Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PENGELOLAAN GURU PENDAMPING KHUSUS DI SEKOLAH

INKLUSI SEKOLAH DASAR NEGERI SEMANGAT DALAM 2

Adinda Safitri, Laili Nur Khafifatun Nisa, Nuril Shafira Almu’arif, Vela Ratna Sari
Program Studi Pendidikan Khusus, Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin Kalimantan Selatan

Email: safitriadinda259@gmail.com lailinurkhafifatunnisa99@gmail.com


nurilshafira.cen@gmail.com velaratnasari08@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman, kompetensi, dan sikap guru
umum yang menjadi guru pendamping khusus bagi anak berkebutuhan khusus. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
dipaparkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
yang berlangsung saat ini maupun masa lampau, penelitian di lakukan di Sekolah Dasar
Negeri Semangat Dalam 2, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah wawancara. Hasil penelitian menunjukkan kalau sekolah terkait
masih kekurangan banyak hal dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, baik dalam jumlah
guru pendamping maupun fasilitas. Selain itu masalah gaji guru pendamping khusus juga
masih menjadi masalah yang belum terpecahkan hingga sekarang. Guru pendamping khusus
di sekolah terkait memiliki ketulusan yang luar biasa dalam mendidik anak berkebutuhan
khusus. Terbukti dari beliau yang tetap mengajar walaupun dengan gaji tidak tetap dan ilmu
yang terbatas. Beliau berusaha belajar tentang anak-anak berkebutuhan khusus dengan
mencarinya di internet.
Kata Kunci: Anak Berkebutuhan Khusus, Guru Pendamping Khusus, Inklusif, Pendidikan
Luar Biasa
PENDAHULUAN mengembangkan potensi diri dan dapat
membentuk pribadi yang bertanggung
Pendidikan adalah suatu proses jawab, cerdas, dan juga kreatif (Kurniawan
transformasi ilmu pengetahuan secara & Karyono, 2008: 2-3). Dalam dunia
sadar dan terencana dengan tujuan untuk pendidikan terdapat pendidikan formal
membentuk individu atau kelompok yang seperti sekolah dan perguruan tinggi dan
cerdas, beretika, berakhlak, dan memiliki nonformal yang dapat di peroleh dimana
wawasan yang luas. Pendidikan pada saja dan tidak mengenal usia. Akan tetapi
hakekatnya selalu mencakup kegiatan tidak semua individu dapat mengenyam
mendidik, mengajar, dan melatih peserta atau menempuh pendidikan formal seperti
didik sebagai usaha dalam menyalurkan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan ada
nilai-nilai. Pendidikan merupakan salah beberapa perbedaan perlakuan beberapa
satu faktor yang sangat penting dalam orang, dalam hal ini adalah para anak
kehidupan seseorang karena melalui difabel atau anak-anak berkebutuhan
pendidikan seseorang akan dapat khusus.
meningkatkan kecerdasan, keterampilan,

1
Menurut Depdiknas Pendidikan Inklusif tidak dapat
(Cahyaningrum, 2012: 2) anak dilaksanakan oleh sekolah saja, bantuan
berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak diperlukan dari para pemangku
yang secara signifikan mengalami kelainan kepentingan seperti administrator, guru,
atau penyimpangan (fisik, mental- orang tua, masyarakat dan pemerintah.
intelektual, sosial, emosional) dalam Pelatihan yang paling tepat diperlukan
proses pertumbuhan atauperkembangannya untuk kepala sekolah dan guru karena staf
dibandingankan dengan anak-anak lain memainkan peran paling penting dalam
seusianya sehingga mereka memerlukan pemanfaatan dan keberlanjutannya.
pelayanan pendidikan khusus. Anak Menurut Amka, (2018: 21) Sekolah
berkebutuhan khusus tidak jarang sering Inklusif adalah mereka yang telah
ditolak dalam sekolah biasa di mana anak- menerapkan pembelajaran bersama antara
anak normal bersekolah. Penolakan dari anak-anak dengan kebutuhan khusus dan
sekolah-sekolah ini disebabkan oleh usia anak mereka secara umum untuk
beberapafaktor diantaranya 1) ketidak sekolah reguler. Bisa dilihat dalam
mampuan sekolah dalam mendidik anak berbagai regulasi diantaranya; Undang-
dengan kebutuhan khusus, 2) tidak ada Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
guru khusus yang menangani anak Sistem Pendidikan Nasional,
berkebutuhan khusus, 3) tidak ada sarana Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
dan prasarana yang dapat mendukung tentang Pendidikan Inklusif, dan juga
kelangsungan belajar siswa ABK (Erawati, diperkuat lagi dengan UU No.14/2005
dkk, 2016: 21). Namun, adapula sekolah tentang Guru dan Dosen, dan UU No. 8
yang mampu menerima anak normal dan Tahun 2016 tentang penyandang cacat
anak berkebutuhan khusus yaitu disebut (Amka, 2018: 21). Di dalam regulasi
dengan sekolah inklusif yang artinya harus tersebut, telah diamanatkan
bersedia dan menerima siswa yang penyelenggaraan sekolah inklusi.
memiliki kebutuhan khusus. Anak Kebijakan tentang sekolah inklusi
berkebutuhan khusus juga perlu diberikan merupakan konsekuensi lanjut dari
kesempatan sertapeluang yang sama kebijakan global.
dengan anak normal untuk mendapatkan Dengan menyatukan ke dalam
pelayanan peendidikan di sekolah inklusif ruang kelas yang sama, akan
(Cahyaningrom, 2012: 3). Inklusif artinya memberikan pengertian kepada peserta
mengikutsertakan anak yang memiliki didik bahwa dalam kehidupan akan
kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat ditemuai banyak sekali perbedaan.
berjalan, dan lamban dalam belajar. Perbedaan-perbedaan itu hendaknya tidak
Pendidikan inklusif merupakan sistem dijadikan sebagai hambatan, melainkan
layanan pendidikan yang menganjurkan sebuah kenyataan yang harus dihadapi dan
atau mengsyaratkan siswa berkebutuhan dihormati. Itulah realitas kehidupan yang
khusus untuk dapat bersekolah di tempat harus dialami bersama. Kondisi dan situasi
terdekat. Anak berkebutuhan khusus tidak pembelajaran yang majemuk ini dapat
selalu anak yang kekurangan secara menjadi media pendidikan karakter yang
fisiknya saja, akan tetapi anak yang sangat efektif bagi semua peserta didik.
fisiknya normal dengan kekurangan yang Rasa empati, simpati, peduli, serta
ada seperti mengalami dislaksia, kesadaran diri akan muncul dalam setting
susahdalam berkonsentrasi, dan juga pembelajaran model ini.Sehingga
hiperaktif. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dengan adanya pendidikan
inklusif merupakan upaya dari pemerintah inklusif ini memberi kesempatan yang
agar dapat mewujudkan mimpi dari seluas-luasnya kepada semua peserta didik
Indonesia akan kejayaan di masa yanng yang memiliki kelainan fisik, emosional,
akan datang (Erawati, dkk, 2016: 210). mental, dan sosial atau memiliki potensi

2
kecerdasan/bakat istimewa untuk dan produktif.Sekolah penyelenggara
memperoleh pendidikan yang bermutu pendidikan inklusif memerlukan tenaga
sesuai dengan kebutuhan dan pendidik keahlian khusus dalam proses
kemampuannya serta mewujudkannya pembelajaran dan pembinaan anak-anak
dengan penyelenggaraan pendidikan yang berkebutuhan khusus secara umum.
menghargai keanekaragaman dan tidak Karena sebagaimana anak yang memiliki
diskriminatif bagi semua peserta didik kebutuhan khusus harus selalu di berikan
(Rahayu, 2013: 358). arahan, bantuan, dan bimbingan yang
Dalam suatu pendidikan dibutuhkan khusus pada saat berlangsungnya
manajemen yang dapat mengatur jalannya pembelajaran di kelas. Salah satu tenaga
proses pendidikan agar mencapai tujuan khusus dalam proses pembelajaran ini
yang di hendaki. Manajemen pendidikan adalah guru pendamping khusus (GPK).
adalah sebuah proses yang dilaksanakan GPK adalah seorang guru yang
secara sadar dan terencana untuk memiliki latar belakang pendidikan
menciptakan suasana belajar dan proses Khusus/ Pendidikan luar biasa ataupun
pembelajaran serta mencapai tujuan yang pernah mendapatkan pelatihan
pendidikan dimulai dari perencanaan, tentang pendidikan khusus/luar biasa yang
pengorganisasian, pelaksanaan dan ditugaskan pada sekolah inklusif. Seorang
pengawasan dengan menggunakan sumber GPK harus dilandasi beberapa kompetensi
daya manusia dan sumber daya yang lain utama seperti pedagogik, kepribadian,
untuk mencapai tujuan organisasi (Maria profesional, dan sosial. Secara khusus juga
& Sediyono, 2017). Fungsi pokok harus mampu berorientasi pada
manajemen pembelajaran adalah kemampuan umum yang diperlukan untuk
perencanaan, pengorganisasian, mendidik peserta didik pada umumnya,
kepemimpinan dan pengawasan (Sa’ud kemampuan dasar yaitu yang mampu
dan Sumantri dalam Maria & Sediyono, mendidik peserta didik berkebutuhan
2017). Berbeda dengan satuan pendidikan khusus, dan kemampuan khusus untuk
reguler, istilah manajemen pendidikan di mendidik peserta didik berkebutuhan
sekolah luar biasa disebut dengan khusus jenis tertentu. Oleh karena itu
manajemen pendidikan khusus, yaitu dalam suatu pendidikan inklusif
manajemen sekolah untuk pelaksanaan diperlukan manajemen modifikasi media
pembelajaran bagi anak berkebutuhan pembelajaran dalam mengelola proses
khusus. pembelajaran agar transformasi
Menurut Kamp dan Dayton pengetahuan dan nilai-nilai dapat
(Saputra,2015: 36) dalam buku karangan tersampaikan dan diterima oleh siswa
Dr. Soepartono “Media Pembelajaran” normal dan berkebutuhan khusus.
(2000:15) mengatakan bahwa media itu Sekolah harus mampu memiliki
sangat bermanfaat dalam proses manajemen modifikasi media
pembelajaran, sebagai berikut: 1) pembelajaran yaitu dalam hal perencanaan
penyampaian materi dapat diseragamkan pengelolaan, pengorganisasian
2) proses intruksional menjadi lebih pengelolaan, pelaksanaan pengelolaan, dan
menarik 3) proses belajar siswa menjadi pengawasan pengelolaan dalam
interaktif 4) jumlah waktu belajar merencanakan rancakan serta proses dalam
mengajar dapat dikurangi 5) kualitas mengajar,membimbing, menuntun, dan
belajar siswa dapat ditingkatkan 6) proses membantu siswa normal ataupun siswa
belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan yang berkebutuhan khusus. Dalam
saja 7) sikap positif siswa terhadap materi perencanaan peserta didik diawali dengan
belajar maupun terhadap proses belajar itu adanya kegiatan analisis terhadap
sendiri tanpa diingatkan 8) peran guru kebutuhan peserta didik yang hendaknya
dapat berubah ke arah yang lebih positif sekolah dapat merencanakan jumlah

3
peserta didik baru dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mempertimbangkan kelas yang tersedia
dan merencanakan program kegiatan Penelitian yang dilakukan di SDN
kesiswaan. Sehingga dalam hal Semangat Dalam 2 tentang guru umum
perencanaan GPK dapat mengelola proses yang menjadi guru pendamping khusus.
pembelajaran kepada siswa berkebutuhan Hasil penelitian menunjukkan bagaimana
khusus secara sistamatis dan terencana pengalaman, kompetensi, dan sikap guru
dengan matang. Kemudian dalam pendamping khusus mengenai anak
pengorganisasian pengelolaan GPK harus berkubutuhan khusus di sekolah.
mampu membuat suatu kegiatan khusus
Perencanaan Menjadikan SD Negeri
pengaturan pada sumber daya manusia dan
Semangat Dalam 2 sebagai Sekolah
sumber daya fisik lainnya dalam
Inklusi
menjalankan rencana yang telah ditetapkan
dan harus aktif serta konsisten dalam SDN Semangat Dalam 2 menjadi
mencapai tujuan dari hasilkegiatan yangg sekolah inklusi pertama kali pada tahun
telah dirancang. Selanjutnya dalam ajaran 2008/2009 karena ditunjuk oleh
pelaksanaan pengelolaan harus mampu dinas pendidikan. Pihak sekolah tidak
memiliki sikap kepemimpinan dalam dapat menolak karena mereka berpacu
mengatur jalannya program pendidikan, pada UUD 1945 bahwa setiap warga
sehingga mampu meningkatkan efektifitas negara berhak mendapatkan pendidikan.
dan efesiensi kerja secara maksimal. Hal ini terlihat jelas dalam bunyi Pasal 31
Terakhir adalah pengawasan pengelolaan ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa
yang artinya segala jalannya aktivitas “Setiap warga negara berhak mendapat
harus mampu menilai setiap hasil akhir pendidikan.” Sebagai murid ABK pertama
dari kegiatan baik itu proses pembelajaran di sana, ada 2 anak tunarungu dan 1 anak
dikelas maupun kegiatan lainnya di luar tunadaksa yang bersekolah di SDN
kelas berdasarkan standar yang telah Semangat Dalam 2. Kemudian pada tahun
dibuat dan ditetapkan yang kemudian akan 2014 sekolah ini ditunjuk oleh dinas
dibuat perubahan atau perbaikan ulang kabupaten dan dinas provinsi sebagai
apabila diperlukan. sekolah piloting inklusi.

METODE PENELITIAN Pelaksanaan Proses Pembelajaran Anak


Berkebutuhan Khusus untuk Pertama
Penelitian dilakukan melalui Kali di SD Negeri Semangat Dalam 2
pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini Pada waktu itu belum ada program
adalah wawancara. Data penelitian studi PLB di Kalimantan Selatan, yang
didapatkan dengan memberikan tentu saja juga belum ada guru PLB di
pertanyaan terbuka kepada guru SDN Semangat Dalam 2. Pihak sekolah
pendamping khusus dan guru wali kelas. mengajari anak sebisa mereka. Mereka
Pertanyaan disusun berdasarkan aspek- berkomunikasi dengan anak-anak
aspek yang diperlukan dalam mencapai tunarungu menggunakan bahasa ibu, yang
tujuan penelitian. Setelah data terkumpul, untungnya dapat dimengerti oleh anak-
dilakukan proses analisis data secara lebih anak tersebut. Mereka mengajari anak
rinci. Hasil penelitian dipaparkan dalam keterampilan menjahit, karena kebetulan
bentuk deskriptif. wali kelas mereka pada saat itu juga bisa
menjahit. Salah satu anak tunarungu
menunjukkan perkembangannya dalam
keterampilan tersebut. Melihat hal
tersebut, pihak sekolah membelikan mesin

4
jahit agar kemampuan anak semakin Sekolah terus berjalan dan
meningkat. Pihak sekolah juga pembelajaran bagi ABK juga tetap
menginformasikan kepada orang tua dilaksanakan semampunya. Hingga pada
mengenai potensinya tersebut dan tahun 2017 ada guru dari salah satu SLB di
menghimbau agar orang tua ikut Marabahan yang ditugaskan di SDN
mendukung dan mengembangkan Semangat Dalam 2. Tapi kemudian beliau
keterampilan anaknya dengan membelikan kembali dipindahtugaskan ke kota madya
peralatan menjahit untuk di rumah. Anak di salah satu SLB di sana. Sampai
juga diajari membuat pola dan sekarang tidak ada guru PLB senior yang
menggunakan mesin jahit. Benar saja, ada di SDN Semangat Dalam 2 padahal
akhirnya anak mampu membuat baju pihak sekolah sangat membutuhkannya.
sendiri. Pendidikan akademik anak
berhenti di jenjang SMP. Kemungkinan ABK yang bersekolah di SDN
akibat masalah biaya. Namun berbekal Semangat Dalam 2 saat ini totalnya kurang
keterampilannya tersebut sekarang anak lebih 8 anak. Karena guru pendamping
tersebut sudah memiliki butik baju hasil yang ada di sini terbatas, maka untuk
desainnya sendiri.Dari sinilah pemerintah pembelajaran ABK digabung dalam satu
mulai melirik SDN Semangat Dalam 2 kelas, yang mana ABK tersebut terdiri dari
yang kemudian menjadikan sekolah ini kelas 4, 5, dan 6. Namun walaupun mereka
sebagai piloting inklusi. digabungkan dalam satu kelas, guru tetap
memberikan materi sesuai dengan masing-
Tenaga Pendidik dan Guru masing anak, tidak disamaratakan. Ada
Pendamping Khusus bagi Anak kurang lebih 6 orang GPK (guru
Berkebutuhan Khusus di SD Negeri pendamping khusus) di SDN Semangat
Semangat Dalam 2 Dalam 2 dengan satu orang GPK senior
yang bukan berasal dari lulusan PLB,
Setelah ditunjuk menjadi sekolah sedangkan 5 GPK junior lainnya lulusan
piloting inklusi, ada sekitar 20 orang ABK PLB. Beliau sering dipanggil Ibu Wahdah.
yang mendaftar untuk bersekolah di SDN Beliau menjadi GPK setelah mengikuti
Semangat Dalam 2. Pada saat itu pihak program pemerintah. Untuk RPP ABK di
sekolah masih belum memiliki ilmu dalam SDN Semangat Dalam 2 ini Ibu Wahdah
mengajar ABK dan juga belum memiliki lah yang membuatnya, sedangkan GPK
guru khusus untuk mengajar ABK. junior yang lain merekomendasikan
Kemudian pihak sekolah mendatangi dinas pembelajaran bagi anak yang mereka
setempat untuk meminta solusi. Namun dampingi.
setelah 3 tahun pun tidak kunjung ada guru
PLB yang dikirimkan ke SDN Semangat Selain kurangnya guru PLB dan
Dalam 2, sedangkan guru-guru sudah GPK, SDN Semangat Dalam 2 juga
mulai mengeluh akibat kewalahan dan memiliki masalah dalam gaji GPK.
ilmu yang terbatas dalam menangani ABK. Sekolah tidak dapat menggaji karena tidak
Akhirnya, pihak sekolah memutuskan ada dana. Pihak sekolah sudah
untuk mencoba berkoordinasi dengan mengusulkan kepada dinas kabupaten
pihak SLB. Mereka mencoba mendatangi bahkan sampai ke dinas provinsi namun
salah satu SLB di Banjarmasin untuk masih tidak ada solusi yang diberikan. Ini
meminta bantuan, yang kemudian disetujui juga disebabkan karena GPK belum
oleh mereka. Namun pada akhirnya pihak memiliki SK. Seandainya mereka memiliki
SLB tersebut juga tidak kunjung SK tersebut mungkin dinas dapat
mengirimkan guru PLB yang dijanjikan ke membantu dengan segera mengenai gaji
SDN Semangat Dalam 2. mereka. Kemudian cara yang ditempuh
selanjutnya adalah dengan memanggil
orang tua ABK dan memohon partisipasi

5
mereka untuk memberikan uang sukarela menarik dengan memanfaatkan teknologi
pada GPK yang mendampingi anak-anak yang ada.
mereka. Cara ini sebenarnya tidak efektif,
karena tidak semua orang tua ABK Saat pembelajaran olahraga, GPK
memiliki keuangan yang stabil. Bagi orang juga diperlukan untuk mendampingi anak.
tua yang kurang dalam perekonomiannya Hal ini karena pernah sekali kejadian pada
ini juga pihak sekolah memaklumi dan saat pelajaran olahraga lomba lari, salah
tidak memaksakan. satu ABK justru berlari pulang ke rumah
dan membuat guru kebingungan. Untuk itu
Pelaksanaan Proses Pembelajaran dan GPK diminta untuk mendampingi ABK
Pengorganisasian Suasana Kelas di SD juga saat pelajaran olahraga.
Negeri Semangat Dalam 2
Di SDN Semangat Dalam 2, ABK
Untuk akomodasi kelas, guru di bebas mengikuti ekstrakurikuler yang
SDN Semangat Dalam 2 memiliki cara mereka inginkan. Tidak ada larangan dan
yang unik untuk menciptakan suasana pengecualian untuk mereka. Hanya saja
kondusif di dalam kelas. Pertama-tama, untuk ekstrakurikuler pramuka, saat
sebelum masuk kelas anak-anak akan mengadakan perkemahan ABK dianjurkan
dibiarkan bermain apa saja sesuai dengan untuk tidak perlu mengikutinya. Saat ada
hobi mereka masing-masing selama itu lomba class meeting juga ABK
tidak mengotori seragam sekolah mereka. diikutsertakan.
Kemudian setelah masuk ke dalam kelas,
guru akan menangajak anak-anak untuk Sarana dan Prasarana Anak
menceritakan permainan yang tadi mereka Berkebutuhan Khusus di SD Negeri
mainkan. Ini salah satu cara guru untuk Semangat Dalam 2
mengakrabkan diri dengan siswa sekaligus
Dulu, sekolah pernah mendapatkan
untuk membuat suasana kelas menjadi
bantuan dari dinas berupa fasilitas sekolah
lebih hidup.
berupa kursi dan meja plastik khusus
Anak-anak di SDN Semangat ABK. Namun sekarang sudah tidak ada
Dalam 2 selalu diberi pemahaman lagi karena kursi dan meja tersebut sudah
mengenai kondisi teman-teman ABK rusak akibat dibanting salah satu ABK.
mereka. Setidaknya dalam seminggu guru Pada saat itu anak tantrum kemudian
selalu menghimbau untuk tidak membeda- berakhir dengan merusak fasilitas sekolah.
bedakan dalam berteman. Oleh karena itu, Selain itu, juga dulu sekolah memiliki lab
anak-anak pada akhirnya paham dan tidak yang isinya lengkap bantuan dari
ada yang mengejek maupun berkelahi pemerintah. Namun lab itu sudah tidak ada
dengan ABK di sana. Mereka dapat lagi karena terbakar habis. Dibakar oleh
menerima teman-teman ABK mereka salah satu ABK di sana yang mengalami
dengan baik. hambatan penyimpangan sosial (tunalaras).
Saat itu kondisi sekolah sedang libur
Untuk media pembelajaran yang panjang sehingga tidak ada satupun orang
digunakan, guru memanfaatkan teknologi di sekolah. Ini juga salah satu akibat
yang berkembang saat ini. Guru minimnya ilmu dalam mendidik ABK dan
menggunakan LCD, musik, dan juga kurangnya pemahaman guru sekolah
animasi-animasi bergambar yang dapat terhadap keadaan ABK.
menarik perhatian anak. Tidak dapat
dipungkiri anak-anak zaman sekarang Dengan keadaan yang seperti ini,
sudah sangat melek terhadap teknologi. guru-guru SDN Semangat Dalam 2 belum
Oleh karena itu, guru sebisa mungkin ada yang mengikuti pelatihan-pelatihan
membuat materi pembelajaran terlihat mengenai ABK kecuali Ibu Wahdah. Salah

6
satu guru wali kelas yang kami
wawancarai sebenarnya menyayangkan hal
itu, karena menurut beliau pelatihan- REFERENSI
pelatihan tersebut perlu untuk semua guru,
Amka. 2018. The Study on Adaptive
baik guru umum maupun guru khusus, Curriculum Modification of
agar guru-guru bisa menangani semua Inclusive Elementary and Junior
murid bahkan ABK sekalipun. High School in Banjarmasin,
Indonesia. Journal of Education
KESIMPULAN and
Practicehttps://iiste.org/Journals/i
Dari hasil penelitian yang sudah ndex.php/JEP/article/view/43392/
dibahas sebelumnya, dapat ditarik 44708
kesimpulan mengenai pengalaman, Cahyaningrum, Rahma Kartika. 2012.
kompetensi, dan sikap Ibu Wahdah sebagai Tinjauan Psikologis Kesiapan
GPK di SDN Semangat Dalam 2. Ibu Guru Dalam Menangani
Wahdahmerupakan salah satu GPK yang Peserta Didik Berkebutuhan
juga merupakan GPK senior di SDN Khusus Pada Program Inklusi
Semangat Dalam 2. Beliau awalnya beliau (Studi Deskriptif di SD dan
adalah guru umum yang kemudian SMP SekolahAlam Ar-Ridho.
mengikuti program pemerintah sehingga Educational Psychology
dapat menjadi guru pendamping khusus. Journal. Vol. 1(1): 2-3
Ibu Wahdah juga dipercaya sebagai guru
yang membuat dan menyusun rencana Erawati, Ika Leli., Sudjarwo., & Sinaga,
pembelajaran bagi semua ABK yang Risma Marrgareta. 2016.
bersekolah di SDN Semangat Dalam 2, Pendidikan Karakter Bangsa
sementara GPK yang lain Pada Anak Berkebutuhan
merekomendasikan pembelajaran bagi Khusus Dalam Pendidikan
ABK yang mereka dampingi. Ibu Wahdah Inklusif. Jurnal Studi Sosial
dan GPK-GPK di SDN Semangat Dalam 2 Vol. 4(1): 21.
memiliki kesabaran dan ketulusan yang
luar biasa. Mereka masih tetap dengan Kurniawan & Karyono. 2008.
semangat mengajar walaupun gaji yang Ekstrakurikuler Sebagai
mereka dapatkan tidak seberapa, itupun Wahana Pembentukan
gaji mereka tidak tetap.Namun mereka Karakter Siswa di Lingkungan
masih tetap mau mengajar sedangkan bagi Pendidikan Sekolah. Jurnal.
orang lain mungkin memilih untuk Vol. 1(1): 2-3.
berhenti.
Maria, E & Sediyono, E. 2017.
Pengembangan Model
Manajemen Pembelajaran
Berbasis TIK di Sekolah
Dasar. Kelola Jurnal
Manajemen Pendidikan, Vol.
4(1): 59-71.
Rahayu, Sri Muji. 2013. Memenuhi Hak
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Usia Dini Melalui
Pendidikan Inklusif . Jurnal
Pendidikan Anak vol 2 (2):
358.

7
Saputra, Iwan. 2015. Modifikasi Media
Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar.
Jurnal vol 14 (2): 36-37

Anda mungkin juga menyukai