebagian kecil memiliki hubungan religiusitas dengan perilaku seks
perilaku seksual yang tidak menyimpang pra nikah pada remaja di SMK PGRI 1
yaitu sejumlah 6 responden (30,0%). Kota Sukabumi Wilayah Kerja Puskesmas
Religiusitas kuat pada siswa membuat Tipar Kota Sukabumi, dapat disimpulkan
mereka lebih memahami norma dan nilai sebagai berikut :
yang ditetapkan oleh agama sehingga 1. Sebagian besar remaja di SMK PGRI 1
mereka dapat lebih selektif dalam Kota Sukabumi memiliki religiusitas
berperilaku dan sebisa mungkin terhindar yang kuat.
dari hal-hal yang dilarang oleh agamanya. 2. Terdapat hubungan religiusitas dengan
Pengetahuan yang lemah tentang agama perilaku seks pra nikah pada remaja di
membuat responden lebih mudah SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Wilayah
terjerumus ke perilaku negative, karena Kerja Puskesmas Tipar Kota
mereka tidak memahami batasan-batasan Sukabumi.
yang baik dan buruk untuk dilakukan. SARAN
Religiusitas dalam kehidupan
memiliki fungsi individual dan fungsi 1. Bagi SMK PGRI 1 Kota Sukabumi
sosial. Fungsi religiusitas dalam kehidupan Diharapkan pihak sekolah lebih
individu adalah sebagai suatu sistem nilai meningkatkan kegiatan kesiswaan
yang memuat norma-norma yang akan yang berbasis religiusitas guna
dijadikan sebagai acuan dalam berperilaku meningkatkan pemahaman siswa
dan bersosialisasi dengan orang-orang di tentang niai-nilai keagamaan agar
sekitar. Individu yang memiliki tingkat perilaku yang bertentangan dengan
ajaran agama dapat dihindari.
84
2. Bagi Siswa SMK PGRI 1 Kota Penelitian ini diharapkan menjadi
Sukabumi bahan referensi bagi peneliti lain untuk
Diharapkan siswa lebih giat dalam meneliti lebih lanjut tentang perilaku
melakukan kegiatan keagamaan baik seks pra nikah pada remaja dengan
dilingkungan sekolah ataupun beragam populasi dan pendekatan
dilingkungan masyarakat, agar tercipta penelitian yang lebih luas, seperti
karakter yang religius. Sehingga dapat faktor usia, faktor pola asuh, faktor
menjadi benteng atau pedoman agar sumber informasi, faktor dukungan
hasrat yang timbul untuk melakukan keluarga, dan faktor fungsi keluarga
perilaku seks pranikah semakin dengan perilaku seks pranikah pada
menurun. remaja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Allport, G. W. & J. M, Ross. (1967). Personal religious orientation and prejudice. Journal of
personality and social psychology. Diakses di http://web.ebscohost.com, 26 Mei 2018.
Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia
Ashar, Rizky. (2011). Pentingnya agama dalam penanganan seks bebas. Artikel. Diakses dari
http://akudanaids.blogspot.com, 21 Mei 2018.
Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bhakti, A.K. (2010). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seks bebas pada
remaja tengah di lokalisasi bawen(Skripsi). Salatiga:Fakultas PsikologiUniversitas
Kristen Satya Wacana.
Dewi, W. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fitriasary, Endah. & Muslimin, Z.I. (2009). Intensitas mengakses situs porno dan perilaku
seksual remaja (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.
Diakses http://portalgaruda.org, 25 Juni 2018.
Hana, B. (2009). Ayo ajarkan anak seks. Jakarta: Elex Media Komputindo Hasan, S. (2008).
Let’s talk about love. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Hurlock,E.B.(1990).Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Erlangga : Jakarta.
Indriastuti, M. (2005). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecenderungan untuk
melakukan hubungan seksual pada remaja yang berpacaran (Skripsi).
Salatiga:Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Irianto, Koes. 2010. Memahami seksologi. Bandung: Sinar Baru Algensindo Jalaluddin.
(1997). Psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kurniawan, Helmi.
(2008). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi ujian nasional (Skripsi).
Yogyakarta: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah. Diakses di http://www-
.umy.ac.id/, 20 Mei 2018.
Mangunwidjaya, Y.B. (1986). Menumbuhkan sikap religius pada anak. Jakarta: Gramedia.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (1996). Psikologi perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prajaningtyas, B.H. (2009). Hubungan antara tekanan teman sebaya dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja (Skripsi). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Romauli, S. (2009). Kesehatan reproduksi untuk mahasiswi kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
85
Santrock, J. W. (1995). Perkembangan masa hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda
Damanikadan Ach Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W. (2004). Psikologi remajaedisi revisi 8. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Soetjiningsih dkk, (2004). Buku ajar: Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta
: Sagung seto
Soetjiningsih, (2006). Remaja usia 15-18 tahun banyak lakukan perilaku seksual pranikah.
Online
Theresia, L. (2012).Hubungan antara religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja yang
berpacaran (Skripsi). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I.2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya.
Jakarta: Salemba Medika
Widyastuti, E.S.A. (2009). Faktor personal dan sosial yang memengaruhi sikap
remajaterhadap hubungan seks pranikah: sebuah studi di lokalisasi sunan kuning dan
gambilangu semarang (thesis). semarang:program studi magister promosi kesehatan
program pascasarjana Universitas Diponegoro. Diunduh di http://eprints-.undip.ac.id/,
10 April 2018.
Wirawanti, W. (2006). Hubungan antara perilaku seksual dengan sikap remaja terhadap
pornografi pada siswa kelas xi sma theresiana salatiga (Skripsi). Salatiga: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas
Kristen Satya Wacana.

86

Anda mungkin juga menyukai