Disusun oleh
KELAS 2022C
JURUSAN PENIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. Tata Laksana Pendidikan Inklusif
2. Asesmen
Asesmen merupakan proses pengumpulan infomrasi sebelum disusun program
pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Asesmen ini dimaksudkan untuk
memahami keunggulan dan hambatan belajar siswa, sehingga diharapkan program yang
disusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Fungsi asesmen yaitu :
a. Fungsi screening/ penyaringan, pada tahap ini asesmen
diuntukkan untuk keperluan screening/penyaringan.
Screening ini dilakukan untuk mengidentifikasi siswayang
mungkin mempunyai problem belajar
b. Fungsi pengalihtanganan/referal, adalah sebagai alat
untuk pengalihtanganan kasus dari kasus pendidikan
menjadi kasus kesehatan, kejiwaan ataupun kasus sosial
ekonomi. Ada bagian yang tidak mungkinditangani oleh
guru sendiri, sehingga memerlukan keterlibatan
profesional lain.
c. Fungsi perencanaan pembelajaran individual (PPI),
dengan berbekal data yang diperoleh dalam kegiatan
asesmen, maka akan tergambar berbagai potensi maupun
hambatan yang dialami anak. Misalnya keterbelakangan
mental, gangguan motorik, persepsi, memori, komunikasi,
adaptasi sosial,
d. Fungsi monitoring kemajuan belajar, adalah untuk
memonitor kemajuan belajar yang dicapai siswa.
e. Fungsi evaluasi program, adalah untuk mengevaluasi
program pembelajaran yang telah dilaksanakan.
B. Kurikulum
a. Jenis Kurikulum
Pada model kurikulum ini peserta didik yang berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum
reguler sama seperti kawan- kawan lainnya di dalam kelas yang sama. Program layanan
khususnya lebih diarahkan kepada proses pembimbingan belajar, motivasi dan
ketekunan belajarnya.
Pada model kurikulum ini guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran, jenis
penilaian, maupun pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada
kebutuhan siswa (anak berkebutuhan khusus). Di dalam model ini bisa terdapat siswa
berkebutuhan khusus yang memiliki program pembelajaran berdasarkan kurikulum
reguler dan program pembelajaran individual (PPI). Misal seorang siswa berkebutuhan
khusus yang mengikuti 3 mata pelajaran berdasarkan kurikulum reguler sedangkan mata
pelajaran lainnya berdasarkan PPI.
a) Model Eskalasi
Menaikkan standar kurikulum nasional secara vertical atau horizontal sesuai
potensi/ kebutuhan siswa dan bakat istimewa siswa. Penaikan tuntutan kurikulum
standar nasional secara fertikal berarti materi kurikulum bagi siswa cerdas istimewa
dan atau bakat istimewa tingkat kesukarannya dinaikkan. Sedangkan Penaikan
tuntutan kurikulum standar nasional secara horizontal berarti materi kurikulum
bagi siswa cerdas istimewa dan atau bakat istimewa diperluas.
Tujuan eskalasi kurikulum standar nasional adalah agar siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berkembang secara optimal.
Implikasi dari eskalasi kurikulum standar nasional ini memungkinkan siswa cerdas
istimewa dan/atau bakat istimewa secara kronologis waktu belajarnya sama dengan
siswa lain, tetapi perolehan hasil belajarnya lebih luas dan lebih dalam, sehingga
dimensi sosial psikologisnya tetap dapat tumbuh dan berkembang secara natural.
b) Model Duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Duplikasi kurikulum adalah cara
pengembangan kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan
menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku bagi peserta didik reguler
pada umumnya. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen utama
kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses,dan evaluasi.
Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang diberlakukan kepada
peserta didik regular juga diberlakukan kepada peserta didik berkebutuhan khusus.
Dengan kata lain, standar kompetensi lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator keberhasilan yang berlaku bagi peserta
didik regular juga berlaku bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang diberlakukan kepada
peserta didik regular, juga diberlakukan secara sama kepada peserta didik
berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus memperoleh informasi,
materi, pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang sama seperti yang disajikan
kepada peserta regular.
Duplikasi proses berarti peserta didik berkebutuhan khusus menjalani kegiatan atau
pengalaman belajar mengajar yang sama dengan peserta didik regular, mencakup
kesamaan dalam metode mengajar, lingkungan/seting belajar, waktu belajar, media
belajar, atau sumber belajar.
Duplikasi evaluasi berarti peserta didik berkebutuhan khusus menjalani proses
evaluasi/penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada peserta didik
regular, mencakup kesamaan dalam soal-soal ujian, waktu evaluasi, teknik/cara
evaluasi, atau kesamaan dalam tempat/lingkungan evaluasi dilaksanakan.
c) Model Modifikasi
Modifikasi artinya merubah untuk disesuaikan. Modifikasi kurikulum bagi peserta
didik berkebutuhan khusus dikembangkan dengan cara merubah kurikulum standar
nasional yang berlaku bagi peserta didik regular untuk disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan demikian, peserta didik
berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Modifikasi terjadi pada empat komponen utama pembelajaran,
yaitu: tujuan, materi,proses, dan evaluasi. Modifikasi tujuan berarti tujuan
pembelajaran kurikulum standar nasional dirubah untuk disesuaikan dengan
kondisi peserta didik berkebutuhan khusus. Konsekuensinya peserta didik
berkebutuhan khususakan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang berbeda
dengan peserta didik regular, baik yang berkaitan dengan SKL, SK, KD, maupun
indikator.
Modifikasi isi materi berarti merubah materi pembelajaran peserta didik regular
untuk disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan
demikian peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan sajian materi sesuai
dengan kemampuannya. Modifikasi materi meliputi keluasan, kedalaman, dan/atau
tingkat kesulitan. Artinya peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan materi
pembelajaran yang tingkat kedalaman, keluasan, dan kesulitannya berbeda (lebih
rendah) dari materi yang diberikan kepada peserta didik regular .
Modifikasi proses berarti kegiatan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan
khusus berbeda dengan kegiatan pembelajaran peserta didik reguler. Metode atau
strategi pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik regular tidak diterapkan
kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Jadi, mereka memperoleh strategi
pembelajaran khusus yang sesuai dengan kemampuannya. Modifikasi proses dalam
kegiatan pembelajaran,meliputi penggunaan metode mengajar, lingkungan/seting
belajar, waktu, media, sumber belajar, dll.
Modifikasi evaluasi berarti merubah sistem evaluasi/penilaian untuk disesuaikan
dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain peserta didik
berkebutuhan khusus menjalani sistem evaluasi/penilaian yang berbeda dengan
peserta didik regular lainnya. Perubahan bisa berkaitan dengan perubahan dalam
soal-soal ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi atau tempat
evaluasi dll. Perubahan kriteria kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk raport,
ijazah termasuk bagian-bagian modifikasi evaluasi.
d) Model Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Substitusi kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan
khusus berarti mengganti isi kurikulum standar nasional dengan materi yang lain.
Penggantian dilakukan karena isi kurikulum nasional tidak memungkinkan
diberlakukan kepada anak berkebutuhan khusus , tetapi masih bisa diganti dengan
hal lain yang kurang lebih sepadan ( memiliki nilai sama ). Substitusi bisa terjadi
pada tujuan pembelajaran, materi, proses, atau evaluasi.
e) Model Omisi
Omisi artinya menghilangkan. Model kurikulum omisi berarti menghilangkan
sebagian/keseluruhan isi kurikulum standar nasional karena tidak mungkin
diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain omisi
berarti isi sebagian/keseluruhan kurikulum standar nasional tidak diberikan kepada
peserta didik berkebutuhan khusus karena terlalu sulit/tidak sesuai. Penerapan
model-model kurikulum akomodatif, hendaknya mempertimbangkan keberagaman
peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan kemampuan intelektualnya (di atas
rerata, rerata, di bawah rerata). Contoh peserta didik diatas rerata mengalami
hambatan belajar disebabkan kelainan (ATN, ATR, ATD, Autis, ADHD, gangguan
perilaku dan sosial, dsb.) menerapkan model Duplikasi/Modifikasi +
pendampingan GPK + pengayaan. Peserta didik yang memiliki kemampuan rerata
dan mengalami kesulitan belajar menerapkan model Duplikasi/Modifikasi +
Remedi/Ruang Sumber. Peserta didik berkebutuhan khusus di bawah rerata (ATG)
menerapkan model Omisi + Kelas Khusus.
Pengertian
Tenaga pendidik adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesertadidik
pada satuan pendidikan tertentu yang melaksanakan program pendidikan inklusi. Tenaga
pendidik meliputi: guru kelas, guru mata pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan), dan guru pembimbing khusus (GPK).
Tugas
2. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan orang tua
peserta didik.
10. Melaksanakan pembelajaran khusus di ruang sumber bagi peserta didik yang
membutuhkan.
12. Melaksanakan case conference (bedah kasus) bersama tenaga ahli, kepala
sekolah,guru,orang tua dan pihak-pihak terkait.
Beberapa hal tentang pengadaan dan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan yang perlu diperhatikan sesuai Permendiknas No. 70 th 2009
adalah sebagai berikut.
1) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan paling sedikit satu orang guru
pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang ditunjuk untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusif.
2) Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang tidak ditunjuk oleh
pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit satu orang guru
pembimbing khusus.
3) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan
khusus bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif.
4) Pemerintah dan Provinsi membantu penyediakan tenaga guru pembimbing khusus
bagi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang memerlukan sesuai
dengan kewenangannya.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
1. Melaksanakan apersepsi.
2. Menyajikan materi/bahan pelajaran.
3. Mengimplementasikan metode, sumber/media belajar, dan bahan latihan yang
sesuai dengan kemampuan awal dankarakteristik siswa, serta sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
4. Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif.
5. Mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran dan relevansinya dalam
kehidupan.
6. Membina hubungan antar pribadi, antara lain:
(1) Bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa;
(2)Menampilkan kegairahan dan kesungguhan;
(3) Mengelolainteraksi antar pribadi.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1. Prinsip motivasi: guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar
tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan
belajar-mengajar.
5. Prinsip belajar sambil bekerja: dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak
memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktik atau percobaan, atau
menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya.
a. Bagi siswa yang menggunakan kurikulum reguler penuh, maka model laporan
hasil belajarnya (rapor) menggunakan model rapor reguler yang sedang berlaku.
c. Bagi siswa yang menggunakan kurikulum PPI, maka menggunakan model rapor
kuantitatif yang dilengkapi dengandeskripsi (narasi). Penentuan nilai kuantitatif
didasarkan padakemampuan dasar (base line anak).
Sertifikasi
Sertifikasi adalah suatu bentuk penghargaan yang berupasurat keterangan yang diberikan
kepada siswa yang telah berhasil mencapai prestasi dalam bidang akademik maupun non
akademik. Sertifikasi bidang akademik adalah suatu bentuk penghargaan yangdiberikan
kepada siswa yang telah berhasil mencapai kompetensi pembelajaran pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan standar penilaian yang berlaku. Sedangkan sertifikasi
non akademik adalah suatu bentuk penghargaan yang diberikan kepadasiswa yang telah
mampu mencapai prestasi tertentu, seperti bidang, seni, budaya, olah raga, mekanik,
otomotif, dan jenis keterampilan lainnya.
Sarana dan prasarana pendidikan inklusi adalah perangkat keras maupun perangkat
lunak yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan
inklusi pada satuan pendidikan tertentu.
Pada hakikatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu
itu dapat dipergunkan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, tetapi untk
mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi aksebilitas bagi kelancaan
mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
G. Pendanaan
Sistem dukungan yang pertama adalah regulasi di pemerintahan. Regulasi menjadi dasar
penting dalam merumuskan kebijakan. Beberapa regulasi yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan inklusif, diantaranya:
Jumlah lulusan Pendidikan Khusus masih terbatas, sehingga guru pembimbing khusus
diperankan oleh guru kelas, guru mata pelajaran, atau guru bimbingan konseling. Guru
pembimbing khusus ini sebagai tugas tambahan, 6 jp. Guru kelas ,guru mata pelajaran,
atau guru bimbingan konseling diberikan penguatan atau peningkatan komptensinya
terkait dengan PI melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan baik dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan kota, Perguruan Tinggi, Pusat Pengeembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan
Luar Biasa (P4TK TKPLB).
g. Keterlibatan Keluarga
Orang tua memiliki peran penting dalam mensukseskan pendidikan bagi buah hatinya,
apalagi buah hati dengan kebutuhan khusus. Orang tua sebagai orang yang sejak awal
hidup bersama dengan anaknya, mereka memahami betul tentang bagaimana pertumbuhan
dan perkembangan anaknya. Banyak bukti bahwa keterlibatan orang tua dalam kegiatan
belajar mempengaruhi keberhasilan bagi PDBK.
Arriani Farah, Agustiawati, Rizki Alifia, Herawati Fera, Tulalesy Christina, Wibowo
Slamet, Widiyanti Ranti . Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Pnelitian dan
Pengambangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan,
Teknologi (2021). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Jakarta