Anda di halaman 1dari 9

ElementerIs: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam

Volume ... Nomor ... Tahun ...


e-ISSN: 2655-6324

PENDIDIKAN KARAKTER ALA RASULULLAH


DAN IMPLIKASINYA DALAM RAUDATHUL ATHFAL

Dananir Hasna Azzahra1, Aceng Kosasih2


1Universitas Pendidikan Indonesia, 2Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: 1hdananir@upi.edu , 2acengkosasih@upi.edu

Diterima: ………. I Direvisi: ……… I Disetujui: …….. © 2020 Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang

Abstrak
Zaman sekarang mulai banyak terjadi kejahatan-kejahatan yang terjadi di bangsa tercinta. Hal ini
disebabkan karena faktor kemerosotan akhlak yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
sebagai upaya mengatasi sekaligus persiapan akan masa depan, diperlukan pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk karakter tiap-tiap individu. Pendidikan karakter ini dapat dilakukan
ketika manusia ada di tahap golden age, atau umur keemasan, yang di mana ia akan berperilaku
sesuai pada stimulus yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Tahap tersebut ada pada anak usia
5-6 tahun yang ada di masa-masa sekolah Taman Kanak-kanak. Raudhatul Athfal, sebagai TK yang
berada di bawah naungan Kementerian Agama hendaknya dapat menciptakan lingkungan islami
bagi tumbuh kembang karakter anak. Rasulullah SAW, sebagai tokoh pemimpin dunia, pernah
melakukan pendidikan karakter terhadap umatnya. Beliau melakukan dengan tiga metode andalan,
yakni metode melatih & membiasakan, bimbingan & konseling, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut
dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, yang menjadikan kajian literatur sebagai sumber utama.

Kata kunci: pendidikan; karakter; raudhatul athfal

Abstract
Nowadays, many crimes are happening in our beloved nation. This is due to the factor of moral decline
which is increasingly worrying. Therefore, as an effort to overcome as well as prepare for the future,
education is needed that aims to shape the character of each individual. This character education can
be done when humans are in the golden age stage, or golden age, where they will behave according to
the stimulus obtained from the surrounding environment. This stage is in children aged 5-6 years who
are in the Kindergarten school period. Raudhatul Athfal, as a kindergarten under the auspices of the
Ministry of Religion, should be able to create an Islamic environment for the growth and development
of children's character. Rasulullah SAW, as a world leader, once did character education for his people.
He uses three mainstay methods, namely the method of training & familiarizing, guidance &
counseling, and evaluation. These three things can be imitated in everyday life. This article uses a
descriptive qualitative research method, which uses literature review as the main source.

Key words: education; character; raudhatul athfal

PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan perubahan tata nilai, mulai
bermunculan kejahatan-kejahatan, penyalahgunaan narkoba, pornografi,
pergaulan bebas, bahkan korupsi. Dengan kata lain, kemerosotan akhlak sudah
ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ...
115
Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

mengkhawatirkan. Kondisi tersebut dapat menjadi masalah sosial yang di mana


hingga sekarang masih belum teratasi penuh oleh bangsa ini. Jika dalam suatu
negara terdiri dari manusia-manusia yang isinya tidak berkahlak, maka
kkehidupan berbangsa dan bermasyarakatnya menjadi rusak. SUMBER. Untuk
menghadapinya, diperlukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan anak didik
yang dapat diandalkan ke arah yang menjanjikan.
Pendidikan di masa depan diharapkan menjadi faktor pembentuk kepribadian
bagi anak didik. Maka dari itu, pendidik dapat menanamkan nilai-nilai moral pada
anak yang nantinya diimplementasikan dalam kehidupan. Hal yang tidak kalah
penting adalah orang tua, dari segi parenting style atau pola pengasuhan anak yang
posisinya ditujukan untuk mencegah kemerosotan akhlak. Oleh karena itu,
generasi penerus bangsa perlu disiapkan sedini mungkin untuk menghadapi dunia
yang permasalahannya semakin kompleks tersebut. Dalam hal ini, upaya utama
adalah memfokuskan ke jalan pendidikan karakter pada anak.
Karakter berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata charassein yang berarti
mengukir. Maka dari itu, karakter tidak bisa diturunkan/diwariskan tetapi harus
dikembangkan dengan penuh kesadaran melalui proses yang panjang. Kata
“karakter” sendiri memiliki makna yang sama dengan “akhlak” dalam Bahasa Arab,
yang artinya tingkah laku yang bersumber dari kebaikan hati (Oktari & Kosasih,
2019). Dengan demikian, pendidikan karakter ditujukan untuk membentuk hati
yang baik sehingga sifat seorang anak sudah terukir sejak kecil. M. Furqon
Hidayatullah dalam bukunya, (Hidayatullah, 2010), membagi tahapan pendidikan
karakter menjadi sebagai berikut;
a. Tahap penanaman adab (umur 5-6 tahun), yang di mana merupakan
penanaman sikap kejujuran, ketauhidan, menghormati orangtua, dll. Dalam
artikel penelitian (Hendriana & Jacobus, 2016), menginformasikan bahwa
penanaman nilai karakter yang bisa diterapkan adalah;
• Religius, dengan beribadah ke pada Allah SWT.
• Disiplin,
• Komunikatif, dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya,
memuji siswa atau menjawab pertanyaan
b. Peduli lingkungan, Tahapan penanaman tanggung jawab (7-8 tahun), yang
merupakan tahap untuk mengajarkan anak mempunyai rasa untuk
menyelesaikan pekerjaan yang sudah diemban.

ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 116


Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

c. Tahap penanaman kepedulian (umur 9-10 tahun), yang di mana merupakan


tahapan memberi kasih sayang ke pada orang lain dengan memberikan
bantuan.
d. Tahap penanaman kemandirian (umur 11-12 tahun), yakni tahapan yang
membiasakan anak untuk mengandalkan diri sendiri.
e. Tahap penanaman pentingnya bermasyarakat (umur 13 tahun ke atas), yaitu
tahap anak diajarkan bersosialisasi dengan teman sebaya.

Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan anak usia dini yang terkenal
menyatakan bahwa rentang usia lahir sampai dengan enam tahun anak mengalami
masa keemasan yang di mana masa ini anak mulai sensitif menerima berbagai
rangsangan. Maka dari itu, di masa ini lah anak dengan mudah menerima berbagai
upaya pendidikan yang dilakukan lingkungannya terhadap dirinya. Di sisi lain,
fungsi fisik dan psikis anak sudah siap untuk merespons semua stimulus dalam
prsoses perkembangannya.
Menurut Lili I Rilantono, seorang ahli di bidang medis mengungkaplan penelitian
yang dilakukan di bidang neurologi bahwa saat bayi lahir, otaknya memiliki 100
milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel. Selama bertahun-tahun
otak bayi akan menghasilkan trilyunan sambungan neuron. Sambungann ini harus
diperkuat dengan rangsangan-rangsangan psikososial, jika tidak diperkuat maka
sambungan ini akan mengalami penyusutan dan kemudian bisa musnah. (Uce)

Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa separuh perkembangan anak dari


segi kognitifnya terjadi di umur 4 tahun, sekitar umur 4-8 tahun dan sisanya yaitu
20% berlangsung dalam umur 8-17 tahun. Jika dalam periode ini tidak tersedia gizi
yang baik maka kapasitas otak yang terbentuk tidak maksimum sehingga
mengakibatkan lemahnya kecerdasan intelektual anak. (Syarief, 2002)
Salah satu contoh teladan yang bisa dijadikan acuan dalam mengajarkan
pendidikan karakter adalah Rasulullah SAW. Menilik biografinya, Nabi Muhammad
SAW diberi ilham oleh Allah di sekitar umur 40 tahun untuk mengurusi hal-hal
spiritual yang harus diluruskan dari masyarakat saat itu. Beliau melaksanakan
tugas istimewa tersebut bukan hanya dengan cara menjadi kepala agama, tetapi
juga menjadi kepala pemerintahan yang mengatur berbagai bidang, mulai dari
politik, sosial, budaya, ekonomi, hukum, hingga pendidikan. Bahkan Michael Hart,
seorang penulis buku “Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah”
menyatakan bahwa Muhammad SAW bukan semata-mata pemimpin agama, tetapi
pemimpin dunia.

ElementerIs: Volume .. Nomor ..., Tahun ...


117
Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

Dalam bidang pendidikan, Rasulullah SAW mendidik karakter masyarakat


dengan tiga metode yang efektif. yaitu dengan metode melatih & membiasakan,
bimbingan dan konseling, serta evaluasi (Abdullah, 2019). Pendidikan bukan
hanya ditujukan untuk membangun kemampuan saja, namun juga untuk
membentuk bagaimana karakter pembelajar yang berkualitas. Berdasarkan hadist
Rasulullah, bahwasannya setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah dan
seterusnya orang tualah yang membimbing. Anak perlu diberikan nasehat dan
peringatan yang di mana metode ini sering kali digunakan oleh Rasulullah SAW
ketika mengarahkan umat Islam ke jalan yang benar. Nasehat yang dikatakan baik
adalah nasehat yang bisa menghubungkan dengan jiwa orang yang dinasehati,
karena posisinya jiwa manusia bisa trerpengaruhi oleh kata-kata.
Penelitian yang dilakukan oleh (Dwi 2013) menyampaikan bahwa ada korelasi
antara metode pembelajaran yang digunakan dengan perilaku sehari-hari siswa.
Dalam artikelnya, peneliti melakukan observasi di suatu RA yang setiap hari
dilakukan pembacaan doa-doa harian dan surat pendek Alquran, lalu hal ini
mengakibatkan perilaku siswa di sekolah menjadi lebih islami.
(Amri, Jauhari, & Elisah, 2011) menjelaskan tentang pendekatan implementasi
dari pendidikan karakter bahwa terdapat empat pendekatan, yaitu;
a. Penanaman nilai, adalah pendekatan yang memfokuskan pada penanaman
nilai-nilai agar peserta didik dapat menginternalisasikan dalam dirinya.
b. Perkembangan kognitif, yakni pendekatan yang berfokus pada pola
pemikiran anak yang akan terus berkembang. Maka dari itu, peserta didik
dibiasakan untuk berpikir kritis secara aktif.
c. Klarifikasi nilai, yaitu pendekatan yang melihat bahwa peserta didik dapat
memilah nilai-nilai yang sudah didapatkan sebelumnya secara sadar
d. Pembelajaran berbuat, yaitu pendekatan yang berfokus ke pada bagaimana
guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan
moral yang dilakukan secara individual maupun berkelompok.

John Hosp dan Daniel (2003) mengungkapkan bahwa pendidikan pra sekolah
sebagai bagian dari pendidikan khusus jarang kurang mendapatkan perhatian
secara maksimal, sehingga berimbas pada mutu.

METODE

ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 118


Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan


pendekatan kualitatif, serta bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang terjadi
di masyarakat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi, yang di mana wujudnya berupa buku, catatan, transkip, jurnal, dan
sumber literatur lainnya. Kemudian teknik analisis data yang dipilih adalah
deskriptif yang digunakan untuk mengonstruksikan sejumlah konsep menjadi satu
kesatuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda
kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang. Karakter perlu dibangun,
karena di masa depan bangsa ini akan dipegang oleh generasi penerus yang
seharusnya memiliki karakter yang baik. Upaya dalam membentuk karakter
seseorang bisa dilakukan sejak anak masih usia dini, karena pendidikan karakter
tidak bisa dirasakan dalam waktu cepat tetepi butuh waktu yang relatif lama. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara dididik di Raudhatul Athfal (RA).
RA adalah Taman Kanak-kanak yang dikelola oleh Kementerian Agama sehingga
nilai-nilai yang diimplementasikan dalam proses pembelajarannya adalah nilai
agama. Agama yang ditanamkan sejak kecil ke pada anak merupakan bagian dari
unsur kepribadiannya. Agama menjadi pengendali dalam menghadapi berbagai
tantangan yang timbul. Di sisi lain, keyakinan agama juga menjadi bagian dari
karakter yang mengatur sikap dan tingkah laku.
Strategi yang bisa dilakukan adalah experiences learning. Dengan melakukan
pembiasaan-pembiasaan dengan penanaman nilai agama dalam tingkah laku di
proses pembelajaran. Misal sebelum melakukan sesuatu harus mengucapkan
basmalah atau berdoa. Selain itu, guru juga menjadi fokus utama di sini karena apa
yang anak lihat di sekitarnya akan secara otomatis ditiru.
Dalam penerapannya di berbagai RA, pendidikan karakter harus
dilangsungkan dengan baik, menggunakan metode ala Rasulullah yang bisa ditiru
seperti sebagai berikut.
1. Metode Melatih dan membiasakan

ElementerIs: Volume .. Nomor ..., Tahun ...


119
Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, peserta didik, dalam hal ini,
anak-anak usia dini haruslah diberi pembiasaan yang didalamnya ditanamkan
nilai-nilai adab berupa nilai religius, disiplin, komunikatif, dan peduli
lingkungan. Nilai religius bisa diperlihatkan dengan cara mengajak anak untuk
beribadah ke pada Allah SWT. Misal seperti Rasulullah SAW yang selalu
membawa Hasan dan Husain kecil untuk ikut shalat di Masjid. Selanjutnya,
nilai disiplin, yang dalam RA bisa diterapkan melalui pengadaan bel sekolah
untuk membiasakan anak dari segi ketepatan dalam masuk kelas. Nilai
komunikatif, yakni nilai yang diwujudkan ketika anak diberi kesempatan
dalam bertanya, menjawab, atau memuji kinerja anak. Terakhir, nilai peduli
terhadap lingkungannya, dengan melakukan pembagian piket atau
membereskan mainan yang telah digunakan serta membantu guru merapikan
meja. Melatih dan membiasakan ini bisa dilakukan di pembelajaran dengan
cara bermain peran, simulasi, dan tindakan sosial lainnya.
(Hendriana & Jacobus, 2016) dalam penelitiannya melakukan studi
mengenai implementasi pendidikan karakter di sekolah yang dilangsungkan
dengan metode ala Rasulullah tersebut, yakni melalui pembiasaan. Mereka
mengungkapkan pembuktian bahwa gagasan yang akan diaktualisasikan
dalam perbuatan yang dilakukan secara berulang akan membentuk suatu
karakter.

2. Bimbingan dan Konseling


Ketika anak melakukan sebuah kesalahan, pendidik membimbing secara
empat mata ke pada anak terkait hal yang baru saja dilakukan. Hendaknya
nasihat yang diberikan untuk anak ketika proses pembimbingan ini adalah
memberikan nasihat yang sesuai dengan usia, daya tangkap, dan akal si anak.
Nasihat itu pun harus diberikan untuk memotivasi anak agar melakukan saran
sesuai arahannya.
Menurut (Amri, Jauhari, & Elisah, 2011) telah dijelaskan bahwa salah
satu pendekatan implementasi dari pendidikan karakter adalah
pengembangan kognitif, yang di mana pendekatan ini berfokus pada pola
pemikiran anak yang akan terus berkembang. Dengan demikian, anak didik
bisa diberi kesempatan untuk berpikir kritis secara aktif. Metode yang bisa
digunakan adalah dengan bimbingan konseling. Contohnya jika seorang anak
melakukan kesalahan, sang guru dapat berbicara pada anak secara empat
mata terkait hal yang telah dilakukan, apakah benar atau salah. Si anak bisa
mengeluhkan emosi apapun dan sang guru menilai tindakannya itu.

ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 120


Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

3. Evaluasi
Bloom dkk merumuskan tiga hasil belajar dalam beberapa domain, yakni
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Di sisi lain, sistem evaluasi
pendidikan karakter oleh Nabi Muhammad SAW selalu merujuk pada ajaran
Islam. Jika dibandingkan, aspek afektif di sini bisa dikatakan dengan akhlakul
karimah dan psikomotorik diwujudkan dengan thoyyib. Sedangkan aspek
kognitif bisa dilakukan dengan nasihat-nasihat yang merujuk pada
pengetahuan keislaman secara umum.
Demi mencapai keberhasilan pendidikan karakter, maka diperlukan
berbagai peran untuk membimbing anak, mulai dari peran orang tua, guru,
pendidik, tenaga kependidikan, serta para pemimpin yang amanah.

SIMPULAN
Dampak negatif dari globalisasi seperti sekarang ini adalah adanya
perubahan tata nilai di masyarakat, sehingga mulai banyak terjadi kejahatan-
kejahatan di bangsa tercinta. Hal ini disebabkan karena faktor kemerosotan akhlak
yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, sebagai upaya mengatasi
sekaligus persiapan akan masa depan, diperlukan pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk karakter tiap-tiap individu. Pendidikan karakter ini dapat
dilakukan ketika manusia ada di tahap golden age, atau umur keemasan, yang di
mana ia akan berperilaku sesuai pada stimulus yang didapat dari lingkungan
sekitarnya. Tahap tersebut ada pada anak usia 5-6 tahun yang ada di masa-masa
sekolah Taman Kanak-kanak. Raudhatul Athfal, sebagai TK yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama hendaknya dapat menciptakan lingkungan islami
bagi tumbuh kembang karakter anak. Rasulullah SAW, sebagai tokoh pemimpin
dunia, pernah melakukan pendidikan karakter terhadap umatnya. Beliau
melakukan dengan tiga metode andalan, yakni metode melatih & membiasakan,
bimbingan & konseling, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut dapat diteladani dalam
kehidupan sehari-hari, salah satunya ketika guru atau orang tua mendidik anak.
Demi mencapai keberhasilan pendidikan karakter, maka diperlukan berbagai
peran untuk membimbing anak, mulai dari peran orang tua, guru, pendidik, tenaga
kependidikan, serta para pemimpin yang amanah.

ElementerIs: Volume .. Nomor ..., Tahun ...


121
Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, F. (2019). Metode Pendidikan Karakter Nabi Muhammad SAW di
Madrasah. Jurnal Teknologi Pendidikan, 1-24.
https://doi.org/10.34005/tahdzib.v2i2.516

Amri, S., Jauhari, A., & Elisah, T. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran: Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa dalam
Proses Pembelajaran. jakarta: Prestasi Pustakarsa.
http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?pId=42359&pRegionCode=JI
UNMAL&pClientId=111

Dwi, N. (2013). Membentuk Melalui Pendidikan Moral Pada AUD di Sekolah RA


Habibillah. Jurnal Ilmiah WIDYA, 85-91.
https://doi.org/10.29408/goldenage.v1i01.479

Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Di


Sekolah melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia, 25-29. https://dx.doi.org/10.26737/jpdi.v1i2.262

Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.


Surakarta: Yuma Pustaka.

Ningrum, D. (2015). Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja: Sebuah Penelitian


Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab. UNISIA, 19-29.
https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/10491/8171

Oktari, D. P., & Kosasih, A. (2019). Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di
Pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 42-52.
https://doi.org/10.17509/jpis.v28i1.14985

Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan


Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 28-37.
http://dx.doi.org/10.52434/jp.v8i1.69

Sabi'ati, A. (2016). Membangun Karakter AUD dalam Pengembangan Nilai Agama


dan Moral di RA Masyitoh Pabelan Kab. Semarang. AL-Athfal: Jurnal
Pendidikan Anak, 1-14.

ElementerIs: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 122


Dananir Hasna Azzahra, Aceng Kosasih

Syarief, H. (2002). Pengembangan Anak Dini Usia: Memerlukan Keutuhan. Bulletin


Padu: Edisi Perdana.

Uce, L. (n.d.). The Golden Age: Masa Efektif Merancang Kualitas Anak. Jurnal UIN
Ar-Raniry , 77-92.

ElementerIs: Volume .. Nomor ..., Tahun ...


123

Anda mungkin juga menyukai