Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kebumen, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Tujuan pembuatan artikel ini adalah untuk (1) mengidentifikasi urgensi pendidikan
inklusi di sekolah dasar, (2) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kurangnya
partisipasi ABK di sekolah inklusi Kecamatan Kutowinangun, (3) mengidentifikasi
cara atau metode yang tepat dalam pelaksanaan sosialisasi sekolah inklusi kepada
masyarakat Kecamatan Kutowinangun. Data yang dijadikan latar belakang
pembuatan artikel ini diperoleh melalui observasi evaluasi diri sekolah inklusi di
SDN Tunjungseto, Kutowinangun, Kebumen.
Kesimpulan dari artikel ini adalah terdapat (1) adanya urgensi pendidikan inklusi di
sekolah dasar, (2) adanya faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi ABK di
sekolah inklusi Kecamatan Kutowinangun, yaitu di antaranya kurangnya ketersediaan
fasilitas bagi ABK, kurangnya informasi masyarakat tentang keberadaan sekolah
inklusi, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Kutowinangun tentang
sekolah inklusi, dan lainnya. Maka, untuk mengatasi beberapa faktor tersebut (3)
perlu adanya sosialisasi tentang sekolah inklusi kepada masyarakat sekitar, agar
masyarakat mau menyekolahkan anaknya di sekolah inklusi seperti SDN
Tunjungseto.
The purpose of this article is to (1) identify the urgency of inclusive education in
elementary schools, (2) identify factors that influence the lack of ABK participation in
inclusive schools in Kutowinangun District, (3) identify the right way or method in
implementing inclusive school socialization to the community in the District of
Kutowinangun. Kutowinangun. The data used as the background for this article was
obtained through self-evaluation observations of inclusive schools at SDN
Tunjungseto, Kutowinangun, Kebumen.
The conclusion of this article is that there are (1) the urgency of inclusive education
in elementary schools, (2) the factors that influence the participation of ABK in
inclusive schools in Kutowinangun District, including the lack of availability of
facilities for ABK, lack of public information about the existence of inclusive schools,
lack of socialization to the people of Kutowinangun District about inclusive schools,
and others. So, to overcome some of these factors (3) there is a need for socialization
about inclusive schools to the surrounding community, so that people want to send
their children to inclusive schools such as SDN Tunjungseto.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
pendidikan baik formal, informal, dan non formal. Pendidikan merupakan hak dasar
setiap warga Negara Indonesia, tak terkecuali mereka yang berkebutuhan khusus.
Seperti halnya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 5 Ayat 1,
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah lain untuk mengartikan Anak Luar
Biasa (ALB) yaitu anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya, perbedaan tersebut terletak pada fisik, mental, intelektual, sosial, dan
emosional, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkebutuhan
khusus memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
Istimewa. Dalam pasal 1 peraturan ini yang dimaksud dengan pendidikan inklusi
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki kecerdasan dan/ atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan bersama - sama dengan peserta didik pada umumnya.
METODE
Data keberadaan ABK, jumlah siswa secara keseluruhan, jumlah guru, program
kegiatan sekolah, serta hubungan antara guru dan murid diperoleh melalui wawancara
dengan kepala sekolah. Dari jumlah siswa secara keseluruhan didapatkan bahwa
tidak ada anak berkebutuhan khusus (ABK) yang bersekolah di SD N Tunjungseto.
Profil implementasi pendidikan inklusi diperoleh dengan angket yang meliputi data
umum sekolah, data khusus sekolah, dan data implementasi pendidikan inklusi
dengan skor total indeks 381.
A . Pendidikan Inklusi
Secara etimologis inklusif berasal dari kata (include) yang artinya menjadi bagian
dari sesuatu (being a part of something), menyatu dalam satu kesatuan (being
embraced into the whole). Inklusif digunakan untuk memberikan pelayanan pada
sebuah keberagama peserta didik (Minsih, 2020 : 2). Pendidikan inklusi merupakan
sebuah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus
dapat melaksanakan pembelajaran di sekolah terdekat bersama dengan anak-anak
seusianya sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas
yang saa tanpa membeda-bedakan.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dinyatakan anak yang memiliki tingkat kesulitan
dalam proses pembelajaran karena memiliki hambatan atau keterbatasan fisik, sosial,
mental, atau memiliki bakat kecenderungan istimewa (Machrus , 2020: 28). Dulu
anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak luar biasa yang didefinisikan sebagai
peserta didik yang memiliki layanan khusus dalam pendidikan untuk dapat
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Kemudian disebut dengan anak
berkebutuhan khusus karena dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peserta didik
tersebut membutuhkan layanan dan perhatian yang khusus.
Dalam hal ini tujuan pendidikan inklusif dapat dipandang sebagai bentuk keperdulian
untuk merespon kebutuhan peserta didik yang berbeda. Dengan maksud lain agar
tidak ada pembeda antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada
umumnya.
Adapun tujuan pendidikan inklusi menurut Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 2
adalah : (1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik yang
memiliki kelainan emosional, mental, dan sosial ataupun potensi kecerdasan atau
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan. (2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik
(Minsih, 2020 : 5).
Pendidikan inklusi sangat perlu untuk dikembangkan pada tingkat sekolah dasar.
Dalam pendidikan inklusi layanan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan individu
anak. Pendidikan inklusi merupakan sarana pembelajaran yang cocok dikembangkan
untuk semua anak sebagai wadah untuk bersosialisasi dengan keberagaman. Dan juga
dapat memberikan peluang yang sama untuk anak berkebutuhan khusus memperoleh
pendidikan tanpa adanya diskriminatif.
Beberapa alasan pentingnya pendidikan inklusi (Jauhari, 2017: 33), yaitu : semua
anak berhak mendapatkan pembelajaran yang sama tanpa adanya pembeda antara
anak berkebutuhan khusus dengan anak normal, tidak diberi label secara khusus
tetapi bisa dipandang bahwa mereka memiliki kesulitan belajar, peserta didik
memiliki kesamaan dalam memilih apa yang mereka harapkan, peserta didik dapat
menunjukkan hasil akademik dan sosial dengan baik apabila berada di satu settingan
sama, akan lebih efektif karena peserta didik berkebutuhan khusus dengan yang
normal sama-sama saling berinteraksi, semua peserta didik membutuhkan pendidikan
yang sama untuk mengembangkan dan mempersiapkan hidup bermasyarakat, dan
pendidikan inklusi dapat menghilangkan rasa takut pada peserta didik untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan memperhatikan alasan pentingnya
pendidikan inklusi di terapkan, dapat di ambil pengertian bahwa pendidikan inklusi
dapat memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
E . Hasil Observasi
Dari jumlah 147 didapatkan bahwa tidak ada anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
bersekolah di SD N Tunjungseto. Padahal letak SD N Tunjungseto terbilang strategis
persis di samping jalan provinsi, tepatnya di Jln. Kutoarjo, Tunjungseto,
Kutowinangun. Setelah dilakukan wawancara dengan kepala sekolah setempat,
berikut didapatkan beberapa alasan yang menjadi pemicu tidak adanya ABK yang
bersekolah di SD N Tunjungseto:
Melansir dari wawancara bersama Bapak Bandi S.Pd selaku kepala sekolah, beliau
menuturkan bahwa masyarakat masih tabu akan sekolah inklusi. Sepengetahuan
mereka, ketika mendapati ABK maka solusinya adalah di SLB. Padahal sekolah
inklusi didirikan agar tidak ada pembeda antara anak berkebutuhan khusus dengan
anak normal pada umumnya.
Pada hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu itu dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, tetapi
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi
kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Adapun sarana prasarana guna
menunjang Pendidikan inklusi pada umumnya meliputi:
Hal ini juga kurang didukung adanya monitoring dari koordinator wilayah (korwil),
serta pemantauan yang masih terbilang kurang optimal dari pihak pemerintah
Kabupaten Kebumen. Diketahui dari pemerintah Kabupaten Kebumen belum
melakukan kunjungan rutin untuk memantau keberjalanan sekolah inklusi khususnya
di Kecamatan Kutowinangun. Pernah dilakukan kunjungan oleh pemerintah setempat,
namun itu di awal SK itu turun.
F . Metode Sosialisasi
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa pentingnya sosialisasi kepada
masyarakat khususnya di Kecamatan Kutowinangun terhadap sekolah inklusi.
Kecamatan Kutowinangun yang memiliki luas wilayah sebesar 33,73 km2, dengan
jumlah penduduk 42,417 jiwa. Guna memaksimalkan sosialisasi kepada masyarakat
terhadap sekolah inklusi, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. Menurut
Mead dalam Bonawati dan Aulia (2015), tahap-tahap sosialisasi antara lain:
1) Tahap persiapan, dialami saat seorang mempersiapkan diri untuk mengenal dunia
sosial termasuk memperoleh pemahaman tentang diri.
4) Tahap penerimaan norma kolektif, tahap ini seseorang telah dianggap dewasa dan
harus mandiri menjadi masyarakat
Sosialisasi yang dilakukan hendaknya dapat melibatkan masyarakat secara aktif dan
komunikasi berjalan dua arah. Sehingga nantinya aka nada pertukaran informasi baik
dari pihak sekolah/ pemerintah dengan masyarakat mengenai kendala atau hambatan
yang mereka dapatkan mengenai sekolah inklusi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta rumusan masalah, maka dapat
disampaikan kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1 . Pendidikan inklusi sangat perlu untuk dikembangkan pada tingkat sekolah dasar.
Dalam pendidikan inklusi layanan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan
individu anak. Pendidikan inklusi cocok dikembangkan untuk semua anak sebagai
wadah untuk bersosialisasi dengan keberagaman serta dapat memberikan peluang
yang sama untuk anak berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan tanpa adanya
diskriminatif.
DAFTAR PUSTAKA
Eva, Banowati dan Aulia Paramita. (2015). Implementasi Dan Sosialisasi Model
Pelatihan Dalam Pemberdayaan Penduduk Miskin Perkotaan. Jurnal Geografi
Volume 12(1), 62-114.
Hufron A., Ali Imron & Mustiningsih. (2016). Managemen Kesiswaan Pada Sekolah
Inklusi. Jurnal Pendidikan Humaniora, 4(2), 95-105.