Aian
Disusun oleh
Deri Syaeful Rohman
NIM : 25416054
- Tugas yang saya kumpulkan ini adalah tugas yg saya kerjakan sendiri
- Segala tulisan yang menyitir tulisan orang lain (tidak terbatas namun termasuk dari buku,
artikel jurnal, tulisan tak terpublikasi, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain, dan lainnya)
telah direferensikan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah akademik yang baku
dan yang berlaku, dan;
- Plagiarisme merupakan tindak akademis tak terhormat dan patut mendapatkan sangsi
seperti yang tercantum dalam Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2015.
NIM 25415054
Tanda Tangan:
Nama Mahasiswa: Deri Syaeful Rohman NIM: 25416054
Skema Penilaian
1. Presentasi Makalah
Judul, nama & NIM terpresentasi
Halaman diberi nomor, pilihan font yg dapat
dibaca
Kesalahan ketik, spelling, susunan kalimat harus
dihindari
Gambar, foto, table atau chart harus dibuat rapid
an ditempatkan secara tepat di badan tulisan.
Semua referensi sesuai dengan style guide
Semua informasi tersedia dan lengkap
2. Organisasi argumentasi
Judul harus informative tetapi tidak terlalu
panjang. Tesis dinyatakan eksplisit.
Tujuan makalah dinyatakan secara eksplisit
Teks harus terorganisir menjadi sub bagian yang
teridentifikasi baik, dan diakhiri dengan
kesimpulan dan referensi tersitir;
Penggunaan bahasa yang baik, teratur, jelas
mengarah pada pernyataan tesis;
Kesimpulan: secara efektif menutup makalah,
mengkaitkan antar elemen.
3. Isi
Sintesa informasi yang direview secara teliti,
padat dan tepat.
Referensi: variasi sumber informasi yang well
researched dan berkualitas. Hal ini akan
mempengaruhi kredibilitas klaim yang anda
lakukan;
Jelas, terbaca, koheren. Jika anda memerlukan
daftar akronim atau kata2, silakan dilakukan.
Terlambat memasukkan makalah ...hari
(5%/hari)
Komentar Lain:
Nilai Total
A. Konsepsi Kebencanaan
Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, istilah bencana dikenal sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana tersebut, maka pemerintah mengamanatkan suatu penyelenggaraan upaya
penanggulangan bencana sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana. Oleh karena itu, untuk
mengetahui secara rinci tingkat kerawanan daerah di Indonesia, rencana aksi nasional
pengurangan risiko bencana sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah
nomor 21 tahun 2008 disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang
meliputi unsur dari pemerintah, non pemerintah, masyarakatm dan lembaga usaha yang
dikoordinasikan oleh BNPB. Pengurangan risiko bencana sebagamana dimaksud
merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan
kemampuan masyarakat didalam mengahadapi bencana.
Komponen pengkajian risiko bencana berdasarkan Peraturan Kepala BNPB
nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana diantaranya
adalah ancaman, kerentanan dan kapasitas. Komponen tersebut digunakan untuk
memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa
terpapar, kerugian harta benca da kerusakan lingkungan. Kajian risiko bencana dapat
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan:
Ancaman Kerentanan
Risiko Bencana
Kapasitas
Metode penyusunan dokumen kajian risiko bencana dibuat untuk setiap jenis
ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan. Metode perhitungan dan data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai indeks akan berbeda untuk setiap jenis
ancaman. Tingkat ancaman yang telah memperhitungkan indeks ancaman di dalamnya,
menjadi dasar bagi perhitungan tingkat kerugian dan tingkat kapasitas. Gabungan tingkat
kerugian dan tingkat kapasitas merupakan tingkat risiko bencana. Ilustrasi mengenai
tahapan metode pengkajian risiko bencana secara sederhana ditunjukkan oleh gambar 1.
Hingga saat ini, BNPB telah mengeluarkan pedoman risiko bencana, diantaranya
adalah IRBI 2011, IRBI 2013 dan RBI 2016.
Kritik terhadap kerentanan sosial ini adalah skoring untuk kelas kepadatan
penduduk, dimana skor tinggi (>10 jiwa/ha) ini terlalu kecil, sehingga jika memakai
indeks ini, hampir sebagian wilayah Indonesia akan memiliki indeks yang tinggi.
b. Kerentanan ekonomi
Kerentanan ekonomi terdiri dari parameter konstribusi PDRB dan lahan
produktif. Nilai rupiah lahan produktif dihitung berdasarkan nilai konstribusi PDRB pada
sektor yang berhubungan dengan lahan produktif (seperti sektor pertanian) yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan data penggunaan lahan. Untuk masing-masing parameter
tersebut memiliki skoring, yang ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Komponen Kerentanan Ekonomi RBI tahun 2016
b. Kerentanan Sosial
Secara eksplisit kerentanan sosial dijelaskan didalam Peraturan BNPB no. 2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Indikator yang digunakan
untuk kerentanan sosial adalah kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Indeks kerentanan sosial
diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang
terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat (10%)
dan kelompok umur (10%). Komponen dan indikator untuk menghitung indeks
kerentanan sosial dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Komponen Kerentanan Sosial
c. Indeks Kerugian
Indeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen-
komponen ini dihitung berdasarkan indikator-indikator berbeda tergantung pada jenis
ancaman bencana. Komponen dan indikator untuk menghitung indeks kerugian dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Komponen Kerugian
Sayangnya, didalam Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012 ini tidak menjelaskan
bagaimana perhitungan untuk indeks kapasitas, khususnya komunitas didalam
menghadapi isu kebencanaan.
D. Kesimpulan
Untuk pengembangan komunitas pada skala lokal, jika mengacu pada parameter
komunitas yang disajikan oleh (Mayunga 2007), maka saat ini belum ada dokumen yang
dapat merepresentasikan hal tersebut. Dokumen-dokumen yang dibuat pada skala
nasional hingga saat ini hanya menitikberatkan pada kajian kerentanan sosial saja.
Sebetulnya yang telah dilakukan oleh (Direktorat Pengurangan Risiko Bencana dan
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 2014) didalam dokumen IRBI tahun 2013
lebih baik, karena telah menyebutkan unsur-unsur pengembangan komunitas
didalamnya, seperti kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan dini, pendidikan,
pelatihan, keterampilan, mitigasi, dan sistem kesiapsiagaan, hanya saja metode
perhitungannya tidak secara luas dijelaskan lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. 2016. RBI: Risiko Bencana Indonesia tahun 2016.
Peraturan Kepala BNPB nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana