Anda di halaman 1dari 143

POLA ASUH ORANG TUA KARIR DALAM PEMBENTUKAN

KEMANDIRIAN ANAK DI TK NURIADEEN CENDEKIA


DESA PONDOK UDIK

Proposal Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Strata Satu dalam Bidang Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (S.Pd.)

Oleh

IZHA FASHLYA VAURINA

NIM: PGP18040048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA
2022
ABSTRAK
Penelitian yang dilatar belakangi dengan pola asuh yang di gunakan oleh orang
tua karir dalam pembentukan kemandirian anak di TK Nuriadeen Cendekia desa
pondok udik. Penelitian ini di tujukan untuk mengetahui macam macam pola asuh dan
pembiasaan yang di berikan kepada anak. Berdasarkan pernyaataan di atas, di harapkan
orang tua lebih selektif dalam memilih pola asuh yang cocok bagi anak. Dalam proses
pelaksanaan peneliti menggunakan responden 6 anak dengan rincian 3 orang laki laki
dan 3 orang perempuan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan wawancara, observasi,


dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk mencari data yang berhubungan
langsung dengan keadaan responden yang berupa pola asuh orang tua karir.

Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang memiliki pola asuh
demokratis menghasilkan anak yang mempunyai kemandirian yang bagus, dan
memiliki sikap yang ceria dan kepercayaan tinggi. Orang tua yang memiliki pola asuh
permisif memili anak yang cenderung mandiri namun dengan sikap yang lebih
menginginkan perhatian yang lebih dari setiap orang. Dapat disimpulkan bahwa orang
tua harus lebih selektif pada menetukan pola asuh yang baik yang anak mereka pilih
untuk mengembangkan anak menjadi lebih baik lagi, karena pola asuh yang di berikan
kepada orang tua akan sangat berpengaruh pada kemandirian anak dimasa depan.

Kata Kunci : Kemandirian, Pola Asuh, Demokratis, dan Permisif

ii
ABSTRACT

The background of the research is the parenting pattern used by career parents
in the formation of children's independence in Nuriadeen Cendekia Kindergarten,
Pondok Udik village. This study was aimed to determine the kinds of parenting and
habituation given to children. Based on the statement above, it is hoped that parents
will be more selective in choosing the right parenting style for their children. In the
implementation process, the researcher used 6 children as respondents, with details of
3 boys and 3 girls.

Data collection techniques used are interviews, observation, and


documentation. The method used to find data that is directly related to the condition of
the respondent is in the form of career parenting.

The results showed that parents who have democratic parenting produce
children who have good independence, and have a cheerful attitude and high
confidence. Parents who have permissive parenting have children who tend to be
independent but with an attitude that wants more attention from everyone. It can be
concluded that parents should be more selective in determining the good parenting that
their children choose to develop their children to be even better, because the parenting
given to parents will greatly affect the independence of children in the future.

Keywords: Independence, Parenting, Democratic, and Permissive

iii
KATA PENGANTAR
bismillahhirrohmanirrohim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat,

taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi

dengan judul ”Pola Asuh Orang Tua Karir Dalam Pembentukan Kemandirian Anak

Usia Dini”. Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curanhkan kepada

Baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk bagi umat manusia

agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga semangat juangnya

menjadi semangat dan contoh bagi kita dalam mengemban tugas sebagai khalifah fil

ard. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memproleh gelar Sarjana

Pendidikan dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonensia sekaligus upaya penulis

dalam memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan sebagai calon pendidik

yang bermutu dan berkualitas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekurangan yang perlu dilengkapi. Karena itu,

dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, koreksi dan saran untuk

memperkuat kelemahan dan melengkapi kekurangan tersebut.

iv
Dengan tersusunnya skripsi ini, pada kesempatan yang baik ini perkenankan

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

Yth, :

1. Dr. H. Juri Ardiantoro, M.Si. selaku Rektor Universitas Nadlatul Ulama

Indonesia

2. Dede Setiawan, M.M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

3. Renti Aprisyah, M.Pd. selaku Kaprodi PG. PAUD UNUSIA Jakarta sekaligus

pembimbing skirpsi. Terima kasih atas kesabaranya dalam membimbing dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Khoirudin, S,Sos.I,.S,Pd,.M.Pd. Selaku Sekretaris Prodi PG. PAUD UNUSIA

Jakarta

5. Haryanti Jaya Harjani, SST.FT, M.Pd selaku dosen pebimbing akademik yang

selalu memberi solusi disetiap permasalahan yang terjadi didalam kegiatan

perkuliahan.

6. Waspada, M.M. Selaku Dosen PG PAUD UNUSIA yang selalu memberi saran

dan masukan selama menjadi mahasiswa baru sampai menjadi mahasiswa

tingkat akhir pada saat ini.

7. Para dosen Peogram Studi PGPAUD yang telah memberikan dedikasinya,

pengalaman dan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan.

v
8. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa

penyusunan Skripsi ini laksana setetes air yang jatuh dalam luasnya samudra.

Oleh karena itu kritik, saran dan masukan dari para pembaca yang budiman

sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Skripsi ini bisa memberikan manfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Karir Dalam Pembentukan

Kemandirian Anak Di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik” yang disusun oleh

Izha Fashlya Vaurina dengan nomor induk mahasiswa PGP18040048 telah diujikan

dalam sidang munaqasyah pada program studi S1 Pendidikan guru Pendidikan Anak

Usia Dini Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama

Indonesia Jakarta pada tanggal 22 Juli 2022 dan direvisi sesuai saran tim penguji. Maka

skripsi tersebuh telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd).

Bogor, 2022

Dekan,

Dede Setiawan, M. M.Pd

TIM PENGUJI:

1. Anggun Pastika Sandi, M.Pd ………………………..


(Wakil Dekan FKIP)
( )

vii
2. Renti Aprisyah, M.Pd
(Kaprodi S1 PG ………………………..
PAUD/Pembimbing)
( )

3. Khoiruddin,S.Sos.I., M.Pd
(Sekretaris Prodi S1 PG ………………………..
PAUD/Penguji II)
( )

4. Waspada, S.Ag., M.M ………………………..


(Penguji I)
( )

viii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG MUNAQOSAH

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Izha Fashlya Vaurina

NIM : PGP18040048

Program Studi : Pendidikan guru anak usia dini

Fakultas : keguruan dan ilmu Pendidikan

Judul skirpsi : Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Pembentukan Kemandirian

Anak di TK Nuriadeen Cendekia

Setelah melalui proses bimbingan skirpsi, baik secara substansi maupun teknis penulisan,

dinyatakan layak untuk diajukan sidang Munaqosah Skripsi yang diselenggarakan Program

Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Nahdlatul Ulama Indonesia

Tanggal Juni2022

Pembimbing Skripsi,

Renti Aprisyah,M.Pd

ix
PERYATAAN ORISINALITAS

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Izha Fashlya Vaurina

NIM : PGP18040048

Tempat/Tgl Lahir : Banyuwangi, 02 Maret 2000

Menyatakan bahwa skirpsi dengan juduk “ Pola Asuh Orang Tua Karir Dalam

Pembentukan Kemandirian Anak Di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik”

adalah hasil karya penulis, bukan hasil plagiasi, kecuali kutipan kutipan yang

disebutkan sumbernya atau atas petunjuk pembimbing. Jika di kemudian hari

pernyataan ini terbukti tidak benar, maka sepenuhnya aka menjadi tanggung jawab

penulis dan bersedia gelar akademiknya dibatalkan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Bogor, Juni 2022

Izha Fashlya Vaurina

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG MUNAQOSAH ............................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi
BAB I .......................................................................................................................... 13
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 13
A. Latar Belakang ................................................................................................. 13
B. Rumusan Penelitian .......................................................................................... 17
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 18
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 18
E. Manfaat penelitian ............................................................................................ 18
F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 18
BAB II ......................................................................................................................... 20
KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 20
A. KAJIAN TEORI I ............................................................................................ 20
a. Pengertian Pola Asuh ................................................................................... 20
b. Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua .............................................................. 21
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ......................................... 28
B. KAJIAN TEORI II ........................................................................................... 29
1. Pengertian Orang Tua Karir ......................................................................... 29
C. KAJIAN TEORI III.......................................................................................... 31
a. Pengertian Kemandirian ............................................................................... 31
b. Kemandirian Anak Usia Dini ....................................................................... 32
c. Ciri Ciri Kemandirian Anak Usia Dini......................................................... 33
d. Aspek – Aspek Kemandirian Anak .............................................................. 35
e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak ........................... 37

xi
3. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU .................................................... 40
BAB III ....................................................................................................................... 44
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 44
A. Metode Penelitian............................................................................................. 44
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 45
C. Deskripsi Penelitian ......................................................................................... 46
D. Informan Penelitian .......................................................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 47
F. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ...................................................................... 50
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 51
H. Validasi Data (Validitas dan Reliabilitas Data) ............................................... 53
BAB IV ....................................................................................................................... 54
HASIL PENELITIAN................................................................................................. 54
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 54
B. Temuan Penelitian ............................................................................................ 58
C. Pembahasan ...................................................................................................... 79
BAB V......................................................................................................................... 86
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 86
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 86
B. Saran................................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 88
LAMPIRAN ............................................................................................................ 90
LAMPIRAN HASIL WAANCARA ....................................................................... 93

xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Keluarga merupakan tempat

pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya,

pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun

pertama dalam kehidupannya (Usia Pra sekolah). Oleh karena itu pada masa tersebut apa yang

ditanamkan pada diri anak sangat membekas sehingga tidak mudah hilang atau berubah(Hasan,

Yusuf Muhammad 1997, 10). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,

di lingkungan keluargalah pertama-tama anak mendapatkan pengaruh secara sadar, sebagai

tempat menimba ilmu bagi anak dan keluarga memiliki peranan penting sebagai peletak dasar

pola pembentukan kepribadian anak (Sujanto Agus, dkk 2006, 10).

Masa lima tahun pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan

fisik,psikis maupun intelegensi lainnya sehingga pada masa ini seorang anak harus

mendapatkan perawatan dan perlindungan yang insentif dari kedua orang tuanya. Suatu masa

ketika suatu fungsi tertentu dirangsang dan di arahkan maka perkembangan anak tidak akan

terhambat. Orang tua harus mampu menjaga anaknya dari hal – hal yang menyakiti atau

merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akhlaknya agar mampu berdiri sendiri menghadapi

hidup dan dapat memikul tanggung jawab sehingga dapat dikatakan, bahwa pengasuhan

sebaiknya sudah dilakukan sejak anak masih kecil supaya perkembangan anak tidak terhembat

13
dan anak akan tumbuh menjadi baik. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa lima

thun pertama, seluruh aspek perkembangan kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Oleh

karena itu orang tua harus memiliki peran penting ketika anak berusia lima tahun karena

pemgasuhan yang dilakukan oleh orang tua diawal kehidupan akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak dalm perkembangan berikutnya.

Idealnya kondisi dalam pengasuhan adalah ketika kedua orang tua (ayah dan ibu)

mengambil bagian dalam proses pendewasaan anak karena dari kedua orang tua mereka, anak-

anak akan belajar mandiri, baik melalui proses belajat sosial dengan modeling maupun proses

resiprokal dengan prinsip pertukaran sosial. Ayah dan ibu adalah pasangan yang datang dengan

latar belakang berbeda, perbedaan ini idealnya dapat saling melengkapi sehingga pasangan

akan menjalankan rumah tangga degna baik. Demikian pula dalm hal mengasuh anak, kedua

orang tua memberikan model yang berbeda dan lengkap bagi anak- anaknya dalam menjalani

kehidupan. Oleh karena itu, kerjasama dalam pengasuhan adalah hal yang sangat penting.

Orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan Pendidikan pertama kali

yang didapat dari anak adalah keluarga. (Djamarah Syaiful Bahri; 2004, 85) Pendidikan dalam

keluarga merupakan dasar dalam perkembangan pendidikan anak pada saat berikutnya. Maka

setiap perilaku anak mencerminkan dari sikap dan perilaku orang tuanya. Karena nantinya akan

berpengaruh terhadap perkembangan mental anak ingat bahwa ayah dan ibu merupakan

pendidik dalam kehidupan nyata. Maka jelaslah bahwa kewajiban orang yang sudah

berkeluarga tidak hanya terbatas pada lingkungan suami istri semata, tetapi masih mempunyai

14
kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan sebagai konsekuensinya dari hasil perkawinan yaitu

tugas dan kewajiban yang ada hubungannya dengan anak seperti tercantum dalam Undang-

Undang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 yang berbunyi: ”Suami adalah kepala rumah tangga dan

istri ibu rumah tangga”. Sebagai seorang kepala rumah tangga, maka seorang suami wajib

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (Abdullah Munir; 2010, 8)

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga masing-masing anggota keluarga harus

memfungsikan peranan masing-masing misalnya, Bapak difungsikan sebagai kepala keluarga

juga sebagai pencari nafkah, Ibu berfungsi mengelola kehidupan rumah tangga serta mengasuh

dan mendidik anak, anak laki-laki membantu ayah dan anak perempuan dapat membantu ibu.

Walaupun ayah yang bertugas untuk memimpin, membimbing dan melindungi, mencari

nafkah untuk anak dan istrinya, tapi juga ada ibu yang bekerja untuk membantu ayah mencari

tambahan dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, yang mana pada diri manusia

terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak

dicapai dan dipenuhinya. Demi mencapai tujuantujuan itu, orang terdorong melakukan suatu

aktivitas yang disebut dengan kerja. (Anoraga 2014, 11) Pekerjaan ayah dan ibu bermacam-

macam, misalnya ada yang menjadi petani, pedagang, pegawai negeri, guru, dosen, dokter,

karyawan, buruh, bidan dan lain sebagainya. Dan juga yang bekerja di sektor swasta seperti

pengusaha dan penjaga toko, selain itu ada juga yang bekerja di sektor jasa seperi sopir,

pemandu wisata dan sebagainya.

15
Upaya untuk menjadikan pribadi yang mandiri, memerlukan suatu proses atau usaha

yang dimulai dari melakukan tugas-tugas yang sederhana sampai akhirnya dapat menguasai

keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks dan lebih menantang, yang membutuhkan

tingkat penguasaan motorik dan mental yang lebih tinggi. Proses untuk membantu anak

menjadi pribadi mandiri memerlukan sikap bijaksana orang tua dan lingkungan agar anak dapat

terus termotivasi dalam meningkatkan kemandiriannya. Terbentuknya kemandirian pada anak

sangat dipengaruhi oleh peran orang tua. Untuk menjadi mandiri seseorang membutuhkan

kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga dan lingkungan di sekitarnya, untuk

mencapai otonomi atas diri sendiri. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan

sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya.

Pada masa anak-anak memiliki kemandirian yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha

makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain, memakai kaos kaki dan sepatu

sendiri, mandi dan berpakaian sendiri. (Fansen 2020, 6) Semakin dini usia anak untuk berlatih

mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai serta

ketrampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak.

Pembentukan kemandirian tersebut tidak luput dari peran orang tua yang berusaha dan

memberi pemahaman untuk melakukan kegiatan yang difikir anak mampu untuk mengerjkan

pekerjaan tersebut, maka anak akan dilatih untuk melakukannya sendiri.

Keluarga sangat penting dalam pembentukan kemandirian anak menarik perhatian penulis

untuk mengkaji peran orang tua sebagai pusat pengasuhan untuk menciptakan kemandirian

pada diri anak. Kegembiraan dan kebersamaan menjadi suatu barang mahal bagi keluarga.

16
Anak anak juga yang mengerti bagaimana cara orang tua berkomunikasi dan cara pengasuhan

kepada anak, ketika orang tua yang sama-sama bekerja diluar rumah dalam waktu yang cukup

panjang yaitu pagi sampai sore hari, jelas akan berdampak pada keadaan di dalam rumah,

khususnya yang berkaitan dengan pengasuhan. bagaimana orang tua yang tidak bisa

menghabiskan waktu luang di rumah bersama anak untuk membentuk kemandirian dalam diri

anak. Maka dari itu penulis ingin mengetahui apakah dengan orang tua yang pekerja anak dapat

melakukan hal hal kecil secara mandiri atau sebaliknya.

Berdasarkan pemaparan peneliti, siswa yang berada di TK Nuriadeen cendekia Desa

pondok udik, terdapat beberapa anak yang memiliki orang tua karir atau orang tua yang sama

sama kerja, tidak banyak dari siswa yang memiliki kemandirian yang pada usianya dinilai

belum cukup dikategorikan sebagai anak yang mandiri. Dalam artian mengerjakan hal hal kecil

yang seharusnya pada usianya siswa tersebut dapat melakukan sendiri, namun ada juga

beberapa siswa yang sudah bias melakukan hal hal kecil secara mandiri.

Dari paparan di atas maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti “Pola Asuh Orang Tua

Dalam Pembentukan Kemandirian Anak di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik”.

Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua karir dalam membentuk kemandirian anak.

B. Rumusan Penelitian

Bedasarkan latar belakang yang sudah di paparkan penulis ingin mengetahui:

1. Pola asuh orang tua karir dalam membentuk kemandirian anak

2. Pembiasaan yang dilakukan orang tua karir untuk membentuk kemandirian anak

17
C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana pola asuh orang tua karir dalam pembentukan kemandirian anak?

b. Apa saja pembiasaan yang orang tua lakukan untuk membentuk kemandirian anak?

D. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan penelitian dan tema yang menjadi focus kajian tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan tentang bagaimana pola asuh orang tua karir dalam membentuk

kemandirian anak

2. Mendeskripsikan tentang jenis jenis pembiasaan yang orang tua lakukan untuk

membentuk kemandirian anak

E. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh yang di gunakan orang tua karir

dalam membentuk kemandirian anak, karena yang kita tau bahwa orang tua karir jarang

memiliki waktu bersama anak, mungkin ada pembiasan khusus yang berbeda dari orang tua

orang tua lainya di luar sana.

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi lima bab secara rinci untuk mempermudah di antaranta sebagai berikut :

Bab 1 : pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

18
Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi tentang kajian teori, kerangka berpikir, dan tinjauan penelitian terdahulu

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini berkaitan dengan pendekatan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik

pengumpulan data, dan validasi data (validitas dan reabilitas data)

Bab IV : Hasil Penelitian

Bab ini membahas secara menyeluruh mengenai hasil pelaksanaan penelitian

Bab V : Penutup

Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan hasil pelaksanaan penelitian, dan

saran-saran yang enjadi penutup pembahasan penelitian ini

19
BAB II

KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI I

a. Pengertian Pola Asuh

Menurut kamus besar Indonesia pola berarti corak, model, system, cara kerja, bentuk

struktur yang tetap (Redaksi 2013, 1088). Asuh berarti mengasuh, menjaga, merawat,

memelihara, mendidik. Sehingga dapat diartikan pola asuh cara membimbing atau cara

memimpin.

Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berkomunikasi atau berhubungan dengan anak.

Sikap ini yang dapat dilihat dari berbagai sisi, anatara lain dari cara orang tua memberikan

perlakukan kepada anak, cara memberikan hadian dan memberi nasihat kepada anak, dan juga

cara orang tua memberikan perhatian kepada anak (Mahmud, Gunawan and Yulianingsih

2013, 150).

Pengertian pola asuh menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

Menurut Alfie Kohn mengatakan bahwa pola asuh adalah perlakukan dari orang tua

dalam memberikan perlindungan dan pendidikan pada anak mereka dalam kehidupan sehari

hari, serta bagaimana sikap orang tua dalam berhubungan baik dengan anak anak mereka

(Zizousari and Chan 2016, 14 - 15).

20
Menurut Sri Lestari pola asuh merupakan serangkaian sikap yang ditunjukkan oleh

orang tua kepada anak untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi antara orang

tua dan anak (Lestari 2012, 50).

Menurut Chabib Thoha mengatakan bahwa pola asuh adalah suatu cara terbaik yang

dapat di ambil orang tua dalam mendidik anak sebagai terwujudnya dan rasa tanggung jawab

kepada anak (Al-Tridhonanto and Agency 2014, 4).

Dengan beberapa pengertian di atas hal ini menunjukkan bahwa definisi dari pola asuh

orang tua adalah cara interaksi dan komunikasi antara kedua orang tua dengan anak yang

meliputi bagaimana orang tua memberikan kasih sayang terhadap anak, memberi nasihat

apabila anak melakukan kesalahan, orang tua mendukung keberhasilan anak, orang tua

memberlakukan peraturan kepada anak, mendidikan dan merawat, agar menjadi pribadi yang

bain dalam berprilaku.

b. Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua

Jenis dan model pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya akan

mempengaruhi kepribadian anak dalam proses perkembangannya. Sehingga kualitas dan

potensi anak untuk mengembangkan diri anak dapat berpengaruh dari pola asuh apa yang orang

tua terapkan kepada anak. Thomas Gordon menggolongkan pola asuh orang tua dalam tiga

pola, yaitu pola otoriter, permisif dan demokratis (Djamarah 2014, 28).

21
a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih membiasakan anak pada

peraturan, membiasakan anak dengan menuruti kehendak orang tua. Peraturan peraturan yang

di buat orang tua dan harus di turuti oleh anak. Pendekatan ini biasanya kurang responsif pada

hak dan keinginan anak. Anak lebih dianggap sebagai objek yang harus patuh dan menjalankan

aturan.

Orang tua yang menggunakan pola asuh ini mempunyai kekuasaan penuh yang menuntut

anak, sehingga kerap menghambat munculnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.

Komunikasi yang dilakukan lebih bersifat satu arah dan lebih sering berupa perintah, anak

sebagai objek kurang mendengar dan cendrung diam dan menutup diri. Anak melakukan

sesuatu karena memang sudah diatur sedemikian rupa, dan tidak berani berinisaiatif melakukan

sesuatu daripada disalahkan dan dimarahi.

Biasanya orang tua yang memiliki pola asuh seperti ini cenderung mengawasi anak dengan

ketat. Tidak terbuka kepada anak, sangat sulit menerima saran dari anak dan cenderung

memaksakan kehendak dalam perbedaan antara orang tua dan anak (Djamarah 2014, 60).

Cara mendisiplinkan melalui peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksa perilaku

yang dinginkan. Hukuman dalam pola asuh otoriter adalah hukaman berat, seperti hukuman

badan jika terjadi kegagalan memenuhi standar. Dalam pola asuh ini tidak ada hadiah ataupun

pujian karena itu dianggap kewajiban anak.

Ciri-ciri pola asuh otoriter sebagai berikut:

22
a. Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah

b. Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian

menghukumnya.

c. Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak

d. Orang tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat

satu arah

e. Orang tua cenderung memaksakan kedisiplinan

Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan aspek-aspek sebagai

berikut:

a. Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan cenderung memilah dan memilih

teman yang bergaul dengan anaknya

b. Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berbincang, mengeluh dan

mengemukakan pendapat. Anak harus menuruti kehendak orang tua tanpa peduli

keinginan dan kemampuan anak.

c. Orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun

diluar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuai dengan

keinginan anak.

d. Orang tua menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang

dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus

bertanggung jawab.

23
b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang bertolak belakang dengan polasuh otoriter,

orang tua mendidik anaknya dengan bebas, anak diberi kelonggaran seluasnya untuk

melakukan apa saja yang dikehendakinya. Orang tua yang memiliki pola asuh ini cenderung

mempunyai control yang lemah terhdap anak anaknya. Orang tua disini terlalu membiarkan

anak tanpa ingin tau apa yang di rasakan anak. Orang tua cenderung tidak menegur atau

memperingatkan apabila anak sedang dalam masalah atau bahaya. Dan orang tua juga hanya

memberikan sedikit bimbingan kepada anak.

Pola asuh permisif sering kali tidak menjelaskan persyaratan dan disiplin sedikit pun.

Anak-anak hanya dapat mengatur perilaku mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri.

Orang tua memberikan peraturan seadanya, dan gaya pengasuhan ini lemah dalam

mendisiplinkan anak. (Emmanuel, Sarah dkk 2018, 1)

Perilaku orang tua yang termasuk pola asuh permisif adalah sebagai berikut:

a. Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa adanya arahan dan membimbingan dari

orang tua

b. Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh

c. Mengutamakan kebutuhan material saja

d. Membiarkan saja apa yang dilakukan anak

e. terlalu memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-

peraturan dan norma-norma yang diberikan orang tua

24
f. Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga (Idris and Jamal

1992, 89-90).

Pola asuh permisif ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk

berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan

pengarahan kepada anak tanpa pertimbangan orang tua. Anak tidak mengerti apakah

perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan

anak, akibatnya anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah

hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.

Orang tua yang memiliki pola asuh permisif menerapkan pola asuhnya dengan aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Orang tua tidak perduli terhadap pertemanan dan persahabatan anaknya.

b. Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya. Jarang sekali

melakukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan.

c. Orang tua tidak menentukan norma-norma yang harus diperhatikan dalam bertindak.

d. Orang tua tidak perduli tehadap masalah yang dihadapi oleh anaknya.

e. Orang tua tidak perduli anaknya betanggung jawab atau tidak atas tindakan yang

dilakukannya.

25
c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang selalu mendahulukan kepentingan

bersama ditas kepentingan individu anak (Djamarah 2014, 61). Pola asuh demokratis adalah

pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, tetapi juga mengendalikan dan mengawasi

anak. Orang tua dengan pola asuh seperti ini bersikap rasional. Orang tua tipe ini juga bersikap

realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui

kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan pada anak untuk memilih

dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Orang tua memberikan kebebasan disertai rasa tanggung jawab, bahwa anak bisa

melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan yang lainnya. Pengawasan dan tuntutan

tanggung jawab dilakukan secara wajar. Orang tua juga mengarahkan aktivitas anak secara

rasional, sangat menghargai minat anak dan mendorong keputusan anak untuk mandiri Orang

tua yang menerapkan pola demokrasi ini menawarkan berbagai kehangatan dan menerima

tingkah laku agresif anak mengenai peraturan. Orang tua biasanya mendengar pendapat anak,

menjelaskan peraturan dalam keluarga serta nilai-nilai yang dianut dan mau bernegosiasi

dengan anak. Dengan aturan yang jelas dan konsisten, anak-anak belajar mengetahui apa yang

diinginkan dan diharapkan orang tuanya.

Orang tau yang memiliki pola asuh demokratis memiliki ciri- ciri yaitu:

a. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol pada diri anak.

b. Anak turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

26
c. Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.

d. Memprioritaskan kepentingan anak, tetapi juga mengawasi dan memberi peraturan

pada anak.

e. Menghargai kemampuan apapun yang di tekuni anak dan tidak berharap yang

berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

f. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melalukan suatu tindakan.

g. Pendekatan kepada anak bersifat hangat.

Penerapan pola asuh demokratis meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Orang tua menjadikan dirinya sebagi model panutan bagi anak.

b. Orang tua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.

c. Orang tua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

d. Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan yang

buruk.

e. Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak.

f. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan.

g. Orang tua hangat dan berupaya membimbing anak.

h. Orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan.

27
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Dalam pola pengasuhan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi serta

melatarbelakangi orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak

Menurut Hurlock, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua,

antara lain (Hurlock 1997, 234):

a. Tingkat sosial ekonomi

Orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah lebih bersikap hangat

di bandingkan orang tua yang berasal dari sosial ekonomi rendah.

b. Tingkat pendidikan

Latar belakang pendidikan orang tua atau tinggi rendahnya pendidikan orang tua

akan cenderung berbeda dalam menerapkan pola asuh terhadap anak. Dalam

mengasuh anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki pemahaman yang

lebih luas, sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan terbatas,

memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan

perkembangan anak sehingga kurang menunjukan pengertian dan cenderung akan

memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter

c. Kepribadian orang tua

Kepribadian Orang Tua termasuk bagaimana orang tua memperoleh pengalaman

mengasuh anak. Setiap orang tua berbeda dalam tingkat energi, kesabaran,

28
intelegensi, sikap dan kematangan. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi

kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan

bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap anak-anaknya.

d. Jumlah anak

Jumlah anak akan menentukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Orang tua

dengan banyak anak (keluarga besar) cenderung membesarkan mereka secara

berbeda. Sementara orang tua hanya memiliki sedikit anak, orang tua cenderung

lebih fokus membesarkan mereka.

B. KAJIAN TEORI II

1. Pengertian Orang Tua Karir

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang merupakan hasil

dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua

memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak anaknya untuk

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan

bermasyarakat.

Karena orang tua adalah pusat kehidupan bagi anak juga sebagai pengenal dengan alam

luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh pola

pengasuhan yang di beri oleh orang tua kepada anaknya. Jadi, orang tua atau ibu dan bapak

memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anak .

29
Karir adalah suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pengalaman maupun

aktivitas kerja selama rentang waktu pada kehidupan seorang individu serta merupakan

rangkaian aktivitas kerja berkelanjutan. Karir yakni kondisi yang dapat menunjukan adanya

peningkatan status kepegawaian seorang individu dalam organisasi sesuai dengan pekerjaan

yang sudah ditentukan oleh organisasi tersebut.

Karir merupakan kedudukan, rangkaian pekerjaan dan posisi yang pernah diduduki oleh

seseorang selama masa kerjanya. Karir dapat menunjukan peningkatan maupun perkembangan

pegawai secara individu pada suatu jenjang yang di capai selama masa kerjanya didalam

organisasi. Adapun beberapa contoh dari karir misalnya seperti pada tenaga pendidik: guru,

dosen, tutor, konselor dan lain-lain. Dan pada tenaga kependidikan seperti kepala sekolah,

administrasi, pengawas sekolah, pustakawan dan lain-lain. Karir yang dimaksudkan adalah

orangtua yang memiliki profesi di dalam maupun di luar rumah.

Keluarga karir ganda adalah sebuah keluarga dengan ayah dan ibu yang bekerja, biasanya

penuh waktu (full time). Pada keluarga ini, karir meliputi keterlibatan orang tua dalam

pengasuhan dan sukses di bidang pekerjaan. keluarga karir ganda tidak hanya dibedakan antara

pasangan karir ganda yang keduanya memiliki karir sebagai karyawan, tetapi juga pasangan

karir ganda yang keduanya memiliki karir di bidang yang sama ataupun berbeda (Putranti

2008, 47).

Dapat disimpulan maka orantua karir adalah orangtua yang berperan ganda, selain

menampilkan diri sebagai seorang ibu dan bapak rumah tangga, orang tua karir juga terikat

30
dengan pekerjaan lain, baik lapangan pekerjaan itu berlokasi didalam rumah itu sendiri maupun

diluar rumah. Mereka memiliki peranan dan tugas yang berbeda-beda ketika bekerja dan ketika

berada dirumah.

C. KAJIAN TEORI III

a. Pengertian Kemandirian

Kemandirian juga berasal dari kata “indenpendence” merupakan pengertian dari keadaan

seseorang yang tidak bergantung pada orang lain dan memiliki sikap percaya diri dalam

mengambil keputusan. Kemampuanuntuk mengelola segala sesuatu yang dimiliki, yaitu

mengetahui bagaimana mengatur waktu, berpikir mandiri, dan mengambil risiko serta

memecahkan masalah, yang disebut dengan kemandirian. Kemandirian adalah tentang menjadi

mandiri, menjadi kreatif dan mampu mandiri, yaitu memiliki kepercayaan diri.

Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan

akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian

berasal dari kata “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari

pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers di sebut

dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian (Desmita 2014, 185).

kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan sebuah kemampuan diri dalam

menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu

yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan

sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa mengabaikan lingkungan disekitarnya. Menurut

31
beberapa ahli “kemandirian” menunjukan pada kemampuan psikososial yang mencakup

kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh

lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhanya sendiri (Nurhayati 2011, 131)

Dapat disimpulkan bahwa Kemandirian adalah kemampuan mengambil keputusan sendiri

dengan atau tanpa bantuan orang lain, yang relevan, tetapi tidak menggantungkan diri kepada

orang lain, berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, percaya diri dalam mengatasi

tugas-tugas, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan.

b. Kemandirian Anak Usia Dini

Menurut pendapat para ahli di atas bahwa kemandirian anak usia dini harus dibangun

ketika usia keemasannya karena di saat usia keemas an itulah yang akan memudahkan bagi

orang tua dalam membimbingnya, disaat usia keemasan anak juga memiliki memori akan lebih

mudah menangkap informasi yang diberikan.

Kemandirian adalah potensi yang di harus di kembangkan pada anak usia dini. Karena

pada anak usia lima sampai enam tahun sudah harus mulai belajar memisahkan diri dari orang

tua, dengan artian mengerjakan pekerjaan pekerjaan kecil yang selayaknya anak bisa lakukan

sendiri, untuk memulai masuk kedalam lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan anak anak

di sekolah.

Menurut Diane Trister Dogde, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan

perilaku dan kemampuan anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab,

disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, dan mengendalikan emosi. Selanjutnya menurut Brewer,

32
kemandirian anak usia dini indikatornya adalah pembiasaan yang terdiri dari kemampuan fisik,

percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, dan mengendalikan

emosi (Martinis and Jamilah; 2019, 60).

Umumnya anak memasuki yang memasuki pendikan anak usia dini dan mulai diminta

untuk mengatasi ketergantungannya pada orang tua atau pengasuh. Anak-anak terbiasa

melakukan hal-hal kecil sendiri, seperti makan, memakai sepatu, pergi ke kamar mandi,

berpakaian, dan melakukan hal-hal kecil tanpa meminta bantuan orang tua atau orang lain.

Watkins percaya bahwa anak yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi sering kali

memiliki gaya belajar yang mandiri dan kreatif. Anak mandiri adalah anak kreatif yang

memiliki nilai-nilai penting dalam kehidupan pribadinya(Martinis and Jamilah; 2019, 64)

c. Ciri Ciri Kemandirian Anak Usia Dini

Ciri ciri kemandirian pada anak diantaranya mereka memiliki kecenderungan dan

kemampuan dalam memecahkan masalah kecil. Anak yang mandiri tidak takut dalam

mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan hasil sebelum berbuat. Anak yang mandiri

percaya terhadap penilaian sendiri, sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau meminta

bantuan. Anak yang mandiri memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kehidupannya.

Covey menegaskan bahwa kemandirian anak memiliki ciri-ciri, diantarnya:

a. Secara fisik mampu bekerja sendiri,

b. Secara mental dapat berpikir sendiri,

33
c. Secara kreatif mampu mengekspresikan gagasannya dengan cara yang mudah

dipahami

d. Secara emosional kegiatan yang dilakukannya dipertanggungjawabkan sendiri

(Steven R 1997, 39 - 39).

Masrun dkk, membagi kemandirian ke dalam lima komponen yaitu sebagai berikut:

a. Bebas, artinya bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak

tergantung pada orang lain.

b. Progresif, artinya berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana dalam

mewujudkan harapannya.

c. Inisiatif, artinya mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh

inisiatif.

d. Terkendali dari dalam, artinya mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu

mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya

sendiri.

e. Kemantapan diri (harga diri dan percaya diri), artinya mempunyai rasa percaya

terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari

usahanya. (Sa'diyah 2017, 37)

34
d. Aspek – Aspek Kemandirian Anak

Aspek-aspek kemandirian anak adalah sebagai berikut:

Kebebasan, merupakan hak asasi bagi setiap manusia, begitu juga seorang anak. Anak

cenderung akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dan

mencapai tujuan hidupnya, bila tanpa kebebasan. terwujudnya kemandirian seseorang dapat

dilihat dalam kebebasannya membuat keputusan.

Inisiatif, merupakan suatu ide yang diwujudkan ke dalam bentuk tingkah laku.

terwujudnya kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuannya untuk mengemukakan

ide, berpendapat, memenuhi kebutuhan sendiri dan berani mempertahankan sikap.

Percaya Diri, merupakan sikap individu yang menunjukkan keyakinan bahwa dirinya dapat

mengembangkan rasa dihargai. terwujudnya kemandirian anak dapat dilihat dalam

kemampuan untuk berani memilih, percaya akan kemampuannya dalam mengorganisasikan

diri dan menghasilkan sesuatu yang baik.

Tanggung Jawab, merupakan aspek yang tidak hanya ditujukan pada diri anak itu sendiri

tetapi juga kepada orang lain. Terwujudnya kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab

seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah

diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau

memisahkan antara kehidupan dirinya dengan orang lain di dalam lingkungannya.

35
Ketegasan Diri, merupakan aspek yang menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk

mengandalkan dirinya sendiri. Terwujudnya kemandirian seseorang dapat dilihat dalam

keberanian seseorang untuk mengambil resiko dan mempertahankan pendapat meskipun

pendapatnya berbeda dengan orang lain.

Pengambilan Keputusan, dalam kehidupannya anak selalu dihadapkan pada berbagai

pilihan yang memaksanya mengambil keputusan untuk memilih. Terwujudnya kemandirian

seorang anak dapat dilihat di dalam kemampuan untuk menemukan akar permasalahan,

mengevaluasi segala kemungkinan di dalam mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta

kesulitan lainnya, tanpa harus mendapat bantuan atau bimbingan dari orang yang lebih dewasa.

Kontrol Diri, merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosialnya, baik dengan mengubah tingkah laku atau menunda tingkah laku. Dengan kata lain

sebagai kemampuan untuk mengontrol diri dan perasaannya, sehingga seseorang tidak merasa

takut, tidak cemas, tidak ragu atau tidak marah yang berlebihan saat dirinya berinteraksi dengan

orang lain atau lingkungannya (Sa'diyah 2017, 38-39).

Dari penjelasan dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga aspek atau bentuk

kemandirian anak usia dini yaitu: kemandirian fisik, kemandirian emosional dan kemandirian

sosial. Kemandirian secara fisik dalam konteks keterampilan hidup yaitu apabila anak sudah

dapat melakukan hal-hal sederhana dalam rangka merawat dirinya tanpa perlu bantuan orang

lain. Seperti makan, minum, berpakaian dan buang air dapat dilakukannya sendiri.

Kemandirian emosional ketika anak mampu mengatasi perasaannya sendiri khususnya

36
perasaan negatif seperti takut dan sedih dan anak juga dapat merasa aman dan nyaman dengan

dirinya sendiri tanpa harus didampingi orang lain di sekitarnya. Kemandirian sosial ditandai

dengan kemampuan anak, bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya, misalnya dapat

dengan sabar menunggu giliran, dapat bergantian ketika bermain. Anak mampu berinteraksi

dengan anak lain ataupun dengan orang dewasa.

e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Menurut Santrock (Santrock 2003, 145-220) faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian dan membentuk kemandirian adalah:

1. Lingkungan.

Lingkungan keluarga (internal) dan masyarakat (eksternal) akan membentuk

kepribadian seseorang termasuk kemandirian.

2. Pola Asuh.

Peran dan pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai

kemandirian seorang anak.

3. Pendidikan.

Dalam pendidikan juga sangat penting dalam perkembangan terbentuknya

kemandirian pada diri seseorang yakni yang pertama Interaksi social. Interaksi sosial

melatih anak menyesuaikan diri dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan

sehingga diharapkan anak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dan yang

ke dua Intelegensi. Intelegensi merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

37
proses penentuan sikap, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah serta

penyesuaian diri.

Faktor – Faktor yang dapat mempengaruhi pembentukkan kemandirian anak menurut

Hasan Basri (Basri 1996, 53)

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber dari dalam diri anak

itu sendiri, seperti keadaan keturunan dan keadaan tubuhnya sejak dilahirkan

dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor Peran Jenis Kelamin, secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak jelas

perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya. Dalam perkembangan

kemandirian, anak laki-laki biasanya lebih aktif dari pada anak perempuan.

b) Faktor Kecerdasan atau Intelegensi, anak yang memiliki intelegensi yang tinggi

akan lebih cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir,

sehingga anak yang cerdas cenderung cepat dalam membuat keputusan untuk

bertindak, disertai dengan kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko

– resiko yang akan dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat

kemandirian anak, artinya semakin tinggi intelegensi seorang anak maka

semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya,

38
c) Faktor Perkembangan, kemandirian akan banyak memberikan dampak yang

positif bagi perkemangan anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajarkan

kemandirian sedini mungkin sesuai denag kemampuan perkembangan anak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula

dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi anak sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadiannya, baik dalam segi-segi negatif

maupun positif. Biasanya jika lingkungan keluarga, sosial dan masyarakatnya baik,

cenderung akan berdampak positif dalam hal kemandirian anak terutama dalam

bidang nilai dan kebiasaan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. Faktor

eksternal terdiri dari:

a) Faktor Pola Asuh, untuk bisa mandiri seseorang membutuhkan kesempatan,

dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan sekitarnya, untuk itu

orang tua dan respon dari lingkungan sosial sangat diperlukan bagi anak untuk

setiap perilaku yang telah dilakukannya.

b) Faktor Sosial Budaya, merupakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi perkembangan anak, terutama dalam bidang nilai dan

kebiasaankebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, termasuk pula

dalam hal kemandiriannya, terutama di Indonesia yang terdiri dari berbagai

macam suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang beragam.

39
c) Faktor Lingkungan Sosial Ekonomi, faktor sosial ekonomi yang memadai

dengan pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung

perkembangan anak-anak menjadi mandiri.

3. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

A. Akmal Janan Abror “POLA ASUH ORANG TUA KARIR DALAM MENDIDIK

ANAK”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang

bagaimana bentuk pola asuh orang tua karir di keluarga Sunaryadi dalam mendidik anak.

Di dalam keluarga ini mendidik anak dengan pola asuh demokratis, hal ini dapat dilihat

dari segi memberi peraturan, pengarahan, hukuman otoritas dan perhatian kepada anak.

Peraturan yang di berikan seperti peraturan belajar, peraturan mengikuti privat, peraturan

tidur, peraturan bermaian, peraturan ibadah, peraturan menonton televise, dan praturan

uang saku. Peraturan yang diberlakukan tidak kaku, diusahakan didialogkan dan di

tunjukan untuk kepentingan anak. Penghargaan yang diberikan berupa pujian dan hadiah

atas apa yang dilakukan. Hukuman yang diberikan berupa hukuman psikis yaitu dengan

memarahinya, melarang pergi ke Jember dan mendiamkannya. Hukuman diberikan ketika

secara sadar menolak melakukan apa yang di harapkan. Perhatian yang di berikan berupa

pemberian sandang, pangan dan papan, mengajak berdialog dan berpartisipasi, mengajak

bercerita, pembiasaan positif dan pemberian keteladanan. Pemberian otoritas menekankan

pada usaha menyelaraskan kepentingan orang tua dengan kepentingan anak, kebebasan

pendapat, memberi kritik atau saran, kesalagan selalu di bombing dan diperbaiki bukan

dihukum sewenang wenang.

40
B. Sasha Dwi Purwanti “POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBANGUN

KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI PADA KELAS A DI RA MIFTAHUL JANNAH

KOTA RANTANG KECAMATAN PARAN PERAK”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk meningkatkan kemandirian, rasa bertanggung jawab anak anak, dan meningkatkan

kesadaran orang tua dalam memberikan pola asuh yang baik dan cocok bagi anak. Hasil

penelitian dan pembahasan serta analisisnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, terdapat tiga pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-

anak mereka pada kehidupan sehari-hari. Pola asuh tersebut antara lainpola asuh otoriter,

pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Kedua, pengaruh pola asuh dalam

membentuk perilaku kemandirian yang dimiliki anak dengan pola asuh otoriter pada Ryan

antara lain, lebih pendiam, membutuhkan bantuan guru dalam menulis, termasuk anak

yang mandiri, namun tidak percaya diri. Dan perilaku kemandirian pada Fadlan dengan

pola asuh otoriter antara lain: aktif, mandiri, cepat dalam mengerjakan tugas, namun tidak

percaya diri pada hasil kerjanya sendiri. Sedangkan perilaku kemandirian anak

berdasarkan pola asuh demokratis yang dimiliki oleh Rara yaitu: mandiri, bertanggung

jawab akan tugasnya, aktif, dan ceria, dan perilaku kemandirian denagn pola asuh

demokratis juga dimiliki oleh Permata antara laim memiliki perilaku kemandirian yang

sedikit pendiam, mandiri, mampu menyelesaikan tugasnya walau terkadang meminta

bantuan dari guru. Dan perilaku kemandirian anak berdasarkan pola asuh permisif Rifqi

antara lain: Suka mencari perhatian, kurang antusias dalam belajar, susah diatur, mudah

menangis jika keinginannya tidak terpenuhi, dan tidak mau mengerjakan tugasnya sendiri.

41
C. Rindiya Eka Nurprikhatin “KEMANDIRIAN ANAK DITINJAU DARI POLA ASUH

ORANG”. Tujuan dari penelitia ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

kemandirian anak ditinjau dari pola asuh orang tua di kecamatan Petarukan. Ada

perbedaan kemandirian anak ditinjau dari pola asuh orang tua di Kecamatan Petarukan

Kabupaten Pemalang. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis termasuk

kategori tinggi yang memiliki anak kemandirian lebih baik dengan kemandirian lebih baik

dibanding orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Orang tua yang

menerapkan pola asuh otoriter termasuk kategori sedang yang memiliki anak dengan

kemandirian lebih baik dibanding orang tua yang menerapkan pola asuh permisif termasuk

kategori rendah.

D. Fika Lutfiana “PERAN ORANG TUA KARIR DALAM PENDIDIKAN AKHLAK

ANAK”. Penelitain ini bertujuan untuk menganalisis hasil peranan orang tua karir dalam

mendidik akhlak anak. hasil penelitian yang telah penulis lakukan bahwa orangtua karir

telah memberikan pendidikan akhlak anak dengan cara; ketekunan, keteladanan, nasehat,

perhatian, menanamkan rasa optimis dan tanggungjawab terhadap anak. Bahkan dalam

keadaan pandemi yang mengharuskan orangtua mendampingi anak ketika belajar

menggunakan gadget, para orangtua dapat mengatur waktu dan membagi peran. Metode

orangtua karir dalam memberikan Pendidikan Akhlak kepada anak yaitu, metode

keteladanan, metode ceramah, metode dialog, metode pembiasaan, praktik langsung, dan

juga metode hukuman. Sebagian orangtua memilih metode hukuman untuk memberikan

efek jera kepada anaknya, sebagian juga memilih untuk tetap bersikap lembut dan

42
memberikan pengertian secara bertahap kepada anakanaknya. Hasil peran orangtua karir

di Dusun Bungkus Tengah menggambarkan bahwa sebagian anak yang orangtuanya sibuk

bekerja mampu bersaing dengan anak-anak lain, mereka memiliki akhlak yang baik, sopan

santun, pengetahuan keagamaan yang cukup, lancar membaca alqur’an, dan bahkan

beprestasi dibidang akademik. Namun sebagian anak juga memiliki karakter atau watak

yang keras namun masih dalam batas wajar. Hal tersebut dikarenakan pola asuh dan

perlakuan yang diberikan dari masing-masing orangtuanya.

43
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah kualitatif. Yaitu penelitian

yang di kenal dengan istilah natutaristic inquiry atau inkuiri ilmiah. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian mesalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain – lain dengan cara deskripsi

dalam membentuk kata kata (Moleong 2004, 6).

Metode penelitian kualititatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk menjawab

masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa narasi yang bersumber dari aktivitas

wawancara, pengamatan, pengalian dokumen. Untuk dapat menjabarkan dengan baik tentang

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan dalam suatu proposal

dan/atau laporan penelitian diperlukan pemahaman yang baik tentang masing-masing konsep

tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa jenis penelitian sampai dengan pengecekan

keabsahan temuan yang dituangkan dalam proposal dan laporan penelitian telah sesuai dengan

kaidah penulisan karya ilmiah yang dipersyaratkan (Dr. Wahidmurni 2017, 1).

Ciri – ciri dominan kualitatif adalah bersifat deskriptif (Amiruddin and Asikin 2004, 25),

sumber data langsung berupa situasi alami, lebih mementingkan makna ketimbang hasil,

makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian. Dan penelitian yang

dilakukan adalah penelitain lapangan atau studi kasus (Azwar 1999, 8).

44
B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di TK Nuriadeen Cendekia, Desa Pondok Udik Kecamatan

Kemang Kabupaten Bogor. Alasan lokasi tersebut di pilih oleh peneliti karena memudahkan

akses penelitian terhadap partisipan. Waktu penelitian pengamatan dilaksanakan pada bulan

Januari sampai bulan Juni 2022.

Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan terhitung sari bulan Januari sampai

dengan Juni dengan time schedule sebagai berikut:

Tabel 3.1
Waktu Penelitian

No Uraian Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pra penelitian

2. Pembuatan proposal

3. Sidang proposal

4. Perbaikan proposal

45
5. Pelaksanaan
penelitian/pengumpul
an data dan informasi
6. Pengelolaan data dan
penyusunan
7. Pengempurnaan hasil
skripsi
8. Sidang skripsi

C. Deskripsi Penelitian

Dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pengumpulan data, penganalisis, dan

sebagai pencipta penelitian. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen yang kuat untuk

melakukan penelitian.

Posisi peneliti dalam melaksanakan proses penelitian, ikut terlibat dalam pengambilan data

melalui berbagai macam informan dan kemudian peneliti ikut serta mengamati proses

penelitian di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten

Bogor.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data melalui sumber informasi untuk

mendapatkan data yang valid dalam penelitian adalah sebagai berikut:

46
1. Siswa di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor.

2. Orang tua siswa di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena

pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang telah

dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan (Tanzeh 2004, 28).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan observasi dan wawancara.

i. Observasi

Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,

penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk

menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,

objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi

dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk

menjawab pertanyaan penelitian.

Beberapa bentuk observasi, yaitu:

1. Observasi partisipasi

Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

47
pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian

informan.

2. observasi tidak terstruktur,

Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa

menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan

3. observasi kelompok.

Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim

peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian (Buagin

2007, 115 - 117).

ii. Wawancara

Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek

penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa

saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada

hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara

mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,

merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah

diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

terdapat dua jenis wawancara, yakni:

48
i. wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali

informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan

kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman

pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan

dilakukan berkalikali

ii. wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan

kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda

dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan,

yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan

yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau

peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada

bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku (Yunus

and Sabari 2010, 358).

3) Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat

fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil

rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen

seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.

Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen

tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.

49
F. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.2

Kisi Kisi Instrumen Penelitian

No. Aspek – Aspek Indikator Sumber Teknik

1. Pola asuh orang tua karir Orang tua yang Orang tua wawancara

dalam pembentukan memiliki Pola asuh anak

kemandirian anak demokratis

Orang tua yang Orang tua wawancara

memiliki Pola asuh anak

permisi

Orang tua yang Orng tua anak wawancara

memiliki Pola asuh

otoriter

Pembiasaan yang Pembiasaan yang di Orang tua wawancara

diberikan kepada anak lakukan oleh orang anak

tua kepada anak

2. Kemandirian anak Kemandirian anak Orang tua Wawancara

ketika di rumah anak dokumentasi

50
Kemandirian anak Wali kelas Wawancara

ketika di sekolah anak dokumentasi

G. Teknik Analisis Data

Analisis data disebut juga pengolahan dan penafsiran data. Analisis data merupakan upaya

mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan

bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna (Muhajir 1996, 104).

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan

sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual

penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti.

Reduksi data meliputi: meringkas data, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-

gugus.

51
2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan,

matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi

yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan

untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya

melakukan analisis kembali.

3. Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terusmenerus selama berada di

lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari arti

benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.

Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi

kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat

menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan itu juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara: (1) memikir ulang selama

penulisan, (2) tinjauan ulang catatan lapangan, (3) tinjauan kembali dan tukar pikiran

antarteman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, (4) upaya-

52
upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data

yang lain.

H. Validasi Data (Validitas dan Reliabilitas Data)

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

uji transferability (validitas eksternal), uji dependability (reliabilitas), dan uji confirmability

(obyektivitas). Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran dari proses penelitian.

Validitas data dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam

menarik kesimpulan:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai

kejenuhan pengumpulan data tercapai. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan

dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

2. Ketekunan atau Keajegan

Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Kemudian

peneliti menelaahnya secara terperinci sampai pada suatu titik sehingga pada

pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang sudah dipahami.

53
BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Nuriadeen Cendekia beralamatkan di Kampung Hambulu RT 01/07 Desa

Pondok Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, dari Yayasan Hajimasmun. TK

Nuriadeen Cendekia memiliki satu kelas A dan dua kelas B, dengan distribusijam

belajar dimulai pukul 08.00 – 11.00 WIB.

1. Visi Misi dan Tujuan

A. Visi

“Tempat Persemaian Generasi Unik yang Mandiri dan Berkarakter”

B. Misi

1. Menjadi sekolah terbaik dalam menemukan dan melesatkan potensi anak.

2. Menjadi sekolah terdepan dalam mendidik generasi yang mandiri.

3. Menjadi sekolah terunggul dalam pembentukan karakter anak.

C. Tujuan

a. Membangun dan membentuk nilai – nilai karakter sejak dini melalui

pembiasaan.

b. Menumbuh kembangkan sikap kemandirian melalui kegiatan pembiasaan

dan kegiatan autenteik .

c. Menstimulus dan melesatkan minat bakat sejak dini.

54
d. Meningkatkan IPTEK dan IMTAK.

e. Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih

tinggi.

2. Kurikulum Pembelajaran

TK Nuriadeen Cendekia Tahun Ajaran Baru perdananya (TA. 2021/2022)

menggunakan KURIKULUM 2013 yang prinsip dasarnya adalah:

1. Belajar melalui bermain.

2. Berorientasi pada perkembangan anak.

3. Berorientasi pada kebutuhan anak.

4. Berpuasat pada anak.

5. Pembelajaran aktif.

6. Berorientasi pada penilaian karakter

7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup.

8. Didukung oleh lingkungan yang kondusif.

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kelompok bermain PAUD/TK

Nuriadeen Cendekia kita sebagai berikut:

1. Bermain/permainan

2. Bercerita/mendongeng

3. Bermain peran

4. Pengelompokan

55
5. Petualangan

3. Keunggulan

a. Pengenalan nilai–nilai religius (nilai – nilai agama), sehingga terbentuk pribadi

yang Unggul, Tangguh dan Beraklaq Mulia.

b. Program Kegiatan Belajar TK NURIADEEN CENDEKIA meliputi Program

Kegiatan Kurikuler dan Program Kegiatan Ekstra Kurikuler. Kedua Program

ini dalam implementasi pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Sentra Bermain Aktif yang berisi berbagai variasi kegiatan Bermain Sambil

Belajar yang merupakan ciri dari Kelas Berpusat Pada Anak (Child Oriented).

c. Kegiatan Belajar Mengajar Ramah Anak berbasis pembangunan dan

pengembangan karakter, dengan mengintegrasikan semua mata pelajaran

dengan nilai-nilai religius dan norma–norma sosial (Pendidikan Berbasis

Karakter).

d. Pengenalan hak dan kewajiban anak sejak dini, sehingga anak mampu

mengenali hak dan kewajibannya serta belajar melindungi diri sendiri.

e. Pengenalan Sains pada anak yang bertujuan untuk melatih kreatifitas anak dan

memancing anak agar ampu berfikir serta mengeluarkan pemikiran nya sesuai

imajiansi dan mengembangkan wawasan anak untuk lebih luas lagi dalam

memperoleh pemahamannya.

56
f. Penganalan Bahasa Indensia dan Bahasa Inggris sejak dini, sehingga akan

sangat membantu ketika anak memasuki jenjang Sekolah Dasar.

g. Pengenalan nilai–nilai ke Indonesiaan (Nasionalisme dan Patriotisme)

sehingga anak–anak akan mengenali bangsa dan negaranya, sehingga akan

tumbuh dan berkembang rasa cinta tanah air dan bangsanya sejak dini.

4. Fasilitas

a. Sarana Prasarana;

 2 Ruang belajar yang memadahi.

 Tempat bermain (memanfaatkan lapangan sekolah yang cuckup luas

sehingga anak bisa leluasa bergerak dan berlari

 Fasilitas bermain in door & out door

 1 ruang guru yg cukup luas sehingga bisa di pakai untuk 3 meja guru dan

rak tempat berkas berkas sekolah dan buku siswa

b. Kegiatan Outdoor (Ekstra Kurikuler)

 Manasik haji

 Porseni tingkat kecamatan

 Rekreasi

 Outbond

57
c. Jumlah siswa

Untuk saat ini jumlah siswa TK NURIADEEN CENDEKIA berjumlah 43 anak

didik yang terdiri dari 11 siswa kelompok A dengan rincian 9 siswa laki laki 3

perempuan dan kelompok B sebanyak 32 anak, dengan rincian 12 siswa laki laki

dan 20 siswa perempuan.

d. Jumlah Guru dan Staf

 Zahrotun Nisa, S.Pd Kepala Sekolah

 Hastika Nurrahma, S.Pd Wali Kelas Kelompok B

 Turmiati, S.H Guru Pendamping Kelompok B

 Nabila Maulida Megapertiwi, S.Pd Walikelas Kelompok A

 Fhadilah Puspasarie Tata Usaha

B. Temuan Penelitian

Pada hasil temuan penelitian ini, peneiti focus membahsan pada pola asuh orang tua

karir yang di terapkan orang tua kepada anak, perilaku kemanirian pada siswa TK

Nuriadeen Cendekia. Dalam penelitian ini, terdapat enam anak dari TK Nuriadeen

Cendekia yang merupakan objek penelitian. Tiga anak laki laki dan tiga anak

perempuan.

58
1. Pola Asuh Yang Diterapkan Orang Tua Pada Anak TK Nuriadeen Cendekia

Dalam Keluarga

Ruang lingkup keluarga adalah ruang lingkup yang mempunyai fungsi

pembentukan kemandirian anak. Tidak terlepas juga peran orang tua dalam

membangun prilaku mandiri, dengan beberapa pola asuh yang diterapkan kepada orang

tua dalam membentuk kemandirian anak.

Berdasarkan hasil observasi wawancara pada tanggal 29 Mei 2022 dengan datang

langsung ke kediaman ibunda Syahdan, yang notabenenya berkerja di pabrik obat

bagian sebagai uji layak edar dan papanya yang berkerja sebagai ojek online,

melakukan didikan terhadap Syahdan memakai pola asuh demokratis. Haltersebut

berlandaskan wawancara yang dilakukan kepada kedua orang tua Syahdan, hasilnya

sebagai berikut:

“saya akan melakukan yang terbaik untuk apapun yang anak saya inginkan, dengan

syarat ia mau melakukan hal hal positif untuk dirinya sendiri, saya tidak pernah

memaksakan anak saya untuk melakukan apa yang saya mau kecuali anak saya

memang menginginkannya, saya memang memerintah anak saya, namun tidak dengan

paksaan misalkan, merapihkan tas sepulang sekolah, pergi ke kamar kecil sendiri,

namun tetap dengan awasan sang bunda, saya akan meberikan peringakatan ketika

Syahdan tidak melakukan printah saya, namun hanya dengan gertakan kecil saja,

karena sebatas gertakan sedikit saja Syahdan langsung menurutinya, semua yang saya

59
lakukan demi kebaikan Syahdan kedepannya, syahdan juga bukan tipikal anak yang

selalu meminta hal hal yang berlebihan, dia akan meminta barang barang yang memang

dia mau dan membutuhkan, dan saya akan menurutinya selagi dia membutuhkan

barang tersebut, kecuali satu hal yang saya tegaskan, saya tidak memperbolehkan

Syahdan bermain dengan teman teman yang disekitar rumah, karena anak anak yang

berada dilingkukan ini memiliki prilaku yang terlalu kasar untuk seusianya, seperti

bahasa dan tingkah lakunya, kecuali jika bundanya libur bekerja, sayhdan

diperbolehkan untuk bermain keluar dengan awasan bundanya, karena saya tau

lingkungan sangat berpengaruh dengan anak saya, jadi lebih baik sayhdan bermain

degan teman yang ada disekolah. Dirumah juga Syahdan dibiasakan oleh saya dengan

mencuci kaki dan tangan setelah pulang sekolah dan pulang bermain, pembiasaan

lainnya seperti merapikan mainan yang telah Syahdan gunakan, setelah makan

dibiasakan juga untuk meletakan piring di tempat cucian piring, dengan adanya

pembiasaan tersebut Syahdan diajarkan untuk mempunyai rasa tanggung jawab.

Syahdan juga di biasakan untuk sholat, bagaimana berdoa dan meminta kepada

ALLAH dengan bahasa dan sikap yang baik. Namun satu hal yang saat ini masih saya

dan bunda Syahdan biasakan dan ajarkan kepada Syahdan, yaitu belajar untuk berbagi

barang atau makanan yang Syahdan punya, karena Syahdan masih belum mengerti

bagaimana baiknya berbagi dengan orang lain”.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tua dari Syahdan selalu

memberikan dorongan penuh kepada anak-anaknya supaya anak bisamemiliki

60
pertumbuhan dan perkembangan secara baik. Orang tua mengharapkan anak-anaknya

menjadi anak yang mempunyaitingkah laku mandiri yang baik supaya dapat

membangun kedisiplinan dirinya sendiri untuk persiapan dimasa yang akan datang.

Pada keluarga Syahdan, orang tua Syahdan lebih demokratis yang selalu

mementingkan kepentingan bersama anatara orang tua dan anak.

Lain dengan Syahdan, hasil dari wancara yang dilakukan dengan ibu dan ayah Alif

yang penulis lakukan di kediaman pada tanggal 1 Juni 2022 yang keduanya berprofesi

sebagai guru sekolah menengah pertama dan sekolah menengah kejuruan, keduanya

mengatakan bahwa:

“Alif dari usia dua tahun anak yang mandiri, makan dan minum sendiri, bahkan

ketika saya mengandung anak kedua yaitu adik Alif, ketika saya meminta tolong

mengambilkan minum Alif mau menolong saya, buang air kecil sendiri, hanya saja

untuk buang air besar masih saya dampingi, bermain juga seperti itu, alif bermain tidak

seperti anak lain di luar sana yang lupa waktu, tidak pulang atau sebagainya, Alif akan

pulang sendiri semaunya dia kapan mau pulang, dan saya tidak pernah melarang Alif

bermain dengan teman temannya, terkadang juga Alif tidak mau bermain di luar, karena

ketika saya berada di rumah Alif akan lebih ingin bermain dengan saya, dengan

perilaku dia yang manja kepada saya, karena ketika saya libur saya juga pasti

meluangkan waktu untuk bermain dengan Alif, dan memanjakannya, karena saya fikir

tidak ada waktu selain saya ledang beribur mengajar, Alif juga cenderung lebih manja

kepada ayahnya daripada ibunya, terkadang ketika saya merasa tidak sabar menghadapi

61
Alif, dan saya tidak sengaja berbicara dengan nada yang tinggi, ayahnya yang selalu

mengingatkan, untuk memakai nada yang pelan, ayah Alif memang memanjakan Alif,

namun tidak dalam semua hal, memanjakan dan juga melakukan prilaku tegas kepada

Alif, seprti kewajiban Alif mengaji, belajar dan hal hal yang biasa Alif harus kerjakan

sendiri, semua yang di lakukan saya dan ayah Alif semata mata demi kemadirian Alif

dan kepercayaan dia kelak ketika dewasa, Alif juga merupakan tipe anak yang sering

meminta yang aneh aneh, seperti mainan dan lain sebagainya, ayahnya akan

mengiyakan, namun dengan syarat, misalkan Alif rajin mengaji, ketika sudah

mendapatkan timbal balik, baru ia akan menagih kepada ayahnya, dan ayahnya akan

memberikan hadiah yang dijanjikan”

Peneliti mengetahui Alif merupakan anak yang mandiri di rumah, namun

terkadang memang harus selalu ingin di manjakan oleh kedua orang tuanya, orang

tuanya juga memanjakan dalam artian apapun yang dilakukan oleh Alif selagi itu baik

dan menunjang kebaikanya di masa akan datang. Orang tuanya juga tidak menekankan

Alif harus melakukan apa yang mereka mau. Apapun yang Alif mau akan diberikan

hanya saja ada timbal balik bagi Alif akan diberika oleh orang tuanya.

Sama halnya dengan Alif, Cahaya yang merupakan anak yang periang namun

sangant mudah sekali suasana hatinya berbah, merupakan anak dari seorang ibu yang

bekerja sebagai guru sekolah menengan ke atas, dan ayah yang mempunyai usaha

bengkel otomotif, memili sikap yang manis, namun juga pendiam. Dalam wawancara

62
yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 juni 2022, kedua orang tuanya

mengatakan bahwa:

“Cahaya anak yang sangat mandiri ketika di rumah, mampu memimpin dan

mendampingi sang adik yang hanya berselisih satu tahun, karena Cahaya sudah tau

bahwa dia adalah seorang kakak dan berkewajiban menjaga dan mengayomi sang adik,

ketika di rumah adiknya membutuhkan sesuatu, maka Cahaya dengan inisiatifnya

membantu sang adik, contoh kecilnya, ketika adiknya ingin pergi ke kamar mandi,

maka Cahaya akan menemani, semua hal hal kecil di rumah selagi dia bisa

melakukannya sendiri dia tidak akan meminta bantuan kepada orang yang lebih

dewasa, kebiasaan yang biasa Cahaya lakukan seperti biasa, membereskan mainan

yang telah ia gunakan, merapikan tas setelah pulang sekolah, Cahaya anak yang sangat

mandiri saat berada di rumah, ketika dia bermain di luar rumah memang saya batasi,

boleh main di luar namun dengan awasan saya, Cahaya memang anak yang suka

bermain, namun apabila main diluar rumah, Cahaya tidak terlalu tertarik, ia akan lebih

menghabiskan waktu bermain di dalam rumah bersama sang adik, karena menurut dia

bermain bersama adiknya lebih seru dari pada bermain di luar rumah. Saya juga bukan

merupakan orang tua yang memaksakan target kepada Cahaya, terlebih di bidang

akademiknya, saya akan lebih menghargai usaha yang ia lakukan dari pada hasil dari

belajar Cahaya. Dan ketika Cahaya melakukan kesalahan, tentu saja saya akan memberi

nasihat, namun ketika Cahaya memang benar benar tidak bisa di berinasihat, saya akan

mengancam, hanya dengan itu Cahaya akan menuruti kata orang tuanya. Pembiasaan

63
yang biasa saya terapkan dalam mendidik Cahaya biasanya membaca doa sebelum dan

sesudah mengerjakan sesuatu, bertanggung jawab merapikan mainan yang telah ia

gunakan dan bersikap baik terhadap adiknya.”

Peneliti dapan penyimpulakan Cahaya merupakan anak yang mandiri ketika berada

di rumah, bahkan bisa di bilang sangat mandiri karena ia mampu menemani dan bahkan

mengantar sang adik melakukan hal hal kecil. Dan pola asuh orang tuanya juga yang

menjadikan anak yang mandiri, dengan memberikan pengertian bahwa ia adalah

seorang kakak yang mampu menjaga dan membantu sang adik

Bikha adalah anak yang lucu dan selalu bersemangat ketika berangkat ke sekolah,

namun semangatnya hanya di satujam pertama sekolah setelahnya terkadang ia akan

merasa bosan dan ingin segera pulang, Bikha yang merupakan anak dari ibu yang

bekerja sebagai marketing rumah dan sang ayah sebagai dibidang analisis kimia

merupaka anak yang mandiri ketika di sekolah namun terkadang berubah menjadi

pemalas ketika di sekolah, lain di sekolah lain juga di rumah, mennurut wawancara

yang dilakukan oleh peneliti bersama orang tua Bikha pada tanggal 10 juni 2022

mengatakan bahwa:

“Bikha anak yang mandiri dirumah, pergi ke kamar mandi sendiri, makan sendiri,

bahkan Bikha sudah bisa pergi ke tempat pengajian sendiri, namun memang ada

beberapa saat Bikha berubah menjadi anak yang manja, karena Bikha mempunyai adik

yang masih balita, jadi ia merasa bahwa rasa kasih sayang yang di berikan orang tuanya

64
terbagi antara dia dan adiknya, namun di sisi lain Bikha sangat sayang kepada adiknya,

semisal saya sedang masak, Bikha dengan senang hati menjaga adiknya, ketika adiknya

tertidur di beri olehnya selimut, dan bahkan Bikha mengajak adiknya bermain dengan

mainan yang dia punya, namun memang terkadang Bikha malas untuk merapikan

mainan yang telah ia gunakan, padahal saya sudah memberi Bikha nasihat, dan bahkan

ancaman jika memang benar benar Bikha tidak mau mendengarkan, ancaraman

sederhana seperti jika ia tidak merapikan mainannya, maka mami tidak akan

memberikan jatah untuk bermain, dengan begitu Bikha bisa menuruti. Jika Bikha

melakukan kesalahan apalagi membuat saya dan papinya kecewa, maka saya akan

memberitahukan ke padanya bahwa apa yang ia perbuat adalah hal yang salah, dan

Bikha harus berjanji tidak akan mengulangi lagi, dan meminta maaf dengan tulus,

dengan begitu Bikha tidak akan mudah untuk meremehkan sesuatu hal dan akan

menghargai sesuatu. Soal apa yang selalu di minta oleh Bikha, kami tidak selalu

memberikan apa yang ia minta, bahkan sampai menangispun tidak akan saya berikan,

karena akan menjadi kebiasaan, ketika meminta dia akan mengeluarkan jurus andalan

yaitu menangis dan orang tua akan memberikan apa yang dia minta, saya tidak

menginginkan Bikha seperti itu, apabila Bikha menangis, saya akan mendiamkannya

terlebih dahulu, membiarkan dia lupa dengan sendrinya tentang apa yang ia minta.

Pembiasaan yang saya terapkan kepada Bikha yaitu, membiasakannya untuk

memasukan bekal kedalam tas yang telah saya siapkan sebelumnya, membaca doa

sebelum dan setelah makan. Pembiasaan yang saya tekankan adalah bertanggung jawab

65
dengan barang barang yang telah ia gunakan, namun Bikha belum mempunyai rasa

tanggung jawab yang besar, sehingga pembiasaan tersebut terkadang di abaikan oleh

Bikah, namun selalu ditekankan oleh saya agar Bikha mengetahui dan memahami rasa

tanggung jawab tersebut”.

Peneliti mengetahui bahwa orang tua sudah membisakan Bikha dengan kegiatan

kegiatan rumah yang melatih kemandirian anak, salah satu caranya dengan meminta

tolong untuk menjaga adik, dan juga terbiasa pergi ke kamar mandi sendiri untuk buang

air kecil, kebiasan lain juga yang di berikan adalah tidak membiasan Bikha membeli

jajanan sembarangan, orang tua akan menyediakan snack di rumah. Selain itu orang tua

Bikha ingin anaknya mempunyai rasa tanggung jawab, untuk melatik rasa tanggung

jawab yaitu dengan cara membiasakan Bikha dengan merapikan barang barang yang

telah ia gunakan.

Jessi adalah anak yang mandiri menurut kedua orang tuanya, giatan sehari hari di

rumah dapat ia lakukan dengan sendirinya, hal ini dinyatakan oleh orang tua Jessi yang

melakukan wawancara bersama peneliti, pada tanggal 13 juni 2022 orang tua Jessi

mengungkapkan bahwa :

“Jessi anak yang mandiri ketika di rumah, karena dikarenakan saya meninggalkan

Jessi dirumah dan sudah terbiasa sendiri, atau memang ketika ada kegiatan yang

menurutnya adalah pekerjaan berat ia akan meminta tolong kepada kakaknya, karena

Jessi juga di rumah bersama kakaknya, sehingga ketika kami bekerja Jessi aman

66
bersama kakaknya, Jessi juga bermain bersama teman teman yang ada di sekitar rumah,

namun terkadang lupa dalam waktu pulang dan dijemput, namun tidak jarang juga

pulang sendiri tanpa dicari, namun di usia Jessi yang sekarang, Jessi sangat

memberikan pertumbuhan yang menurut kami membanggakan, seperti membantu

merapikan rumah, dapat mengambil makan sendiri, dan tentu saja dapat makan sendiri

tanpa harus di beri suapan, namun ada didalam diri Jessi yang menurut kami harus kami

hilangkan yaitu sikap kurang percaya dirinya, seperti tampil di depan banyak orang

kepercayaan dirinya hilang seketika, karena ia merasa malu, dan itu merupakn PR bagi

kami orang tua bagaimana cara untuk miningkatkan kepercayaan dirinya. Jessi juga

anak yang peka, ketika Jessi merasa melakukan kesalahan ia akan lanngsung meminta

maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi apa yang ia lakukan, dan menurut kami itu

adalah sebuah hal yang membanggakan bagi anak seusia Jessi, dan kami akan

mempertahankan hal tersebut, kami juga sebagai orang tua mengetahui apa yang

diinginkan anak, dan kebutuhan anak, jadi kami sangat menimbang dengan sangat apa

yang di butuhkan oleh Jessi, tidak selalu menuruti apa yang dia minta, namun apabila

yang diminta merupakan kebutuhannya, maka kami akan sebisa mungkin untuk

memberikannya. Pembiasaan sederhana yang biasa kami berikan kepada Jessi hanya

meletakan piring setelah ia makan ke tempat pencuci piring, merapikan mainan yang

telah ia gunakan”

Aisyah adalah anak mungil cantik, yang terkadang sedikit kesal ketika datang ke

sekolah karena bangun kesianagan, hal ini di kemukakan oleh orang tua Aisyah melalui

67
wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama orang tua dari Aisyah pada tanggal

17 juni 2022 menyatakan bahwa

“Kami mempunyai jadwal yang tidak tetap, terkadang sama terkadang juga

berberbeda, kami jarang memiliki waktu libur yang sama, waktu dengan Aisyah pun

juga sangat sedikit karena terkadang berangkat pagi, pulang malam, terkadang kami

pulang Aisyah sudah tertidur, Asiyah Ketika dirumah bersama nenek dan kakaknya,

waktu kami bersama Aisyah hanya ketika kami sedang berlibur kerja, sejauh ini Aisyah

anak yang suka dengan hal hal kecil yang ia bisa lakukan sendiri, bahkan sampai

merapihkan kasur tempat ia tidur, dan tanpa sepengetahuan kami, perkembangan

Aisyah yang kami awasi sangat minim, sehingga kami tidak mengetahui Aisyah sudah

bisa ini dan itu, saya (ibu) juga terkadang sering memarahi Aisyah, apabila ia

melakukan kesalahan, saya memarahi bukan karena saya tidak sayang anak, namun

saya beranggapan jika dengan memarahi Aisyah, Aisyah akan patuh kepada saya, dan

itu terbukti. Apabila Aisyah bermain bersama teman temannya di luar rumah, saya juga

membebasakan Aisyah dengan siapa dan sampai jam berapa, namun Ketika jam

mengaji Aisyah sudah harus di rumah. Selagi Aisyah nyaman bersama teman temannya

saya tidak akan mengganggunya, saya juga lebih suka anak saya bermain di luar rumah,

karena ketika bermain dirumah Aisyah lebih menghabiskan waktunya dengan

handphone, jadi saya lebih suka memerintah Asiyah bermain di luar rumah, Aisyah

juga selain bersekolah ia juga mengaji, mengaji sudah biasa ia berangkat sendiri dan

pulang sendiri, tanpa diantar dan di jemput, terkdang juga berjalan bersama dengan

68
temannya, Aisyah memang bukan anak yang manja meminta ini dan itu, dan saya juga

tidak memanjakan Aisyah dengan memberi apa yang ia mau, hanya saja ketika saya

berada di rumah, mulailah Aisyah bertingkah dengan segala cara untuk menarik

perhatian saya. Saya juga tidak mempunyai pembiasaan yang saya berikan kepada

Aisyah untuk melatih kemandiriannya, karena menurut saya Aisyah sudah mempunyai

kemandirian yang bagus di usia dia yang saat ini, namun tetap saya akan memberikan

hadiah ketika Aisyah melakukan yang membuat kami bangga”.

Peneliti menyimpulkan bahwa orang tua Aisyah, membebaskan Aisyah melakukan

apa yang anak lakan dengan sesuka hati anak, karena orang tua tidak ingin mengganggu

kesenangan yang dimiliki oleh anak, memberi kebebasan tentang apa saja yang dipilih

dan hal hal yang ia ingin lakukan, karena orang tua Aisyah menginginkan Aisyah

mengetahui berbagai hal dengan memberi Aisyah kebebasan dalam bermain dan

berpendapat.

2. Perilaku Kemandirian Anak Saat Di Rumah

Berdasarkan dari hasil obserasi wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama orang

tua dan anak anak siswa TK Nuriadeen Cendekia, peneliti mendapati prilaku – prilaku

kemandirian pada anak saat di rumah diantaranya adalah:

a) Syahdan (responden 1)

Syahdan merupakan anak yang telah berusia 6 tahun, orang tuanya mengatakan

bahwa “Syahdan sudah bisa melakukan hal hal kecil dengan sendiri, seperti buang

69
air kecil sendiri, mandi meskipun tidak jarang ditemani, namun dalam buang air

besar, Syahdan masih belum bisa sendiri, sebenarnya Syahdan bisa buang air besar

sendiri, namun Syahdan memiliki rasa jijik ketika harus duduk di closet duduk, jadi

Syahdan menggunakan pemres saat buang air besar, menggunakan pemres hanya

ketika ingin buang air besar, namun selebihnya Syahdan sudah bisa sendiri,

meskipun terkadang selalu diingatkan, makan sudah terbiasa sendiri tanpa harus di

berisuapan, menggunakan celana dan baju dalam sendiri, namun ketika

menggunakan baju sendiri sedikit kesusahan, sehingga masih dibantu untuk

menggunakan baju, namun terkadang Syahdan susah untuk berbagi barang atau

makanan yang ia punya, masih perlu di beri pengertian tentang pentingnya

berbagi”.

b) Alif

Alif kakak dari dua adik yang masih kecil, mempunyai orang tua yang keduanya

berprofesi sebagai guru dan ketika orang tuanya pergi bekerja Alif bersama

pengasuhnya, menurut sang ibu mengatakan bahwa “ Alif merupakan anak yang

tergolong mandiri, karena di rumah ada banyak orang, dengan inisiatifnya sendiri

Alif membantu saya dalam merapihkan rumah, terkadang menjaga adiknnya yang

masih kecil, namun itu juga di lakukan dengan suasana hati yang bagus, Alif

sebenarnya sudah mandiri dalam hal berpakaian, namun kegiatan berpakaian itu

bisa membuatnya telat pergi ke sekolah, dengan kata lain Alif mampu

menyelesaikan kegiatannya tersebut, namun dengan waktu yang sangat lama, jadi

70
saya terkadang sudah takut karena dia akan terlambat kesekolah, alhasil saya

membantunya dalam berpakaian, ketika ia membuang air besar juga seperti itu, Alif

ketika ingin membuang air besar memang ia akan pergi sendiri ke kamar mandi,

namun beberapa saat kemudian ketika kegiatannya sudah usai, ia akan memanggi

saya, lalu saya yang membersihkannya, ada beberapa hal yang harus di hilangkan

dari sikap Alif, yaitu pelupa, pelupa dalam segala hal sekecil apapun ia akan lupa,

seperti meletakan kaus kakinya dimana, meletakan mainan dimana, dan bahkan

ketika ingin berangkat ke sekolahpun ia melupakan tasnya”.

c) Cahaya

“Cahaya kakak yang baik” begitu penuturann sang ibu. menurut sang ibu Cahaya

adalah anak yang manis dan cinta sekali kepada keluarganya, hal ini disampaikan

memalui wawancara peneliti bersama kedua orang tua Cahaya “Cahaya adalah

seorang kakak yang baik, terlebih dari selisih usia keduanya yang di bilang

sangatlah sedikit, yang sudah di anggap sebagai teman sendiri, ketika di rumah

Cahaya lebih menyukai menghabiskan waktunya bersama adiknya di rumah, di

rumah mengerjakan pekerjaan rumah namun pekerjaan yang kecil, seperti

membereskan mainan yang telah ia dan adiknya gunakan secara bersamaan, tentu

saja pekerjaan itu merupakan tanggung jawabnya dan sang adik, ketika memang

sang adik tidak mau membantunya, ia akan menegur dan menasihatinya, tidak

hanya itu Cahaya juga sudah terbiasa melakukan hal hal yang ia inginkan sendiri,

seperti, mandi sendiri, memakai baju sendiri, pergi buang air sendiri, dan bahkan

71
ketika adiknya memerlukan bantuan untuk ke kamar mandi, Cahaya akan

mengantarkannya ke kamar mandi”

d) Bikha

berdasarkann hasil wawancara dan quisioner bersama orang tua Bikha mengatakan

bahwa “Bikha sebenarnya anak yang mandiri ketika di rumah, sudah dapat pergi ke

kamar mandi sendiri, dapat pergi dan pulang mengaji sendiri tanpa ditemani, Bikha

juga mempunyai adik balita, yang selalu ingin mengajak adiknya bermain, ketika

saya sedang ke kamar kecil, atau sedang memasak, Bikha dengan senang hati akan

menjaga adiknya, ketika hari weekend Bikha akan mengajak adiknya pergi

berkeliling dengan menggunakan kereta dorong, yang tentu saja di temani oleh

saya, jiwa kakak dalam diri Bikha sudah mulai tertanam, meskipun terkadang Bikha

memiliki rasa isi terhadap adiknya, namun setelah di beri pengertian bahwa Bikha

juga dulunya sama seperti adiknya, keiriannya mulai mereda, ada beberapa hal

yang terkadang membuat Bikha memiliki rasa malas, seperti meletakan setelah ia

makan, mainan yang telah ia gunakan, ketika rasa malasnya sudah timbul, untuk

merayu dan membujuknya sangatlah susah”.

e) Aisyah

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan peneliti bersama orang tua asiyah

menyatakan bahwa “Aisyah bisa melakukan apa saja di rumah dengan sesuka hati

dia, bermain bersama teman diluar rumah dengan sesuka hati, namun juga tidak

lupa pulang ke rumah. pergi mengaji sendiri, pergi mengaji saja sendiri, terlebih

72
dengan hal hal kecil di rumah, semuanya sudah terbilang sangat mandiri, mandi

sendiri, mengambil dan mengenakan baju sendiri, makan sendiri, hampir semua

dapat dilakukan sendiri, meskipun segala hal dapat ia kerjakan sendiri, Asiyah

teteplah anak mama yang manja, jika saya dan ayahnya libur berkerja, Aisyah selalu

melakukan segala sesuatu untuk memancing perhatian kami berdua, entah

bernyanyi, entah menari, semua dilakukan untuk menarik perhatian kami, dan

ketika itulah waktu yang tepat untuk bermain denggan Aisyah”.

f) Jessi

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti bersama orang tua Jessi

mengatakan bahwa “Jessi dirumah manja, namun di balik manjanya ketika kami

mintanya tolong untuk mengerjakan sesuatu ia idak pernah menolak, karena di

rumah juga kami memiliki usaha warung, Jessi juga ikut serta dalam menjaga

warung, namun tidak dengan hal menghitung dan mengembalikan uang belanjaan,

hanya ketika ada orang datang untuk berbelanja, Jessi akan menggail kakak atau

saya jika saya sedang ada di rumah, Jessi juga melakukan kebiasan sehari hari juga

dengan sendirinya, seperti pergi ke kamar mandi sendiri, mandi sendiri, mengambil

makanan dan makan sendiri, merapikan alat makan yang telah ia gunakan, namun

ketika benar benar pekerjaan itu berat untuknya, Jessi akan meminta tolong kepada

kakaknya, karena di rumah Jessi bersama kakanya. jika bermain di luar rumah pun

Jessi tidak lupa waktu, dan akan pulang dengan sendirinya jika memang menurut

dia sudah waktunya untuk pulang dan istirahat”.

73
3. Perilaku Kemandirian Anak Saat di Sekolah

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti perilaku kemandirian yang dimiliki siswa TK

Nriadeen Cendekia sangat beragam, dan berdasarkan hasil observasi penulis yang terjun

langsung di sekolah dan wawancara penulis dengan ibu Nabila pada tanggal 2 Juni 2022

mengungkapkan bahwa perilaku anak sebagai berikut :

“Syahdan merupakan anak yang tergolong dengan speech delay yaitu keterlambatan

berbicara, jadi sedikit kesusahan untuk melakukan komunikasi dengan Syahdan, dan harus

benar benar menyimak apa yang Syahdan katakana, untuk awal awal Syahdan masuk ke

sekolah melakukan hal hal kecil susah untuk di lakukan sendiri, dan harus di bimbing

dengan guru pendamping, karena Syahdan berkomunikasi dengan teman sebaya dan

gurunya masih kesusahan, dan di bidang akademik juga Syahdan masih kurang, seperti

masih belum mengerti huruf dan angka, dan bahkan Syahdan ketika di beri kertas dan

pencil dia menolak, dan sama sekali tidak menyentuh, dan selalu ingin didampingi, namun

Syahdan masih bisa mendengarkan printah dari gurunya tanpa adanya elakan misalkan,

meletakan sepatunya di rak, merapihkan mainan yang sudah ia digunakan, maneruh tas

pada tempatnya, perintah perintah kecil seperti itu masih bisa di lakukan dan di kerjakan

dengan benar. Namun ketika ke kamar mandi masih harus di damping. Setelah beberapa

bulan Syahdan berada di sekolah, Syahdan sudah mulai ingin mengikuti kata perintah dari

gurunya, semisal mengerjakan kegiatan pembelajaran seperti menebali huruf, memberi

warna diatas gambar, Syahdan sudah mulai dapat mengerjakan hal tersebut dengan

perlahan”.

74
Dari sini sudah jelas Syahdan masih harus didampingi dan dilatih lagi untuk melakukan

hal hal kecil yang menunjang kemandiriannya. Dibalik speech delay yang dimiliki syhdan,

ia mampu megerti apa yang diperintah oleh sang guru dan dia akan melaksanakan itu tanpa

adanya penolakan sebelumnya, Syahdan juga merupaka anak yang penurut, hanya saja

perlu pendampingan yang sangat.

Karakter kemandirian dari Syahdan sudah mulai terlihattetapidapat ditingkatkan lagi

dan dibutuhkan pendampingan lebih dari orang tua maupun guru supayadapat lebih

percaya diri terhadap diri sendiri dan menjadi lebih baik, karena karakter mandiri pada

seorang anak dapat ditingkatkan sejak usia dini supaya terbiasa dengan sikap

kemandiriannya sampai dewasa.

Menurut wawancara yang telah dilakukan bersama guru TK Nuriadeen Cendekia

memaparkan bahwa sifat kemandirian yang dimiliki siswa siswa berbeda beda seperti

halnya Bikha, ibu Nabila menyampaikan

“Bikhaadalah anak yang sangat ceria, tidak ada rasa malas ketika pergi ke sekolah,

hanya saja kadang Bikha itu lupa harus meletakan sepatu di rak, meletakan tas di

tempatnya, sehingga harus sering di ingatkan, dalam hal akademin Bikha juga mengenal

dengan huruf abjad dan angka, Bikha adalah tipe anak yang mudah bosan dalam

mengerjakan hal, dalam megerjakan kegiatan dikelaspun Bikha masih belum ingin

mengerjakannya sampai tuntas, pasti diselangi dengan bercanda dan bermain terlebih

dahulu, ataupun menggambar hal hal yang tidak sesuai dengan yang ada dikertas evaluasi,

75
dan dalam hal merapikan mainan yang sudah ia gunakan juga masih belum mengerti, dan

belum bisa merapikannya sendiri, terkadang apabila diberitahu masih lari kesana kesini,

dan masih perlu di beri pengertian mengenai rasa tanggung jawab”

Dari sini kita mengetahui bahwa Bikha belum mengerti apa itu pengertian dari rasa

tanggung jawab atau hal mandiri,dan tentusaja itu merupakan tantangan dan keharusan bagi

guru maupun orang tua Bikha, untuk melatih kemandiriannya, karena kemandirian sangat

penting bagi masadepannya nanti.

Wawancara yang dilakukan bersama ibu Nurul pada tanggal 6 Juni 20202 yang

bertempatkan di TK Nuriadeen Cendekia tentang Alif yaituuu

“Alif anak yang aktif dan terkadang susah untuk di atur, ketika ada kegiata praktik

sholat Alif tidak mengikutinya, dan terkadang tidak bisa diam dan tidak memperhatikan

ketika guru sedang menerangkan, namun dibalik dalam kedisiplinan Alif merupakan anak

yang disiplin, datang kesekolah tepat waktu, meletakan spatu ke rak, dengan mandiri pergi

ke kamar mandi dengan sendirinya, namun dari sikap Alif yang mandiri ada sisi Alif yang

pelupa, ketika itu pernah Alif datang ke sekolah dan lupa dengan membawa tas sekolahnya,

saat pulang lagi untuk mengambil tasnya, Alif sudah tidak ingin pergi ke sekolah karena

suasana hatinya sudah tidak baik lagi, namun dalam hal kemandirianmengenai academic

Alif sangat cerdas dan kritis, segala sesuatu yang ia belum ketahui akan ia tanyakan sampai

dengan ke akar akarnya, sampai ia menapatkan jawaban yang menurunya masuk akal,

mengerjakan kegiatan kegitan belajar dengan sendiri sampai dengan selesai”

76
Lain halnya dengan Aisyah ibu nurul mengatakan bahwa

“Aisyah anak yang mandiri, sangat mandiri, bisa di dalam semua hal, hal hal kecil yang

sudah biasa dilakukan setiap harinya bisa dilakukannya sendiri, kegiatan pembelajaran,

memiliki rasa tanggung jawab yang baik, namun terkadang memiliki sikap manja dari anak

anak yang lain, ia inginn merasa di beri perhatian lebih, terlebih ketika ia sudah melakukan

kegiatan belajarnya pasti ia langsung memberitahukan kepada gurunya agar ia mendapat

pujian lebih, tida sering juga Aisyah berubah menjadi anak yang ingin mencari perhatian

saya dan guru guru yang lainnya, dalam hal apapun contohnya seperti Aisyah tiba tiba

berdam diri di pojok kelas, tidak ingin mengerjakan kegiatan yang berada di kelas, ketika

di tegur oleh saya saat itulah Aisyah mau untuk menerjakan kegiatan kegiatan di kelas, jadi

pada intiya Aisyah ingin lebih diperhatikan oleh saya, dan ternyata setelah saya

menanyakan kepada guru yang lainya Aisyah memiliki sikap yang selalu ingin

diperhatikan, terkadang Aisyah selalu terdiam ketika teman temannya bermain, padahal

Aisyah adalah anak yang memiliki banyak teman disekolah, karena dia selalu ingin

mendapatkan rasa perhatian lebih entah dar teman atau dari guru dan saya sendiri sebagai

wali kelas Aisyah”

Dari pernyataan tersebut peneliti mengetahui sikap Aisyah yang telah mandiri, dalam

hal academic di kelas maupun sikap sosialnya, namun disisi lain Aisyah memiliki sikap

yang selalu ingin diperhatikan, dan menjadi pusat perhatian sang guru dan juga teman

temannya. Sama halnya dengan Aisyah, Jessica merupakan anak yang mandiri, ibu nurul

menjeaskan bahwa :

77
“Jessi itu adalah anak yang sangat disiplin, datang ke sekolah pagi pagi sebelum

temannya datanng, hanya di antar oleh kakaknya dia akan berjalan sendiri dari gerbang

masuk ke sekolah menuju kelas dan menyapa gurunya terlebih dahulu, bahkan tanpa di

suruh pun Jessi merapikan tas yang ia bawa, membuang sampah pada tempatnya merapikan

mainnya yang telah ia gunakan, mengerjakan kegiatan pembelajaran dengan sendiri, Jessi

memang anak yang pemberani, namun kepercayaan dirinya seperti bercerita di depan

teman temannya ataupun bernyanyi di depan teman temannya dia masih kurang percaya

diri, namun selalu saya tegaskan bahwa percaya diiri itu penting, terlebih Jessi merupakan

anak yang memiliki suara indah, sangat sayang apabila bakatnya tidak dikembangkan”

Berbeda dengan Jessisca, Cahaya merupakan anak yan ceria begitu yang di sampaikan

pada wawancara yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 7 Juni 2022 di TK Nuriadeen

Cendekia oleh bu mia bahwa:

“Cahaya itu merpakan anak yang ceria di pagi hari dan keika pulang sekokah, mengapa

demikian karena kadang ia dihantui oleh rasa yang mudah berubah, kadang memiliki

suasana hati yang ceria, jadi semua pekerjaan yang gurunya sampaikan ia akan

melakukannya dengan tuntas dan senang, berbalik ketika suasanaya hatina sedang buruk,

ia akan memilih berdiam sendiri dari pada harus bermain dengan teman temannya, tetapi

Cahaya merupakan anak yang mandiri, dalam hal apapun di sekolah, hanya saja itu

tergantung dengan suasana hatinya baik atau tidak”

78
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa menjaga suasana hati anak sangatlah penting,

karena ketika suasana sudah tidak bagus, maka semuanya akan hancur, hal itu juga

dilakukan oleh para guru untuk selalu menjaga suasana hati siswanya untuk selalu riang

gembira.

C. Pembahasan

1. Pola Asuh yang di Terapkan Orang Tua di Tk Nuriadeen Cendekia

Seperti yang sudah tertulis dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk

mendeskripsikan bagaimana pola asuh yang di terapkan orang tua karir dalam

pembentukan kemandirian pada anak, untuk mengetahui perilaku kemandirian pada

siswa di TK Nuriadeen Cendekia serta menguraikan bagaimana pembiasaan yang

diberikan oleh orang tua karir pada anak. Dalam hal ini penulis akan menganalisis dua

aspek utama. Pertama, menganalisis pola asuh yang digunakan orang tua karir dalam

pembentukan kemandirian pada anak. Kedua, menganalisis jenis jenis pembiasaan yang

orang tua lakukan untuk membentuk kemandirian anak.

Hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti di lapangan dapat disimpulkan bahwa

terdapat orang tua yang menggunakanduajenis pola asuh, yaitu pola asuh demokratis dan

pola asuh permisif.

79
a. Pola Asuh Demokratis yang Diterapkn Oleh Orang Tua di TK Nuriadeen

Cendekia

Pada pola asuh demokratis, orang tua memberikan keleluasaan kepada anak

untuk berdiskusi dan berdialog, memperhatikan dan menghormati hak-hak anak.

Selanjutnya orang tua dari pola asuh demokratis memberikan penjelasan dengan

mencantumkan bagaimana anak akan terpengaruh, tentunya orang tua dengan jelas

memberikan dan dipahami oleh anak. Temuan dari observasi dan wawancara tentang

bentuk pola asuh demokratis dan rekaman dengan informan memiliki aturan yang jelas

dan mengharuskan anak untuk memberikan timbal balik kepada anak dengan cara yang

mudah dipahami, tanpa ada paksaan dari orang tua.

Beberapa orang tua yang memiliki pola asuh demokratis yaitu memberi keluasan

sang anak untuk bermain namun selalu diawasi karena tidak ingin sang anak

mendapatkan pengaruh buruk dari teman bermainnya, seperti orang tua Cahaya, dan

Syahdan. Beberapa orang tua lainnya yang memberikan anaknya hadiah sebagai

capaian yang sudah tercapai, sebagai rasa bertererimakasih orang tua karena sang anak

telah mencapai yang telah orang tua inginkan, dengan memiliki tujuan anak memiliki

motivasi untuk mengerjakan sesuatu dengan sendiri, semisal orang tua Alif yang akan

mmberi barang yang alif inginkan setelah capaian yang diinginkan orang tua tercapai.

Selain memberikan hadiah sebagai pecapaian anak yang telah dicapai, orang tua

yang memiliki pola asuh emokratis juga memberi hukuman, namun hukuman yang di

80
berikan merupakan hukuman yang telah disetujui oleh orang tua dan anak, hal ini

diterapkan oleh orang tua Bikha, peneliti menemukan pada orang tua Bikha bahwa,

Bikha akan di beri hukuman dilarang bermain dengan mainan yang sebelumnya ia

gunakan namun tidak diletakan kembali pada tempatnya, karena orang tua

menginginkan Bikha menjadi anak yang mandiri dalam hal kecil maupun besar, dan di

mulai dari pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dengan cara merapikan mainan

yang telah ia gunakan ke tempat asalnya. Hukuman yang di berikan juga bukan

hukuman yang dapat melukai fisik anak, hukuman yang digunakan merupakan

hukuman ringan yang membuatnya jera, dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

b. Pola Asuh Permisif yang Diterapkn Oleh Orang Tua di TK Nuriadeen

Cendekia

Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memilikigaya orang tua sangat tidak

terlibat dalam kehidupan anak. Anak beranggapan bahwa beberapa hal yang berada

dalam hidup orang tua mereka lebih penting dari pada anaknya sendiri. Orang tua tidak

menetapkan batasan bartasan tingkah laku dan cenderung membiarkan anak

menerjakan sesuatu yang menurut keinginannya sendiri. Orang tua yang memiliki pola

asuh ini tidak memiliki control terhadap anak.

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan oleh peneliti yaitu orang tua yang

memberlakukan pola asuh permisif pada anak anak mereka sepertihal nya yang

dilakuka oleh orang tua Aisyah, yakni memberikan kebebasan Aisyah bermain dengan

81
siapa saja, dan tidak diberi target untuk pulang jam berapa, selagi Aisyah menyukainya

orang tuanya tidak akan mengganggu apa yang Aisyah lakukan. Ketika Aisyah

melakukan kesalahan memang diberi cibiran namun setelah itu tidak diberi saran atau

nasihat tentang kesalahan yang anakperbuat, dengan seperti itu anak tidak mengetahui

apa kesalahan yang anak perbuat dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk

memperbaiki kesalahan yang telah anak lakukan.

2. Pembiasaan Pola Asuh dalam Membetuk Kemandirian Anak

Pembiasaan pola asuh dalam membentuk kemandirian pada pribadi anak akan

sangat berdampak padakarakterkemandirian anak ketika di kehidupan sehari – hari, berikut

pembiasaan pola asuh untukkarakter mandiri anak usia dini di TK Nuriadeen Cendekia:

a. Pola asuh demokratis

Anak yang diberikan pola didik demokratis dapat memberikan dampak pada

anak anak sehinggakemandirian dapat terbentuk, dapat menjaga diri, memiliki

hubungan yang baik dengan teman temannya, serta dapat memecahkan persoalan yang

anak alami ketika di sekolah maupun di rumah, memiliki kepercayaan diri yang tinggi,

anak yang mendapatkan pola asuh demokratis cenderung berhati hati dalam bertindak,

karena orang tua selalu memberi pengertian dan dampak yang akan di terima ketika

melakukan sesuatu dengan sembarangan dan ceroboh.

Hal ini berbanding lurus dengan yang didapatkan peneliti pada Alif, Jessi,

Cahaya, dan Syahdan, juka Bikha dimana mereka termasuk anak yang dapat

82
mengerjakan seluruh pekerjaan sendiri dengan baik dan tidak bergantung kepada orang

lain utamanya guru dan orang tua, namun di sisi lain mereka akan melibatkan perasaan

dan kondisi hati yang terkadang baik dan terkadang juga buruk, tetapi hanya bersifat

temporer.

Prilaku yang ditunjukan oleh Jessi, Cahaya dan Syahdan saat berada di kelas,

memeperlihatkan sikap anak yang dapat mencapaiseluruh kebutuhannya sendiri tanpa

bergantung pada orang lain termasuk teman sebaya dan guru. Prilaku yang ditunjukan

oleh Alif, dan Bikha dikelas yaitu mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di

dalam kelas, namun memang terkadang suasana hati mereka susah untuk ditebak, entah

karena hal kecil yang membuat suasana hati mereka menjadi tidak baik, dan

berpengaruh atas pekerjaan mereka ketika berada di sekolah. Namun ketika dibujuk

dan di berikan pengertian tentang tanggung jawab mereka, suasana hati mereka akan

membaik Kembali, dan menyelesaikan pekerjaan mereka yang berada di dalam kelas.

Prilaku kemandirian anak tersebut merupakan hasil dari pola asuh orang tua

demokratis yang mengutamakan pada komunikasi antar anak dan kedua orang tua.

Keduanya memiliki komunikasi yang sejajar, yaitu orang tua memberikan pengertian

kepada anak dan orang tua selalu menerima apa yang anak ungkapkan kepada orang

tua, keduanya saling memahami satu sama lain.

Pada umumnya prilaku orang tua yang memiliki pola asuh demokratis

menunjukan ekspresi penuh cinta dan selalu menanggapi apa yang anak ceritakan.

83
Orang tua akan memberi kebebasan namun disertai pengawasan yang tidak

menyudutkan anak, serta mampu mengembangkan pola komunikasi yang baik terhadap

anak. Orang tua yang memiliki pola asuh demokratis ini juga mendukung cita-cita dan

kegiatan yang diminati oleh anak. Serta melakukan diskusi tentang pembatasan

pembatasan yang diberikan kepada anak dengan persetujuan, diukur dan

diimplementasikan secara kuatnamun memiliki hukuman yang diberikan juga tidak

keras, namun dapat membuat anak juga jera.

b. Pola asuh permisif

Orang tua yang memiliki pola asuh permisif cenderung menimbulkan

pribadi anak yang kurang baik dan memberikan dampak negative seperti anak

cenderung memiliki permasalahan emosi yang susah untuk di control, lebih suka

merengeh ketika hal yang ingin ia gapai tidak tercapai, seperti pekerjaan pekerjaan

yang dikelas sulit untuk ia lakukan, maka ia lebih memilih merengek untuk

meminta pertolongan.

Pada pola asuh ini, peneliti menemukan pada diri Aisyah, kemandirian yang

berada dalam diri Aisyah sudah cukup bagus, kemandirian yang berada di rumah

maupun di sekolah, namun terkdang pada diri Aisyah memili sifat yang selalu ingin

menjadi pusat perhatian, dengan contoh perlakuan Aisyah sewaktu di sekolah,

ketika ada kegiatan didalam kelas, ia akan memilih untuk menjauh dari teman

teman dan merenung sendiri, seolah memberikan hal yang membuat guru

84
memusatkan perhatian hanya kepadanya seorang. Dan ketika diberi nasihat oleh

guru lebih sering tidak memberikan respon.

Hal tersebut dipicu karena orang tua yang memiliki pola asuh permisif

selalu mementingkan terhadap kepentingan orang tua sendiri, orang tua sedikit

sekali memperingatkan dan terkadang orang tua membebaskan anak mengerjakan

segala sesuatu yang dinginkan oleh anaknya, karena dengan perilaku tersebut anak

akan merasa senang. Disi lain orang tua Aisyah tidak menerapkan aturan atauran

yang membuat Aisyah semakin memiliki kebebasan untuk bertindak.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti maka disimpulkan hasil

penelitian mengenaipola asuh orang tua karir dalam pembentukan kemandirian

anak di TK Nuriadeen Cendekia, terlihat dari hasil pengamatan, wawancara serta

dokumentasi terhadap beberapa narasumber, bahwa terdapat beberapa jenis pola

asuh yang berpengaruh dan diterapkan oleh orang tua dalam membetuk

kemandirian pada diri anak, yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh permisif.

Dalam memupuk kemandirian pada diri anak, orang tua harus

memperhitungkan usia anak, akankah pembiasaan dan peraturan yang diberikan

oleh orang tua sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak. Pengawasan dan juga

pendampingan juga dibutuhkan oleh anak, agar anak merasa terlindungi dan tidak

ragu untuk melakukan sesuatu hal.

85
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, dapat disimpulkan penelitian yang

bersikan tentang “Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Pembentukan Kemandirian Anak di TK

Nuriadeen Cendekia” antara lain:

1. Beberpa pola asuh orang tua karir dalam pembentukan kemandirian anak yang

diterapkan dalam mendidik anak anak mereka pada kehidupan sehari hari. Pola

asuh tersebut antara lain, Pola asuh Permisif dan pola asuh Demokratis

2. Pembiasaan yang orang tua lakukan untuk membentuk kemandirian anak ketika

dirumah antara lain, memebiasakan anak untuk kegiatan sehari hari seperti cuci

kaki dan tangan setelah dari luar, membiasakan anak untuk merapihkan mainan

yang telah digunakan, membiasakan untuk makan sendiri dan meletakan piring

yang telah digunakan ke tempat cucian piring, dan hal hal kecil lainnya yang anak

bisa lakukan sendiri.

B. Saran

a. Peran orang tua sangat sentralterhadap daya tumbuh anak. Sebagai ayah dan ibu

dapat memberikan kebutuhan dasar anak (asah, asih, asuh) sesuai dengan kebutuhan

anak.

86
b. Orang tua juga membantu perkembangan anak dan melakukan kontrol aktivitasnya

sehari-hari. Dengan cara ini, jika ada penyimpangan, dapat dengan cepat

diselesaikan.

c. Orang tua juga harus mendukung kegiatan yang melibatkan anak agar potensinya

terasah.

d. Orang tua harus meluangkan waktu di rumah, bermain dengan anak-anaknya, dan

memperhatikan anak-anaknya

e. Orang tua sebaiknya mengajak anak berdiskusi saat memutuskan keputusan untuk

dirinya sendiri, agar anak berpikir bahwa ia diperhitungkan dan lebih percaya diri.

f. Sebagai orang tua, kita harus lebih efektif dalam menerapkan pola asuh untuk anak

kita agar harapan orang tua terhadap anaknya terpenuhi.

87
DAFTAR PUSTAKA

Munir, A. (2010). Konsep Tanggung Jawab Orangtua. Jakarta: Rajawali Pers.

Tridonanto, A. (2014). Mengembangkan pola asuh demokratis. Elex Media Komputindo.

Asikin, A. H. Z., & Zainal, H. (2004). Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Anoraga, P. (2014). Psikologi Kerja. Vol. 6. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin, A. (1999). Metode Penelitian, Cet. ket-2.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, H. (1996). Remaja berkualitas: problematika remaja dan solusinya. Pustaka Pelajar.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi. Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
social, Jakarta: Kencana Prenama Media Group.

Bungin, B. (2001:129). Metodologi penelitian sosial. Metodologi Penelitian.

Mar’at, S. (2009). Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djamarah, B. S. (2004). Pola Komunikasi Orang tua & Anak Dalam Keluarga, Jakarta:
PT. Reneka Cipta.

Djamarah, S. B. (2014). Pola asuh orang tua dan komunikasi dalam keluarga. Jakarta: Rineka
Cipta, 112.

Murni, W. (2017:1). Pemaparan metode penelitian kualitatif." Jurnal Penelitian Kualitatif.

Haryono, S. E. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian dan
Kemampuan Regulasi Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Warna: Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Usia Dini, 3(1), 1-10.

Fansen. (2020:6). Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini Di
Paud Yasporbi Kota Bengkulu. Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama
Islam Negeri (IAIN), Bengkulu.

Al-Hasan, Y. M. (1997). Al-Wajiz Fit Tarbiyah. Penterjemah Muhammad Yusuf Harun,


Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta, AKAFA PRESS, Cetakan ke, 1, 7-8.

88
Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Masa.
Vol. V. Jakarta: Erlangga.

Idris, Zahara, and Lisma Jamal. (1992). Pengantar Pendidikan. Vol. II. Jakarta: Gramedia
Widiasarna.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dalam keluarga. Jakarta: Prenada
Media Grup.

Mahmud, Heri Gunawan, and Yuyun Yulianingsih. (2013). Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga. Jakarta: Akademi pertama.

Martinis and Jamilah. (2019). Panduan Paud. 3th. Ciputat: Penerbit Refrensi ( Gaung Persada
Press Group).

Moleong, L. J. (2004). Metode penelitian kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Penerbit Rake Sarasin.

Nurhayati, E. (2018). Psikologi pendidikan inovatif (Vol. 2). Pustaka Pelajar.

Putranti, Sanya Dririnda. (2008). "Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Karir Ganda." Jurnal
psikosauns II: 47.

Redaksi, Tim. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. IX vols. Jakarta: PT. Gramedia.

Sa’diyah, R. (2017). Pentingnya melatih kemandirian anak. Kordinat: Jurnal Komunikasi


Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1), 31-46.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Covey, S. R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People, terj. Budijanto, Jakarta:
Binarupa Aksara.

Sujanto Agus, dkk. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Tanzeh, Ahnah. (2004). Metode Penelitian Praktis. Jakarta Pusat: PT. Bina Ilmu.

Sabari, H. Y. (2010). Metodologi penelitian wilayah kontemporer. Pustaka Pelajar.

Zizousari, and Yuna Chan. (2016). Working Mom is Super Mom, Bagaimana Membagi Antara
Keluarga dan Karier. Yogyakarta: Trans Idea Publishing.

89
LAMPIRAN

90
Lampiran 1

Obervasi penelitian menganalisis Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Memebentuk

Kemandirian Anak di TK Nuriadeen Cendekia Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang.

1. Observasi pada hari, Senin, 18 Oktober 2021

TK Nuriadeen Cendekia Memiliki satu kepala sekolah yakni Ibu Zahrotun Nisa, memiliki

tiga guru, dan tiga kelas masing – masing di kelompok A berwalikelaskan ibu Nabila

Maulida,S.Pd dan di kelompok B yaitu Ibu Hastika Nurrahma, S.Pd dan Turmiati,S.H.

Pembelajaran di TK Nuriadeen Cendekia Kegiatan inti ini dimulai pukul 08.30-09.30

WIB.dan di lanjut jam istirahat anak dari jam 09.30 - 09.45 dan dilanjutkan dengan kegiatan

penutp sampai dengan jam 10.00. Dengan fasilitas kelas yang lebar dan halaman yang luas

untuk keleluasaan anak anak belajar dan bermain. Memiliki siswa berjumlahkan 43. Media

pembelajaran yang sudah banyak seperti balok, puzzle leggo, permainan peraga dan

permainan edukatif lainnya.

2. Observasi Pada Hari jumat 12 November 2021

Siswa di TK Nuriadeen Cendekia berjumlahkan 43 Siswa. Kelompok A yang terdiri dari

11 siswa dan, 32 siswa dari kelompok B. Beberapa siswa di TK Nuriadeen Cendekia,

memiliki orang tua yang merupakan pekerja, dan memiliki banyak bidang di beberapa

Profesi seperti halnya adalah, guru, pekerja kantoran, pekerja pabrik, advokad dan bahkan

memiliki usaha sendiri. Dari observasi yang dilakukan oleh penulis berkeyakinan untuk

melakukan penelitian di TK Nuriadeen Cendekia, karena didukungnya dengan beberapa

91
siswa yang memiliki orang tua karir. Membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian,

dengan berbagai macam pola asuh yang di terapkan oleh orang tua kepada anaknya.

92
LAMPIRAN HASIL WAANCARA
UNTUK ORANG TUA SISWA

“Pertanyaan Tentang Pola Asuh Orang Tua Karir Dalam Pembentukan Kemandirian

Anak”

1. Identitas diri

a. Nama anak : Syahdan Muhayasa Nalwaseutia

b. Usia anak : 5-6 tahun

c. Nama orang ayah : Reynaldy

d. Nama ibu : Yolanda

e. Pekerjaan ayah : Driver online

f. Pekerjaan ibu : Pabrik Obat Bagian Kualiti Asuran/penjamin edar

g. Pendidikan ayah : SLTA sederajad

h. Pendidikan ibu : D3 Perikanan IPB

i. Alamat : Panorama Kemang, Blok F2 no. 11

2. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Karena kebutuhan anak merupakan

kebutuhananak ? kewajiban orang tua, maka

kebutuhan anak harus diutamakan

93
2. Bagaimana cara orang tua mendorong anak  Memberi tahu, dan memberitahukan

agar mau melakukan pekerjaannya sendiri ? manfaat nya

3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Memberi nasihat kepada anak

kepada anak tentang dampak jika tidak

mandiri ?

4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Mengawasi dan memberi tahu ketika

aktivitas anak ketika dirumah ? anak melakukan kelaaian

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan anak  Karena dari hadiah anak dapat

untuk mandiri dan memberikan hadiah termotivasi dengan kemandirian

ketika anak mampu mengerjakan yang anak mampu lakukan dan

pekerjaannya sendiri dan memberi teguran teguran dapat membuat anak

ketika anak melakukan kesalahan? mengerti mana pekerjaan yang salah

dan tidak

2. OTORITER JAWABAN

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Hanya di berikan gertakan dan

melakukan kesalahan ? nasihat

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika  Sedikit kesal, dan merasa apa

anak tidak mau mendengarkan perkataan menjadi orang tua tidak bisa selalu

orang tua ? sabar

94
3. Peraturan apa saja yang diberikan orang tua  Peraturan ringan saja, seperti berdoa

dan harus dipatuhi oleh anak? sebelum melakukan kegiatan, cuci

tangan dan kaki setelah berain di luar

rumah

4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Memberi pengertian bahwa yang

tidak mau melakukanperintah dari orang orang tua perintahkan adalah hal

tua ? yang baik bagi sang anak

5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Dengan teguran dan pengertian

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? bahwa yang anak lakukan salah dan

memberitahukan akibatnya

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh orang  Peraturan yang di berikan akan

tua penting untuk ditanamkan sejak dini menjamin anak akan menjadikan

pada anak? anak mempunyai pribadi yang baik

kedepannya

3. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Apabila anak meminta makanan

meminta sesuatu mainan atau makanan ? orang tua akan memberikan, karena

ditakutkan anak memiliki rasa lapar,

 Tapi ketika meminta mainan, orang

tua akan meng”iya”kan namun tidak

95
akan langsung di berikan karena

tidak lama kemudian anak akan lupa

apa yang telah ia minta

2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, selagi yang diminta anak

yang diminta oleh anak ? belum terlalu di butuhkan oleh anak,

orang tua tidak akan memberikan

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Orang tua akan memberi pengertian

terus menangis ketika ingin membeli terlebih dahulu, kemudian orang tua

mainan ? akan memberi pilihan, akan

memberikan yang ia minta dengan

menggunakan syarat

4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Orang tua akan memberikan

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan pemahaman, tentang barang barang

dan keinginan anak ? kebutuhan misalkan buku

 Dan kebutuhan akan di berikan

pemahan tentang baik buruknya

kinginan anak misalkan mainan,

yang kemudian anak tidak mau

membereskan setelah

memainkannya.

96
1. Identitas diri

a. Nama anak : Alkhalifi Sidqy Nasir

b. Usia anak : 5-6 tahun

c. Nama orang ayah : Muh Nasir

d. Nama ibu : Eny Nailul Faza

e. Pekerjaan ayah : Guru SMP,SMK

f. Pekerjaan ibu : Guru SMP

g. Pendidikan ayah : S2 sastra Arab

h. Pendidikan ibu : S1 sastra Arab

i. Alamat : Permata Kemang, Blok D5 no 01

2. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Karena anak adalah tanggug jawab orang

kebutuhananak ? tua, maka kebutuhannya harus di penuhi

2. Bagaimana cara orang tua mendorong anak  Menasehati dengan rayuan di berkan

agar mau melakukan pekerjaannya sendiri ? hadiah, dan diberikn pujian setelahnya

3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Memberi nasihat dan arahan tanpa

kepada anak tentang dampak jika tidak menggunakan nada tinggi

mandiri ?

97
4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Melihat dan memberi masukan tentang

aktivitas anak ketika dirumah ? apa yang di kerjakan anak

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan anak  Karena orang tua ingin yang terbaik

untuk mandiri dan memberikan hadiah untuk anaknya ketika sudah dewasa

ketika anak mampu mengerjakan kelak

pekerjaannya sendiri dan memberi teguran  Dengan memberikan hadiah anak

ketika anak melakukan kesalahan? menjadi termotivasi melakukan segala

sesuatu dengan sendiri

2. Otoriter Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Diberi nasihat, ketika anak melakukan

melakukan kesalahan ? kesalah besar, anak di beri sedikit

ancaman

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika  Merasa tidak dianggap, padahal

anak tidak mau mendengarkan perkataan perkataan orang tua juga untuk kebaikan

orang tua ? anak

3. Peraturan apa saja yang diberikan orang tua  Tidak ada peraturan khusus, hanya

dan harus dipatuhi oleh anak? mungkin mengaji setelah magrib adalah

wajib

98
4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Anak akan di berikan di iming iming

tidak mau melakukanperintah dari orang imbalan ketika setelah melakukan

tua ? pekjaan tersebut

5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua lebih memilih untuk measihati

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? dengan lembut, karena dengan perhatian

anak akan lebih mudah luluh

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh orang  Orang tua memberikan perturan kepada

tua penting untuk ditanamkan sejak dini anak bukan berarti membatasi anak,

pada anak? namun juga sebagai penunjang anak di

masa depan kelak

1. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Jika meminta mainan tentu saja orang tua

meminta sesuatu mainan atau makanan ? tidak akan langsung di belikan, anak

harus melakukan kewajibannya terlebih

dahulu, misalkan mengaji, ketika

kewajibannya telah usai baru akan di

penuhi apa yang ia minta

 Jika makanan anak akan selalu di

berikan, karena makanan kan untuk

99
mengenyangkan perut, jadi bagi orang

tua jika makanan tidak masalah

2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, anak akan diberikan waktu untuk

yang diminta oleh anak ? mengejar target kewajiban yang anak

wajib penuhi, semisal harus sholat 5

waktu tanpa kosong, ketika target sudah

terpenuhi maka akan di berikan apa yang

anak minta

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Anak akan di berikan pengertian, bahwa

terus menangis ketika ingin membeli yang ingin di beli bukanlah lah yan di

mainan ? butuhkan untuk anak, biasanya di

tawarkan dengan hal yang lebih di

butuhkan oleh anak, semisal buku

bergambar

4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Orang tua akan menjelaskan bahwa

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan masih banyak hal hal kebutuhan yang

dan keinginan anak ? masih diperlukan

 Dengan memberikan pengertian bahwa

keinginan anak tersebut tidak di gunakan

dalam jangka waktu yang panjang

100
Identitas diri

a. Nama anak : cahaya natania tambunan

b. Usia anak : 5-6 tahun

c. Nama orang ayah : Marusaha Tambunan

d. Nama ibu : Roslinaria Siburian

e. Pekerjaan ayah : Usaha servis tomotif

f. Pekerjaan ibu : Guru SMP, SMA

g. Pendidikan ayah : SLTA sederajad

h. Pendidikan ibu : S1, sains Univesitas Negri Medan

i. Alamat : BKR

2. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Karena anak adalah anugrah dari tuhan

kebutuhananak ? yang merupakan tanggung jawab orang

tua, jadi mengenai kebutuhan anak

orang tua akan memenuhi

101
2. Bagaimana cara orang tua mendorong  Menasehati dan menyemangati bahwa

anak agar mau melakukan pekerjaannya apa yang dilakukannya merupakan hal

sendiri ? yang positif

3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Memberinya pengertian dengan lemah

kepada anak tentang dampak jika tidak lembut

mandiri ?

4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Mengawasi apa saja hal yang di

aktivitas anak ketika dirumah ? lakukan oleh anak, termasuk teman

bermainnya

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan  Karena dengan hadiah, anak akan

anak untuk mandiri dan memberikan tertarik melakukan segala hal yang

hadiah ketika anak mampu mengerjakan menunjang kemandiriannya

pekerjaannya sendiri dan memberi teguran

ketika anak melakukan kesalahan?

2. Otoriter Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Menasehati, kemudian lebih memilih

melakukan kesalahan ? diam

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika  Orang tua sedikit mempunyai rasa

anak tidak mau mendengarkan perkataan kecewa, namun orang tua tidak bosan

orang tua ? untuk memberi nasehat kepada anak.

102
Jika anak sudah tidak bisa

mendengarkan, orang tua akan

mengancam

3. Peraturan apa saja yang diberikan orang  Tidak ada peraturan khusus, hanya

tua dan harus dipatuhi oleh anak? tidah di beri izin main keluar rumah

tanpa pengawasan orang tua

4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Memberika nasihat dan pengertian

tidak mau melakukanperintah dari orang bahwa yang diperintah orang tua juga

tua ? baik untuk pertubuhan ke depannya

5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Memberikan nasihat dan memberi tahu

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? dampak apa yang akan anak dapatkan

ketika salah dalam berprilaku

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh  Karena orang tua ingin yang terbaik

orang tua penting untuk ditanamkan sejak bagi anaknya, dan harus di biasakan

dini pada anak? sejakdini, dan akan terbiasa ketika

sudah dewasa

3. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan mengiyakan namun

meminta sesuatu mainan atau makanan ? dengan syarat

103
2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, orang tua akan memberikan apa

yang diminta oleh anak ? yang di minta anak dengan syarat target

yang ditetapkan orang tua telah

terpenuhi

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Diberi pngertian masih banyak lagi

terus menangis ketika ingin membeli yang di butuhkan anak ketimbang

mainan ? mainan yang ingin dia beli

4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Orang tua memberikan pengertian apa

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan yang anak inginkan bukan hal hal yang

dan keinginan anak ? berfungsi bagi hidupnya kelak

 Lainhalnya dengan barang yang anak

butuhkan, pasti akan berguna bagi anak

dalam tumbuh kembangnya

104
3. Identitas diri

a. Nama anak : Aisyah Zivanya Hariyana

b. Usia anak : 5-6 tahun

c. Nama ayah : Yana Herya

d. Nama ibu : Adellya Mayang Gaga Dela

e. Pekerjaan ayah : Karyawan Swasta

f. Pekerjaan ibu : Karyawan Swasta

g. Pendidikan ayah : SMA sederajad

h. Pendidikan ibu : SMA

i. Alamat : Panorama Kemang, Blok F2 no. 11

4. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Orang tua akan memberikan segala

kebutuhananak ? sesuatu yang di butuhkan oleh anak

2. Bagaimana cara orang tua mendorong anak  Memberi pengerian kepada anak tentang

agar mau melakukan pekerjaannya sendiri ? manfaa yang anak kerjaan

3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Orang tua akan memberikan penjelesan

kepada anak tentang dampak jika tidak tentang dampak apa saja dengan baik

mandiri ?

105
4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Melihat dan mengawasi pekerjaan yang

aktivitas anak ketika dirumah ? dilakukan oleh anak

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan anak  Orang tua menginginkan yang terbaik

untuk mandiri dan memberikan hadiah untuk anaknya, dengan cara memberikan

ketika anak mampu mengerjakan nasihat dan menjanjikan hadiah ketika

pekerjaannya sendiri dan memberi teguran pekerjaan yang ia lakukan telah di

ketika anak melakukan kesalahan? kerjakan sampai selesai

2. Otoriter Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Akan ditegur orang tua, memberi saran

melakukan kesalahan ? dengan sedikit di beri kata dengan

bernada tinggi

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika  Orang tua akan marah

anak tidak mau mendengarkan perkataan

orang tua ?

3. Peraturan apa saja yang diberikan orang tua  Tidak ada

dan harus dipatuhi oleh anak?

4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Orang tua akan menganjam dan

tidak mau melakukanperintah dari orang menjelaskan tentang dampak apa yang di

tua ? rasakan ketikaa tidak mendengarkan

perkataan orang tua

106
5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan memberikan hukuman

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? yang membuat anak memperbaiki

kesalahannya dan meminta maaf

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh orang  Orang tua perlu mendisiplinkan anak

tua penting untuk ditanamkan sejak dini demi kebakian anak

pada anak?

1. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan memberika namun dalam

meminta sesuatu mainan atau makanan ? jangka waktu tertentu

2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, anak akan di berikan apa yang ia

yang diminta oleh anak ? minta ketika syarat yang berikan kepada

anak telah terpenuhi

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Orang tua akan memilih untuk diam dan

terus menangis ketika ingin membeli membiarkan anak tenang dengan

mainan ? sendirinya

4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Semua yang di inginkan anak tidak selalu

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan dibutuhkan oleh anak, anak diberi

dan keinginan anak ? pengertian bahwa masih banyak hal yang

di butuhkan selain yang dia inginkan

107
5. Identitas diri

a. Nama anak : Bikhaidir

b. Usia anak : 4-5 tahun

c. Nama orang ayah : Yogi Subarkah

d. Nama ibu : Susi Susati

e. Pekerjaan ayah : Analisis Kimia

f. Pekerjaan ibu : Marketing Rumah

g. Pendidikan ayah : SMA sederajad

h. Pendidikan ibu : S1

i. Alamat : Panorama Kemang, Blok F2 no. 11

6. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Kebutuhan anak tentu saja akan dipenuhi

kebutuhananak ?

2. Bagaimana cara orang tua mendorong anak  Disemangati dan di beripengertia bahwa

agar mau melakukan pekerjaannya sendiri ? apa yang anak lakukan akan berguna

bagi anak ketika sudah dewasa

108
3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Menjelaskan dengan sabar bahwa

kepada anak tentang dampak jika tidak dampak yang dirasakan bagi anak ketika

mandiri ? sudah dewasa sangat besar

4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Mengawasi dan mengontrol apa yang

aktivitas anak ketika dirumah ? anak lakukan. Takut ada beberapa

kegiatan yang membahayakan anak

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan anak  Ketika dengan memberikan hadiah anak

untuk mandiri dan memberikan hadiah akan termotivasi dengan apa yang anak

ketika anak mampu mengerjakan lakukan

pekerjaannya sendiri dan memberi teguran

ketika anak melakukan kesalahan?

2. Otoriter Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Akan menasehati anak dan tidak

melakukan kesalahan ? berbicara dengan anak sampai anak

meminta maaf atas apa yang anak

perbuat

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika  Orang tua mengancam anak dengan cara

anak tidak mau mendengarkan perkataan tidak memberikan apa yang anak mau

orang tua ?

3. Peraturan apa saja yang diberikan orang tua  Tidak ada hanya peraturan

dan harus dipatuhi oleh anak?

109
4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Orang tua memarahi anak

tidak mau melakukanperintah dari orang

tua ?

5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Memberi tahu apa yang dilakuan ana

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? adalah salah dengan memarahinya

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh orang  Karena orang tua ingin anak lebih untuk

tua penting untuk ditanamkan sejak dini kedepannya

pada anak?

3. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan menolak jika meminta

meminta sesuatu mainan atau makanan ? mainan, kecuali jika makanan masi bisa

di beri

2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, karena ketika selalu memberikan

yang diminta oleh anak ? apa yang anak minta, anak akan meminta

terus menerus

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak  Orang tua akan membiarkan anak

terus menangis ketika ingin membeli menangis hinga anak merasa tenang

mainan ?

110
4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Orang tua memberi pengertian bahwa

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan barang barang yang anak butuhkan lebih

dan keinginan anak ? penting dari pada yang anak inginkan

111
Identitas diri

a. Nama anak : Jesisca

b. Usia anak : 5-6 tahun

c. Nama orang ayah : Abednego Taneo

d. Nama ibu : Fedrika Toto

e. Pekerjaan ayah : diver online

f. Pekerjaan ibu : Guru

g. Pendidikan ayah : SMA

h. Pendidikan ibu : D3

i. Alamat : BKR

7. Daftar pertanyan

No Pertanyaan
Jawaban
1. DEMOKRATIS

1. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap  Orang tua akan memberika kebutuhan

kebutuhananak ? yang di butuhkan oleh anak

2. Bagaimana cara orang tua mendorong anak  Memberi semangat dan pengertian

agar mau melakukan pekerjaannya sendiri ? tentan fungsi melakukan pekerjaanya

sendiri di masa depan

112
3. Bagaimana cara orang tua menjelaskan  Memberi penejlasan dengan baik

kepada anak tentang dampak jika tidak tentang dampak buruk ketika anak

mandiri ? tidak mandiri mulai kecil

4. Bagaimana cara orang tua mengontrol  Mengawasi aktivitas yang dilakukan

aktivitas anak ketika dirumah ? anak dengan teliti

5. Mengapa orang tua perlu mengajarkan anak  Hadih adalah hal yang menarik bagi

untuk mandiri dan memberikan hadiah ketika anak, ketika ia diberikan hadiah setelah

anak mampu mengerjakan pekerjaannya pekerjaan yang telah ia lakukanan,

sendiri dan memberi teguran ketika anak maka anak akantertarik mengerjakan

melakukan kesalahan? pekerjaan lainnya

2. Otoriter Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan menegur

melakukan kesalahan ?

2. Bagaimana tanggapan orang tua ketika anak  Orang tua akan memberikan rasa

tidak mau mendengarkan perkataan orang tua kecewa

3. Peraturan apa saja yang diberikan orang tua  Peraturang di berikan yaitu harus

dan harus dipatuhi oleh anak? merapikan barang yang telah di

gunakan oleh anak

113
4. Apa yang orang tua lakukan ketika anak tidak  Memberikan pengertian kepada anak

mau melakukanperintah dari orang tua ? bahwa yang perintahkan oleh orang tua

juga untuk kepentingan anak

5. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan memberikan teguran

melakukan kesalahan dalam berperilaku ? kepada anak dan menjelaskan tentang

dampak yang anak terima

6. Mengapa peraturan yang dibuat oleh orang  Orang tua mengiginkan hal yang

tua penting untuk ditanamkan sejak dini pada terbaik untuk anak dengan melakukan

anak? segala hal termasuk peraturan

peraturan yang diberikan kepada anak

1. PERMISIF Jawaban

1. Bagaimana sikap orang tua ketika anak  Orang tua akan memberikan tawaran

meminta sesuatu mainan atau makanan ? lainya yang menarik perhatian anak

2. Apakah orang tua selalu memberikan apa  Tidak, orang tua akan memberikan

yang diminta oleh anak ? tugas dengan imbalan jika tugas sudah

dikerjakan.

3. Apa yang orang tua lakukan ketika anak terus  Akan memberi keleluasaan ia

menangis ketika ingin membeli mainan ? menangis, apabila tangisan sudah

mereda saat itulah orang tua mulai

membujuk dan merayu

114
4. Bagaimana cara orang tua memberikan  Orang tua akan memberikan pengertian

penjelasan kepada anak tentang kebutuhan bahwa barang barang yang anak

dan keinginan anak ? inginkan bukan lah barang barang yang

sesuai dengan butuhkan anak, barang

barang yang dibutuhkan anak lebih

menunjang persiapan ia ketika menjadi

dewasa kelak

115
Kuesioner kemandirian anak di sekolah

Nama anak : Syahdan

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Nabila Maulida M. S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

116
4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

117
4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan temantemannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

118
2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

5. Anak mau beramal ke tempat ibadah ✓

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

119
Nama anak : Bikahidir Abdika Gusti

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Nabila Maulida M. S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

120
5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

121
5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan temantemannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

122
3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

5. Anak mau beramal ke tempat ibadah ✓

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

123
Nama anak : Alkhalifi Sidqy Nasir

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Hastika Nurrahma, S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

124
5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

125
5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan temantemannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

126
3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

127
Nama anak : Aisyah Zivanya Heryana

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Hastika Nurrahma. S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

128
5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

129
5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan teman temannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

130
3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

131
Nama anak : Jesisca Taneo

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Hastika Nurrahma. S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

132
5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

133
5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan temantemannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

134
3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

135
Nama anak : Cahaya Natania Tambunan

Usia anak : 5-6 thn

Nama guru : Nabila Maulida M. S,Pd

No. Aspek Karakteristik Perilaku Ya Tidak

1. Kemampuan Fisik 1. Anak bisa pergi ke toilet sendiri ✓

2. Anak bisa melepas dan memakai sepatu ✓

3. Anak bisa makan sendiri ✓

4. Anak bisa mengambil tasnya sendiri ✓

2. Percaya Diri 1. Anak mengerjakan tugas sendiri ✓

2. Anak berani bertanya bila tidak mengerti ✓

3. Anak tidak takut pergi ke sekolah ✓

4. Anakbisa ditinggal saat sekolah ✓

136
5. Anak berani bernyanyi di depan temannya dan ✓

gurunya

6. Anak berani menjawab pertanyaan dari guru ✓

3. Bertanggung Jawab 1. Anak bisa merapikan mainanya ketempat semula ✓

setelah selesai bermain

2. Anak bisa merapikan buku sendiri ✓

3. Anak menyelesaikan tugas sampai selesai ✓

4. Anak bisa memasukan tempat makannya ke ✓

dalam tas sesudah makan

5. Anak bisa merapikan pakaiannya sendiri. ✓

4. Disiplin 1. Anak tidak telat pergi sekolah ✓

2. Anak membuang sampah pada tempatnya ✓

3. Anak selalu menaati peraturan yang ada ✓

disekolah

4. Anak selalu duduk rapi saat belajar ✓

137
5. Anak bisa berbagi waktu saat belajar dan bermain ✓

6. Anak mengucap salam ketika masuk ke kelas ✓

5. Pandai Bergaul 1. Anak senang bermain dengan temantemannya ✓

2. Anak tidak menggangu temannya saat bermain ✓

3. Anak disenangin temannya ✓

4. Anak tidak bersikap kasar dengan temannya ✓

5. Anak mengajak temanya bermain di rumahnya ✓

6. Anak senang mengajak temanya bermain ✓

7. Anak senang membantu temannya ✓

6. Saling Berbagi 1. Anak senang berbagi makanan dengan temannya ✓

2. Anak senang berbagi mainan dengan temannya ✓

138
3. Anak senang berbagi minuman dengan temannya ✓

4. Anak mau meminjamkan alat tulisnya dengan ✓

temannya

7. Mengendalikan Emosi 1. Anak tidak membentak-bentak ketika dimarahi ✓

2. Anak tidak marah apabila temannya mengejek ✓

3. Anak tidak berteriak saat diganggu temannya ✓

4. Anak menujukan rasa kasih sayang terhadap ✓

temanya

5. Anak tidak menangis ketika ditinggal saat ✓

sekolah

6. Anak tidak berteriak saat belajar disekolah ✓

139
140
141
142
143

Anda mungkin juga menyukai