Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”


Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

SEKOLAH INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS:


TANGGAPAN TERHADAP TANTANGAN KEDEPANNYA

Jamilah Candra Pratiwi


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Program Pascasarjana UNS
jcandrapratiwi@gmail.com

ABSTRAK
Sekolah inklusi merupakan layanan pendidikan yang diberikan untuk anak berkebutuhan
khusus dalam memperoleh pendidikan yang layak. kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 32 dan Permendiknas nomor 70 tahun 2009 yaitu dengan
memberikan peluang dan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan disekolah regular. Di sekolah inklusi memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal. Hal tersebut menunjukkan
dampak positif sekolah inklusi terhadap anak berkebutuhan khusus dari segi psikologis.
Berbagai masalah yang timbul setelah lebih dari 10 tahun diimplementasikan dalam praktik
pendidikan inklusi menunjukkan adanya tantangan yang menghambat penyelenggaraan pendidikan
inklusi di Indonesia. Salah satu faktornya adalah kompetensi guru yang belum mampu menangani anak
berkebutuhan khusus di kelas regular. Keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusi bergantung pada
kompetensi guru dan kerjasama sekolah dengan pemerintah.

Kata kunci: pendidikan inklusi, tantangan penyelenggaraan sekolah inklusi

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu memiliki kualifikasi yang memadai untuk
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan membimbing anak berkebutuhan khusus.
mutu sumber daya manusia Indonesia. Terkadang sekolah khusus letaknya jauh dari
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga rumah mereka, sehingga banyak anak
pendidikan baik formal, informal, dan non berkebutuhan khusus yang tidak mengenyam
formal. Sekolah merupakan contoh dari pendidikan.
lembaga pendidikan yang bersifat formal. Untuk mengatasi permasalahan
Dewasa ini, peran sekolah sangat penting. tersebut, perlu disediakan berbagai layanan
Sekolah tidak hanya sebagai wahana untuk pendidikan atau sekolah bagi anak
mencari ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berkebutuhan khusus, baik menyangkut system
sebagai tempat yang dapat memberi bekal pembelajaran, fasilitas yang mendukung,
keterampilan untuk hidup yang nanti maupun peran guru yang sangat penting untuk
diharapkan dapat bermanfaat di dalam memberikan motivasi dan arahan yang bersifat
masyarakat. Di sekolah anak juga dibimbing membangun. Sekolah yang dianggap tepat
untuk bersosialisasi dengan orang lain. untuk anak berkebutuhan khusus adalah
Keberadaan sekolah tidak saja penting bagi sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah
anak normal, melainkan bermanfaat pula untuk regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
anak berkebutuhan khusus yang memiliki anak yang memiliki kelainan dan memiliki
keterbatasan dan kekurangan ketika harus potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada
berinteraksi dengan orang lain. satu kesatuan yang sistemik (Ilahi, 2013: 25).
Anak berkebutuhan khusus dianggap Seiring berjalannya waktu pe-
sebagai sosok yang tidak berdaya dan perlu nyelenggaraan sekolah inklusi menghadapi
dikasihani. Hal inilah yang menjadikan anak berbagai tantangan baik yang berasal dari
berkebutuhan khusus sering dikucilkan atau dalam maupun dari luar sekolah. Tantangan
termaginalkan dari lingkungan sekitar. Anak- yang bersal dari dalam salah satunya adalah
anak berkebutuhan khusus sering menerima ketidaksiapan guru dalam mengajar anak
perlakuan yang diskriminatif dari orang lain. berkebutuhan khusus di kelas inklusi.
Bahkan untuk menerima pendidikan saja
mereka sulit. Beberapa sekolah regular tidak METODE
mau menerima mereka sebagai siswa. Metode yang digunakan adalah studi
Alasannya guru di sekolah tersebut tidak kepustakaan, menurut Nazir (2003: 111)

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 237
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

mengemukakan bahwa “Studi kepustakaan berhak memperoleh pendidikan layanan


adalah teknik pengumpulan data dengan khusus. Anak luar biasa disini bukan saja
mengadakan studi penelaahan terhadap buku- mereka yang memiliki kelainan fisik, sosial,
buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan emosional, dan intelektual saja, melainkan
laporan-laporan yang ada hubungannya mereka yang memiliki potensi kecerdasan
dengan masalah yang dipecahkan.”Peneliti dan bakat istimewa juga berhak
melakukan kajian yang berkaitan dengan teori memperoleh pendidikan layanan khusus.
yang berkaitan dengan topik penelitian, Hak untuk memperoleh pendidikan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya bukan hanya dilindungi dalam Undang-
dari kepustakaan yang berhubungan. Undang dalam negeri saja, melainkan juga
Sumber-sumber kepustakaan dalam tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak
penelitian ini diperoleh dari: buku, jurnal dan Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal
hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis dan Declaration of Human Right), kemudian
disertasi). Sehingga dalam penelitian ini diperbarui pada Konferensi Dunia tentang
meliputi proses umum seperti: Pendidikan untuk Semua, Tahun 1990 (The
mengidentifikasikan teori secara sistematis, 1990 World Conference on Education for
penemuan pustaka, dan analisis dokumen All), yang bertujuan untuk meyakinkan
yang memuat informasi yang berkaitan dengan bahwa hak tersebut adalah untuk semua,
topik penelitian. terlepas dari perbedaan yang dimiliki oleh
individu. Pada tanggal 7 – 10 Juni 1994,
PEMBAHASAN diselenggarakan Konferensi Dunia tentang
Latar Belakang Penyelenggaraan Sekolah Pendidikan bagi Anak Luar Biasa di
Inklusi Slamanca, Spanyol. Dalam konferensi
tersebut dimantapkan komitmen tentang
Penyelenggaraan sekolah inklusi di
Education for All (EFA), dan dikeluarkan
Indonesia, dilatarbelakangi oleh hak anak
Kerangka Kerja untuk Pendidikan Anak Luar
untuk memperoleh pendidikan. Setiap
Biasa yang diharapkan dapat menjadi
makhluk mempunyai kebutuhan. Sebagai
pegangan bagi setiap negara dalam
makhluk Tuhan yang dianggap mempunyai
penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa.
derajat tertinggi di antara makhluk lainnya,
Menanggapi uraian di atas, seorang
manusia mempunyai kebutuhan yang paling
guru wajib memberikan kesempatan kepada
banyak dan kompleks. Kebutuhan manusia
anak berkebutuhan khusus untuk
secara umum mencakup kebutuhan fisik
mengaktualisasikan diri melalui pendidikan
atau kesehatan, kebutuhan sosial
di sekolah. Pendidikan bagi anak
emosional,dan kebutuhan pendidikan
berkebutuhan khusus tidak terbatas di
(Wardani, 2011: 1.34). Tidak berbeda
sekolah luar biasa, tetapi juga pendidikan
dengan orang-orang normal, anak-anak
yang terintegrasi, yang memungkinkan anak
berkebutuhan khusus juga mempunyai
luar biassa belajar bersama dengan anak
kebutuhan yang sama.
normal. Sistem pendidikan seperti ini
Untuk memenuhi kebutuhan
disebut dengan pendidikan inklusi. Di
pendidikannya, anak berkebutuhan khusus
Indonesia, implementasi penyelenggaraan
memiliki hak yang sama dengan anak
pendidikan inklusi dijabarkan melalui
normal lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945
Peraturan Pemerintah Nasional Nomor 70
disebutkan bahwa semua warga negara
Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi bagi
berhak mendapat pendidikan. Hal ini
peserta didik yang memiliki kelainan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam BAB IV Pasal
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
istimewa.
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berdasarkan isi pada pasal 5, dapat Anak Berkebutuhan Khusus dan Sekolah
disimpulkan bahwa anak luar biasa Iklusi
mempunyai hak yang menjamin ke-
Sekolah inklusi adalah sebuah
langsungan pendidikan mereka, bahkan
pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
anak berkebutuhan khusus berhak
khusus tanpa memandang kondisi fisik,
mendapat kesempatan meningkatkan
intelegensi,sosial, emosional, dan kondisinya
pendidikan sepanjang hayat. Pada ayat 2, 3,
lainnya untuk belajar bersama dengan anak-
dan 4 menegaskan bahwa anak luar biassa
anak normal di sekolah regular (Tarmasyah,

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 238
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

2007; Marthan, 2007; Loiacono danValenti, memandang dirinya sendiri (Schmidt dan
2010). Kehadiran sekolah inklusi merupakan Cagran, 2008, Wilson, dkk, 2011, dan Trampler
upaya untuk menghapus batas yang selama ini 2012).
muncul di tengah masyarakat, yaitu anak Self esteem dapat dibangun dengan
berkebutuhan khusus harus sekolah di sekolah cara rasa penerimaan orang-orang di sekitar
khusus pula. Dengan adanya sekolah inklusi terhadap keberadaan dirinya. Anak yang
anak-anak berkebutuhan khusus dapat diterima oleh orang-orang di sekitarnya
bersekolah di sekolah reguler layaknya anak memiliki pandangan yang positif terhadap
normal. dirinya sendiri dan merasa lebih dihormati,
Anak berkebutuhan khusus merupa- sehingga mampu mengembangkan potensi
kan istilah lain untuk mengartikan Anak Luar diriserta mencapai keberhasilan berdasarkan
Biasa (ALB) yaitu anak dengan karakteristik kekuatannya(Wilson, Ellerbee, dan Christian,
khusus yang berbeda dengan anak pada 2011, Watkins 2005).
umumnya, perbedaan tersebut terletak pada Banyak penelitian yang membahas
fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional, manfaat yang diperoleh anak berkebutuhan
sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus dari sekolah regular. Loiacono dan
khusus. Anak berkebutuhan khusus memiliki Valenti (2010) menyaatakan bahwa anak
karakteristik yang berbeda antara satu dengan berkebutuhan khusus yang bersekolah di
yang lain (Mulyono, 1999 dan Delfi, 2006). sekolah regular memiliki kompetensi sosial
yang lebih baik. Irvine dan Lupart (2006) juga
Keuntungan Penyelenggaraan Sekolah setuju bahwa menempatkan anak dengan
Inklusi kebutuhan khusus juga baik bagi kemampuan
Terlepas dari kenyataan bahwa model sosialnya. Interaksi sosial memberikan
inklusi merupakan sekolah yang konsisten kesempatan anak berkebutuhan khusus
dengan gagasan keadilan sosial yang bagaimana berinteraksi dengan orang yang
mendukung prinsip normalitas, ada banyak berbeda dengan diri mereka.
keuntungan yang diperoleh dari sekolah inklusi Kompetensi sosial dikembangkan
ini. Sekolah inklusi dianggap dapat memberi dengan cara anak berkebutuhan khusus belajar
berbagai manfaat baik masyarakat umum berinteraksi dengan orang yang normal.
maupun bagi anak luar biasa sendiri. Peserta didik ditunjukkan situasi hidup yang
Masyarakat akan mulai mau menerima nyata di dalam kelas (Wilson, Ellerbee, dan
keberadaan anak luar biasa. Selain itu di Christian, 2011). Interaksi sosial mengajarkan
sekolah inklusi juga memungkinkan anak peserta didik untuk meniru strategi,
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan meningkatkan kemampuan memecahkan
anak normal, dan diperlakukan selayaknya masalah, memperoleh kecakapan hidup yang
anak normal (IG.A.K. Wardani, 2011:1.36). lebih baik, dan mengurangi perilaku yang
Hal tersebut berdampak pada meledak-ledak (Irvine dan Lupart, 2006).
psikologis anak berkebutuhan khusus, yaitu
memberikan kesempatan bagi perkembangan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Inklusi
kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus Disamping manfaat yang diperoleh dari
(self esteem). Self esteem merupakan bagian sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan
dari self concept atau konsep diri. Self esteem khusus, ada tantangan yang perlu dihadapi dari
adalah perasaan seseorang tentang penyelenggaran sekolah inklusi secara penuh.
ketidaksesuaian antara dirinya dan ingin Tantangan tersebut berasal dari dalam maupun
menjadi apa nantinya. Dengan demikian dapat dari luar sekolah.
dikatakan bahwa self esteem adalah penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri baik itu Perasaan guru akan kurangnya kompetensi
kelebihan dan kekurangan yang ada pada Ward (1987) berpendapat bahwa
dirinya. Anak yang memiliki self esteem yang penolakan dari guru dan lemahnya dukungan
tinggi umumnya merasa dirinya berharga, terhadap anak berkebutuhan khusus
sehingga mereka dapat menghargai dirinya disebabkan karena kurangnya pemahaman
sendiri,tetapi tetap bisa menerima kekurangan dan pengetahuan tentang anak dengan
yang ada pada dirinya. Sebaliknya, anak yang kebutuhan khusus. Latar belakang pendidikan
memiliki self esteem yang rendah, merasa yang tidak memberikan bekal kepada guru
dirinya kurang berharga dan kekurangan yang tentang anak berkebutuhan khusus menjadi
ia sandang mempengaruhi bagaimana ia penyebab guru di sekolah regular menolak

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 239
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

adanya kebijakan sekolah inklusi. Guru dengan Individualized Educational Program


menganggap diri mereka tidak memiliki (IEP) atau Program Pembelajaran Individual
keterampilan untuk mengajar siswa dengan (PPI), perbedaan karateristik yang dimiliki anak
berbagai kebutuhan khusus, namun kebijakan berkebutuhan khusus membuat pendidik harus
telah menuntut mereka untuk menerima memiliki kemampuan khusus. Pada
keberadaan anak berkebutuhan khusus di kenyataannya hasil monitoring sekolah inklusi
kelas mereka. Hal ini akan berpengaruh yang dilakukan oleh Direktorat PSLB
terhadap penerimaan guru dan perlakuan guru menemukan bahwa sebagian besar guru
(Pavri & Luftig; Cook,2000, dalam Pujaningsih, sekolah inklusi mengalami kesulitan dalam
2011). Sikap yang ditunjukkan guru tersebut memodifikasi kurikulum dan melakukan
akan mempengaruhi penerimaan anak asesmen akademik dan non akademik (Sutji
berkebutuhan khusus oleh teman-temannya Harijanto, 2011). Hal ini tentunya akan
(Paris, 2000). Dengan demikian komitmen guru berpengaruh terhadap pelayanan anak
di sekolah inklusi menjadi salah satu faktor berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
yang paling penting dalam keberhasilan atau Selain itu, guru juga masih terbebani
kegagalan program inklusif. dengan adanya tuntutan administrasi dari
sekolah. Tuntutan aadministrasi sekolah yang
Keterbatasan sarana dan prasarana berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus
Penyelenggaran sekolah inklusi antara lain, beban pengumpulan data yang
memang membutuhkan sarana dan prasarana diperlukan untuk prosedur penilaian fungsional,
yang banyak, karena sekolah inklusi harus administrasi untuk pendanaan, laporan untuk
mampu mengakomodasi semua kebutuhan guru khusus, dan laporan pelayanan yang
anak berkebutuhan khusus. Misalnya kelas diberikan (Folin, 1997). Beban yang dirasakan
untuk bimbingan khusus, jalan khusus anak itulah yang menyebabkan ketidaksanggupan
tuna daksa, alat bantu pendengaran untuk guru untuk memasukkan siswa berkebutuhan
anak tuna rungu, buku braile untuk anak tuna khusus di kelas mereka.
netra, dan sebagainya (Yusraini, 2013).
Keterbatasan sarana dan prasarana Rendahnya kesadaran orang tua dan
berdampak pada kurangnya pelayanan yang masyarakat terhadap anak berkebutuhan
diberikan sekolah bagi anak dengan kebutuhan khusus.
khusus. Masalah utama minimnya sarana dan
Orang tua dari anak berkebutuhan
prasarana yang dimiliki adalah faktor biaya.
khusus memiliki peranan yang besar, baik
dalam pengambilan keputusan untuk
Perlunya kolaborasi
pendidikan sampai pada dukungan kepada
Banyak guru atau dokter khusus untuk
anak. Dukungan orang tua adalah keterlibatan
mengangani anak berkebutuhan khusus,
orang tua dalam berbagai bentuk termasuk
sehingga menimbulkan pertanyaan bagimana
mengasuh di dalam rumah, menciptakan
guru berkolaborasi dengan yang lain? Guru
situasi yang aman dan stabil, dan model
dikenal karena memiliki kemampuan untuk
pengasuhan yang tepat. Seorang anak
mengontrol kelas mereka sendiri. Kehadiran
berkebutuhan khusus dapat mencapai
atau keberadaan guru lain di dalam kelas
potensiny secara maksimal apabila mendapat
merupakan masalah baru bagi beberapa guru
dukungan penuh dari orang tuanya. Dukungan
(Chandler, 2000). Beberapa guru tidak mau
dari ibu dapat memunculkan perasaan
menghabiskan waktu untuk berkolaborasi
berharga pada anak, sementara dukungan dari
dalam mengembangkan program inklusi,
ayah dapat mengembangkan kompetensi anak
ketidak cocokan antara guru kelas dan huru
(Danielsen, 2009).
pendamping berdampak pada pelayanan yang
Selain orang tua tokoh penting yang
diberikan.
mempengaruhi perkembangan anak
berkebutuhan khusus adalah masyarakat.
Beban administrasi dan modifikasi
Penerimaan orang tua dan masyarakat
kurikulum
terhadap kondisi anak akan mempengaruhi
Seorang guru hendaknya mengetahui
sikap mereka kepada anak. linggkungan yang
program pembelajaran yang sesuai dengan
mampu menerima ketunaan anaknya, akan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Pola
berusaha mencari jalan untuk mengurangi
pembelajarannya harus disesuaikan dengan
pengaruh ketunaan tersebut dan mendorong
anak berkebutuhan khusus, biasa disebut

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 240
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

pembelajaran anak semaksimal mungkin. menumbuhkan kesadaran masyarakat hingga


Sebaliknya lingkungan yang belum bisa lapisan terbawah. Selain itu dibutuhkan usaha
menerima kondisi anak akan cenderung dari pemerintah pusat untuk mempromosikan
merasa malu dan kurang terbuka terhadap keberadaan sekolah inklusi dan dampak positif
perkembangan anak. yang akan diperoleh. Selama 10 tahun pe-
Pada kenyataannya masih banyak nyelenggaraan pendidikan inklusi, pemerintah
orang tua yang enggan memasukkan anak baru terlihat memberikan bantuan dibidang
dengan kebutuhan khusus ke sekolah regular keuangan, namun belum mempromosikannya,
dengan alasan khawatir akan mendapat seperti pada saat Sekolah Kejuaran.
penolakan atau diskriminasi. Begitu juga
dengan masyarakat yang masih menunjukkan Meningkatkan sarana dan prasarana
sikap kurang peduli dengan keberadaan anak Keterbatasan biaya yang dimiliki
berkebutuhan khusus dan sekolah inklusi. sekolah berdampak pada minimnya sarana dan
prasarana yang dimiliki. Hal ini merupakan
Tanggapan terhadap tantangan yang ada tantangan bagi pemerintah untuk memberikan
Mengembangkan model pendidikan guru bantuan berkaitan dengan fasilitas untuk
untuk mendukung pendidikan inklusif sekolah inklusi (Konza, 2008). Dalam hal ini
Untuk meningkatkan komptensi guru di kepala sekolah bisa membuat proposal
bidang pendidikan luar biasa, perlu adanya pengajuan dana kepada pemerintah yang
pengembangan model pendidikan guru. terkait. Lancarnya komunikasi antara sekolah
Strawderman & Lindsey 1995 (dalam dan pemerintah diharapkan berdampak positif
Pujaningsih, 2011) menyatakan bahwa bagi penyelenggaraan sekolah inklusi. Dengan
perubahan desain pendidikan guru dapat demikian anak berkebutuhan khusus
dilakukan dengan cara menambah matakuliah mendapatkan pelayanan yang maksimal
baru atau pengalaman lapangan baru. Dampak
dari strategi ini diteliti oleh O‟Shea & Satter KESIMPULAN
1999 (dalam Pujaningsih, 2011) pada mata Beradasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
kuliah yang diikuti oleh calon guru (regular dan bahwa:
khusus) melalui berbagai aktivitas kolaboratif 1. Semua warga negara berhak memperoleh
antar mahasiswa, menjadikan mahasiswa lebih pendidikan baik bagi anak normal maupun
siap untuk membuat perencanaan anak berkebutuhan khusus, sesuai dengan
pembelajaran, menggunakan berbagai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pembelajaran, melakukan modifikasi, dan cara dan dipertegas dalam Permendiknas nomor
membuat administrasi kelas. 70 Tahun 2009 dengan memberi peluang
M Gut, et al 2003 (dalam Pujaningsih, kepada anak berkebutuhan khusus untuk
2011) menegaskan bahwa dalam matakuliah di sekolah di sekolah regular.
atas mengarahkan suasana pembelajaran yang 2. Sekolah inklusi adalah sebuah pelayanan
membuka peluang berbagai pendapat untuk pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menentukan keputusan, komunikasi terbuka, tanpa memandang kondisi fisik, intelegensi,
dan kolaborasi antara guru regular dan guru sosial, emosional, dan kondisinya lainnya
khusus. Dengan demikian kompetensi dan seperti memiliki potensi keceradasan dan
pengetahuan guru terhadap anak bakat istimewa untuk belajar bersama
berkebutuhan khusus akan meningkat. Guru dengan anak-anak normal di sekolah
tidak lagi terbebani dengan modifikasi regular.
kurikulum, administrasi kelas, dan kolaborasi 3. Manfaat yang diperoleh dari inklusi salah
dengan pihak lain. satunya adalah Sekolah inklusi dipandang
paling efektif untuk melawan sikap
Meningkatkan kesadaran orang tua dan diskriminatif,menciptakan masyarakat yang
masyarakat mau menerima kedatangan anak luar biasa,
Untuk meningkatkan kesadaran orang dan mencapai pendidikan untuk semua. Di
tua dan masyarakat diperlukan peran serta dalam kelas inklusi anak berkebutuhan
sekolah dan pejabat daerah terkait. Misalnya khusus memperoleh perlakuan yang sama
sekolah berkerjasama dengan tim penggerak seperti anak normal. Sikap terbuka dari
PKK kelurahan untuk mensosialisasikan teman-teman sebaya dan guru di sekolah
keberadaan anak berkebutuhan khusus dan inklusi mempengaruhi self esteem anak.
sekolah inklusi. Kerjasama ini diharapkan dapat Anak akan memiliki self esteem yang tinggi,

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 241
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

sehingga mereka bisa mengembangkan IG. A.K. Wardani. 2009. Pengantar Pendidikan
potensi yang mereka miliki tetapi tetap Luar Biasa. Jakarta: Universitas
sadar akan kekurangan pada dirinya. Terbuka
4. Mengembangkan model pendidikan bagi
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan
guru merupakan salah satu alternative untuk Inklusi Konsep dan Aplikasi.
mengurangi tantangan dalam pe- Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
nyelenggaraan sekolah inklusi. Dengan cara
memberikan materi atau pelatihan tentang Konza, D. (2008) Review of Special
anak berkebutuhan khusus. Guru me- Educational Services. Engadine, NSW:
rupakan tokoh sentral dalam melakukan St John Bosco College.
perubahan, sehingga dibutuhkan komitmen,
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian,.
pengetahuan, dan dukungan dari guru kelas
regular untuk meningkatkan kesadarnnya Jakarta: Ghalia Indonesia
dalam mengembangkan sekolah inklusi.
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009

Pujaningsih. 2011. Redesain Pendidikan Guru


Untuk Mendukung Pendidikan Inklusif.
Universitas Negeri Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Osterhom, K,. Nash, W,. Kritsonis,. 2007. Effect
of Labelling Students “Learning
Avrimidis, E., Bayliss, P., & Burdon, R. (2000). Disabled”: Emergaent Themes in
A survey into mainstream teachers‟ theResearch Literature 1970 Through
attitudes towards the inclusion of 2000. Focus Colleges, Universiies and
children with special educational needs Schools. Volume 1 Number 1
in the ordinary school in one local
education authority. Educational Schmidt, M., Cagran, B,. 2008. Self-Concept Of
Psychology, 20(2), pp191-212. Students In Inclusive Settings.
International Journal Of Special
Bandi Delfi. 2006. Pembelajaran Anak Education. Vol 23 No 1
Tunagrahita: Suatu pengantar Dalam
Pendidikan Inklusi. Bandung: Relika Sutji Harijanto (2011) The Indonesian
Aditama. Government Policy on Special
Education in Global Perspective.
Center, Y., & Ward, J. (1987). Teachers‟ Makalah disampaikan dalam
attitudes towards the integration of International seminar on Special
disable children into regular schools. Education pada 19 Maret 2011.
The Exceptional Child, 34, pp 41-56.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Chandler, L. K. (2000). A training and tentang Sistem Pendidikan Nasional
consultation model to reduce resistance
and increase educatorknowledge and Watkins, Deborah. 2005. Maximing Learning
skill in addressing challenging for Students With Special Needs.
behaviours. Special Education Kappa Delta Pi Records
Perspectives, 9(1), pp3- 13.
Wilson, C. Ellerbee, K,. Christian. 2011. Best
Forlin, C., Jobling, A., & Carrol, A. (2001). Practice Of Inclusion at The Lementary
Preservice teachers‟ discomfort levels Level. ERIC
toward people with disabilities. The
Journal of International Special Needs Yusraini. 2013. Kebijakan Pemerintah
Education, 4, pp32-38. Terhadap Inklusif. Jurnal Media
Akademika. Vol 28 No 1

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 242

Anda mungkin juga menyukai