Anda di halaman 1dari 6

SUMBER DAYA DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENDIDIKAN INKLUSI DI SDN BETET 1 KEDIRI

Nurin Kusnia
Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Kediri
nurinhusnia@gmail.com

Abstract: Good education, when able to accommodate all students, education that provides
services without distinguishing physical, mental, intellectual, social, emotional, and so on, where all
children can learn together, both in formal and non-formal schools which is adapted to the
conditions and needs of each child. The purpose of this study is to describe the resources in the
implementation of inclusive education in SDN Betet 1 Kediri. This type of research is a qualitative
approach to the type of case study. Data collection uses observation, interview and documentation
techniques. In implementing the implementation of the inclusion policy in SDN Betet 1 Kediri, there
are several resource problems. The resources in the implementation of the inclusion have
problems namely the lack of special assistant teachers (GPK), no psychology staff, therapists, and
teams in particular, the unavailability of special spaces for handling children with special needs
(ABK), classrooms for children with special needs (ABK) ) inadequate. The results of the research
show that the resources in implementing the policy are still experiencing problems. Therefore, it is
necessary to immediately allocate human and non-human resources that are not yet available so
that the learning process can run optimally.
Keywords: inclusion, policy

Abstrak: Pendidikan yang baik, ketika mampu mengakomodir seluruh peserta didik, pendidikan
yang memberikan pelayanan tanpa membedakan kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi,
dan sebagainya, di mana semua anak dapat belajar bersama-sama, baik di sekolah formal
maupun non formal yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan sumber daya dalam implementasi pendidikan
inklusi di SDN Betet 1 Kediri. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif
dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan penyelenggaraan inklusi di SDN Betet 1
Kediri terdapat beberapa masalah sumber daya. Sumber daya dalam implementasi
penyelenggaraan inklusi ini memiliki masalah yaitu mengenai kuranganya guru pendamping
khusus (GPK), tidak ada tenaga psikologi, terapis, dan tim khususnya, tidak tersedianya ruang
khusus penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK), ruang kelas untuk anak berkebutuhan
khusus (ABK) yang kurang memadai. Hasi penelitia menunjukan bahwa sumber daya dalam
implementasi kebijakan masih mengalami kendala. Oleh karena itu, perlu segera dialokasikan
sumber daya manusia dan non manusia yang belum tersedia agar proses pembelajaran dapat
berjalan secara maksimal.
Kata kunci: inklusi, kebijakan

Pendidikan inklusi merupakan suatu bahwa semua orang adalah bagian yang
pendidikan dimana anak-anak berharga dalam kebersamaan masyarakat,
bekebutuhan khusus diintregasikan ke apa pun perbedaan mereka. (Kosasih,
sekolah-sekolah umum dengan 2012)
menggunakan seoptimal mungkin seluruh Pendidikan yang memberikan layanan
fasilitas yang ada serta dukungan dari terhadap semua tanpa memandang
lingkunagan sekolah. Pelaksanaan kondisi fisik, mental, intelektual, sosial,
pendidikan inklusi dilandasi keyakinan emosi, ekonomis, jenis kelamin, suku

25
26 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 3, Nomor 1 , Tahun .2018. , Halaman 25 - 30

budaya, tempat tinggal, bahasa dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta


sebagainya, di mana semua anak dapat didik.
belajar bersama-sama, baik di sekolah Peraturan Menteri Pendidikan Dan
formal maupun non formal yang berada di Kebudayaan Republik Indonesia No.
dekat tempat tinggalnya yang disesuaikan 0491/u/1992 Tanggal 30 November 1992
dengan kondisi dan kebutuhan masing- Pada Bab X1 Tentang Penilaian Dan Bab
masing anak. (Sukinah, 2010) X11 Tentang Bimbingan Dan Rehabilitas.
Menurut Suparno, pendidikan inklusif Untuk itu uraian berikut akan difokuskan
adalah suatu sistem layanan pendidikan pada rehabilitas yang ketentuannya
untuk anak-anak berkebutuhan khusus di menyatakan bahwa: rehabilitas diberikan
kelas normal bersama-sama dengan oleh ahli terapi fisik, ahli terapi bicara,
teman sebayanya. Jadi pendidikan inklusif dokter umum, dokter spesialis, psikologi,
adalah sistem penyelenggaraan perawat, dan pekerja sosial. (Nawawi,
pendidikan yang memberikan kesempatan Hadari, & Hartini, 1994)
kepada semua peserta didik yang memiliki Kemudian berdasarkan Peraturan
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 7
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif,
pendidikan atau pembelajaran dalam satu Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
lingkungan pendidikan secara bersama- menyikapi dengan mengeluarkan
sama dengan peserta didik pada kebijakan, melalui Peraturan Gubernur
umumnya. Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Depdiknas menegaskan bahwa Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sudah dilaksanakan di Provinsi Jawa
sistem layanan pendidikan yang Timur. (Sudarto, 2016)
mengikutsertakan anak berkebutuhan Dalam pendidikan inklusif terdapat
khusus belajar bersama dengan anak beberapa prinsip yang berkaitan langsung
sebayanya di sekolah reguler yang dengan jaminan akses dan peluang bagi
terdekat dengan tempat tinggalnya. semua anak Indonesia untuk memperoleh
(Depdiknas, 2007) Dengan demikian pendidikan tanpa memandang latar
penyelenggaraan pendidikan inklusif belakang kehidupan mereka. (1)
menuntut pihak sekolah untuk melakukan Pendidikan inklusif membuka kesempatan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, kepada semua jenis siswa. (2) Pendidikan
sarana prasarana pendidikan, maupun inklusif menghindari semua aspek negatif
sistem pembelajaran yang disesuaikan labeling. (3) Pendidikan inklusif selalu
dengan kebutuhan dan karakteristik melakukan Check dan Balances.(Ilahi,
peserta didik (siswa). 2013)
Acuan formal yang sudah ada di Dalam kegiatan pembelajaran pada
Indonesia adalah Keputusan Menteri sekolah inklusif seorang guru juga harus
Pendidikan dan Kebudayaan No. memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1)
002/U/1968, tentang Pendidikan Terpadu Prinsip motivasi, guru harus senantiasa
bagi anak cacat, Bab I, pasal 1 yang memberikan motivasi kepada siswa agar
menyatakan bahwa (a) Pendidikan tetap memiliki gairah dan semangat yang
Terpadu ialah model penyelenggaraan tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar
program pendidikan bagi anak cacat yang mengajar, (2) Prinsip latar/konteks, guru
diselenggarakan bersama anak normal di perlu mengenal siswa secara mendalam,
lembaga pendidikan umum dengan (3) Prinsip keterarahan, setiap akan
menggunakan Kurikulum yang berlaku di melakukan kegiatan pembelajar guru harus
lembaga pendidikan yang bersangkutan. merumuskan tujuan secara jelas,
Sedangkan dalam Rancangan Peraturan menyiapkan bahan dan alat yang sesuai,
Pemerintah Tahun 2003, tentang serta mengembangkan strategi
pendidikan khusus dan pendidikan layanan pembelajaran yang tepat, (4) Prinsip
khusus (RPP-PK dan PLK) Bab I, Pasal 1 hubungan sosial, dalam kegiatan belajar
ayat (7) dinyatakan Pendidikan Inklusi mengajar, guru perlu mengembangkan
adalah pendidikan reguler yang strategi pembelajaran yang mampu
mengoptimalkan interaksi antara guru
Nurin Kusnia , Sumber Daya Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusi Di Sdn Betet 1 Kediri
27

dengan siswa, siswa dengan siswa, guru Pendidikan inklusi memiliki peranan
dengan siswa dan lingkungan serta penting untuk mengintegrasikan penderita
interaksi banyak arah, (5) Prinsip belajar disabilitas agar mampu diterima dan dapat
sambil bekerja, guru harus banyak bersosialisasi dengan masyarakat
memberikan kesempatan kepada anak (Borodkina, 2014). Oleh karena itu perlu
untuk melakukan praktek atau percobaan, dikembangkan system pendidikan dan
atau merumuskan sesuatu melalui kurikulum yang tepat untuk merespon
pengamatan, penelitian atau sebagainya, seluruh kebutuhan , karakteristik, dan
(6) Prinsip individulisasi, guru perlu perbedaan individu seluruh siswa inklusi di
mengenal kemampuan awal dan sekolah.(Unianu, 2012)
karakteristik setiap anak secara Pendidikan inklusi membutuhkan
mendalam, bagi dari segi kemampuan peralatan yang lengkap, guru yang
maupun ketidakmampuannya dalam berwawasan dan kompeten yang mampu
menyerap materi pembelajaran, kecepatan mensuport siswa berkebutuhan khusus
maupun kelambatannya dalam belajar, dan untuk mempersiapkan mereka menjadi
perilakunya, sehingga kegiatan warga Negara yang kapabel.(Marimuthu &
pembelajaran masing-masing anak Cheong, 2015). Kenyataan di lapangan
mendapatkan perhatian dan perlakuan menunjukkan bahwa pendidikan inklusi
yang sesuai, (7) Prinsip menemukan, guru membutuhkan proses yang panjang, kerja
perlu mengembangkan strategi yang sangat keras dengan membutuhkan
pembelajaran yang mampu memancing banyak energy serta motivasi.
siswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, (Atanasoska, Cvetkova, Iliev, &
mental, sosial, dan emosional, (8) Prinsip Andonovska-, 2015)
pemecahan masalah, guru hendaknya
sering mengajukan berbagai persoalan METODE
atau problem yang ada di lingkungan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
sekitar, dan anak dilatih untuk
dengan menggunakan pendekatan
merumuskan, mencari data, menganalisis
kualitatif dengan jenis studi kasus.
dan memecahkannya sesuai dengan
Penelitian ini mengambil fokus teori
kemampuannya. (Indianto, 2013)
George C. Edward III (Fryde, 2018) yang di
Guru harus mampu mengetahui
pengaruhi oleh empat variabel yaitu,
potensi individu setiap siswa dan
struktur birokasi, sumber daya, disposisi,
pengalaman hidup, untuk menentukan
dan komunikasi.
metode serta variasi media
Pengumpulan data menggunakan
pembelajaran.(Mara & Mara, 2012)
sumber data primer yang diperoleh dari
Dalam pelaksanaannya pendidikan
sumber data aslinya melalui wawancara
inklusi di indonesia diselenggarakan
narasumber yang tepat dan dijadikan
dengan tujuan sebagai berikut: (Indianto R.
responden dalam penelitian.(Sugiyono,
2013) (1) Memberikan kesempatan yang
2012) Sumber data yang digunakan yaitu,
seluas-luasnya kepada semua anak
Kepala Sekolah dan 3 Guru Pendamping
(termasuk anak berkebutuhan khusus)
Khusus (GPK).
untuk mendapatkan pendidikan yang layak
Teknik Pengumpulan Data yang
sesuai dengan kebutuhan dan
menggunakan wawancara, observasi, dan
kemampuannya. (1) Membantu
dokumentasi.(Cresswell, 2010)
mempercepat program wajib belajar
pendidikan dasar. (3) Membantu
meningkatkan mutu pendidikan dasar dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menengah dengan menekan angka tinggal 1. Kebijakan Pendidikan Inklusi
kelas dan putus sekolah. (4) Menciptakan Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
sistem pendidikan yang menghargai Dan Kebudayaan Republik Indonesia
keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta No. 0491/u/1992 Tanggal 30 November
ramah terhadap pembelajaran. (5) 1992 Pada Bab X1 Tentang Penilaian
Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar Dan Bab X11 Tentang Bimbingan Dan
1945. Reahabilitas. Untuk itu uraian berikut
28 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 3, Nomor 1 , Tahun .2018. , Halaman 25 - 30

akan difokuskan pada rehabilitas yang pendamping khusus yang belatar


ketentuanya menyatakan bahwa: belakan pendididkan luar biasa (PLB)
rehabilitasi diberikan oleh ahli terapi hanya berjumlah satu orang. Kedua;
fisik, ahli terapi bicara, dokter umum, tidak adanya tenaga psikologi, terapis,
dokter spesialis, psikologi, perawat, dan doktor dan tim khusus sehingga ada
pekerja sosial. (Nawawi et al., 1994) guru yang merangkap pekerjaan yang
tidak sesuai dengan bidang pendidikan
2. Sumber Daya Dalam Implementasi dan keahlianya. Guru membutuhkan
Kebijakan Pendidikan Inklusi pelatihan khusus pendidikan inklusif
Dalam teori implemetasi kebijakan mengingat tantangan system
menurut George Edward III (Mulyasa, pendidikan di dunia yang semakin
2004)terdapat variabel sumber daya, mendesak dan berkembang. (González-
sumber daya merupakan hal penting Gil et al., 2013)
dalam implementasi kebijakan yang Kedua, Anggaran (Budgetary) Dalam
baik, dalam pelaksanaan sumber daya implementasi kebijakan, anggaran
ini terdapat 4 indikator yang perlu berkaitan dengan kecukupan modal
diperhatikan yaitu: Staf, Anggaran, atau investasi atas suatu program atau
Informasi, dan Fasilitas. kebijakan untuk menjamin
Pertama, sumber daya mausia (Staf) terlaksananya kebijakan, sebab tanpa
merupakan Sumber daya utama dalam dukungan anggaran yang memadahi,
implementasi kebijakan. Kegagalan kebijakan tidak akan berjalan dengan
yang sering terjadi dalam implementasi efektif dalam mencapai tujuan dan
kebijakan, salah-satunya disebabkan sasaran.
oleh staf/pegawai yang tidak cukup Hasil penelitian menunjukan bahwa
memadai, mencukupi, ataupun tidak sumber daya non-manusia yang berupa
kompeten dalam bidangnya. Anggaran dalam implementasi
(Kantavong, Nethanomsak, & luang- kebijakan pendidikan inklusi di SDN
ungkool, 2013) Penambahan jumlah Betet 1 Kediri sudah mulai berjalan,
staf dan implementor saja tidak cukup pada akhir tahun 2016 pemerintah
menyelesaikan persoalan implementasi memberikan dana alokasi khusus
kebijakan, tetapi diperlukan sebuah sebesar 240.000.000,00 yang
kecukupan staf dengan keahlian dan merupakan dana APBN dan APBD.
kemampuan yang diperlukan Ketiga, Informasi (Information) Dalam
(Kompeten dan Kapabel) dalam implementasi kebijakan, informasi
mengimplementasikan kebijakan. mempunyai dua bentuk yaitu: pertama,
Kualtias pendidikan pertama kali informasi yang berhubungan dengan
tergantung kepada kualitas dari guru cara melaksanakan kebijakan. Kedua,
yang merencanakan, informasi mengenai data kepatuhan dari
mengimplementasikan serta para pelaksana terhadap peraturan dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. regulasi pemerintah yang telah
(Maria, 2013). Pengalaman dari proses ditetapkan.
belajar akan membantu siswa dalam Hasil penelitian menunjukan bahwa
bersikap serta menghargai orang Informasi dalam implementasi kebijakan
dengan kebutuhan khusus. (Kantavong pendidikan inklusi di SDN Betet 1 Kediri.
et al., 2013) Pertama, yang berhubungan dengan
Hasil Penelitian menunjukan bahwa cara pelaksanaanaya sudah sesuai
sumber daya manusia dalam dengan prinsip dan tujuan adanya
implementasi kebijakan pendidikan pendidikan inklusi akan tetapi masih
inklusi di SDN Betet 1 Kediri masih belum berjalan sesuai dengan kebijakan
belum berjalan secara maksimal karena pemerintah mengenai bimbingan dan
masih ditemukan beberapa rehabilitas yang ada dalam pendidikan
permasalahan sumber daya manusia inklusi. Kedua, dalam pelaksanaan
yaitu: pertama, jumlah peserta didik peraturan dan regulasi yang telah
anak berkebutuhan khusus 63 siswa ditetapkan pemerintah masih belum
tidak sebanding dengan jumlah guru berjalan secara maksimal, karena
Nurin Kusnia , Sumber Daya Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusi Di Sdn Betet 1 Kediri
29

kurangnya sumber daya manusia, yaitu dari dana APBN dan APBD.
fasilitas dan dana yang perlu Kemudian Peralatan yang dibutuhkan
dialokasikan. peserta didik berkebutuhan khusus belum
Keempat, Fasilitas atau sarana dan terpenuhi secara maksimal.
prasarana merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam implementasi
kebijakan. Pengadaan fasilitas yang DAFTAR RUJUKAN
layak, seperti gedung, tanah dan
Asiabaka, I. P. (2008). Facilities
peralatan perkantoran akan menunjang
Management in Schools. New York
dalam keberhasilan implementasi suatu
Science Journal, 1(2), 10–21.
program atau kebijakan.(Asiabaka,
2008) Atanasoska, T., Cvetkova, B., Iliev, D., &
Hasil penelitian menunjukan bahwa Andonovska-, D. (2015). Inclusive
sumber daya non-manusia yang berupa Practice in R . Macedonia at the
fasilitas dalam implementasi pendidikan Beginning of Efforts. Procedia - Social
inklusi di SDN Betet 1 kediri sangat and Behavioral Sciences, 191, 1328–
kurang memadai karena ditemukan 1331.
beberapa kendala mengenai Ruang https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.
Khusus untuk ABK masih belum ada, 04.585
dan pembelajaran ABK pun harus Borodkina, O. (2014). Problems of the
berada di UKS untuk anak kelas bawah, Inclusive Professional Education in
sedangkan untuk anak kelas atas Russia. Procedia - Social and
ruangannya menempati ruang anak Behavioral Sciences, 140, 542–546.
yang ada jam olahraga, mengenai https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.
ruang anak ABK dulu di gabung dengan 04.467
anak reguler, akan tetapi seiring
berjalannya waktu yang dirasa kurang Cresswell, J. W. (2010). Research design
efektif, akhirnya anak ABK dipisah (Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
dengan anak reguler dan di tempatkan mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
di UKS, sedangkan ruang terapi untuk Fryde, E. B. (2018). Financial Resources of
anak ABK diletakkan di perpustakaan. Edward III in the Netherlands , 1337-
40 ( 2nd part ). 40, 1142–1216.
KESIMPULAN
González-Gil, F., Martín-Pastor, E., Flores,
Sumber daya yang dialokasikan dalam N., Jenaro, C., Poy, R., & Gómez-
pelaksanaan Peraturan Gubernur Jawa Vela, M. (2013). Teaching, Learning
Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang and Inclusive Education: The
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif yaitu Challenge of Teachers’ Training for
sumber daya manusia dan non-manusia. Inclusion. Procedia - Social and
Dalam pelaksanaan sumber daya dalam Behavioral Sciences, 93, 783–788.
implementasi program pendidikan inklusif https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.
SDN Betet 1 Kediri mengalami kendala 09.279
dari segi sumber daya manusia dan non-
manusia, yaitu kurangnya guru pendidik Ilahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusif:
khusus, tidak tersedianya tenaga terapis, Konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Ar
serta tidak tersedianya tenaga tim khusus. Ruzz Media.
Oleh karena itu, perlu segera dialokasikan Indianto, R. (2013). Sekolah Inklusi:
sumber daya manusia dan non-manusia Implementasi Pendidikan Inklusif
yang belum tersedia agar proses Surakarta.
pembelajaran dapat berjalan secara
maksimal. Kantavong, P., Nethanomsak, T., & luang-
Sumber daya non-manusia dibagi ungkool, N. (2013). Inclusive
menjadi dua yaitu dana dan peralatan. Education in Thailand after 1999
Sumber dana yang digunakan dalam National Education Act: A Review of a
pelaksanaan program pendidikan inklusi Pre-Service Teacher Education
System. Procedia - Social and
30 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 3, Nomor 1 , Tahun .2018. , Halaman 25 - 30

Behavioral Sciences, 69(Iceepsy), Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis


1043–1051. Sekolah, Konsep, Strategi dan
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012. Implementasi. Bandung: Rosdakarya.
12.031
Nawawi, Hadari, & Hartini, M. (1994).
Kosasih, E. (2012). Cara bijak memahami Kebijakan Pendidikan Di Indonesia
anak berkebutuhan khusus. Bandung: Ditinjau Dari Sudut Hukum.
Yrama Widya Nawawi. Yogyakarta: Gajah Madha Univesity
Press.
Mara, D., & Mara, E.-L. (2012). Curriculum
Adaption in Inclusive Education. Sudarto, Z. (2016). Implementasi
Procedia - Social and Behavioral Kebijakan Penyelenggaraan
Sciences, 46(Bobitt 1924), 4004– Pendidikan Inklusif. Jurnal
4009. Pendidikan, 1(1).
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
06.187
Kuantitatif Kualitatifdan R&D.
Maria, U. E. (2013). Teachers’ Perception, Bandung: Alfabeta.
Knowledge and Behaviour in Inclusive
Sukinah. (2010). Manajemen Strategik
Education. Procedia - Social and
Implementasi Pendidikan Inklusif.
Behavioral Sciences, 84, 1237–1241.
Jurnal Pendidikan Khusus, 7(2).
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.
06.736 Unianu, E. M. (2012). Teachers’ attitudes
towards inclusive education. Procedia
Marimuthu, S., & Cheong, L. S. (2015).
- Social and Behavioral Sciences, 33,
Inclusive Education for Social
900–904.
Transformation. Procedia - Social and
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.
Behavioral Sciences, 172, 317–322.
01.252
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.
01.370

Anda mungkin juga menyukai