Anda di halaman 1dari 12

PL 6101 – MITIGASI DAN ADAPTASI BERBASIS KOMUNITAS

ANALISIS DOKUMEN KAJIAN RISIKO BENCANA INDONESIA


KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS

Dosen Mata Kuliah:


Ir. Teti Armiati Argo, MES., Ph.D.

Aian

Disusun oleh
Deri Syaeful Rohman
NIM : 25416054

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
HALAMAN DEPAN TUGAS MATA KULIAH
PL 6101 ADAPTASI DAN MITIGASI BERBASIS KOMUNITAS
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Semester / Tahun Ajaran 1/2017-18


Kode / Nama Mata Kuliah PL 6101 Mitigasi dan Adaptasi Berbasis Komunitas
Nama Dosen Pengampu Ir. Teti Armiati Argo, MES., Ph.D.
Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Analisis Dokumen Kajian Risiko Bencana Indonesia Kaitannya
Judul Tugas
Dengan Pengembangan Komunitas
Tanggal Masuk 08/Desember/2017

Saya menyatakan bahwa:

- Tugas yang saya kumpulkan ini adalah tugas yg saya kerjakan sendiri
- Segala tulisan yang menyitir tulisan orang lain (tidak terbatas namun termasuk dari buku,
artikel jurnal, tulisan tak terpublikasi, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain, dan lainnya)
telah direferensikan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah akademik yang baku
dan yang berlaku, dan;
- Plagiarisme merupakan tindak akademis tak terhormat dan patut mendapatkan sangsi
seperti yang tercantum dalam Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2015.

Nama Deri Syaeful Rohman

NIM 25415054

Tanda Tangan:
Nama Mahasiswa: Deri Syaeful Rohman NIM: 25416054

Skema Penilaian
1. Presentasi Makalah
Judul, nama & NIM terpresentasi
Halaman diberi nomor, pilihan font yg dapat
dibaca
Kesalahan ketik, spelling, susunan kalimat harus
dihindari
Gambar, foto, table atau chart harus dibuat rapid
an ditempatkan secara tepat di badan tulisan.
Semua referensi sesuai dengan style guide
Semua informasi tersedia dan lengkap
2. Organisasi argumentasi
Judul harus informative tetapi tidak terlalu
panjang. Tesis dinyatakan eksplisit.
Tujuan makalah dinyatakan secara eksplisit
Teks harus terorganisir menjadi sub bagian yang
teridentifikasi baik, dan diakhiri dengan
kesimpulan dan referensi tersitir;
Penggunaan bahasa yang baik, teratur, jelas
mengarah pada pernyataan tesis;
Kesimpulan: secara efektif menutup makalah,
mengkaitkan antar elemen.
3. Isi
Sintesa informasi yang direview secara teliti,
padat dan tepat.
Referensi: variasi sumber informasi yang well
researched dan berkualitas. Hal ini akan
mempengaruhi kredibilitas klaim yang anda
lakukan;
Jelas, terbaca, koheren. Jika anda memerlukan
daftar akronim atau kata2, silakan dilakukan.
Terlambat memasukkan makalah ...hari
(5%/hari)
Komentar Lain:

Nilai Total
A. Konsepsi Kebencanaan
Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, istilah bencana dikenal sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana tersebut, maka pemerintah mengamanatkan suatu penyelenggaraan upaya
penanggulangan bencana sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana. Oleh karena itu, untuk
mengetahui secara rinci tingkat kerawanan daerah di Indonesia, rencana aksi nasional
pengurangan risiko bencana sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah
nomor 21 tahun 2008 disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang
meliputi unsur dari pemerintah, non pemerintah, masyarakatm dan lembaga usaha yang
dikoordinasikan oleh BNPB. Pengurangan risiko bencana sebagamana dimaksud
merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan
kemampuan masyarakat didalam mengahadapi bencana.
Komponen pengkajian risiko bencana berdasarkan Peraturan Kepala BNPB
nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana diantaranya
adalah ancaman, kerentanan dan kapasitas. Komponen tersebut digunakan untuk
memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa
terpapar, kerugian harta benca da kerusakan lingkungan. Kajian risiko bencana dapat
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan:
Ancaman  Kerentanan
Risiko Bencana 
Kapasitas
Metode penyusunan dokumen kajian risiko bencana dibuat untuk setiap jenis
ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan. Metode perhitungan dan data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai indeks akan berbeda untuk setiap jenis
ancaman. Tingkat ancaman yang telah memperhitungkan indeks ancaman di dalamnya,
menjadi dasar bagi perhitungan tingkat kerugian dan tingkat kapasitas. Gabungan tingkat
kerugian dan tingkat kapasitas merupakan tingkat risiko bencana. Ilustrasi mengenai
tahapan metode pengkajian risiko bencana secara sederhana ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1. Metode umum pengkajian risiko bencana.


Sumber: Perka BNPB no. 2 tahun 2012

Hingga saat ini, BNPB telah mengeluarkan pedoman risiko bencana, diantaranya
adalah IRBI 2011, IRBI 2013 dan RBI 2016.

B. Komponen Komunitas didalam kebencanaan


Kajian unsur komunitas didalam menghadapi ancaman kebencanaan sehingga
masyarakat menjadi tangguh merupakan sistem yang kompleks, karena terdapat
interaksi yang sangat dinamis antara masyarakat, komunitas, dan lingkungan. Secara
umum, kerangka atau konsep mengenai ketangguhan bencana seperti yang dijelaskan
oleh (Mayunga 2007) fokus pada faktor-faktor yang sama seperti sumberdaya ekonomi,
aset, kemampuan (skills), informasi dan pengetahuan, jejaring bantuan (supportive
networks), akses kepada jasa, serta sharing nilai-nilai komunitas (shared community
values), sehingga kerangka ini seringkali disebut sebagai “community capital”.
Lebih jauh, (Mayunga 2007) menggambarkan kerangka konseptual bagaimana
kelima bentuk capital tadi dapat berkontribusi didalam mengurangi kerentanan dan
dapat meningkatkan ketangguhan komunitas didalam menghadapi isu kebencanaan.
Gambar 2. Kerangka konseptual hubungan antara domain capital dan ketangguhan
komunitas
Sumber: (Mayunga 2007)

C. Kajian Dokumen Perhitungan Risiko Bencana Indonesia


1. Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) 2011
Didalam dokumen Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2011,
parameter yang digunakan untuk menghitung tingkat kerawanan bencana suatu daerah,
diantaranya adalah:
a. Tingkat kerawanan bencana;
b. Jumlah korban meninggal;
c. Jumlah korban luka-luka
d. Jumlah kerusakan rumah;
e. Jumlah kerusakan fasilitas umum dan infrastruktur rusak yang terjadi; dan
f. Jumlah kepadatan penduduk
Jika melihat karakteristiknya, maka jumlah kepadatan penduduk, kerusakan
rumah dapat dimasukkan kedalam kerentanan sosial. Untuk komunitas, parameter
kerusakan fasilitas umum dan infrastruktur menjadi satu satunya parameter yang bisa
digunakan untuk menggali informasi lebih detail bagaimana melihat ketangguhan serta
kapasitas komunitas didalam menghadapi isu kebencanaan.

2. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013


Didalam perhitungan dokumen IRBI 2013 yang dikeluarkan oleh (Direktorat
Pengurangan Risiko Bencana dan Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 2014),
parameter yang digunakan antara lain adalah:
a. Parameter Ancaman, berdasarkan hubungan antara frekuensi kejadian dengan ada
tidaknya peringatan dini;
b. Parameter kerentanan, yang dihitung berdasarkan indeks penduduk terpapar dalam
jiwa, kerugian dalam rupiah dan kerusakan lingkungan dalam hektar; serta
c. Parameter kapasitas, disusun berdasarkan kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem
peringatan dini, pendidikan, pelatihan, keterampilan, mitigasi, dan sistem
kesiapsiagaan.
Untuk IRBI tahun 2013, parameter yang bisa digunakan untuk melihat kerentanan
sosial dapat ditunjukkan oleh data penduduk terpapar dan kerugian, sedangkan untuk
parameter komunitas lebih banyak dijelaskan pada parameter kapasitasnya (kapasitas
regulasi, kelembagaan, sistem peringatan dini, pendidikan, pelatihan, keterampilan,
mitigasi, dan sistem kesiapsiagaan). Sayangnya, metode perhitungan parameter
kapasitas yang bisa menjelaskan unsur komunitas tidak secara luas dijelaskan.

3. Risiko Bencana Indonesia (RBI) tahun 2016


a. Kerentanan Sosial
Didalam dokumen RBI tahun 2016, telah mengalamatkan bagaimana menghitung
kerentanan sosial, dimana kerentanan sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk
dan kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri dari:
1) Rasio jenis kelamin;
2) Rasio kelompok umur rentan;
3) Rasio penduduk miskin; dan
4) Rasio penduduk cacat.
Untuk masing-masing parameter tersebut memiliki skoring, yang ditunjukkan
oleh tabel 1.
Tabel 1. Komponen Indeks Penduduk Terpapar RBI tahun 2016

Sumber: (RBI, 2016)

Kritik terhadap kerentanan sosial ini adalah skoring untuk kelas kepadatan
penduduk, dimana skor tinggi (>10 jiwa/ha) ini terlalu kecil, sehingga jika memakai
indeks ini, hampir sebagian wilayah Indonesia akan memiliki indeks yang tinggi.

b. Kerentanan ekonomi
Kerentanan ekonomi terdiri dari parameter konstribusi PDRB dan lahan
produktif. Nilai rupiah lahan produktif dihitung berdasarkan nilai konstribusi PDRB pada
sektor yang berhubungan dengan lahan produktif (seperti sektor pertanian) yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan data penggunaan lahan. Untuk masing-masing parameter
tersebut memiliki skoring, yang ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Komponen Kerentanan Ekonomi RBI tahun 2016

Sumber: (RBI, 2016)

Sayangnya, didalam RBI ini tidak menjelaskan bagaimana perhitungan untuk


indeks kapasitas, padahal perhitungan risiko bencana harus dilakukan secara holistik.

4. Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012


Perhitungan didalam Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012 disusun
berdasarkan indeks-indeks yang telah ditentukan. indeks tersebut terdiri dari indeks
ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas. kecuali
indeks kapasitas, indeks-indeks yang lain amat bergantung pada jenis ancaman bencana.
Indeks kapasitas dibedakan berdasarkan kawasan administrasi kajian. Pengkhususan ini
disebabkan indeks kapasitas difokuskan kepada institusi pemerintah di kawasan kajian.
Didalam IRBI tahun 2013, indeks kerentanannya jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan IRBI tahun 2011.
Kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan
ekologi/lingkungan. Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama
adalah informasi keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi
paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang
cacat dan rasio kelompok umur). Secara garis besar, komposisi untuk analisis kerentanan
didalam IRBI 2013 adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Tiga komposisi untuk analisis kerentanan


Sumber: (Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012)

a. Indeks Penduduk Terpapar


Penentuan indeks penduduk terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di
kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator
kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena
bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah peta ancaman untuk setiap bencana
selesai disusun. Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian dibagi
dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam
bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi), komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa
penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator
untuk menghitung indeks penduduk terpapar dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar

Sumber: (Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012)

b. Kerentanan Sosial
Secara eksplisit kerentanan sosial dijelaskan didalam Peraturan BNPB no. 2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Indikator yang digunakan
untuk kerentanan sosial adalah kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Indeks kerentanan sosial
diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang
terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat (10%)
dan kelompok umur (10%). Komponen dan indikator untuk menghitung indeks
kerentanan sosial dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Komponen Kerentanan Sosial

Sumber: (Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012)

c. Indeks Kerugian
Indeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen-
komponen ini dihitung berdasarkan indikator-indikator berbeda tergantung pada jenis
ancaman bencana. Komponen dan indikator untuk menghitung indeks kerugian dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Komponen Kerugian

Sumber: (Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012)

Sayangnya, didalam Peraturan Kepala BNPB no. 2 tahun 2012 ini tidak menjelaskan
bagaimana perhitungan untuk indeks kapasitas, khususnya komunitas didalam
menghadapi isu kebencanaan.

D. Kesimpulan
Untuk pengembangan komunitas pada skala lokal, jika mengacu pada parameter
komunitas yang disajikan oleh (Mayunga 2007), maka saat ini belum ada dokumen yang
dapat merepresentasikan hal tersebut. Dokumen-dokumen yang dibuat pada skala
nasional hingga saat ini hanya menitikberatkan pada kajian kerentanan sosial saja.
Sebetulnya yang telah dilakukan oleh (Direktorat Pengurangan Risiko Bencana dan
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 2014) didalam dokumen IRBI tahun 2013
lebih baik, karena telah menyebutkan unsur-unsur pengembangan komunitas
didalamnya, seperti kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan dini, pendidikan,
pelatihan, keterampilan, mitigasi, dan sistem kesiapsiagaan, hanya saja metode
perhitungannya tidak secara luas dijelaskan lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, dan Deputi Bidang Pencegahan dan


Kesiapsiagaan. 2011. IRBI: indeks risiko bencana Indonesia tahun 2011.

Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, dan Deputi Bidang Pencegahan dan


Kesiapsiagaan. 2014. IRBI: indeks risiko bencana Indonesia tahun 2013.

Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. 2016. RBI: Risiko Bencana Indonesia tahun 2016.

Mayunga, Joseph S. 2007. “Understanding and applying the concept of community


disaster resilience: a capital-based approach.” Summer academy for social
vulnerability and resilience building 1: 16.

Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.

Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan


Bencana

Peraturan Kepala BNPB nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana

Anda mungkin juga menyukai