Anda di halaman 1dari 14

p-ISSN : 2460-7363

e-ISSN : 2614-6606

PEMANFAATAN PROGRAM
PEMBELAJARAN LOVAAS (ABA)
DENGAN PENDEKATAN ICARE
DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN GENERAL LIFE SKILL
ANAK AUTIS
1
Kuntum An Nisa Imania , 2Siti Husnul Bariah
Program StudiPendidikan Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Terapan dan Sains
Institut Pendidikan Indonesia
Email: 1 kuntum.27@gmail.com 2sitihusnulbariyah@gmail.com

Abstract - The purpose of this research is to know how to apply Lovaas method with
ICARE approach to General Life Skill Child Autism. This research includes the type of
literature study research by finding reference theory relevant to the case or problems
found. Reference theory obtained by way of research literature study serve as the basic
foundation and the main tool for research practice in the field. To obtain appropriate
information in the utilization activities carried out through the activities of utilization /
use of Lovaas method with ICARE approach. In general, the program objectives are as
follows: (1) Student Team effort, (2) Compliance, (3) Reduced self-stimulatory, (4)
Teaches the ability to simulate, (5) Introduce the other child as a model, (7) Playing
independently, (8) Pre-school ability, (9) Teach self-help skills, (10) Teach social skills
(11) Teaches brute and refined motor skills, (12) Teaches receptive / expressive
language Abilities that have been taught are then generalizable to others and other
situations.

Keywords : Lovaas Learning Program, ICARE, General Life Skill, Students with
Learning Disabilities

Abstrak - Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaiamana penerapan


metode Lovaas dengan pendekatan ICARE terhadap General Life Skill Anak Autis.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori
yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang
diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat
utama bagi praktek penelitian ditengah lapangan. Untuk memperoleh informasi yang
tepat dalam kegiatan pemanfaatan dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan/penggunaan
metode Lovaas dengan pendekatan ICARE. Secara umum, tujuan programnya adalah
sebagai berikut: (1) Usaha Tim Pengajar - siswa, (2) Compliance (kepatuhan, (3)
Mengurangi self-stimulatory, (4) Mengajarkan kemampuan menirukan, (5) Perkenalkan
anak yang lain sebagai model, (6) berkomunikasi: (a) Berbicara, (b) Gambar, (c) Bahasa
isyarat. (7) Bermain secara mandiri, (8) Kemampuan pra-sekolah, (9) Ajarkan
kemampuan bantu diri, (10) Ajarkan kemampuan bersosialisasi (11) Ajarkan

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 57


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

kemampuan motorik kasar dan halus, (12) Ajarkan bahasa reseptif/ekspresif.


Kemampuan yang telah diajarkan kemudian digeneralisasikan ke orang-orang lain dan
situasi lainnya.

Kata Kunci : Program Pembelajaran Lovaas, ICARE, General Life Skill, Anak
Berkebutuhan Khusus

I. Pendahuluan diartikan sebagai suatu proses


Pada dasarnya setiap anak pemebentukan kecakapan-kecakapan
berpotensi mengalami problema dalam fundamental baik secara intelektual
belajar, hanya saja problema tersebut ada maupun emosional ke arah alam dan
yang ringan dan tidak memerlukan sesama manusia. Agak mirip dengan
perhatian khusus dari orang lain karena pendapat John Dewey tersebut, tokoh lain
dapat diatasi sendiri oleh anak yang J.J Rousseau mengartikan pendidikan
bersangkutan dan ada juga yang problem pendidikan sebagai usaha memberi bekal
belajarnya cukup berat sehingga perlu yang tidak ada pada masa kanak-kanak
mendapatkan perhatian dan bantuan dari akan tetapi dibutuhkan pada masa ia
orang lain. Anak luar biasa atau disebut dewasa dalam bentuk kecakapan-
sebagai anak berkebutuhan khusus kecakapan hidup. Sedangkan menurut
(children with special needs), memang bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar
tidak selalu mengalami problem dalam Dewantara, memaknai pendidikan sebagai
belajar. Namun, ketika mereka usaha menuntun segala kekuatan kodrat
diinteraksikan bersama-sama dengan yang ada pada masa anak sebagai manusia
anak- anak sebaya lainnya dalam system dan sebagai anggota masyarakat supaya
pendidikan regular, ada hal-hal tertentu dapat mencapai kesempurnaan hidup.
yang harus mendapatkan perhatian khusus (Arif Rohman 2009: 168).
dari guru dan sekolah untuk mendapatkan
hasil belajar yang optimal. Pada jenjang pendidikan dasar yaitu:
Pembelajaran untuk anak TK/RA, SD/MI, SMP/MTS lebih
berkebutuhan khusus (student with special ditekankan pada pengembangan generik/
needs) membutuhkan suatu strategi General Life Skills (GLS) sebagai (1)
tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing upaya mengakrabkan peserta didik dengan
– masing . Dalam penyusunan progam perikehidupan nyata di lingkungannya, (2)
pembelajaran untuk setiap bidang studi menumbuhkan kesadaran tentang nilai/
hendaknya guru kelas sudah memiliki data makna dari perbuatan seseorang terhadap
pribadi setiap peserta didiknya. Data pemenuhan kebutuhan hidupnya, (3)
pribadi yakni berkaitan dengan karateristik memberikan sentuhan awal terhadap
spesifik, kemampuan dan kelemahanya, pengembangan keterampilan
kompetensi yang dimiliki, dan tingkat psikomotorik, dan (4) memberikan
perkembanganya. Karakteristik spesifik pilihan-pilihan tindakan yang dapat
student with special needs pada umumnya memacu kreativitas.
berkaitan dengan tingkat perkembangan Pendidikan kecakapan hidup umum
fungsional . Karaktristik spesifik tersebut (general life skills education) tidak
meliputi tingkat perkembangan sensori mengubah sistem pendidikan dan juga
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, tidak untuk mereduksi pendidikan hanya
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan sebagai latihan kerja. Pendidikan yang
berinteraksi social serta kreativitasnya. berorientasi pada kecakapan hidup umum
Menurut John Dewey, pendidikan (general life skills education) justru

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 58


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

memberikan kesempatan kepada setiap Istilah autisme berasal dari kata


anak didik untuk meningkatkan “Autos” yang berarti diri sendiri dan
potensinya dan memberikan peluang “isme” yang berarti suatu aliran,
untuk memperoleh bekal sehingga dapat diartikan sebagai suatu
keahlian/keterampilan. (Tim Broad Based paham tertarik pada dunianya sendiri
Education 2003: 13). (Suryana, 2004). Autisme pertama kali
ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun
Transfer general life skills terhadap siswa 1943. Kanner mendeskripsikan
autisme yang diaplikasikan melalui mata gangguan ini sebagai ketidakmampuan
pelajaran yang tersedia adalah sebuah untuk berinteraksi dengan orang lain,
proses interaksi antara peserta didik gangguan berbahasa yang ditunjukkan
dengan mata pelajaran dan lingkungannya, dengan penguasaan bahasa yang
sehingga terjadi perubahan perilaku ke tertunda, echolalia, mutism,
arah yang lebih baik. Proses ini pembalikan kalimat, adanya aktivitas
merupakan proses pengubahan status bermain repetitive dan stereotype, rute
siswa dari lack of knowledge to ingatan yang kuat dan keinginan
knowledge. Keberhasilan transfer general obsesif untuk mempertahankan
life skills setidaknya ditunjukan dengan keteraturan di dalam lingkungannya.
adanya perubahan sikap dan perilaku serta (Dawson & Castelloe dalam
peningkatan status pengetahuan dari tidak Widihastuti, 2007).
tahu menjadi tahu. (Endang Purwanti Autisme dapat didefinisikan
2002: 4). sebagai kondisi seseorang yang luar
biasa asik dengan dirinya sendiri
Secara umum, bagi siswa non ABK (Reber, 1985 dalam Trevarthendkk,
maupun siswa ABK pembelajaran general 1998). Pengertian ini menunjuk pada
life skills bertujuan untuk memfungsikan bagaimana anak-anak autis gagal
pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu bertindak dengan minat pada orang
mengembangkan potensi manusiawi lain, tetapi kehilangan beberapa
peserta didik untuk dapat menghadapi penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak
perannya di masa mendatang. (Sugeng membantu orang lain untuk memahami
Listyo Prabowo 2010: 19). seperti apa dunia mereka.
Ketidakmampuan sosial meliputi
Metode Lovaas banyak dipakai suatu kegagalan untuk menggunakan
untuk menangani anak-anak autistik kontak mata langsung untuk
dikarenakan metode ini memiliki beberapa membangun interaksi sosial, jarang
kelebihan yaitu : terstruktur (teknik mencari orang lain untuk memperoleh
mengajar yang jelas), terarah (panduan kenyamanan atau afeksi, jarang
program yang dapat dijadikan acuan), memprakarsai permainan dengan orang
terukur (keberhasilan / kegagalan dapat lain dan tidak memiliki relasi dengan
diketahui dengan pasti). teman sebaya untuk berbagi minat dan
Adanya kejelasan dari metode emosi secara timbal balik. Selain
Lovaas tersebut di atas, metode ini kekurangan sosial ini, anak-anak
sekarang banyak dipakai sebagai autistik juga memperlihatkan
intervensi dini dalam penanganan perilaku keabnormalan komunikasi yang
untuk anak-anak autistik di Indonesia. terfokus pada masalah penggunaan
bahasa dalam rangka membangun
II. Tinjauan Pustaka komunikasi sosial, tidak adanya
A. Autisme keselarasan dan kurangnya timbal

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 59


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

balik, serta penggunaan bahasa yang mengajarkan kedisiplinan dimana pada


stereotip dan berulang-ulang. Misalnya kurikulumnya telah dimodifikasi dari
jika kita bertanya (pada anak autistik) aktivitas sehari- hari dan dilaksanakan
“Apa kabar Budi?” Budi akan secara konsisten untuk meningkatkan
menjawab “Apa kabar Budi” anak-anak perilaku yang signifikan. Kepatuhan
autistik juga juga bingung dengan kata dan kontak mata merupakan kunci
ganti misalnya ialah ketika mereka utama dalam penerapan metode
memakai kata anda untuk aku. Lovaas, tanpa penguasaan kedua
B. Metode Lovaas kemampuan tersebut anak autisme akan
Ada beberapa pengertian tentang sulit diajarkan aktivitas-aktivitas
terapi Lovaas atau ABA ( Applied perilaku yang lain.
Behaviour) Yang digunakan untuk C. Pendekatan ICARE
penanganan anak autistik. Dalam penyusunan perangkat
Menurut Handoyo dalam Jessica pembelajaran tiap pelajaran untuk
Kingley ( 2006 : 8) Terapi ini sangat belajar aktif, digunakan satu kerangka
representatif bagi penanggulangan anak yang sangat sederhana, yaitu disebut
spesial dengan gejala autisme. Sebab ICARE. Sistem ICARE mancakup lima
memiliki prinsip yang terukur, terarah elemen kunci suatu pengalaman belajar
dan sistematis juga variasi yang yang baik, yang dapat diterapkan
diajarkan luas sehingga dapat terhadap peserta didik. Oleh karena itu,
meningkatkan keterampilan sistem ICARE sangat baik untuk
komunikasi, sosial dan motorik halus diterapkan dalam proses belajar di
maupun kasar. sekolah. ICARE adalah singkatan dari:
Terapi Lovaas adalah metode Introduction, Connection, Application,
tatalaksana perilaku yang berkembang Reflection, dan Extension.Penggunaan
sejak puluhan tahun, ditemukan sistem ICARE sangat memberi peluang
psikolog Amerika, Universitas kepada peserta didik untuk memiliki
California Los Angeles, Amerika kesempatan mengaplikasikan apa yang
Serikat, Ivar O. Lovaas (Handojo, telah mereka pelajari dalam pelatihan.
2008: 15)., Beliau memulai eksperimen Namun juga harus diingat bahwasanya
dengan cara mengaplikasikan teori B.F. perangkat tersebut harus memenuhi
Skinner, Operant Conditioning. Di aturan sesuai dengan standar proses
dalam teori ini disebutkan suatu pola yang terdapat dalam Permendiknas no
perilaku akan menjadi mantap jika 41 tahun 2007. Dalam Permendiknas
perilaku itu diperoleh si pelaku tersebut terdapat eksplorasi, elaborasi,
(penguat positif) karena mengakibatkan dan konfirmasi. Di samping itu juga
hilangnya hal-hal yang tidak diinginkan memasukkan pendidikan budaya
(penguat negatif). Sementara suatu karakter bangsa dan kewirausahaan.
perilaku tertentu akan hilang bila Berikut ini dijelaskan secara rinci
perilaku itu diulang terus menerus dan kerangka ICARE
mengalami sesuatu yang tidak I = Introduction (Pendahuluan)
menyenangkan (hukuman) atau Pada tahap pengalaman belajar ini
hilangnya hal-hal yang menyenangkan guru atau fasilitator menetapkan materi
si pelaku (penghapusan). pelajaran kepada peserta didik. Ini harus
Dari beberapa pendapat di atas mencakup menyiapkan peserta didik
maka dapat disimpulkan bahwa Metode secara psikis dan fisik untuk mengikuti
Lovaas / Applied Behavior Analysis proses pembelajaran, penjelasan tujuan
(ABA) merupakan metode yang pembelajaran, dan menyampaikan

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 60


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

cakupan materi serta penjelasan uraian nyata dengan menggunakan informasi dan
kegiatan sesuai silabus. keterampilan baru yang telah dicapai.
C = Connection (Koneksi) R = Reflection (Refleksi)
Koneksi merupakan tahap Refleksi merupakan tahap membuat
pengkaitan antara pengetahuan yang ringkasan (summary) pembelajaran di
dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam mana peserta didik mendapat kesempatan
banyak hal, proses belajar itu berurutan untuk merefleksikan apa yang telah
(sequential) dengan membangun suatu dipelajari bersama dengan guru untuk
kompetensi di atas suatu kompetensi menilai pencapaian dirinya terhadap
sebelumnya. Karena itu, semua materi pelajaran. Refleksi dapat dilakukan
pengalaman belajar yang baik harus melalui diskusi kelompok dimana guru
dimulai dari apa yang peserta didik telah meminta peserta didik membuat presentasi
tahu dan dapat dilakukan serta dapat atau menjelaskan apa yang telah
dibangun di atasnya. Pada tahap dipelajari. Kegiatan ini pun dapat
connection pembelajaran guru mencoba dilakukan melalui kegiatan menulis
mengaitkan materi pembelajaran yang ringkasan dari apa yang telah dipelajari
baru dengan pengalaman belajar secara individual atau melalui kuis singkat
sebelumnya. Guru dapat mencapainya dimana guru mengajukan pertanyaan
dengan melakukan latihan brainstorming berdasarkan materi pelajaran. Pada
sederhana untuk mengenali apa yang telah kegiatan ini guru perlu memberikan
diketahui peserta didik, dengan meminta kesempatan kepada peserta didik
peserta didik mengatakan kepada guru apa mengemukakan tentang apa yang mereka
yang mereka ingat dari pembelajaran telah pelajari.
sebelumnya atau dengan mengembangkan E = Extension (Perluasan)
suatu kegiatan yang dapat dilakukan Perluasan merupakan
peserta didik secara mandiri. Dengan pengembangan lebih lanjut dari
mengikuti hal ini guru menghubungkan pembelajaran yang telah diterima oleh
peserta didik dengan materi yang baru. peserta didik dan harus dilakukan oleh
Namun, yang perlu diperhatikan adalah mereka. Karena pembelajaran tertentu
bahwa tahap ini dilakukan tidak terlalu telah selesai bukan berarti bahwa semua
lama menghabiskan waktu. Paling lama yang telah dipelajari peserta didik
waktu dugunakan sekitar sepuluh menit. otomatis dapat mereka pahami atau
A = Application (Penerapan) gunakan. Oleh karena itu, guru harus
Aplikasi merupakan bagian memberi kegiatan sebagai kelanjutannya.
terpenting dalam pembelajaran. Setelah Tahap extension pembelajaran diterapkan
peserta didik memperoleh pengetahuan melalui pemberian kegiatan-kegiatan yang
atau keterampilan baru melalui tahap dapat dilakukan peserta didik sebagai
connection, mereka perlu diberi tindak lanjut pembelajaran untuk
kesempatan untuk mempraktekkan dan memperkuat (reinforce) dan memperluas
mengaplikasikan pengetahuan dan pembelajaran. Di sekolah kegiatan-
keterampilan itu. Bagian penerapan kegiatan extension dapat dijadikan sebagai
haruslah menjadi bagian pembelajaran pekerjaan rumah (PR). Kegiatan-kegiatan
yang paling lama tatkala peserta didik extension dapat meliputi pemberian bahan
secara berpasangan atau berkelompok bacaan tambahan dan tugas melakukan
bekerja secara mandiri dibawah penelitian atau latihan.
pengarahan guru untuk melengkapi suatu
kegiatan dari kehidupan nyata atauIII. Tujuan Penelitian
memecahkan suatu masalah kehidupan Penelitian ini bertujuan untuk

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 61


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

mengetahui pemanfaatan penggunaan belajar aktif, digunakan satu kerangka


metode Lovaas dengan pendekatan yang sangat sederhana, yaitu disebut
ICARE terhadap General Life Skill ICARE.
(Kecakapan Hidup) anak Autis. Fungsi 3. Pendidikan yang berorientasi pada
dari metode pembelajaran adalah untuk kecakapan hidup umum (general life
memudahkan/membantu guru dalam skills education) justru memberikan
mengimplementasikan kegiatan kesempatan kepada setiap anak didik
pembelajaran, anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan potensinya dan
(autis) merupakan individu yang berbeda memberikan peluang untuk
dengan individu pada umumnya mereka memperoleh bekal
cenderung memiliki keterlambatan baik keahlian/keterampilan.
itu sikap, psikis, mental maupu
intelegensi. Oleh karena itu, dengan ada V. Pembahasan
metode Lovaas yang di blendedkan A. Program Pembelajaran Metode
dengan ICARE diharapkan mampu Lovaas
membantu anak Autis dalam kegiatan Setiap orangtua akan mengalami
pembelajarannya khususnya terhadap berbagai macam perasaan pada saat
Generale Life Skill mereka yang mendengar dari mulut professional
memang memiliki keterlambatan bahwa anaknya mengalami gangguan
ataupun berbeda dengan individu pada perkembangan yang termasuk dalam
umumnya. spectrum autisme. Yang sering terjadi
IV. Manfaat Penelitian adalah perasaan tak percaya, marah, tak
Dengan mengetahui cara melakukan dapat menerima dengan harapan bahwa
kegiatan pembelajaran bagi anak autis diagnosis tersebut salah, rasa shock,
akan mempermudah kegiatan panik, sedih, bingung, dan lain
pembelajaran. Dikarenakan anak autis sebagainya. Banyak yang kemudian
memerlukan suatu metode dan mencari pendapat dokter lain untuk
pendekatan pembejaran yang khusus lebih mendapat kepastian mengenai
dikarenakan kondisi individu yang diagnosis tersebut, oleh karena memang
membutuhkan penangan khusus pula, masih banyak dari kalangan profesi
dengan bantuan menggunakan metode kedokteran pun yang belum begitu
Lovaas dengan pendekatan ICARE mendalami gangguan yang datu ini.
sebuah inovasi dalam pengembangan Bagi seorang dokter pun rasanya
metode pembelajaran yang dimana sangat berat untuk menjadi pembawa
diharapkan dapat membantu para guru kabar buruk tersebut pada orangtua
dan siswa pada sekolah berkebutuhan yang datang untuk berkonsultasi
khusus untuk kegiatan pembelajaran dengan perasaan harap-harap cemas.
dalam meningkatkan kemampuan Namun memberi harapan semu pada
General Life Skill siswa. orangtua penyandang autisme adalah
1. Pengembangan program pembelajaran suatu hal yang sangat merugikan bagi
adalah rumusan-rumusan tentang apa penyembuhan anak tersebut, sehingga
yang akan dilakukan guru dan peserta tatalaksana terapi harus secepat
didik dalam proses pembelajaran mungkin diterakpan.
untuk mencapai tujuan, sebelum Untunglah bahwa sebagian besar
kegitan belajar mengajar yang orangtua dapat menerima dengan tabah
sesungguhnya dilaksanakan. kabar tersebut dan langsung mau
2. Dalam penyusunan perangkat bekerjasama untuk menerapkan
pembelajaran tiap pelajaran untuk

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 62


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

tatalaksana penanganan autisme secara yang mengalami gangguan


terpadu untuk anaknya. perkembangan, lalu ia mencoba
Penanganan terpadu harus secepat menggunakan metode ini untuk melatih
mungkin dilaksanakan bila diagnosis anak-anak autis di UCLA.
autisme sudah terbentuk. Meskipun Metodenya terutama didasarkan
kelalaian yang ada di otak tidak dapat pada pemecahan tugas-tugas, termasuk
disembuhkan, namun dengan pola tugas yang kompleks, abstrak seperti
penanganan terpadu dan intensif, komunikasi, dengan menggunakan
gejala-gejala autisme dapat dikurangi bahasa menjadi serangkaian langkah
bahkan dihilangkan, sehingga secara runtun, dan setiap langkah
diharapkan bisa berbaur dan hidup menyiapkan jalan untuk langkah
mandiri dalam masyarakat normal. berikutnya. Mengajar dengan
Dalam karya tulis ini, penulis akan menggunakan “discrete trials” orangtua
memaparkan suatu jenis terapi yang dan terapis bekerja sebagai tim untuk
terbukti efektif dalam menangani menciptakan suasana belajar yang
penyandang autistik secara terpadu. sangat terstruktur dan konsisten. Secara
Terapi ini dikenal dengan Metode berangsur-angsur, si anak tidak hanya
Lovaas atau terapi ABA ( Applied dapat mengerti “discrete bits” dari
Behaviour ) Yang digunakan untuk masalah pokok yang diajarkan, tetapi
penanganan anak autistik. lebih penting lagi untuk memfokuskan
Metode Lovaas ini didasarkan perhatian mereka, berkonsentrasi
pada teori “Operant Conditioning” dengan lebih efektif, dan dengan itu
yang dipelopir oleh Burrhus Frederic dapat belajar dengan lebih mudah.
Skinner (1904-1990) seorang Begitulah akhirnya mengapa metode ini
behavioralis dari Amerika Serikat. juga dikenal dengan kata discrete trial
Dasar teori Skinner sendiri adalah training.
pengendalian perilaku melalui Sesuai dengan namanya, teknik ini
manipulasi imbalan dan hukuman. berangkat dari teori behavioristik
Skinner percaya bahwa sebenarnya dimana mereka meyakini bahwa
orang yang telah memberinya kunci perilaku berhubungan dengan system
untuk memahami perilaku adalah Ivan reward ( hadiah / penghargaan ) dan
Pavlov, seorang fisiolog Rusia dengan konsekwensi ( akibat ). Berangkat dari
teorinya Classical Conditioning. Pavlov pemahaman dasar ini maka teknik ini
mengatakan: kendalikanlah kondisi biasanya digunakan sebagai dasar
(lingkungan) dan kita akan melihat untuk metode mengajar. Oleh sebab itu,
tatanan (order). berangkat dari teori ini, Lovaas dan The
Modifikasi perilaku (behavior Lovaas institute mengembangkan
modification) ini pada mulanya teknik ini dan menjabarkannya menjadi
merupakan cara untuk melatih hean beberapa pengertian di bawah ini) :
percobaan dengan menggunakan a. Applied
imbalah dan hukuman secara Meletakkan penugasan pada
sistematis, namun seperempat abad kondisi yang real
belakangan ini telah berkembang b. Behavioral Analysis
menjadi pendekatan ilmu pendidikan Observasi dan analisis yang
(pedagogical approach Ivar Lovaas dilakukan untuk obyek perilaku
adalah seorang psikolog klinis yang tertentu dengan tujuan untuk
sejak tahun 1964 menggunakannya merubah atau menciptakan
dalam upaya membantu anak-anak perilaku baru yang diinginkan.

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 63


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

Sehingga secara ringkas dapat 6) Ajarkan suatu cara untuk


dikatakan bahwa Metode Lovaas berkomunikasi:
adalah suatu teknik yang telah a. Berbicara
disusun secara sistematis untuk b. Gambar, misalnya menggunakan
mengurangi perilaku yang tidak COMPIC sebagai jembatan untuk
diinginkan dan meningkatkan nantinya berbicara menggunakan
perilaku yang diharapkan. suara
Teknik ini diberikan dengan c. Bahasa isyarat, biasanya tidak
tujuan untuk meningkatkan begitu disarankan karena
pemahaman dan kepatuhan anak kemungkinan penggunaannya
autis terhadap aturan. Dari terapi sebagai cara untuk self-
ini hasil yang didapatkan stimulatory. Bahasa isyarat ini
signifikan bila mampu diterapkan juga seharusnya tidak boleh
secara intensif, teratur dan diajarkan pada anak yang masih
konsisten pada usia dini. sangat kecil (di bawah 4 tahun)
B. Metode Lovaas Pada Anak Autis yang konsep bahasanya
Sebelum memulai dengan terapi kemungkinan terlambat, atau
itu sendiri, orangtua dan terapis anak-anak yang belum banyak
biasanya membicarakan persiapan menerima verbal training.
untuk memulai terapi. Karena metode 7) Ajarkan anak bermain secara
ini tidak dapat ditangani sendiri, mandiri dan dengan anak yang lain
sebaiknya suatu tim dibentuk dengan 8) Ajarkan kemampuan pra-sekolah
serangkaian jadwal yang akan dilalui (misalnya menggunting, menempel
sang anak. Dalam mengerjakan metode dan duduk di lantai)
Lovaas anak akan dituntut waktu 9) Ajarkan kemampuan bantu diri
belajar tidak kurang dari 40 jam (untuk ke kamar mandi)
per/minggu, dan adanya suatu tim 10) Ajarkan kemampuan bersosialisasi
terapis dan orangtua yang dijadwalkan (misalnya menyapa “halo”)
bergantian memberikan drill, dan 11) Ajarkan kemampuan motorik kasar
biasanya pertemuan rutin 2-3 minggu dan halus
sekali oleh anggota tim untuk 12) Ajarkan bahasa reseptif/ekspresif
membahas segala sesuatu yang dialami (kata benda, kata kerja, kemampuan
bersama anak termasuk memastikan memulai pembicaraan)
instruksi dan program yang dipakai 13) Kemampuan yang telah diajarkan
selalu sinkron. kemudian digeneralisasikan ke
Secara umum, tujuan programnya orang-orang lain dan situasi lainnya.
adalah sebagai berikut: Terapi wicara dan Lovaas.
1) Usaha suatu tim pengajar-para guru Koordinasi antara terapi wicara dengan
bekerja sama dan anak program metode Lovaas antara lain:
2) Compliance (kepatuhan), misalnua 1) Terapi wicara mengambangkan
duduk dan siap bila diminta objektif untuk bicara serupa dengan
3) Mengurangi self-stimulatory dan program perilaku untuk mencapai
perilaku agresif generalisasi
4) Mengajarkan kemampuan 2) Terapi wicara turut menggunakan
menirukan secara umum program Discrete Trial
5) Setelah pra-kemampuan diajarkan, sekomunikatif dan sefungsional
perkenalkan anak yang lain sebagai mungkin
model

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 64


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

3) Terapi wicara dapat menambahkan mencakup lima elemen kunci suatu


informasi penting tentang bicara dan pengalaman belajar yang baik, yang
bahasa dapat diterapkan terhadap anak, peserta
4) Terapi wicara dapat membantu didik, orang muda maupun orang
memastikan bahwa semua terapis dewasa. Oleh karena itu, sistem ICARE
yang ada menggunakan kata, sangat baik untuk diterapkan bukan
perintah dan mainan dalam hanya pada pelatihan di manapun
mencapai tujuan tersebut dilakukan tetapi juga dalam proses
5) Terapi wicara dapat memberikan belajar di sekolah. ICARE adalah
informasi kepada timnya tentang singkatan dari: Introduction,
perkembangan linguistik yang wajar Connection, Application, Reflection,
serta urutan komunikasi yang dan Extension. Penggunaan sistem
normal ICARE sangat memberi peluang
6) Terapi wicara dapat menunjukkan kepada para peserta pelatihan atau
bagaimana melakukan penyatuan peserta didik untuk memiliki
objektif untuk kegiatan sehari-hari kesempatan mengaplikasikan apa yang
ataupun aktivitas harian, misalnya telah mereka pelajari dalam pelatihan.
makan, mandi, dan waktu tidur Berikut ini dijelaskan secara rinci
untuk membantu generalisasi dan kerangka ICARE.
urutan Tahap – Tahap Model Pembelajaran
7) Terapi wicara dapat ICARE
mengembangkan reinforcers yang Model Pembelajaran ICARE
dapat digunakan seperti mainan, meliputi 5 unsur kunci dari pengalaman
permen, pelukan, pujian dan lainnya pembelajaran (baik dengan anak-anak,
8) Terapi wicara seharusnya orang muda atau orang dewasa). Sesuai
mengevaluasi bagaimana cara dengan namanya, “ICARE”
keterampilan bahasa dipakai dalam pembelajaran ini merupakan singkatan
lingkungan kelas untuk mendapat dari 5 kata yaitu: introduction
yang maksimum dari interaksi ini (pengenalan), connection
9) Terapi wicara juga dapat membantu (menghubungkan), Application
memecahkan masalah-masalah yang (menerapkan), Reflection
berkaitan dengan linguistic (merefleksikan), dan Extension
10) Terapi wicara pun dapat membantu (memperluas dan evaluasi). Sistem
dalam evaluasi dan terapi untuk pembelajaran ICARE dikembangkan
masalah-masalah yang ada oleh Department Of Educational
bersamaan dengan masalah autisme Technology, San Diago University
yang menyangkut bicara misalnya (SDSU) Amerika Serikat. Secara
apraxia dan lain-lain diagramatis, system pembelajaran
Kurikulum untuk speech sendiri ICARE adalah sebagai berikut:
harus termasuk language technique 1. Tahapan Pertama: Introduction
facilitation (eyecontact, modelling, (Pengantar/Perkenalan)
pemakaian pertanyaan langsung, Introduction pada tahap ini guru
misalnya “apa ini?”) dan sebagainya. atau fasilitator menanamkan
E. Pendekatan ICARE pemahaman tentang isi dari pelajaran
Penyusunan bahan pelajaran/sesi kepada peserta didik. Bagian ini harus
untuk belajar aktif, digunakan satu berisi tujuan pelajaran dan apa yang
kerangka yang sangat sederhana, yaitu akan dicapai selama pelajaran tersebut.
disebut ICARE. Sistem ICARE Introduction harus singkat dan

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 65


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

sederhana, menginformasi bahan yang pasangan atau dalam kelompok untuk


hendak disajikan dengan bahan secara menyelesaikan kegiatan nyata atau
keseluruhan (konteks). memecahkan masalah nyata
2. Tahap Kedua: Connection menggunakan informasi dan kecakapan
(Menghubungkan/Hubungkan) baru yang mereka peroleh.
Sebagian besar pembelajaran Pembelajaran dilakukan secara
merupakan rangkaian dengan satu interaktif dan mengaplikasikan bahan
kompetensi yang dikembangkan yang diajarkan dengan persoalan nyata
berdasarkan kompetensi sebelumnya. yang terjadi dalam kehidupan sehari-
Oleh karena itu, semua pengalaman hari.
yang baik perlu dimulai dari apa yang 4. Tahap Keempat: Reflection
sudah diketahui, dapat dilakukan oleh (Refleksi).
peserta didik dan mengembangkannya. Bagian ini merupakan ringkasan
Sebagian besar pembelajaran dari pelajaran/sesi, sedangkan peserta
merupakan rangkaian dengan satu memiliki kesempatan untuk
kompetensi yang dikembangkan merefleksikan apa yang telah mereka
berdasarkan kompetensi sebelumnya, pelajari. Tugas instruktur adalah
menghubungkan pengetahuan baru menilai sejauh mana keberhasilan
dengan pengetahuan sebelumnya dapat pembelajaran. Kegiatan refleksi atau
untuk meningkatkan pemahaman dan ringkasan dapat melibatkan diskusi
aplikasi. Pada tahap ini, yaitu : a) kelompok dimana instruktur meminta
Membagi materi ke dalam sub-sub peserta untuk melakukan presentasi
topic untuk memudahkan siswa atau menjelaskan apa yang telah
memahami informasi baru; b) mereka pelajari. Mereka juga dapat
Menghubungkan informasi kepada melakukan kegiatan penulisan mandiri
tugas-tugas yang berkaitan dengan dimana peserta menulis sebuah
dunia nyata dan pengetahuan ringkasan dari hasil pembelajaran.
sebelumnya; c) Memfasilitasi siswa Refleksi ini juga bisa berbentuk kuis
dengan informasi secara bertahap dan singkat, yaitu instruktur memberi
berkesinambungan sehingga pertanyaan berdasarkan isi pelajaran.
merupakan rangkaian belajar yang Poin penting untuk diingat dalam
bermakna; d) Menyajikan bahan yang refleksi adalah bahwa instruktur perlu
diberikan secara lebih menyenangkan untuk menyediakan kesempatan bagi
berbagi pendekatan dan penggunaan para peserta untuk mengungkapkan apa
media. yang telah mereka pelajari.
3. Tahap Ketiga: Application 5. Tahap Kelima: Extension
(Mengaplikasikan/Menerapkan). (Memperluas Dan Evaluasi).
Tahap ini adalah yang paling Ada dua kegiatan utama dalam
penting dari pembelajaran. Setelah tahap akhir ini. Pertama guru
peserta didik memperoleh informasi melakukan serangkaian pengalaman
atau kecakapan baru melalui tahap belajar tambahan yang bisa
connection, mereka perlu diberi memperkaya pengetahuan yang telah
kesempatan untuk mempraktikkan dan dicapai siswa. Kedua, sebagai bentuk
menerapkan pengetahuan serta kegiatan evaluasi, yaitu sampai sejauh
kecakapan tersebut. Bagian application mana para siswa dapat menguasai
harus berlangsung paling lama dari bahan yang telah diajarkan oleh guru.
pelajaran/sesi dimana peserta bekerja Di sekolah extension biasanya disebut
sendiri, tidak dengan instruktur, secara pekerjaan rumah. Kegiatan extension

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 66


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

dapat meliputi penyediaan bahan C. General Life Skill Anak Autis


bacaan tambahan, tugas penelitian atau Pembelajaran general life skills
latihan. terbagi menjadi dua komponen yaitu
Kelebihan & Keterbatasan Model kecakapan personal dan kecakapan
ICARE sosial. Dari kedua komponen tersebut
Pembelajaran dengan model pun terbagi lagi menjadi beberapa item
pembelajaran ICARE memlki beberapa yang menjadikan pembelajarannya bisa
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut: dikatakan mencakup apa yang
1. Kelebihan dibutuhkan oleh siswa. Sebagai
a. Pemetaan struktur isi yang penjelasannya bisa dilihat bagaimana
seimbang antara teori dan praktek pembelajarannya yaitu:
bagi guru dan siswa; Kesadaran
Spiritual
b. Memiliki pendekatan berbasis life
Skill Kecapakan Kesadaran akan
Personal Potensi
c. Memungkinkan sekolah
melakukan monitoring dan Kecakapan
Berpikir
evaluasi yang terbuka kepada General Life Skill

gurunya; Kecakapan
Komunikasi
d. Memberikan peluang bagi Kecakapan Sosial
sekolah untuk memformulasikan Kecakapan
Mengkolaborasi
kembali struktur kurikulum yang
ada dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa serta kondisi Gambar 1. Pembelajaran general life
lingkungan yang ada; skills
e. Memberikan kesempatan kepada
guru untuk melakukan apersepsi Applied Behaviour Anslysis adalah
pada setiap pembelajaran yang suatu metode terapi tata perilaku pada
akandilakukan dengan mudah. anak autis yang diberikan secara
2. Keterbatasan intensif selama 40 jam per minggu
a. Menuntut kemampuan analisa dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun.
yang menyeluruh terhadap Metode Lovaas ini pada prinsipnya
deskripsi dan struktur kurikulum; menekankan pada terapi tata perilaku
b. Memerlukan pemahaman guru anak autisme yang cenderung bersifat
terhadap semua panduan labil yang terkadang menunjukkan
kebijakan implementasi perilaku yang hiperaktif dan di waktu
kurikulum secara utuh; lain juga menunjukkan perilaku pasif/
c. Menuntut guru untuk selalu hipoaktif. Sehingga dengan perilakunya
otomatis dalam melakukan yang labil tersebut, anak autis akan
analisa komponen model semakin merasakan kesulitan dalam
(termasuk model ICARE) bersosialisasi dengan orang lain/
berdasarkan topik materi yang lingkungannya, disamping keterbatasan
akan diajarkan; kemampuan komunikasi yang
d. Menuntut sekolah dan guru dimilikinya. Diharapkan dengan terapi
dalam melakukan analisa pengendalian perilakunya tersebut,
kebutuhan dan trend pemanfaatan diharapkan mampu mendorong
bidang ilmu dalam kehidupan pemulihan kembali kondisi autis yang
sehari-hari oleh siswa. disandangnya.
a. Shaping

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 67


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

Merupakan suatu proses yang dan keluarga, juga orang rumah harus
dipakai untuk merubah perilaku anak sama persis. Instruksi diberikan dengan
menjadi perilaku yang diharapkan. suara seperti sedang bicara dengan
sebagai contoh: jika anak hanya belajar orang normal, tidak dengan terlalu
mengucapkan kata, lebih baik ajarkan keras atau membentak. Anak diberikan
pegang atau meminta benda, kemudian 3 kesempatan untuk merespon,
ajarkan cara menghasilkan bunyi, kesempatan yang ketiga anak harus
sebuah suku kata berikutnya bagaimana langsung dibantu bersamaan dengan
menghasilkan sebuah kata. (Rudi SD. (Trantoro Safaria 2005: 189).
Sutadi 2003: 29). g. Respon Anak (feedback)
b. Prompting Ada 3 kemungkinan respon dari
Prompt adalah bantuan yang anak yaitu tepat, atau tidak sama sekali.
sifatnya membantu anak agar siswa Apapun respon anak, berikan
mampu memberi respon benar sesuai konsekuensi yang sesuai. Respon tepat
dengan instruksi yang diberikan guru. diberikan hadiah berupa makanan atau
(D. Prasetyono 2008: 34). pujian, respon tidak tepat atau tidak ada
c. Fading respon diberikan kata tidak, ada juga
Cara bagaimana memecah bantuan setengah respon benar maka akan
yang diberikan kepada anak, agar anak diberikan kata coba lagi. Mengatakan
tidak tergantung terhadap bantuan yang tidak dengan nada yang datar bukan
diberikan. nada membentak untuk respon yang
d. Chaining salah, memberikan hadiah bila respon
Suatu kemampuan yang dipecah benar berupa pujian dengan nada yang
menjadi unit terkecil, kemudian unit- sangat gembira. Hadiah yang diberikan
unit tadi dirangkai menjadi satu. Hal bila respon benar dapat berupa pujian,
ini dapat dilakukan dari urutan depan makanan yang disenangi atau mainan,
(forward) ataupun dari belakang namun demikian lama kelamaan hadiah
(backward). Contoh: mengajarkan akan dikurangi sehingga hanya ada
mengatakan “saya mau kue”,(forward) pujian saja.
Katakan “saya”, katakan “mau”, h. Generalisasi
katakan “kue”, katakan “saya mau Supaya penyandang autisme tidak
kue”. hanya bisa keterampilan di ruang
e. Penguat yang Berbeda terapi, maka diperlukan generalisasi
Membedakan antara hadiah atau di tempat yang berbeda dengan orang
penguat yang diberikan berbeda antara yang berbeda dan materi yang
respon yang diberikan bantuan dan berbeda.
respon yang langsung benar atau i. Maintenance
sesuai. Adalah generalisasi terus menerus.
f. Instruksi atau SD (Discriminative Keterampilan yang sudah dikuasai
Stimulus) diulang kembali secara berkala supaya
Instruksi yang digunakan singkat, tidak hilang.
jelas dan konsisten dan hanya diberikan
satu kali. Maksudnya adalah hanya VI. KESIMPULAN
terdiri dari kata yang pendek, jelas Dalam hal pembelajaran yang
adalah perintah sesuai dengan apa yang diterapkan guru terhadap anak adalah
akan diajarkan dan hanya mengajarkan menggunakan metode Applied
satu aktivitas pada satu saat, konsisten Behaviour Analysis (ABA)/ Lovaas,
adalah kata yang digunakan antar guru yang mana pelaksanaannya pun

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 68


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

mengalami beberapa kendala. Sebagai pendidikan sesuai dengan fitrahnya,


contoh; usaha guru dalam merubah yaitu mengembangkan potensi
perilaku siswa menjadi perilaku yang manusiawi peserta didik untuk dapat
diharapkan. Dalam penerapan General menghadapi perannya di masa
life skills pada metode ABA/Lovaas, mendatang.
penulis masih belum melihat akan
kemaksimalan penerapan metode V. DAFTAR PUSTAKA
ABA/Lovaas itu sendiri, sehingga tidak
semua dari komponen ABA/Lovaas [1] Arif, Rohman. (2009). Politik Ideologi
dapat dilakukan. Hal inilah yang Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang
menjadikan guru harus kreatif mencari Mediatama.
cara supaya anak dapat mengikuti
setiap arahan yang diajarkan gurunya. [2] Brady, L. (1990). Curriculum
Dalam hal ini metode ABA/Lovaas pun Development. Sydney : Prentice Hall
sebenarnya dapat berjalan dengan of Australian Limited.
lancar jika guru dapat mengoptimalkan
perannya secara maksimal. [3] Burden, Paul R and Byrd, David.
Mengenai pembelajaran terhadap (1999). Method for Effective Teaching.
siswa juga menggunakan media dalam Second Edition. Boston: Allyn and
pelaksanaannya, adapun media Bacon
pembelajaran yang digunakan yaitu
media audio dan visual. Sebenarnya [4] Callon, JD. (1996). Competitive
media pembelajaran dengan Advantage Through Information
menggunakan audio dan visual sangat Technology. California : The
membantu dalam proses pembelajaran McGraw-Hill Coimpanies, Inc.
terhadap siswa, akan tetapi ketika
media ini diterapkan pun menemukan [5] Clark, R.W. (1999). Effective
kesulitan dalam pelaksanaanya. Professional Development Schools.
Dikarenakan tidak semua siswa autis Agenda for Education in a
dapat menerima sistem pembelajaran Democracy. California ; Jossey-Bass,
dengan menggunakan media audio Inc.
maupun visual, setiap anak mempunyai
kapasitas kepekaan sendiri- sendiri [6] D. Prasetyono. (2008). Serba-Serbi
dalam menerima pembelajaran dengan Anak Autis. Yogyakarta: Diva Pres.
media audio maupun visual, sehingga
perlu adanya kreatifitas guru dalam [7] Efendi, Mohammad. (2009). Pengantar
melihat minat dan bakat anak. Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Terhadap hal apa anak itu tertarik, baik Jakarta: Bumi Aksara.
media audio maupun visual. Sebagai
contoh yang sangat menyukai media [8] Jalil, Fasli dan Supriadi, Dedi. (2000).
visual berupa gambar, di sini guru Reformasi Pendidikan dalam
menstimulus dalam proses Menyambut Otonomi Daerah.
pembelajaran dengan media gambar Yogyakarta:
yang cukup menarik.
Secara umum, bagi siswa non [9] Kementrian Pendidikan Nasional,
ABK maupun siswa ABK Buku 1 Panduan Pengembangan
pembelajaran general life skills Pendekatan Belajar Aktif, Badan
bertujuan untuk memfungsikan

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 69


p-ISSN : 2460-7363
e-ISSN : 2614-6606

Penelitian Dan Pengembangan Pusat [18] Purwanti, Endang et all. (2002).


Kurikulum, Jakarta, 2010, hlm.100. Perkembangan Peserta Didik. Malang:
UMM Press.
[10] Krisnawati, Putu, Yuli, et.al.,
Penerapan Model Pembelajaran [19] Sutadi, Rudy et all. (2003).
ICARE (Introduction Connection Penatalaksanaan Holistik Autisme,
Application Reflection Extention) Pusat informasi dan Penerbitan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Teknologi Informasi Dan Komunkasi FK UI.
(TIK) Kumpulan Artikel Mahasiswa
Pendidikan Teknik Informatika [20] Tim Broad Based Education (BBE)
(KARMAPATI) Volume 3, Nomor 1, Depdiknas. (2003). Pola Pelaksanaan
Maret 2014, hlm.91. Pendidikan Kecakapan Hidup.
Surabaya: SIC bekerjasama dengan
[11] Levin, James & James F. Nolan, LPM UNESA.
(1993). Classroom Management. New
York: Prentice Hall-Inc. [21] Dinn Wahyudin, Model Pembelajaran
ICARE Pada Kurikulum Mata
[12] Llyod, S.B., and Dugan, L. (1995). Pelajaran TIK Di SMP, Jurnal, FIP
The Training and Development Universitas Pendidikan Indonesia,
Sources Book. Massachusetts: HRD 2010.
Press and Publication.

[13] Majid, Abdul, Belajar Dan


Pembelajaran, PT Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2014, hlm.261.

[14] Resiser A. Robert & Dick


Walter.(1996). Instructional
Planning : a Guide for Teacher.
Boston:A Simon and Schuter
Company

[15] Rogers, Everetts M. (1983). Diffusion


of Innovation. New York : The Free
Press.

[16] Safaria, Triantoro. (2005). Autisme


Pemahaman Baru Untuk Hidup
Bermakna. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[17] Smart, Aqila. (2010). Anak Cacat


Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran
dan Terapi Untuk Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Katahati

-- Jurnal PETIK Volume 4, Nomor 1, Maret 2018-- 70

Anda mungkin juga menyukai