Anda di halaman 1dari 7

Religiusitas Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying

Di SMP A.Wahid Hasyim Tebuireng Jombang

Erma Nursanti
Efa Nur Fauziyah
Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum Jombang
nursantierma@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara religiusitas dengan perilaku
bullying pada siswa SMP A. Wahid Hasyim Tebuireng. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
antara religiusitas dengan perilaku bullying. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 Siswa dan 30 siswi
SMP A. Wahid Hasyim Tebuireng. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis nonparametric correlations religiusitas dan
perilaku bullying diperoleh indeks r spearman ‘rho = -0,573 dan sig 0,000 (p < 0,01). Hal ini
menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku bullying
pada siswa SMP A.Wahid Hasyim Tebuireng, dimana religiusitas yang mempengaruhi perilaku
bullying. Hubungan dalam penelitian ini berbentuk korelasi negatif, sehingga semakin tinggi religiusitas
maka semakin rendah perilaku bullying, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi
perilaku bullying.

Kata Kunci: Perilaku Bullying, Religiusitas

Abstract
This research goal is to finding out the correlation between religiousity and bullying behaviour on
students at A. Wahid Hasyim Tebuireng middle school. The hypothesis that being pointed that there is
correlation between religiousity and bullying behaviour. Samples on this research are 30 male
students and 30 female students of A. Wahid Hasyim Tebuireng middle school. Sampling technique
which used in this research is Purposive Random Sampling. Based on the results of analitic non
parametric correlation of religiousity and bullying behavior which the r spearman index ‘rho = -0,573
and sig 0,000 (p < 0,01). This results indicating that there is very significant negative correlation
between religiousity and bullying behaviour at A. Wahid Hasyim Tebuireng middle school students,
where religiousity affect bullying behaviour. Correlation in this research is negative correlation, so the
more higher religiousity the more lower bullying behaviour, and the otherwise the more lower
religiousity the more higher bullying behaviour.

Key words : Bullying Behavior, Religionity

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia menjadi tolak mempunyai akhlak mulia serta berbudi


ukur kemajuan suatu bangsa, pekerti yang baik lagi luhur.
pendidikan memiliki peranan penting
untuk meningkatkan kualitas manusia Pesantren adalah suatu lembaga
yang baik, serta dapat pendidikan yang didasari oleh nilai
mengembangkan potensi diri untuk keagamaan yang bersumber dari ajaran
menjadikan manusia yang berbudi dasar agama Islam yang bertujuan untuk
pekerti, bermartabat dan memiliki menyatukan ajaran Islam dengan
ketrampilan yang di perlukan oleh struktur kontekstual atau realitas sosial
manusia dalam kehidupan yang diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu untuk sehari-hari (Ahmad, Widodo, & Romdin,
membentuk perilaku yang baik 2005). Menurut Qomar (2005) tujuan
diperlukan pendidikan agama yang pendidikan pondok pesantren adalah
berdasarkan Alquran dan hadist, agar untuk meningkatkan moral, melatih

National Conference Multidisciplinary | 480


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

memupuk semangat, menghargai nilai dengan teman sebaya dan guru menjadi
kemanusiaan dan mengajarkan untuk bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
hidup sederhana dengan hati yang para siswa (Sugiariyanti, 2010).
bersih. Sistem pendidikan pesantren
didasari, digerakkan dan diarahkan oleh Menurut Coloroso (Indriyani, 2019)
nilai kehidupan yang bersumber pada bentuk bullying dibagi menjadi empat
ajaran Islam. jenis, yaitu : (1) Bullying fisik merupakan
bullying yang melibatkan kontak fisik
Perilaku Bullying merupakan sebuah yaitu, memukul, mencekik, menyikut,
tindakan atau perilaku agresif yang meninju, menendang, menggigit,
disengaja, yang dilakukan oleh memiting, mencakar, serta meludahi
sekelompok orang atau seseorang anak yang ditindas hingga ke posisi yang
secara berulang-ulang dan dari waktu ke menyakitkan, merusak dan
waktu terhadap korban yang tidak dapat menghancurkan pakaian serta barang
mempertahankan dirinya, (Goodwin, milik anak yang tertindas, (2) Bullying
2010). Hazler (Indriyani, 2019) verbal adalah bentuk penindasan yang
mendefinisikan bullying sebagai sebuah paling umum digunakan, baik oleh anak
perilaku yang dilakukan secara berulang- perempuan atau laki-laki. Kekerasan
ulang untuk menyakiti orang lain. verbal mudah dilakukan dan dapat
Perilaku ini dapat dilakukan dengan dibisikkan dihadapan orang dewasa
menyerang secara fisik atau verbal dan serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
mengucilkan korban. Penindasan verbal dapat berupa julukan
nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
Fenomena perundungan telah lama penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
menjadi bagian dari dinamika di bernuansa ajakan seksual atau
lingkungan sekolah, harusnya fungsi pelecehan seksual, (3) Bullying
sekolah sebagai tempat menuntut ilmu, relasional adalah pelemahan harga diri
tidak hanya mengajarkan berbagai ilmu korban penindasan secara sistematis
pengetahuan saja kepada siswa, tetapi melalui pengabaian, pengucilan,
juga mendidik dan mengarahkan tingkah pengecualian, atau penghindaran, (4)
laku siswa dari yang kurang baik menjadi Bullying elektronik adalah bullying
lebih baik, sehingga diharapkan nantinya menggunakan sarana elektronik dan
siswa akan memiliki karakter yang baik fasilitas internet seperti komputer,
dan tujuan pendidikan nasional dapat handphone, kamera, dan website atau
tercapai. situs pertemanan jejaring sosial
diantaranya, chatting room, e-mail,
Pada kenyataannya banyak sekali facebook, twitter dan sebagainya. Hal
kejadian kekerasan yang terjadi di tersebut ditunjukkan untuk meneror
lingkungan sekolah. Fenomena korban bullying dengan menggunakan
perundungan menjadi satu mata rantai tulisan, animasi, gambar, video atau film
yang sulit terputus. Karena setiap yan sifatnya mengintimidasi, menyakiti
generasi akan memperlakukan hal yang dan menyudutkan.
sama untuk merespon kondisi situasional
yang menekan sehingga pola perilaku Di Indonesia sendiri, kasus bullying di
yang diwariskan ini menjadi budaya sekolah sudah merajalela. Baik di tingkat
kekerasan yang turun menurun. sekolah dasar, menengah, sampai
perguruan tinggi. Menurut KPAI, saat ini
Hasil Penelitian Peterson dan Rigby di kasus bullying menduduki peringkat
Australia (dalam Adilla, 2009), bullying teratas pengaduan masyarakat. Dari
yang biasanya terjadi di sekolah, mulai 2011 hingga Agustus 2014, KPAI
meningkat pada awal secondary school mencatat 369 kasus. Jumlah itu sekitar
atau setingkat dengan SMP. Peluang 25% dari total pengaduan di bidang
terjadinya bullying yang dilakukan anak pendidikan sebanyak 1.480 kasus.
paling tinggi adalah di lingkungan Bullying yang disebut KPAI sebagai
sekolah, karena dalam sehari anak-anak bentuk kekerasan di sekolah,
menghabiskan sebagian waktunya di mengalahkan tawuran pelajar,
sekolah. Oleh karena itu interaksi

National Conference Multidisciplinary | 481


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

diskriminasi pendidikan, ataupun aduan diwujudkan dengan membaca dua


pungutan liar kalimat syahadat, (2) Religious
Practice (The Ritual Dimension) adalah
Aspek-aspek perilaku Bullying yang tingkatan sejauh mana seseorang
dikemukakan Rigby (dalam Saifullah, mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual
2016) ada empat aspek yaitu : (1) dalam agamanya. Wujud dari dimensi ini
Bentuk fisik contohnya menendang, adalah perilaku masyarakat pengikut
memukul, dan menganiaya orang yang agama tertentu dalam menjalankan ritus-
dirasa mudah dikalahkan dan lemah ritus yang berkaitan dengan agama.
secara fisik, (2) Bentuk verbal contohnya Dimensi praktek dalam agama Islam
menghina, menggosip, dan memberi dapat dilakukan dengan menjalankan
nama ejekan pada korbannya, (3) ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun
Bentuk isyarat tubuh contohnya praktek muamalah lainnya, (3) Religious
mengancam dengan gerakan dan Feeling (The Experiental Dimension)
gertakan, (4) Bentuk berkelompok atau biasa disebut dimensi pengalaman.
contohnya membentuk koalisi dan Adalah perasaan atau pengalaman yang
membujuk orang untuk mengucilkan pernah dialami dan dirasakan. Dalam
seseorang. Islam dimensi ini dapat terwujud dalam
perasaan dekat dengan Allah, perasaan
Menurut Darajat (dalam Azizah, bertawakal (pasrah diri dalam hal yang
2016), bahwa dengan religiusitas yang positif) kepada Allah, (4) Religious
baik niscaya individu akan lebih Knowledge (The Intellectual Dimension)
mendekatkan diri kepada Allah dan atau dimensi pengetahuan agama
akan mendapatkan ketenangan hidup adalah dimensi yang menerangkan
lahir dan batin serta dapat mengontrol seberapa jauh seseorang mengetahui
perilakunya. Menurut Jalaluddin dalam tentang ajaran-ajaran agamanya,
Nadzir (2013) mengatakan bahwa terutama yang ada di dalam kitab
religiusitas adalah suatu keadaan dalam sucinya, (5) Religious Effect (The
diri individu yang mendorong untuk Consequential Dimension) adalah
bertingkah laku dalam kehidupan dimensi yang mengukur sejauh mana
sehari-hari sesuai dengan kadar perilaku seseorang dimotivasi oleh
ketaatan nya terhadap agama. ajaran-ajaran agamanya dalam
kehidupan sosial.
Ancok (2011) religiusitas dengan
istilah keberagamaan yang diwujudkan METODE PENELITIAN
dalam berbagai kehidupan manusia,
baik itu menyangkut perilaku ritual Subjek Penelitian
beribadah atau aktivitas yang lain dalam
kehidupannya yang di warnai dengan Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian
nuansa agama. Bukan hanya yang ini adalah 60 remaja terdiri 30 laki-laki dan 30
berhubungan dengan aktivitas yang perempuan, bersekolah di SMP A.Wahid
tampak dilihat mata, tapi juga aktivitas Hasyim Tebuireng, teknik sampling diambil
yang tidak tampak dan hanya terjadi secara random.
dalam hati seseorang.
Variabel Penelitian
Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Glock dan Stark (Palupi, 2013) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menjelaskan karakteristik individu yang terdiri dari (a) Variabel bebas yang
memiliki religiusitas berdasarkan disimbolkan dengan X adalah Religiusitas,
dimensi religiusitas yang memiliki (b) Variabel terikat yang disimbolkan dengan
kesesuaian dengan islam, adalah : (1) Y adalah Perilaku Bullying
Religious Belief (The Ideological
Dimension) adalah tingkatan sejauh Definisi Operasional
mana seseorang menerima hal-hal yang
dogmatik dalam agamanya. Dimensi a. Perilaku Bullying yang dikemukakan
keyakinan dalam agama Islam Rigby (dalam Saifullah, 2016) ada empat
diwujudkan dalam pengakuan yang aspek yaitu : (1) Bentuk fisik contohnya
menendang, memukul, dan menganiaya

National Conference Multidisciplinary | 482


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

orang yang dirasa mudah dikalahkan dan


lemah secara fisik, (2) Bentuk verbal
contohnya menghina, menggosip, dan
memberi nama ejekan pada korbannya,
(3) Bentuk isyarat tubuh contohnya
mengancam dengan gerakan dan
gertakan, (4) Bentuk berkelompok
contohnya membentuk koalisi dan Validitas dan Reliabilitas
membujuk orang untuk mengucilkan
seseorang. Hasil validitas menunjukan ada 64 aitem, 50
b. Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & aitem dinyatakan valid karena mempunyai
Suroso 1995) lima aspek religiusitas koefisiennya ≥ 0,25 dan empat belas aitem
meliputi : (1) Keyakinan, (2) Praktek gugur karena koefisiennya ≤0,25. Estimasi
kewajiban, (3) Pengalaman perasaan, (4) reliabilitas skala perilaku bullying dengan
Pengetahuan agama, (5) Pengamalan menggunakan teknik Alpha Cronbach,
agama. diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar
0,950.
Pengembangan Skala Perilaku Bullying
Untuk memenuhi asumsi ke-1 pengambilan
Skala Perilaku Bullying dikembangkan dengan sampel dengan menggunakan teknik Purposive
memuat empat aspek meliputi : (1) Bullying Random Sampling. Untuk memenuhi asumsi
fisik, (2) Bullying verbal, (3) Bullying isyarat, (4) ke-2 dan ke-3 dilakukan uji asumsi. Adapun
Bullying berkelompok. hasil uji asumsi sbb :

Tabel 1 1. Uji normalitas sebaran perilaku bullying


Distribusi aitem skala Kecenderungan Perilaku diperoleh Indeks Kolmogorov – smirnov = 0,134
Bullying dengan sig. atau p : 0,009 (p < 0,05) yang
berarti sebaran data gejala variabel perilaku
bullying tidak mengikuti berdistribusi normal.
2. Hasil uji linieritas hubungan antara
religiusitas dengan perilaku bullying diperoleh
deviation from linierity F = 3,129 dengan
signifikasi 0,001 (p < 0,05) berarti tidak linier.

Hasil Penelitian
Validitas dan Reliabilitas Hasil penelitian berupa hasil analisa statistik
deskriptif dan uji hipotesis spearmen
Hasil validitas menunjukan ada 53 aitem, 41 correlation. Adapun hasil analisis tersebut
aitem dinyatakan valid karena mempunyai
dapat dilihat pada tabel dibawah
koefisiennya ≥ 0,25 dan dua belas aitem gugur
karena koefisiennya ≤0,25. Estimasi reliabilitas Tabel 3
skala perilaku bullying dengan menggunakan Deskripsi nilai skala perilaku Rereabiitas
teknik Alpha Cronbach, diperoleh koefisien
reliabilitas alpha sebesar 0,927.

Pengembangan Skala Religiusitas

Skala Religiusitas dikembangkan dengan


memuat lima aspek meliputi : (1) Keyakinan, (2)
Praktek kewajiban, (3) Pengalaman perasaan,
(4) Pengetahuan agama, (5) Pengamalan
agama. bahwa kategori perilaku bullying sebagian
besar subjek penelitian berada dalam kategori
Tabel 2 rendah dan sangat rendah. Subjek dengan
Distribusi aitem skala Religiusitas kategori sangat rendah sejumlah 56,67%,
rendah 38,33%, dan cukup 5%. Dari hasil
penelitian ini tidak didapatkan subjek dengan

National Conference Multidisciplinary | 483


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

perilaku bullying yang berada pada kategori kecenderungan perilaku bullying pada siswa-
tinggi dan sangat tinggi. siswi di SMP A Wahid Hasyim Tebuireng
Jombang. Dari hasil penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa ada korelasi antara religiusitas
dengan perilaku bullying. Artinya semakin tinggi
Hasil penelitian berupa hasil analisa statistik religiusitas maka semakin rendah
deskriptif dan uji hipotesis spearmen kecenderungan perilaku bullying. Sebaliknya
correlation. Adapun hasil analisis tersebut semakin rendah religiusitas maka semakin
dapat dilihat pada tabel dibawah tinggi kecenderungan perilaku bullying. Dengan
demikian hipotesis dapat di terima.
Tabel 4
Deskripsi nilai skala Religiusitas Bullying merupakan perilaku agresif atau
menyakiti yang dilakukan oleh individu atau
sekelompok individu secara berulang-ulang
yang dilakukan secara fisik, verbal, dan psikis.
Perilaku bullying merupakan perilaku yang
kerap dilakukan oleh remaja. Hal tersebut
dikarenakan usia remaja merupakan masa usia
labil. Oleh karena itu untuk mengurangi
kecenderungan perilaku bullying, seseorang
harus mempunyai sikap religiusitas dimana
deskripsi nilai skala religiusitas, dapat dilihat seseorang bisa menjadi lebih tenang dengan
bahwa kategori religiusitas sebagian besar mendekatkan diri kepada yang Maha Esa dan
subjek penelitian berada dalam kategori sangat menjauhi laranganNya.
tinggi dan tinggi. Dengan rincian subjek dengan
kategori sangat tinggi sejumlah 58,33 %, tinggi Dalam penelitian Siti Chairani Umasugi
35 %, cukup 6,67 %, rendah 0 % dan sangat Hasil analisis korelasi regresi ganda
rendah 0%. menunjukkan bahwa ada hubungan antara
regulasi emosi dan religiusitas dengan
kecenderungan perilaku bullying dengan
koefisien korelasi R = 0,344 dan taraf
signfikansi p = 0,006 (p < 0,01).

Hasil korelasi antara regulasi emosi


dengan kecenderungan perilaku bullying
menunjukkan koefisien korelasi rxy = - 0,300
dengan taraf signifikansi p = 0,003 (p < 0,01).
Hal ini berarti ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara regulasi emosi dengan
kecenderungan perilaku bullying. Semakin
tinggi regulasi emosi maka semakin rendah
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat nilai
kecenderungan perilaku bullying, sebaliknya
signifikan korelasi antara religiusitas dengan
semakin rendah regulasi emosi maka semakin
perilaku bullying sebesar - 0,573 dengan sig.
tinggi kecenderungan perilaku bullying. Hasil
0,000 (p < 0,01) . Hal ini menunjukkan bahwa
korelasi antara religiusitas dengan
hipotesis diterima dengan taraf signifikansi
kecenderungan perilaku bullying menunjukkan
sangat signifikan. Artinya ada korelasi negatif
koefisien korelasi rxy = -0,228 dengan taraf
yang sangat signifikan antara religiusitas
signifikansi p = 0,019 (p < 0,05).
dengan perilaku bullying. Semakin tinggi
religiusitas siswa akan semakin rendah Hal ini berarti ada hubungan negatif yang
kecenderungan perilaku bullying, sebaliknya signifikan antara religiusitas dengan
semakin rendah religiusitas akan semakin tinggi kecenderungan perilaku bullying. Semakin
perilaku bullying. tinggi religiusitas maka semakin rendah
kecenderungan perilaku bullying, sebaliknya
PEMBAHASAN
semakin rendah religiusitas maka semakin
Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa tinggi kecenderunga perilaku bullying.
adanya hubungan antara religiusitas dengan

National Conference Multidisciplinary | 484


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

Berdasarkan hasil analisis data dan Keliat, B.A. (2015). Panduan Keselamatan
pembahasan hasil penelitian yang telah Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
diuraikan penulis maka dapat disimpulkan EGC.
bahwa, ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara religiusitas dengan perilaku Komisi Perlindungan Anak Indonesia (2014),
bullying pada siswa SMP A Wahid Hasyim KPAI : Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter,
Tebuireng Jombang (r’rho = -0,573 dan sig = diakses pada tanggal 23 Juni 2016 dari
0,000 (p < 0,01). Hubungan dalam penelitian ini http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-
berbentuk korelasi negatif, sehingga semakin dan-pendidikan-karakter/
tinggi religiusitas maka semakin rendah
perilaku bullying, sebaliknya semakin rendah Lestari, W.S. (2016). Analisis Faktor-Faktor
religiusitas maka semakin tinggi perilaku Penyebab Bullying di Kalangan Peserta Didik
bullying. (Studi Kasus Pada Siswa SMPN 2 Kota
Tangerang Selatan). Skripsi Fakultas Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adila, N., (2009). Pengaruh Kontrol Sosial
Terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi
Indonesia Universitas Indonesia. Vol. 5, No. I Muhammad (2009). Aspek Perlindungan Anak
hal 56-66. Dalam Tindak Kekerasan (Bullying) Terhadap
Siswa Korban Kekerasan Di Sekaolah (Studi
Astuti P.R., (2008). Meredam Bullying : 3 Cara Kasus di SM Kabupaten Banyumas. Jurnal
Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Dinamika Hukum Sekolah Tinggi Agama Islam
Jakarta : Penerbit Buku UI Press. Al Ghazali Cilacap. Vol. 9, No. 3 hal 230-236.

Aviyah, E., Muhammad Farid (2014). Palupi, A.O. (2013). Pengaruh Religiusitas
Religiusitas, Kontrol Diri Dan Kenakalan Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa
Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia Universitas Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten
17 Agustus 1945. Vol. 3, No. 02 hal 126-129. Kendal. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
Chaplin (2011). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta : Penerbit Buku Grasindo. Prapanca, P. (2017). Pengaruh Tingkat
Religiusitas Terhadap Self Resiliensi Siswa
Dwipayanti I.A.S., Komang Rahayu Indrawati Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2
(2014). Hubungan Antara Tindakan Bullying Karanganyar. E-Journal Bimbingan dan
Dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying Konseling Universitas Negeri Yogyakarta. Edisi
Pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi 1 Tahun ke-6.
Indonesia Universitas Udayana. Vol. 1, No. 2
hal 251-260. Rachmawati, N.I, Anggun Resdasari Prasetyo
(2015). Kecerdasan Spiritual Dan
Fithria, Rahmi Auli (2016). Faktor-faktor Yang Kecenderungan Perilaku Seksual Pranikah
Berhubungan Dengan Perilaku Bullying. Idea Pada Siswa SMK. Jurnal Empati Universitas
Nursing Journal Universitas Syiah Kuala Banda Diponegoro. Vol. 4, No. 4 hal 96-100.
Aceh. Vol. VII, No. 3 hal 9-17.
Saifullah, F. (2016). Hubungan Antara Konsep
Halimah A., Asniar Khumas, Kurniati Zainuddin Diri Dengan Bullying Pada Siswa-siswi SMP
(2015). Persepsi Pada Bystander Terhadap (SMP Negeri 16 Samarinda). eJournal Psikologi
Intensitas Bullying Pada Siswa SMP. Jurnal Fisip Unmul. Vol. 4, No. 2 hal. 200-214.
Psikologi Universitas Negeri Makassar. Vol. 42,
No. 2 hal 129-140. Sakila, H. (2019). Hubungan Religiusitas
Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja.
Indriyani, S. (2019). Analisis Perilaku Bullying Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Siswa Sekolah Menengah Atas Al-Azhar 3 Universitas Islam Negeri Raden Intan
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019. Lampung.
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Satriani. (2011). Hubungan Tingkat Religiusitas
Dengan Kecemasan Moral Mahasiswa

National Conference Multidisciplinary | 485


National Conference Multidisciplinary .................................... Vol. 1 No.1 – 2021

Ushuluddin UIN SUSKA Riau. Skripsi Fakultas


Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.

Siregar Syufian (2012). Statistik Parametrik


Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Bumi
Aksara.

Tis’ina N.A., Suroso (2015). Pola Asuh Otoriter,


Konformitas dan Perilaku School Bullying.
Jurnal Psikologi Indonesia Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya. Vol. 4, No. 2 hal 153-
161.

Ummah, N.K, (2017). Hubungan Religiusitas


Dengan Efikasi Diri Siswa Kelas VIII MTsN
Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Surakarta.

Yayasan SEJIWA (2008). Bullying (Mengatasi


Kekerasan di Lingkungan Sekolah dan
Lingkungan Sekitar Anak). Jakarta : Penerbit
Buku PT grasindo.

Zakiyah, E.Z., Sahadi Humaedi, Meilanny


Budiarti Santoso (2017). Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan
Bullying. Jurnal Penelitian & PPM Universitas
Padjadjaran. Vol. 4, No. 02 hal 129-389.

National Conference Multidisciplinary | 486

Anda mungkin juga menyukai