BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
(KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan ‘pe’
dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara maupum
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
seluruh lapisan warga, dan membangun harkat negara dan bangsa, maka dari itu
Bahkan yang lebih penting lagi adalah terus melakukan terobosan dan inovasi
bermacam ragam upaya untuk menumbuhkan peluang bagi warga dan khalayak
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, kurikulum
menerima materi.
dimaksudkan agar pendidikan menjadi lebih baik (Permendikbud No. 66, 2013).
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filsofis, psikologis, didaktis dan
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
pendekatan ilmiah.
belajar fisika terletak pada dua segi, yaitu aktif dalam bertindak dan aktif berpikir.
Pembelajaran fisika pada siswa diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep
tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam penyelesaian
fisika siswa.
observasi dilakukan telah dilakukan terhadap pendidik dengan peserta didik. Dari
mengatakan bahwa fisika itu mata pelajaran yang menantang dan sulit dipahami.
Peserta didik mengatakan fisika itu sulit dikarenakan terlalu banyak rumus dan
banyak konsep kemudian materi yang sulit dipahami yaitu teori kinetik gas. Selain
5
itu, pendidik terlalu cepat ketika menerangkan dan metode pembelajarannya tidak
untuk tidak aktif dalam proses pembelajaran, pendidik tidak memberi kesempatan
kreativitasnya.
kreatifitas peserta didik untuk bisa mencari materi dan memahami materi sebelum
dibutuhkan internet. Internet sebagai sumber belajar yaitu strategi belajar yang
membuat kelas tidak terpaku kelas konvensional dan sebagai inovasi sumber
belajar yang sudah ada. Supaya terjadi pembelajaran yang baik perlu adanya
strategi belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan zaman agar
peserta didik bertindak dan terlibat secara aktif pada setiap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. Pembelajaran yang dapat membuat peserta didik bertindak secara
aktif salah satunya adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberikan
penugasan materi yang dilakukan peserta didik dengan cara peserta didik aktif
menelaah informasi secara mandiri dari sumber belajar yang tersedia serta
fasilitator.
materi dengan memanfaatkan rasa keingintahuan yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut.
dengan adanya rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik. Belajar mandiri yaitu
kegiatan belajar dilakukan peserta didik dengan sedikit atau tanpa bantuan pihak
7
luar sama sekali, dalam proses belajar peserta didik bisa bertanggungjawab
mandiri dibutuhkan motivasi kuat supaya peserta didik bisa mengerjakan tugas
dengan mandiri. Motivasi itulah yang bisa mendorong munculnya untuk belajar
kemampuan sendiri; dan f) berbagi dalam proses penemuan peserta didik melalui
penguatan lingkungan belajar (Dolan, Leat, Mazzoli Smith, Mitra, & Todd, 2013,
perbedaan (Mitra, 2013: 9 dalam Firdaus et al., 2021). Maksudnya yaitu dengan
8
adanya model SOLE, peserta didik bisa diarahkan untuk belajar secara mandiri
didik lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung. Dapat
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
1. Materi pembelajaran yang banyak dan pada saat proses pembelajaran waktu
siang, maka peserta didik mengantuk dan tidak memahami materi yang
9
D. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah: “ Apakah model pembelajaran self organized learning
baik dari pada metode yang biasanya dilakukan dikelas XI MIPA SMAN 12
Padang”
E. Tujuan Penelitian
berfikir kritis siswa lebih baik dari pada metode yang biasanya dilakukan dikelas
F. Manfaat Penelitian
3. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini akan dapat membuat peserta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Fisika
lingkungan sekitar dan dikaji secara fisis. Fisika merupakan suatu ilmu yang
berperan besar dalam memahami lingkungan. Ilmu ini memiliki peran penting
seperti pemanasan global, polusi, bahkan eksploitasi sumber daya alam. Oleh
karena itu penting adanya pemahaman dasar fisika agar tidak terjadi eksploitasi
tentang gejala dan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari dapat ditinjau
digunakan haruslah dapat menarik bagi siswa untuk belajar, interaktif saat
pengalihan pengetahuan secara sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku
12
sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, karena pada umumnya
kemajuan suatu bangsa diukur dari kemajuan pendidikannya. Maka upaya untuk
berkualitas. Maka dari itu, pendidikan yang berkualitas diperoleh ketika kegiatan
yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik adalah dengan dapat membentuk pola
berpikir kritis bagi peserta didik, baik berpikir kritis dalam menyelesaikan atau
tetapi juga untuk melatih agar siswa mampu berpikir kritis, logis dan sikap ilmiah
lainnya.
B. Metode Pembelajaran
komponen yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergantung satu sama lain.
13
Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah komponen pertama yang harus
pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang
diharapkan menurut Nana Sudjana (2014: 30). Proses belajar adalah segala
pengalaman yang dihayati oleh peserta didik, semakin tinggi kualitas proses
komunikasi yang edukatif antara pendidik dan peserta didik yang mencakup segi
berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar
e. Hubungan interaktif antara guru dan siswa berlangsung bagus dan harmonis.
meningkatkan kemampuan berfikir, daya analsis dan hasil belajar siswa di sekolah.
kemampuan pemahaman konsep yang baik pada peserta didik, serta terhadap
teknik yang dikuasai pendidik untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta
didik di kelas, baik secara individu maupun kelompok agar materi pelajaran dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik. Metode
mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik. Maka
15
dari itu metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar
didik untuk belajar sebagai kelompok, menjawab tugas berupa pertanyaan dengan
konteks pembelajaran disekolah, model SOLE dapat digunakan oleh guru dalam
harus dimiliki peserta didik sesuai tuntunan dalam kurikulum 2013 diantaranya
didik yang menjadi pusat pembelajaran akan membuat proses belajar mengajar
efektif.
Model pembelajaran SOLE terdiri atas tiga tahap aktivitas yang harus
dilakukan oleh setiap peserta didik. Pendidik hanya bertugas memberikan pemicu
dalam bentuk pertanyaan terkait materi yang akan dibahas. Aktivitas selanjutnya
a. Pertanyaan (Question)
peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Pertanyaan tersebut berupa 5 soal
essay mengenai materi Teori Kinetik Gas. Pertanyaan tersebut diberikan oleh
pendidik berupa LKPD yang sudah di print dikertas hvs. (selama 5 menit)
b. Investigasi (Investigate)
17
Lalu peserta didik bisa berkomunikasi dan berkolaborasi satu dengan yang lainnya
c. Mengulas (Review)
2021) terdapat beberapa aturan yang dapat dilaksanakan yaitu: 1) Peserta didik
diberikan tantangan Latihan sehingga berfikir sendiri terkait solusi yang akan
beberapa solusi ataupun jawaban yang dianggap benar; 5) Perwakilan dari setiap
mencatat hal-hal pokok dengan menggunakan alat bantu mengajar (media) oleh
guru serta cara penyajian pelajaran dengan melalui penuturan atau penjelasan
Berpikir kritis merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (High Order
Thinking Skills). Pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna jika belajar
kritis maka harus membaca secara kritis sehingga keputusan yang diambil tidak
berarti sia-sia. Menurut McPeck dalam Kuswana (2011: 21), “Berpikir kritis
Ditinjau dari taksonomi bloom, berpikir kritis termasuk aspek ke-5 yakni
yang perlu untuk dikembangkan agar meningkatnya kualitas apa yang ada pada
diri seseorang.
1. Jurnal Sri Suciati (2021) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Self
Materi Polimer”.
Hasil Belajar Daring Peserta Didik Materi Teori Kinetik Gas”. Tujuan dari
dapat meningkatkan hasil belajar daring peserta didik SMAN 1 Satui pada
G. Hipotesis penelitian
12 Padang”
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Padang yang terletak di JL. Gurun Laweh, Kec. Nanggalo, Kota Padang.
B. Desain Penelitian
mengontrol semua jenis variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-
seperti tabel 1.
Eksperimen X O
Kontrol - O
Keterangan:
Berdasarkan Tabel 1, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas
21
yang mendapat perlakuan, sedangkan kelas kontrol adalah kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan. Maka dari itu kedua kelas ini sangat penting sekali dalam
1. Defenisi Operasional
pembelajaran yang hanya terfokus terhadap apa yang disampaikan oleh pendidik
b. Berfikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis ini dijaring melalui tes essay yang dibuat berdasarkan
suatu tindakan.
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat atas tiga variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat
1) Variabel bebas dalah variabel yang berpengaruh pada variabel lain. Variabel
2) Variabel Terikat adalah gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan
oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah berfikir kritis.
1. Populasi
23
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018: 36) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sampel yang diambil dari populasi
tersebut harus benar-benar representif atau mewakili populasi yang teliti”. Sampel
yang diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen
Jadi sampel yang akan diteliti yaitu siswa kelas XI MIPA 4 yang terdiri
dari 36 siswa dan XI MIPA 5 yang terdiri dari 36 siswa SMAN 12 Padang.
bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Pengambilan sampel
menjadi kelompok-kelompok.
sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, karena saran dari pendidik mata
pelajaran fisika di SMAN 12 Padang, yang melihat dari hasil ujian tengah
semester nilai kedua kelas dapat dikatakan seimbang. Kemudian kelas tersebut
memilki kesamaan nya yaitu nilai UTS nya adanya uji homogenitas. Kelas
24
1. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Tes
kemampuan berfikir kritis fisika peserta didik. Instrumen yang akan digunakan
untuk melihat kemampuan berfikir kritis peserta didik pada aspek kognitif adalah
dengan menggunakan tes berbentuk essay. Tes ini dilakukan diakhir pertemuan
atau diakhir materi pelajaran. Setelah selesai melakukan tes maka dilakukan
penskoran pada soal tes dengan menggunakan pedoman penskoran uraian terbatas.
Dalam penyusunan dan melaksanakan suatu tes supaya instrumen yang digunakan
menjadi alat ukur yang baik. Adapun analisis item nya yaitu:
1) Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Pada penelitian ini menggunakan 5
soal essay kemudian melakukan uji validitas disetiap soal menggunakan rumus:
25
n (∑ Xi Yi ) -( ∑ Xi Yi )
rxy =
(� (∑ Xi2) − (∑ Xi)2) ( n( ∑ Yi2) − (∑ yi)2)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
n = Banyaknya pasangan data X dan Y
∑Xi = Total Jumlah dari variabel X
∑Yi = Total Jumlah dari variabel Y
∑Xi2 = Total Jumlah dari variabel X
∑Yi2 = Total Jumlah dari variabel Y
Mean
TK = Skor maksimal yang ditetapkan
Keterangan:
TK = Taraf kesukaran
Mean = rata-rata yang didapatkan
Tabel 3.2 Pengelompokan Kesukaran
Tingkat Kesukaran Klasifikasi
P< 0,30 Sulit
0,30 ≤ P>≤ 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah
prestasinya. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika
diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan
kepada peserta didik yang lemah, hasilnya lebih tinggi atau bila diberikan kepada
26
kedua kategori peserta didik tersebut, hasilnya sama saja. Dengan demikian, tes
yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang
4) Uji Reabilitas
pengukuran dari suatu instrumen yang tidak mengandung biasa atau bebas dari
stabil dalam kurun waktu dan berbagai item atau titik (point) dalam instrumen.
apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang
hendak diukur.
� ∑ σ2b
r11 = �−1 (1 - �2�
)
Keterangan:
r11 = Reabilitas Instrumen
k = Banyaknya Butir Pertanyaan
∑σ2b= Jumlah varians Butir
�2� = Varians Total
27
Data non tes dalam penilaian ini berupa angket respon yang diberikan
SOLE. Pada umumnya data hasil nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
ukur tersebut. Instrumen non tes berupa hasil wawancara dan kuesioner/ angket
yang didapatkan dari hasil observasi. Dari data hasil wawancara dan atau
alternatif yang ada pada setiap soal. Frekuensi yang paling tinggi ditafsirkan
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi jawaban
n =banyak responden
Menganalisis data dengan menggunakan kriteria analisis angket seperti
suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun
yang berbentuk kategori, seperti: baik, buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya.
Penelitian ini diperlukan data dan informasi yang tepat dan jelas, agar
1. Angket
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket
memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia
ketahui.
29
2. Wawancara
untuk memperoleh informasi dari responden yang terkait. Dapat pula dikatakan
diteliti dan telah dirancang sebelumnya. Wawancara yang dipilih oleh peneliti
3. Tes
serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan
datanya. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes dapat disebut sebagai
pengukuran (measurement).
mengungkapkan makna dari data yang telah diperoleh dari proses penelitian yang
telah dilakukan. Analisis data diartikan sebagai upaya untuk mengolah yang telah
rumusan masalah dalam penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
terkumpul dari ranah kognitif berupa tes, ranah afektif berupa angket observasi
dan ranah psikomotorik berupa angket kinerja atau lembar kinerja peserta didik.
30
1. Uji Normalitas
Keterangan:
χ2 : Harga chi kuadrat
Oi : Frekuensi hasil pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan
untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari
populasi yang memiliki variansi yang sama. Maka dari itu mencari kesamaan dari
2 kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan tes untuk
rumusnya:
�������� �����
F= �������� �����
1) Perumusan hipotesis
H1 : Varians nilai hasil belajar kedua kelompok heterogen, jika probabilitas sig
3. Uji Hipotesis
sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis.
sebagai berikut:
�1 − �2
�0 =
��
�1 + �2 ∑ �21 + ∑ �22
Se =
�1 �2 �1 + �2 − 2
32
4. Kesimpulan pengujian.
�1 − �2
�' =
�21 �22
+
�1 �2
t1 S2 t S2
1
+ 2n 2
n1 2
�' � = 2 2
S1 S2
n1 + n2
Keterangan:
�1 = rata-rata skor kelompok ke-1
�2 = rata-rata skor kelompok ke-2
S21 = standar deviasi kelompok ke-1
S22 = standar deviasi kelompok ke-2
n1 = jumlah anggota sampel kelompok ke-1
n2 = jumlah anggota sampel kelompok ke-2
�1 = � �,�1 − 1
�2 = � �,�2 − 1
33
3) Apabila populasi data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka
b) Menetapkan U krisis
c) Menentukan nilai statistik Mann-Whitney (U) untuk sampel lebih besar dari 20
n1 n2 n1 + n2 + 1
σU =
12
34
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., Prasetya, J.T. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Firdaus, F. M., Pratiwi, N. A., Riyani, S., & Utomo, J. (2021). Meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik sekolah dasar menggunakan Model
SOLE saat pandemi Covid-19. 12(1), 1–8.
https://suarabaru.id/2021/03/26/sole-solusi-tepat-untuk-pembelajaran-
yang-lebih-bermakna/ . diakses 25 Oktober 2021
Mitra, S., Dolan, P., Leat, D., Smith, L. M., Todd, L., & Wall, K. 2013. “Self-
Organised Learning Environments (SOLEs) in an English School:an
example of transformative pedagogy?”. Educational Research Journal.
Rahmawati, Ira, Arif Hidayat dan Sri Rahayu. (2016). Analisis Keterampilan
Berfikir Kritis Siswa SMP Pada Materi Gaya dan Penerapannya. Pros.
Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. 1(6)