Diterima: ………. I Direvisi: ……… I Disetujui: …….. © 2020 Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang
Abstrak
Zaman sekarang mulai banyak terjadi kejahatan-kejahatan yang terjadi di bangsa tercinta. Hal ini
disebabkan karena faktor kemerosotan akhlak yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
sebagai upaya mengatasi sekaligus persiapan akan masa depan, diperlukan pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk karakter tiap-tiap individu. Pendidikan karakter ini dapat dilakukan
ketika manusia ada di tahap golden age, atau umur keemasan, yang di mana ia akan berperilaku
sesuai pada stimulus yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Tahap tersebut ada pada anak usia
5-6 tahun yang ada di masa-masa sekolah Taman Kanak-kanak. Raudhatul Athfal, sebagai TK yang
berada di bawah naungan Kementerian Agama hendaknya dapat menciptakan lingkungan islami
bagi tumbuh kembang karakter anak. Rasulullah SAW, sebagai tokoh pemimpin dunia, pernah
melakukan pendidikan karakter terhadap umatnya. Beliau melakukan dengan tiga metode andalan,
yakni metode melatih & membiasakan, bimbingan & konseling, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut
dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, yang menjadikan kajian literatur sebagai sumber utama.
Abstract
Nowadays, many crimes are happening in our beloved nation. This is due to the factor of moral decline
which is increasingly worrying. Therefore, as an effort to overcome as well as prepare for the future,
education is needed that aims to shape the character of each individual. This character education can
be done when humans are in the golden age stage, or golden age, where they will behave according to
the stimulus obtained from the surrounding environment. This stage is in children aged 5-6 years who
are in the Kindergarten school period. Raudhatul Athfal, as a kindergarten under the auspices of the
Ministry of Religion, should be able to create an Islamic environment for the growth and development
of children's character. Rasulullah SAW, as a world leader, once did character education for his people.
He uses three mainstay methods, namely the method of training & familiarizing, guidance &
counseling, and evaluation. These three things can be imitated in everyday life. This article uses a
descriptive qualitative research method, which uses literature review as the main source.
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan perubahan tata nilai, mulai
bermunculan kejahatan-kejahatan, penyalahgunaan narkoba, pornografi,
pergaulan bebas, bahkan korupsi. Dengan kata lain, kemerosotan akhlak sudah
ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ...
115
Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih
Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan anak usia dini yang terkenal
menyatakan bahwa rentang usia lahir sampai dengan enam tahun anak mengalami
masa keemasan yang di mana masa ini anak mulai sensitif menerima berbagai
rangsangan. Maka dari itu, di masa ini lah anak dengan mudah menerima berbagai
upaya pendidikan yang dilakukan lingkungannya terhadap dirinya. Di sisi lain,
fungsi fisik dan psikis anak sudah siap untuk merespons semua stimulus dalam
prsoses perkembangannya.
Menurut Lili I Rilantono, seorang ahli di bidang medis mengungkaplan penelitian
yang dilakukan di bidang neurologi bahwa saat bayi lahir, otaknya memiliki 100
milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel. Selama bertahun-tahun
otak bayi akan menghasilkan trilyunan sambungan neuron. Sambungann ini harus
diperkuat dengan rangsangan-rangsangan psikososial, jika tidak diperkuat maka
sambungan ini akan mengalami penyusutan dan kemudian bisa musnah. (Uce)
John Hosp dan Daniel (2003) mengungkapkan bahwa pendidikan pra sekolah
sebagai bagian dari pendidikan khusus jarang kurang mendapatkan perhatian
secara maksimal, sehingga berimbas pada mutu.
METODE
Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, peserta didik, dalam hal ini,
anak-anak usia dini haruslah diberi pembiasaan yang didalamnya ditanamkan
nilai-nilai adab berupa nilai religius, disiplin, komunikatif, dan peduli
lingkungan. Nilai religius bisa diperlihatkan dengan cara mengajak anak untuk
beribadah ke pada Allah SWT. Misal seperti Rasulullah SAW yang selalu
membawa Hasan dan Husain kecil untuk ikut shalat di Masjid. Selanjutnya,
nilai disiplin, yang dalam RA bisa diterapkan melalui pengadaan bel sekolah
untuk membiasakan anak dari segi ketepatan dalam masuk kelas. Nilai
komunikatif, yakni nilai yang diwujudkan ketika anak diberi kesempatan
dalam bertanya, menjawab, atau memuji kinerja anak. Terakhir, nilai peduli
terhadap lingkungannya, dengan melakukan pembagian piket atau
membereskan mainan yang telah digunakan serta membantu guru merapikan
meja. Melatih dan membiasakan ini bisa dilakukan di pembelajaran dengan
cara bermain peran, simulasi, dan tindakan sosial lainnya.
(Hendriana & Jacobus, 2016) dalam penelitiannya melakukan studi
mengenai implementasi pendidikan karakter di sekolah yang dilangsungkan
dengan metode ala Rasulullah tersebut, yakni melalui pembiasaan. Mereka
mengungkapkan pembuktian bahwa gagasan yang akan diaktualisasikan
dalam perbuatan yang dilakukan secara berulang akan membentuk suatu
karakter.
3. Evaluasi
Bloom dkk merumuskan tiga hasil belajar dalam beberapa domain, yakni
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Di sisi lain, sistem evaluasi
pendidikan karakter oleh Nabi Muhammad SAW selalu merujuk pada ajaran
Islam. Jika dibandingkan, aspek afektif di sini bisa dikatakan dengan akhlakul
karimah dan psikomotorik diwujudkan dengan thoyyib. Sedangkan aspek
kognitif bisa dilakukan dengan nasihat-nasihat yang merujuk pada
pengetahuan keislaman secara umum.
Demi mencapai keberhasilan pendidikan karakter, maka diperlukan
berbagai peran untuk membimbing anak, mulai dari peran orang tua, guru,
pendidik, tenaga kependidikan, serta para pemimpin yang amanah.
SIMPULAN
Dampak negatif dari globalisasi seperti sekarang ini adalah adanya
perubahan tata nilai di masyarakat, sehingga mulai banyak terjadi kejahatan-
kejahatan di bangsa tercinta. Hal ini disebabkan karena faktor kemerosotan akhlak
yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, sebagai upaya mengatasi
sekaligus persiapan akan masa depan, diperlukan pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk karakter tiap-tiap individu. Pendidikan karakter ini dapat
dilakukan ketika manusia ada di tahap golden age, atau umur keemasan, yang di
mana ia akan berperilaku sesuai pada stimulus yang didapat dari lingkungan
sekitarnya. Tahap tersebut ada pada anak usia 5-6 tahun yang ada di masa-masa
sekolah Taman Kanak-kanak. Raudhatul Athfal, sebagai TK yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama hendaknya dapat menciptakan lingkungan islami
bagi tumbuh kembang karakter anak. Rasulullah SAW, sebagai tokoh pemimpin
dunia, pernah melakukan pendidikan karakter terhadap umatnya. Beliau
melakukan dengan tiga metode andalan, yakni metode melatih & membiasakan,
bimbingan & konseling, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut dapat diteladani dalam
kehidupan sehari-hari, salah satunya ketika guru atau orang tua mendidik anak.
Demi mencapai keberhasilan pendidikan karakter, maka diperlukan berbagai
peran untuk membimbing anak, mulai dari peran orang tua, guru, pendidik, tenaga
kependidikan, serta para pemimpin yang amanah.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, F. (2019). Metode Pendidikan Karakter Nabi Muhammad SAW di
Madrasah. Jurnal Teknologi Pendidikan, 1-24.
https://doi.org/10.34005/tahdzib.v2i2.516
Amri, S., Jauhari, A., & Elisah, T. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran: Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa dalam
Proses Pembelajaran. jakarta: Prestasi Pustakarsa.
http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?pId=42359&pRegionCode=JI
UNMAL&pClientId=111
Oktari, D. P., & Kosasih, A. (2019). Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di
Pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 42-52.
https://doi.org/10.17509/jpis.v28i1.14985
Uce, L. (n.d.). The Golden Age: Masa Efektif Merancang Kualitas Anak. Jurnal UIN
Ar-Raniry , 77-92.