Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG LESBIAN, GAY,

BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DI SMA X GARUT

Nunu Nugraha1, Efri Widianti2, Sukma Senjaya3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email: nunugraha65@gmail.com

Abstrak
Tercapainya kematangan seksual pada remaja akhir memunculkan dorongan seksual yang memicu remaja untuk
memenuhi kebutuhan seksualnya bahkan melakukan hal yang tidak pantas untuk dilakukan. Apabila tidak tercapai akan
terjadi kebingungan peran pada masa remaja yang akan menyebabkan remaja mengembangkan perilaku menyimpang.
Salah satu perilaku menyimpang yang mungkin terjadi adalah perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang lesbian, gay, biseksual, dan
transgender. Penelitian ini deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini siswa-siswi kelas XI-XII di SMA X Garut.
Sampel pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling sebanyak 266 siswa. Data dikumpulkan dengan
instrumen yang terdiri dari 26 item pertanyaan. Data dianalisis dengan analisa deskriptif dan disajikan dalam bentuk
presentase. Hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang lesbian, gay, biseksual dan
transgender adalah sebagian besar responden pengetahuan baik sejumlah 221 responden (83,1%). Simpulan penelitian
ini bahwa sebagian besar responden dalam kategori pengetahuan yang baik.

Kata Kunci: LGBT, Pengetahuan, Remaja

Abstract

Achieving sexual maturity in late adolescents raises sexual urges that trigger adolescent to fulfill their sexual needs and
even do things that are not appropriate to do.When not achieved there will be confusion of roles in adolescence that
will cause youth to develop deviant behavior. One of the deviant behaviors that may occur is lesbian, gay, biseksual,
and transgender behavior. This study aims to determine the description of adolescent knowledge about lesbian, gay,
biseksual, and transgender. This research is descriptive quantitative. The population in this srudy were student of class
XI-XII at SMA X in Garut. The sample in this study used stratified randon sampling of 266 student. Data was collected
with instrument consisting of 26 items of questions with the results of validity and reliability test with cronbach alpa
(0,945). Data were analyzed by descriptive analysisand presented in the from of percentages. the results of this study, it
is known that the level of knowledge of adolescents about lesbian, gay, bisexual and transgender is the majority of
respondents have good knowledge as many as 221 respondents (83.1%). The conclusion of this study is that the
majority of respondents in the category off good knowledge.

Keywords: LGBT, Knowledge, Adolescent

PENDAHULUAN memperoleh hubungan-hubungan baru dan


lebih matang dengan sebaya dari kedua jenis
Masa remaja merupakan suatu periode kelamin, memperoleh peranan sosial dengan
transisi dari masa kanak-kanak ke masa jenis kelamin individu, menerima fisik diri
dewasa. Masa remaja merupakan waktu dan menggunakan badan secara efektif,
kematangan fisik, kognitif, emosional dan memperoleh kebebasan diri melepaskan
sosial yang cepat pada anak laki-laki dan ketergantungan diri dari orang tua dan dewasa
wanita untuk mempersiapkan diri menjadi lainnya, melakukan pemilihan dan persiapan
individu dewasa (Wong, 2009). Menurut untuk jabatan, memperoleh kebebasan
Robert dalam Sumantri (2012), salah satu ekonomi, persiapan perkawinan dan
tugas perkembangan remaja, yaitu: kehidupan berkeluarga, mengembangkan

16
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 6 No.1, Januari 2020: 16-26

keterampilan intelektual dan konsep-konsep biologis sebagai wanita, namun tertarik


diperlukan sebagai warga negara yang baik, kepada wanita yang lain dari segi
memupuk dan memperoleh perilaku yang kecenderungan perasaannya maupun
dapat dipertanggung jawabkan secara sosial, keinginan seksualnya, gay adalah golongan
memperoleh seperangkat nilai dan sistem yang dilahirkan secara biologis sebagai laki-
etika sebagai pedoman berperilaku. laki, namun tertarik kepada sesama laki-laki
Dengan remaja memahami tugas yang lain, baik dari segi kecenderungan
perkembangannya, diharapkan remaja mampu perasaannya maupun keinginan seksualnya,
berperan baik dalam menerima keadaan biseksual adalah seseorang yang mempunyai
fisiknya, mencapai kemandiriaan emosional, kecenderungan untuk tertarik kepada laki-laki
menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, maupun perempuan pada saat bersamaan.
mengetahui kemampuan dirinya sendiri dan Sehingga kaum biseksual dapat menjalankan
mengembangan perilaku sosial yang aktivitas seksual dengan dua orang yang
bertanggung jawab. Pertumbuhan fisik pada berlainan kelamin, transgender berbeda
remaja ditandai dengan munculnya tanda- dengan golongan gay, lesbian dan biseksual
tanda seks primer dan sekunder. Tercapainya karena golongan transgender tidak berorintasi
kematangan seksual pada remaja akhir, pada dominasi kecenderungan perasaan
memunculkan dorongan seksual yang memicu maupun seksual pada sesama jenis, melainkan
remaja untuk memenuhi kebutuhan lebih kepada aspek identitas diri (Nugraha,
seksualnya bahkan melakukan hal yang tidak 2017).
pantas untuk dilakukan. Kondisi ini akan Pengertian lesbian menurut Kamus
mengakibatkan remaja rentan terhadap Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu wanita
berbagai godaan dilingkungan pergaulannya, yang mencintai atau merasakan rangsangan
remaja cenderung ingin tahu dan mencoba seksual sesama jenisnya. Gay adalah laki-laki
apa yang dilakukan oleh orang dewasa. yang mencintai atau merasakan rangsangan
Perkembangan remaja yang tidak seksualnya sesama jenisnya. Menurut
terkendali menyebabkan timbulnya Behrman dkk (2012), homoseksual adalah
permasalahan pada remaja. Masalah yang daya tarik romantik dan fisik terhadap
paling menonjol dialami pada kalangan seseorang dari jenis kelamin yang sama, telah
remaja adalah masalah kesehatan reproduksi terjadi pada seluruh umur pada sekitar 5%
yaitu NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan pria dan wanita. Sedangkan pengertian
Zat adaptif lainnya), HIV/AIDS dan perilaku biseksual menurut Kamus Besar Bahasa
seksual remaja (BKKBN, 2009). Seiring Indonesia adalah ketertarikan kepada kedua
perubahan zaman yang semakin maju dan jenis kelamin baik perempuan maupun laki-
perubahan sosial dimasyarakat, terdapat laki dan transgender yaitu mengganti jenis
penyimpangan atau kelainan pada perilaku kelamin dengan operasi.
manusia termasuk dalam aktivitas seksual dan
termasuk perilaku penyimpangan seksual Perilaku LGBT dikatakan suatu bentuk
remaja. Penyimpangan seksual yang dialami perilaku penyimpangan seksual kerena tidak
oleh remaja berupa LGBT (Nugraha, 2017). sesuai dengan orientasi seksual seharusnya.
LGBT merupakan singkatan dari Hasil penelitian Budiarty (2011), saat ini
lesbian, gay, biseksual dan transgender. lesbian sudah terang-terangan menampakan
Lesbian yang dapat diartikan sebagai keberadaan mereka, kaum gay, biseksual dan
golongan individu yang dilahirkan secara transgender juga sedikit banyak melakukan

17
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender di SMA X Garut (Nunu Nugraha)

kegiatan-kegiatan yang membuat keberadaan dalam Pertiwi dan Bantas (2012) ada
mereka diketahui oleh masyarakat luas. beberapa faktor terbentuknya perilaku
PBB menyatakan di tahun 2011 jumlah kesehatan yaitu: Faktor predisposisi
LGBT di Indonesia mecapai 3 juta orang, (predisposing factors) adalah faktor pencetus
jumlah LGBT mencapai 3% jumlah penduduk timbulnya perilaku seperti pikiran dan
Indonesia 7,5 juta orang (PBB, 2012). Pada motivasi untuk berperilaku yang meliputi
tahun 2012 di Indonesia LGBT tercatat pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
sebanyak 1.095.970 gay baik yang tampak faktor demografis (status ekonomi, umur,
maupun tidak, lebih dari 5% (66.180) jenis kelamin), nilai-nilai dan persepsi yang
mengidap HIV (Kemenkes, 2012). berhubungan dengan motivasi individu untuk
Berdasarkan data statistik pemerintah berperilaku. Faktor pemungkin (enabling
Indonesia tahun 2016 bahwa jumlah kaum factors) adalah faktor yang mendukung
gay mengalami peningkatan mencapai 10-20 timbulnya perilaku sehingga motivasi atau
juta orang. Adapun data yang tercatat di pikiran menjadi kenyataan. Faktor penguat
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (reinforcing factors) adalah faktor yang
(PKBI) Kab Garut (2018), jumlah kaum gay menentukan apakah tindakan kesehatan
mecapai 132 orang sedangkan pada tahun memperoleh dukungan atau tidak, reinforcing
2017 jumlah kaum gay hanya 96 orang. ini juga merupakan sumber yang sangat
Menurut hasil penelitian Megasari, penting untuk terbentuknya perilaku yang
Ardhiyanti dan Syukaisih (2017) di Kota berasal dari orang lain. Merupakan kelompok
Pekanbaru, motivasi seseorang menjadi referensi dari perilaku seperti keluarga, teman
LGBT adalah mencari sensasi kasih sayang sebaya, guru dan petugas kesehatan.
yang belum pernah mereka dapatkan Setiap individu memiliki caranya
sebelumnya. Mereka beranggapan bahwa masing-masing yang berbeda dalam
inilah jalan hidup mereka yang telah diatur mengambil tindakan untuk pencegahan
oleh Tuhan Yang Maha Esa dan tidak berdosa maupun penyembuhannya terhadap gangguan
jika perilaku LGBT terus dijalani karena kesehatan, tindakan ini tergantung pada
mereka beranggapan bahwa perilaku ini tidak kepercayaan individu dalam mengambil
akan bisa berubah menjadi normal. Adapun tindakan apakah akan menggunakan akses
hasil penelitian Lestari (2012) di Kota pelayanan kesehatan atau tidak. Kepercayaan
Yogyakarta, penyebab seseorang memlilih ini berkaitan dengan kognitif, seperti
jalan hidup sebagai homoseksual adalah pengetahuan tentang masalah kesehatan dan
trauma percintaan dengan lawan jenis yang persepsi individu mengenai gejala penyakit
dirasakan cukup mendalam oleh laki-laki yang dirasakannya. Pengetahuan merupakan
sehingga memilih pasangan yang sejenis domain yang sangat penting dalam
dengan harapan rasa sakitnya tidak terulang. membentuk tindakan seseorang (overt
Menurut Skinner (1938) dalam Maulida behavior). Pengetahuan berhubungan dengan
(2012) mengatakan bahwa perilaku sehat jumlah informasi yang dimiliki seseorang,
(healthy behavior) adalah respon seseorang semakin banyak informasi yang dimiliki oleh
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan
dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor- yang dimiliki seseorang (Notoatmodjo, 2010).
faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti Perilaku mempunyai beberapa faktor
lingkungan, makanan, minuman, dan yang mempengaruhi remaja dalam
pelayanan kesehatan. Menurut Green (1980) berperilaku seksual menyimpang yaitu

18
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 6 No.1, Januari 2020: 16-26

pengetahuan. Pengetahuan ini memerlukan pengetahuan remaja tentang penyimpangan


suatu pembelajaran melalui pendidikan baik perilaku seks di desa dan di kota menunjukan
secara formal maupun nonformal, seperti tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku
halnya melalui pengalaman dalam hal seks menyimpang sebagian besar responden
berinteraksi dengan keluarga ataupun dari mempunyai pengetahuan cukup tentang
orang lain. Pengalaman dari pribadi yang perilaku seks menyimpang di SMA Yapita
dapat digunakan dalam upaya memperbaiki Surabaya 54 (52,4%), dan di MA Roudlotul
dengan mengulang kembali pengalaman Muta’abidin Lamongan 36 (53,7%) remaja
mencegah perilaku menyimpang. Adapun hal dengan pengetahuan cukup. Adapun hasil
penting dalam mencegah perilaku tersebut penelitian yang dilakukan oleh (Dunji,
dengan pendidikan kesehatan sehingga remaja Pantovi, Vukopi, & Ranjelovi, Et al 2012),
dapat berperilaku positif. Sangat diperlukan peserta laki-laki lebih rendah pengetahuan
perhatian khusus dari semua pihak termasuk tentang homoseksualitas dan kecenderungan
pihak perguruan tinggi, seperti perguruan lebih tinggi untuk menstigmatisasi
tinggi ilmu kesehatan untuk memberikan berorientasi homosesksual individu.
pengetahuan tentang seksual (Gustini, 2015). Perilaku seksual meyimpang yang
Berdasarkan hasil penelitian Endarto beresiko mulai marak dikalangan remaja di
dan Purnomo (2013) di SMK Negeri 4 Indonesia saat ini. Hal ini disebabkan karena
Yogyakarta, sebagian besar remajanya banyaknya dari mereka tidak memahami
berperilaku seksual baik sebanyak 164 dampak negatif dari perilaku seksual
responden 64%, yang berperilaku kurang baik menyimpang yang tidak diperbolehkan
sebanyak 67 responden 26% dan yang tersebut, adanya sistem komunikasi global
berperilaku cukup baik 26 responden 10%. yang mudah didapatkan akan menyebabkan
Bahwa rata-rata responden penelitian terjadi perubahan besar pada norma seks
memiliki perilaku seksual yang baik, hal utamanya remaja. Perilaku LGBT mempunyai
tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan beberapa dampak pada kesehatan menurut
yang baik khususnya tentang kesehatan hasil penelitian Rokhmah (2015),
reproduksi. Serta sudah adanya kegiatan menjelaskan gaya hidup para lesbian, gay,
Kesehatan Reproduksi Remaja di Wilayah biseksual tercermin dalam melakukan
Kelurahan Keparakan, sehingga remaja di aktifitas seksualnya seperti: bergonta ganti
daerah tersebut rata-rata memiliki perilaku pasangan, tidak menggunakan kondom serta
seksual yang baik. melakukan seks anal dan oral. Hal ini
Pergeseran nilai dalam cara bergaul menyebabkan kehidupan lesbian, gay,
para remaja yang bebas dan cenderung tanpa biseksual sangat rentan dan beresiko
batas, selain ada dampak baik dan buruk terjadinya kekerasan psikologi dan seksual.
dalam globalisasi dan pengaruhnya pada Yang berdampak kemungkinan penularan dan
remaja hal ini disebabkan dorongan seksual penyebaran penyakit IMS (Infeksi Menular
yang sedang berkembang pada remaja. Seksual) dan HIV/AIDS.
Perilaku seks pada remaja yang tidak sehat Berdasarkan hasil penelitian di Amerika
dapat berakibat buruk bagi remaja misalnya: (2011) bahwa penayangan seks ditelivisi telah
syphilis, hepatitis B, infeksi menular seksual, mempengaruhi perilaku seks remaja, hasil
HIV/AIDS dan gangguan psikologis. penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20%
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan remaja usia 17 tahun telah melakukan yang
Susila (2018), bahwa dari hasil tingkat sudah bersenggama (intercourcse), 40%

19
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender di SMA X Garut (Nunu Nugraha)

remaja tahun mulai meraba payudara, dan Gambaran pengetahuan remaja tentang
terdapat 20% remaja usia 17 tahun meraba LGBT di SMA X Garut.
genetalia (Diene M, 2011 dalam Sari, 2013).
METODE PENELITIAN
Adapun dari hasil sexual behavior survey
Rancangan penelitian ini menggunakan
(2011) yang dilakukan di 5 kota besar yaitu
deskriftif kuantitatif dengan teknik
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Propotionate stratified random sampling,
Tangerang, Bekasi), Surabaya dan Bali
populasi pada penelitian ini berjumlah 799
menunjukan bahwa 39% remaja sudah
orang dan sampel yang terlibat pada
berhubungan seksual pada usia 15-19 tahun,
penelitian ini sebanyak 266 orang responden.
sisanya 61% berusia 20-25 tahun.
Responden yang di ambil adalah kelas XI-XII
Peran perawat sebagai pendidik/
IPA dan IPS dikarenakan kelas X sedang
educator, cara untuk membantu remaja dalam
melakukan Masa Orientasi Siwa. Didapatkan
meningkatkan pengetahuan yang luas bagi
jumlah sampel pada kelas XI IPA 96 sampel
remaja yang diberikan oleh perawat
dengan jumlah laki-laki 29 orang dan jumlah
komunitas salah satunya edukator melalui
perempuan 67, kelas XI IPS 49 sampel
pendidikan kesehatan tentang cara mencegah
dengan jumlah perempuan 29 orang dan
perilaku menyimpang seksual, sehingga
jumlah laki-laki 20. Sedangkan untuk kelas
terjadi perubahan perilaku remaja setelah
XII IPA terdapat 91 sampel dengan jumlah
dilakukan pendidikan kesehatan (Hidayat,
laki-laki 30 dan 61 perempuan, kelas XII IPS
2009).
dengan sampel 30 yaitu laki-laki 14 orang dan
Pemberitaan Lesbian, Gay, Biseksual,
perempuan 16 orang. Pengumpulan data
Transgender di SINDOnews.com (2018)
dilaksanakan pada bulan Juli 2019 di SMA
dengan judul berita “Jumlah Gay di Garut
Negeri Garut. Instrumen pada penelitian ini
mencapai 2.490 orang, pecinta sesama jenis
dikembangkan oleh peneliti dengan jumlah
alias gay atau laki suka laki (LSL) berada di
pertanyaan 26 item menggunakan skala
Kabupaten Garut. dijelaskan pula
guttman yang telah dilakukan uji validitas dan
bahwasannya trent gay di Garut didominasi
reliabilitas maka didapatkan hasil croncbach
oleh orang-orang berusia muda yang masih
alpha sebesar 0,945. Penelitian ini telah
bersetatus pelajar berusia 14-18. Berdasarkan
mendapatkan persetujuan Etik Penelitian
survey peneliti ke beberapa SMA dan SMK
Universitas Padjadjaran dengan Nomor:
yang ada di Garut Kota. Permasalahan yang
768/UN6.KEP/EC/2019.
sering muncul yaitu: siswa yang sering bolos,
perilaku merokok, dan diare. Hasil studi
pendahuluan peneliti dari hasil wawancara HASIL PENELITIAN
dengan guru bimbingan dan konseling (BK) Berdasarkan tabel 1 berikut diperoleh
didapatkan observasi bahwa di SMA X Garut data karakteristik demografi bahwa seluruh
pernah ada kasus sepasang perempuan responden (100%) pada tahap perkembangan
pernah berciuman antar sesama perempuan, remaja pertengahan (usia 16-18 tahun).
kasus tersebut terjadi kurang lebih beberapa Berdasarkan jenis kelamin sebagian kecil
tahun kebelakang menurut penuturan guru BK didominasi oleh perempuan yaitu 26 orang
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang lebih banyak di bandingkan laki-laki.

20
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 6 No.1, Januari 2020: 16-26

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karekteristik Demografi Remaja di SMA X Garut (n=266)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Jenis kelamin Laki-laki 120 45,1 %
Perempuan 146 54,9 %
Usia 16 tahun 101 38,0 %
17 tahun 152 57,1 %
18 tahun 13 4,9 %
Kelas 11 146 54,9 %
12 120 45,1 %

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender di SMA X Garut (n=266)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan LGBT Baik 221 83,1
Cukup 41 15,4
Kurang 4 1,5

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa hampir seluruhnya remaja memiliki pengetahuan
dalam kategori baik sebanyak 221 responden dengan persentase 83,1%. Pengetahuan LGBT dengan
kategori cukup hanya sebagian kecil 41 responden dengan persentase 15,4%, sama halnya dengan
pengetahuan LGBT yang berada dikategori kurang hanya sebagian kecilnya saja sebanyak 4
responden dengan persentase 1,5%.
Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender Berdasarkan Komponen Pengetahuan
Kategori
Komponen Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
tentang LGBT
f % f % f %
Pengertian LGBT 207 77,8 56 21,1 3 1,1
Penyebab LGBT 185 69,5 61 22,9 20 7,5
Dampak LGBT 122 45,9 114 42,9 31 11,3
Upaya Pencegahan LGBT 235 88,3 18 6,8 13 4,9

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil persentase 45,9%, sebagian besar responden


bahwa sebagian besar responden pengetahuan pengetahuan tentang upaya pencegahan
tentang pengertian LGBT dalam kategori baik LGBT dalam kategori baik sebanyak 235
sebanyak 207 responden dengan persentase responden dengan persentase 88,3%.
77,8%, lebih dari setengahnya responden
pengetahuan tentang penyebab LGBT dalam
PEMBAHASAN
kategori baik sebanyak 185 responden dengan
persentase 69,5%, setengahnya responden Pengetahuan merupakan domain yang
pengetahuan tentang dampak LGBT dalam sangat penting dalam membentuk tindakan
kategori baik sebanyak 122 responden dengan seseorang (overt behavior). Pengetahuan hasil

21
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender di SMA X Garut (Nunu Nugraha)

dari tahu, dan itu terjadi setelah seseorang dalam persentase 54,4% di SMA Yapita
melakukan penginderaan terhadap objek. Surabaya, dan di MA Roudlotul Muta’abidin
Penginderaan dapat terjadi melalui Lamongan dengan persentase 53,7% dari 36
pancaindera manusia, meliputi: indera responden dalam kategori pengetahuan cukup.
penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, Selain itu menurut penelitian Siregar (2018)
dan peraba. Tetapi hampir sebagian mengatakan bahwa terdapat mayoritas dari
pengetahuan seseorang didapat melalui mata responden memiliki pengetahuan kategori
dan telinga (Notoatmodjo, 2005 dalam cukup sebanyak 28 responden (46%).
Wawan, 2010). Berdasarkan hasil penelitian menurut
Pengetahuan atau domain kognitif Darmayanti & Fadhillah (2017), dengan judul
merupakan yang sangat penting untuk Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa
terbentuknya tindakan seseorang (overt SMK kelas XI jurusan Teknik Pemesinan
behavior). Berdasarkan penelitian perilaku tentang Homoseksual didapatkan hasil bahwa
yang didasari oleh pengetahuan, dimana mayoritas 67 siswa memiliki pengetahuan
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa cukup dan 98 siswa memiliki sikap positif
faktor diantaranya adalah usia, usia terhadap homoseksual dengan diperoleh nilai
menggambarkan kematangan fisik, psikis dan p value=0,011<0,05(pada taraf signifikan
sosial yang mempengaruhi proses belajar. Ini 5%). Dengan demikian HI diterima maka
berarti bahwa usia merupakan salah satu dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan
faktor yang mempengaruhi informasi yang dengan sikap siswa SMK kelas XI jurusan
didapat pada akhirnya berpengaruh pada Teknik Pemesinan tentang Homoseksual.
peningkatan pengetahuan seseorang, termasuk Adapun penelitian yang tidak sesuai
pengetahuan tentang lesbian, gay, biseksual, dengan penelitian ini yang dilakukan oleh
dan transgender (Hanifah & Suparti, 2017). Simarmata & Maria (2009) pada 44 orang
Hasil dari penelitian ini menunjukan responden menghasilkan 32 orang (72,7%)
pengetahuan remaja tentang lesbian, gay, dalam kategori pengetahuan kurang, 10 orang
biseksual, dan transgender di SMA X Garut (22,7%) kategori pengetahuan cukup, dan
sebagian besar berada pada kategori baik, pada 2 orang (4,5%) kategori baik. Hampir
dengan persentase baik 83,1%, cukup 15,4%, sebagian dari responden pada tingkat
dan kurang 1,5%. Penelitian ini sesuai dengan pengetahuan dalam kategori kurang.
penelitian yang dilakukan oleh Endarto dan Ditinjau dari faktor-faktor yang
Purnomo (2013), dengan judul penelitian mempengaruhi pengetahuan menurut
hubungan tingkat pengetahuan tentang Budiman (2013), diantaranya yaitu:
kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual Seseorang yang semakin tinggi tingkat
berisiko pada remaja di SMK Negeri 4 pendidikannya akan semakin mudah
Yogyakarta dengan hasil penelitian dalam menerima informasi, sehingga banyak
kategori baik dengan persentase 64% dari 164 pengalaman yang akan dimiliki. Pengalaman
responden. sebagai sumber pengetahuan adalah cara
Terdapat perbedaan hasil penelitian untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan,
yang dilakukan oleh Susila (2018), dengan dengan mengulang kembali pengetahuan yang
judul studi komparatif pengetahuan remaja didapatkan tersebut dalam memecahkan
tentang penyimpangan perilaku seks di desa masalah yang dihgadapi di masa lalu. Usia
dan di kota. Dengan hasil penelitian dari 54 dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola
responden dalam kategori pengetahuan cukup pikir individu. Semakin bertambah usia

22
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 6 No.1, Januari 2020: 16-26

semakin berkembang pula daya tangkap dan tingkat pengetahuan berdasarkan uji chi-
pola pemikirannya sehingga pengetahuan square dengan nilai p=1.000.
diperoleh semakin baik. Kebiasaan dan tradisi Berdasarkan data demografi usia dan
yang dilakukan oleh seseorang tanpa adanya pendidikan kemungkinan lainnya yang
penalaran sehingga bertambahnya membuat pengetahuan siswa baik adalah dari
pengetahuan walaupun tidak melakukannya. pengaruh media masa dalam hal ini internet.
Status ekonomi juga akan menentukan Informasi yang didapatkan baik dari
tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk pendidikan formal ataupun non formal dapat
suatu kegiatan sehingga status ekonomi ini memberikan pengaruh jangka pendek
akan mempengaruhi pengetahuan. Media sehingga menghasilkan perubahan pada
massa/informasi, informasi yang didapatkan peningkatan pengetahuan. Adanya informasi
baik dari pendidikan formal ataupun baru memberikan landasan kognitif baru bagi
norformal dapat memberikan pengaruh pada terbentuknya suatu pengetahuan. Menurut
jangka pendek sehingga menghasilkan penelitian yang dilakukan oleh Suhardiman
perubahan dan peningkatan pengetahuan. (2011) didapatkan hasil bahwa pemanfaatan
Adanya informasi baru memberikan landasan internet dikalangan guru SMA
kognitif baru bagi terbentuknya suatu Muhammadiyah I Tangerang dampak pada
pengetahuan. Lingkungan dapat mem- peningkatan ilmu pengetahuan seseorang. Hal
pengaruhi proses masuknya pengetahuan ini juga sejalan penelitian yang dilakukan
kedalam seseorang yang berada dalam oleh Talika (2016) didapatkan hasil dari 40
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena responden (80%) mengatakan bahwa internet
interaksi yang akan direspon sebagai memberikan manfaat positif bagi para remaja
pengetahuan dari proses timbal balik maupum terutama dalam meningkatkan pengetahuan
tidak. dalam mengerjakan tugas-tugas.
Berdasarkan karakteristik usia siswa, Menurut Bandura (2010), lingkungan
usia siswa berada dalam rentang 16-18 tahun dapat dibentuk oleh perilaku dan sebaliknya
termasuk dalam rentang usia remaja madya perilaku dapat dibentuk lingkungan.
(middle adolescent) dimana pada usia ini Lingkungan dapat mempengaruhi proses
merupakan periode ada kecenderungan masuknya pengetahuan ke dalam seseorang
mencintai diri sendri dengan menyukai yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal
teman-teman yang sama dengan dirinya, ini terjadi karena interaksi yang akan direspon
selain itu berada dalam kondisi kebingungan sebagai pengetahuan dari proses timbal balik
karena tidak tahu memilih. Menurut maupum tidak. Maka saat mulai terjadi
Notoadmodjo salah satu faktor yang internalisasi nilai individu dapat membatasi
mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Hal diri untuk bersikap bijak dalam menyikapi
ini dapat diasumsikan dengan adanya masa fenomena LGBT. Individu dapat merubah
peralihan dari anak-anak menuju dewasa. persepsi sekaligus pola fikir yang bersimpul
Menurut penelitian yang dilakukan oleh pada pola perilaku untuk menolak atau
Astuti (2011), didapatkan hasil pengetahuan mengikuti suatu fenomena tertentu.
seseorang (p=0,001) namun berbeda halnya Hal lainnya dapat mempengaruhi
dengan penelitian oleh Wardani, Sarwani, & pengetahuan siswa menjadi baik adalah
Masdiah (2014), didapatkan hasil penelitian adanya faktor lingkungan. Menurut penelitian
tidak ada hubungan antara umur dengan yang dilakukan Yudha, Idris & Evanita

23
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender di SMA X Garut (Nunu Nugraha)

(2014) didapatkan hasil bahwa pengaruh lingkungan dimana dalam suatu hubungan
lingkungan sekolah terhadap hasil belajar sosial seseorang memperoleh proses belajar
memiliki nilai Standardized Coefficient dan memperoleh penegetahuan (Mubarak,
Beta=0,141 dengan thitung= 2,487, dan tingkat 2009).
signifikan = 0,040. Sementara, koefisien jalur Berdasarkan hasil penelitian mengenai
variabel lain (Px3ε = 0,958). Hal ini jenis kelamin siswa perempuan lebih banyak
menunjukan bahwa adanya lingkungan disbanding laki-laki, yaitu sebesar 146
sekolah yang baik seperti sarana dan fasilitas responden dan laki-laki 120 responden. Hasil
memberikan pengembangan proses tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
pembelajaran yang belum pernah siswa dilakukan oleh (Dunji, Pantovi, Vukopi, &
temukan ketika berada dirumah. Ranjelovi, Et al 2012), peserta laki-laki lebih
Sebagian besar remaja memiliki rendah pengetahuan tentang homoseksualitas
pengetahuan baik karena pengetahuan dan kecenderungan lebih tinggi untuk
diperoleh dari orang tua, guru dan juga teman menstigmatisasi berorientasi homosesksual
sebayanya dimanfaatkan dan diterapkan individu.
dengan baik. Hal ini disebabkan karenan Sejalan dengan penelitian Damayanti
perkembangan psikososial dan kepribadian (2017) bahwa hampir seluruhnya pengetahuan
remaja sejak usia prasekolah hingga akhir siswa tentang pengertian LGBT dalam
masa sekolah ditandai dengan semakin kategori baik. Pengetahuan tentang pengertian
meluasnya pergaulan sosial, terutama teman LGBT termasuk kedalam tingkatan domain
sebaya. Teman sebaya (peer) sebagai sebuah pengetahuan tahu (know). Penyebab LGBT
kelompok sosial sering didefinisikan sebagian besar memiliki pengetahuan dalam
sebabagai semua orang yang memiliki kategori baik 69,5%, sejalan dengan
kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat penelitian sebagian besar siswa memiliki
usia (Andriyani & Fitriani, 2015). Hubungan pengetahuan kategori baik. Dampak LGBT
dengan teman sebaya memiliki arti yang sebagian besar memiliki pengetahuan baik
sangat penting bagi perkembangan kognitif 45,9% dan upaya pencegahan mayoritas
anak. Salah satu fungsi kelompok teman memiliki pengetahuan yang baik 88,3%.
sebaya yang paling penting adalah Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
menyediakan sumber informasi dan kan bahwa pengetahuan siswa dalam kategori
perbandingan tentang dunia luar keluarga, dan baik, hal ini menjadi bahan acuan evaluasi
remaja menerima umpan balik tentang bahkan referensi untuk perawat agar dapat
kemampuan-kemampuan mereka dari mempertahankan pengetahuan yang baik dan
kelompok teman sebaya. meningkatkan pengetahuan yang lebih baik.
Faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan selain usia, pendidikan dan
KESIMPULAN
teman yaitu minat yang dapat menjadikan
seseorang untuk menekuni suatu hal. Berdasarkan analisa penelitian dan
Pengalaman merupakan kejadian yang pernah pembahasan tingkat pengetahuan remaja
dialami semakin banyak pengalaman akan tentang lesbian, gay, biseksual dan
memiliki pengetahuan yang baik, informasi transgender di SMA X Garut ditarik
akan mempengaruhi pengetahuan karena kesimpulan bahwa pengetahuan remaja
semakin banyak informasi yang didapat akan sebagian besar pada kategori baik dengan
semakin banyak pengetahuaanya dan sosial frekuensi 221 responden. Secara keseluruhan

24
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 6 No.1, Januari 2020: 16-26

gambaran pengetahuan remaja tentang BKKBN. (2009). Kurikulum dan Modul


lesbian, gay, biseksual dan transgender di Pelatihan Informasi Kesehatan
SMA X Garut pada kategori baik. Meskipun Reproduksi Remaja Oleh Pendidik
Sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja
sebagian besar baik namun masih ada
dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi
pengetahuan remaja yang masih kurang BKKBN.
sehingga perlu perhatian dan penanganan
Darmayanti, R., & Fadhillah, L. (2017).
lebih lanjut agar pengetahuan remaja tentang
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap
lesbian, gay, biseksual, dan transgender Siswa SMK Kelas XI Jurusan Teknik
SMAN X Garut semakin baik. Pemesinan tentang Homoseksual (Di
Berdasarkan penelitian ini peneliti SMK Negeri I Kota Kediri). Jurnal
menyarankan kepada lembaga pendidikan Kebidanan, 6(2),86,93.
SMA X Garut dapat dijadikan bahan acuan Dunji, B., Pantovi, M., Vukovi, V., &
untuk mempertahankan pengetahuan yang Randjelovi,. D. (2012). Knowledge :
baik tentang pengetahuan mengenai masalah- A Possible Tool In Shaping Medical
masalah penyimpangan seksual dan orientasi Professionals’ Attitudes Toward
Homosexuality, 24(2), 143-151.
seksual khususnya masalah lesbian, gay,
biseksual dan transgender dengan cara Endarto, Y., & Purnomo, P. S. (2013).
Hubungan tingkat pengetahuan
pemberian edukasi kepada siswa agar remaja
tentang kesehatan reproduksi dengan
SMA X Garut mempunyai pemahaman serta perilaku seksual berisiko pada remaja
pengetahuan yang lebih baik. Bagi peneliti di smk negeri 4 yogyakarta. Jurnal
selanjutnya diharapkan dapat menjadi kesehatan surya medika Yogyakarta.
referensi awal untuk dilakukan penelitian diunduh pada tanggal, 12.
selanjutnya mengenai pengetahuan remaja Fitriani, N. L., & Andriyani, S. (2015).
tentang lesbian, gay, biseksual dan Hubungan Antara Pengetahuan
transgender. Peneliti menyarankan untuk dengan Sikap Anak Usia Sekolah
penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang Akhir (10-12 Tahun) Tentang
Makanan Jajanan di SD Negeri II
sikap remaja tentang perilaku lesbian, gay,
Tagog Apu Padalarang Kabupaten
biseksual dan transgender. Bandung Barat Tahun 2015. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia,
1(1), 7-26.
DAFTAR PUSTAKA
Gustini, K. (2015). Gambaran Pengetahuan
Barat, K. A., & Sari, W. (2013). Gambaran Siswa Siswi Kelas XI Tentang
Pengetahuna dan Sikap Remaja Penyakit Menular Seksual di SMA
Tentang Seks Pranikah di SMA Negeri 24 Bandung (Doctoral
Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh. dissertation, Unipersitas Pendidikan
Promotor, 1(1). Indonesia.
Budiarty, A. (2011). Gaya hidup lesbian Hidayat, A. A (2009). Pengantar Konsep
(kasus di kota makasar). Skripsi Keperawatan. Jakarta: Salemba
dipublikasikan. Universitas Medika
Hassanuddin Makasar.
https://jabar.sindonews.com/read/1894/1/garu
Budiman, A.R. (2013). Pengetahuan dan t-heboh-muncul-grup-gay-pelajar-di-
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. facebook-1539000641 diakses pada 8
Jakarta: Salemba Medika. Oktober 2018 jam 19.22 WIB.

25
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender di SMA X Garut (Nunu Nugraha)

Kiki Megasari Yulrina Ardhiyanti, S. (2017). Biseksual, dan Transgender di SMA


Fenomena Perilaku Penyimpangan Lusia Kecamatan Percut Seituan
Seksual Oleh Lesbian, Gay, Biseksual Kabupaten Deli Serdang Tahun 2108.
dan Transgender (LGBT) di Kota Jurnal Darma Agung Husada, 5(1),
Pekanbaru. Menara Ilmu, 11(78). 69-76.
Lestari, G. (2012). Fenomena Homoseksual di Suhardiman, B. (2011). Pemanfaatan Internet
Kota Yogyakarta. Universitas Negeri dalam Meningkatkan Pengetahuan
Yogyakarta. Guru di SMA Muhammadiyah I
Maulida, E. (2012). Perilaku Sehat Pada Tangerang. Fakultas Ilmu Dakwah dan
Pendamping Odha (Doctoral Ilmu Komunikasi. UIN Syarif
dissertation, University of Hidayatullah.
Muhammadiyah Malang). Susila, I. (2018). Studi Komparatif
Mubarak, W. I .(2009). Ilmu Keperawatan Pengetahuan Remaja tentang
Komunitas Konsep dan Aplikasi. Penyimpangan Perilaku Seks di Desa
Jakarta: Salemba Medika. dan di Kota, 7(1), 53–62.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Promosi Sumantri, M. (2014). Perkembangan peserta
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. didik.
Jakarta: Rineka Cipta Talika, F.T. (2016). Manfaat Internet sebagai
Nugraha, M. T. (2017). Kaum LGBT dalam Media Komunikasi bagi Remaja di
Sejarah Peradaban Manusi. Raheema, Desa Air Mangga di Yayasan Laiwui
3(1). Kabupaten Halmahera Selata, e-
juoernal”.5(1)
Pertiwi, D. I., & K. B. M. (2012). Seksual
Remaja Smp Tunas Harapan di Jakarta Wawan, A. Dewi. (2010). Penegtahuan,
Barat Tahun 2012. Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rokhmah, D. (2015). Pola asuh dan
pembentukan perilaku seksual berisiko Wong, L. Donna (2009). Buku Ajar
terhadap HIV/AIDS pada waria. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Vol.
Jurnal Kesehatan Masyarakat 1 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Universitas Jember. Yudha, R.I., Idris & Evanita, S. (2015).
Simarmata, E. M. (2009). Pengetahuan Pengaruh Lingkungan Sekolah,
Remaja Tentang Perilaku Seks Teman Sebaya dan Motivasi Belajar
Menyimpang Dan Efeknya Bagi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi SMK Bidang Manajemen Bisnis
Murni II Pintu Angin Kecamatan Jurusan Pamasarandi Kecamatan
Laubaleng Kabupaten Karo Februari Jambi Selatan Kota Jambi. Jurnal
2009. Kajian Pendidikan Ekonomi, 1((2),
101-113.
Siregar, E. P. (2019). Persepsi Remaja
Tentang LGBT (Lesbian, Gay,

26

Anda mungkin juga menyukai