1. Pendidikan Inklusif
inklusi (Listiyani, 2013). Dalam hal ini istilah tersebut berarti usaha dalam menyatukan
anak-anak normal dan yang memiliki keterbatasan dalam pendidikan yang menyeluruh.
Inklusif juga berabti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memiliki hambatan adalah
keterlibatan sebenarnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh,
sosial dan visi misi sekolah (D. Smith, 2012). Pendapat yang lain terkait pendidikan
inklusif adalah sistem pendidikan yang mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan bagi
siswa yang berkebutuhan khusus bersama dengan siwa lainnya, sehingga siswa yang
memiliki hambatan tetap dapat mendapatkan pendidikan yang menyeluruh, namun hal
pembelajaran.
menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan (Sukadari, 2019).
Dalam hal ini hambatan yang dimaksud terkait dengan masalah etnik, gender, status
sosial, kemiskinan dan lain-lain. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh pendidikan, berdasarkan dengan amanat UUD 1945 pasal 31
ayat 1 dan ayat 2 tentang hak dan kewajiban setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan dan UU Nomor 20, Tahun 2003 pasal ayat 1 tentang hak setiap warga negara
Pendidikan inklusif menjadi sistem yang dalam hal ini semua anak belajar dan
memperoleh dukungan yang sama dalam proses pembelajaran dengan anak-anak regular.
Pendidikan inklusif juga dapat menangani semua jenis individu, bukan hanya anak yang
mengalami kelainan. Dengan demikian, guru dan sekolah bertanggung jawab terhadap
Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa
yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
seluruh anak dan menciptakan pendidikan yang ramah bagi seluruh anak tidak terkecuali.
Menyediakan pendidikan yang berkualitas, untuk menggali potensi setiap anak sesuai
SMP, SMA dan SMK masing-masing minimal satu sekolah. Sampai akhir tahun 2006
telah dirintis sebanyak 775 sekolah inklusif di Indonesia dengan perincian sebanyak 573
sekolah jenjang SD, 101 sekolah jenjang SMP dan 101 sekolah jenjang SMA.
yuridis yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70, Tahun 2009 (Salim,
baik hambatan yang berkaitan dengan kurikulum yang harus digunakan, keterbatasan
Kurikulum sebagai salah satu komponen utama dalam pendidikan menjadi salah
satu aspek yang masih memiliki kendala dalam implementasinya, terutama pada