Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003,

mengatakan bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi dari Kamus Bahasa Indonesia

(KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan ‘pe’

dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan

mendidik. sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara maupum

tindakan membimbing. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Demikian pentingnya suatu pendidikan dalam upaya memberantas

kebodohan memerangi kemiskinan kehidupan bangsa, meningkatkan taraf hidup

seluruh lapisan warga, dan membangun harkat negara dan bangsa, maka dari itu

pemerintah berusaha dalam memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk

mengatasi berbagai masalah di bidang peningkatan pendidikan mulai dari tingkat

dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Perhatian tersebut diantaranya

ditunjukan dengan penyediaan alokasi anggaran yang sangat berarti, serta


2

membuat aturan kebijakan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas.

Bahkan yang lebih penting lagi adalah terus melakukan terobosan dan inovasi

bermacam ragam upaya untuk menumbuhkan peluang bagi warga dan khalayak

umum guna memperoleh pengajaran dari semua tingkat satuan Pendidikan

(Nugraha Alfian, Yayan 2017). Kurikulum merupakan komponen dalam

pendidikan yang berisi mengenai suatu rancangan yang digunakan sebagai

pedoman dan acuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Pemerintah menekankan untuk menggunakan kurikulum 2013 (K 13)

karena K 13 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

masyarakat , berbangsa , bernegara dan peradaban dunia. K 13 bersifat tematik

integratif yang mengambil pokok bahasan pelajaran berdasarkan tema dengan

menggabungkan beberapa pelajaran menjadi satu dan disiapkan untuk mencetak

generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, kurikulum

disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya,

bertujuan untuk mendorong peserta didik agar memiliki pengalaman belajar

yakni mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasi,dan

mengomunikasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah

menerima materi.

Selain yang telah disebutkan terdahulu, Kurikulum 2013 juga

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) yang


3

dalam pembelajarannya lebih menitik beratkan pada kegiatan mengamati,

menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. Proses pembelajaran

menyentuh tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Proses

penilaian terhadap hasil belajar menggunakan Penilaian Autentik (Authentic

Assessment) yakni penilaian yang dilakukan berlandaskan pada hasil

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta

didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara konseptual,

kurikulum 2013 membawa perubahan signifikan. Perubahan itu tentunya

dimaksudkan agar pendidikan menjadi lebih baik (Permendikbud No. 66, 2013).

Dalam proses pengajaran adanya proses “ belajar” dan “pembelajaran”.

Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu

untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai

materi yang telah dipelajari. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran

yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filsofis, psikologis, didaktis dan

ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode

pembelajaran tertentu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang


4

dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi

atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah.

Dalam belajar fisika, keaktifan siswa sangat diperlukan. Keaktifan dalam

belajar fisika terletak pada dua segi, yaitu aktif dalam bertindak dan aktif berpikir.

Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya.

Pembelajaran fisika pada siswa diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep

tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam penyelesaian

masalah fisika. Namun, pembelajaran dalam kelas cenderung menekankan pada

penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan pemecahan masalah

fisika siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dikelas XI SMAN 12 Padang,

observasi dilakukan telah dilakukan terhadap pendidik dengan peserta didik. Dari

hasil observasi SMAN 12 Padang menggunakan kurikulum 2013, peserta didik

mengatakan bahwa fisika itu mata pelajaran yang menantang dan sulit dipahami.

Peserta didik mengatakan fisika itu sulit dikarenakan terlalu banyak rumus dan

banyak konsep kemudian materi yang sulit dipahami yaitu teori kinetik gas. Selain
5

itu, pendidik terlalu cepat ketika menerangkan dan metode pembelajarannya tidak

menarik perhatian peserta didik (metode ceramah) dan terkadang kegiatan

pembelajaran yang dilakukan pendidik lebih menekankan pada peserta didik

untuk tidak aktif dalam proses pembelajaran, pendidik tidak memberi kesempatan

pada mahasiswa untuk melakukan aktivitas mandiri dan mengembangkan

kreativitasnya.

Pernyataan ini didukung juga oleh pendidik yang menyatakan bahwa,

untuk menjadi seorang working physics memerlukan kemampuan kreatif,

intelektualitas, dan ketekunan. Siswa mengalami kesulitan belajar dalam

menyelesaikan permasalahan pada soal, kesulitan pemahaman konsep dan rumus.

Pendidik juga mengatakan bahwa materi fisika banyak maka dibutuhkan

kreatifitas peserta didik untuk bisa mencari materi dan memahami materi sebelum

pendidik memulai materi pembelajaran. Untuk memudahkan peserta didik dalam

mendapatkan informasi cepat dan kemudahan dalam penyajian materi maka

dibutuhkan internet. Internet sebagai sumber belajar yaitu strategi belajar yang

membuat kelas tidak terpaku kelas konvensional dan sebagai inovasi sumber

belajar yang sudah ada. Supaya terjadi pembelajaran yang baik perlu adanya

strategi belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan zaman agar

proses pembelajaran dan pengetahuan selalu berkembang (Sarifudin, 2019).


6

Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sekarang lebih dituntut

peserta didik bertindak dan terlibat secara aktif pada setiap kegiatan pembelajaran

yang dilakukan. Pembelajaran yang dapat membuat peserta didik bertindak secara

aktif salah satunya adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberikan

penugasan materi yang dilakukan peserta didik dengan cara peserta didik aktif

menelaah informasi secara mandiri dari sumber belajar yang tersedia serta

jaringan-jaringan informasi, dalam hal ini pendidik hanya bertindak sebagai

fasilitator.

Berdasarkan latar belakang masalah solusi yang dapat digunakan adalah

mencari alternatif model pembelajaran agar pemahaman materi peserta didik

dapat meningkat dalam menggunakan media komunikasi dan internet, metode

pembelajaran yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran yaitu metode

pembelajaran Self Organized Learning Environment (SOLE) yang merupakan

model pembelajaran dimana peserta didik mengatur dirinya sendiri dalam

kelompok dan belajar menggunakan komputer yang terhubung ke internet dengan

adanya dukungan pendidik. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, model SOLE

dapat digunakan oleh pendidik untuk mengeksplorasi kedalaman pemahaman

materi dengan memanfaatkan rasa keingintahuan yang dimiliki oleh peserta didik

tersebut.

Model pembelajaran SOLE dalam proses pembelajaran dapat digunakan

untuk mengeksplorasi kedalaman pemahaman materi pelajaran pada mahasiswa

dengan adanya rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik. Belajar mandiri yaitu

kegiatan belajar dilakukan peserta didik dengan sedikit atau tanpa bantuan pihak
7

luar sama sekali, dalam proses belajar peserta didik bisa bertanggungjawab

terhadap pembuatan dalam mengambil keputusan (Mulyaningsih, 2014). Belajar

mandiri dibutuhkan motivasi kuat supaya peserta didik bisa mengerjakan tugas

dengan mandiri. Motivasi itulah yang bisa mendorong munculnya untuk belajar

mandiri (Firdaus et al., 2021).

Kelebihan model pembelajaran SOLE bagi pendidik adalah sebagai

berikut: a) meningkatkan keahlian dalam memberikan pertanyaan inkuiri (big

question); b) memahami lebih dalam tentang ketertarikan peserta didik; c)

menumbuhkan keingintahuan dalam pembelajaran mandiri peserta didik; d)

merasakan koneksi di level yang sama dengan peserta didik; e) memperluas

pemahaman tentang seberapa banyak peserta didik dapat belajar dengan

kemampuan sendiri; dan f) berbagi dalam proses penemuan peserta didik melalui

penguatan lingkungan belajar (Dolan, Leat, Mazzoli Smith, Mitra, & Todd, 2013,

p.11; Mitra 2013, p.9, dalam firdaus et al,. 2021)

Sedangkan kelebihan bagi peserta didik adalah: a) untuk mengendalikan

pengalaman belajarnya secara mandiri; b) meningkatkan pemahaman membaca,

sikap, bahasa, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah; c)

meningkatkan literasi teknologi; d) meningkatkan kebiasaan belajar seumur hidup;

e) mengembangkan kemampuan memory recall; f) memperkuat interpersonal dan

keterampilan presentasi; g) meningkatkan keahlian dalam mengintegrasikan

pengetahuan; h) mengembangkan rasa kepercayaan terhadap guru dan orang

dewasa secara umum; dan i) menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari

perbedaan (Mitra, 2013: 9 dalam Firdaus et al., 2021). Maksudnya yaitu dengan
8

adanya model SOLE, peserta didik bisa diarahkan untuk belajar secara mandiri

dengan memanfaatkan teknologi dan bisa mengkomunikasikannya pada orang lain.

Dengan Model pembelajaran SOLE diharapkan bisa membuat peserta

didik lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung. Dapat

mendorong peserta didik dalam bekerja kelompok untuk berdiskusi dalam

menjawab pertanyaan yang menimbulkan semangat belajar dengan menggunakan

internet. Sehingga pembelajaran yang diharapkan akan tercapai dengan

mengertinya peserta didik mengenai materi dengan menggunakan internet untuk

mencari penyajian dan informasi melalui internet.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran karena masih

menggunakan metode ceramah

2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi dikarenakan

terlalu banyak rumus

3. Keadaan dimana pendidik tidak maksimal dalam penyampaian materi,

sehingga perlu adanya pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan internet.

C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi beberapa masalah yaitu:

1. Materi pembelajaran yang banyak dan pada saat proses pembelajaran waktu

siang, maka peserta didik mengantuk dan tidak memahami materi yang
9

disampaikan pendidik. Materi yang kurang dipahami peserta didik yaitu

materi teori kinetik gas.

2. Pendidik belum menggunakan model pembelajaran yang memanfaatkan

teknologi dan informasi untuk memudahkan peserta didik dalam mencari

materi melalui jaringan internet.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yag dikemukakan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “ Apakah model pembelajaran self organized learning

enviromentas (sole) untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa lebih

baik dari pada metode yang biasanya dilakukan dikelas XI MIPA SMAN 12

Padang”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:“ Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran

self organized learning enviromentas (sole) untuk meningkatkan kemampuan

berfikir kritis siswa lebih baik dari pada metode yang biasanya dilakukan dikelas

XI MIPA SMAN 12 Padang”

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan, maka manfaat yang akan diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman dan menjadikan referensi dalam

meningkatkan kemampuan mengajar dan memberikan pengetahuan tentang


10

bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik

dalam proses pembelajaran.

2. Bagi pendidik, diharapkan penelitian ini dapat menjadi model pembelajaran

alternatif untuk membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran

3. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini akan dapat membuat peserta

didik lebih baik untuk mengingkatkan kemampuan berfikir kritis serta

termotivasi dalam proses pembelajaran yang diberikan.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Fisika

Fisika sebagai ilmu alam mempelajari berbagai fenomena yang terjadi di

lingkungan sekitar dan dikaji secara fisis. Fisika merupakan suatu ilmu yang

berperan besar dalam memahami lingkungan. Ilmu ini memiliki peran penting

dalam memahami kondisi lingkungan karena berbagai permasalahan lingkungan

seperti pemanasan global, polusi, bahkan eksploitasi sumber daya alam. Oleh

karena itu penting adanya pemahaman dasar fisika agar tidak terjadi eksploitasi

sumber energi maupun penyalahgunaan sumber energi yang dapat berakibat

buruk terhadap lingkungan. Lingkungan sebagai suatu sistem yang kompleks

memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena apabila lingkungan

mengalami kerusakan, maka akan berdampak pada kehidupan manusia yang

terancam ikut terganggu. Pembelajaran fisika merupakan suatu pembelajaram

tentang gejala dan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari dapat ditinjau

melalui kegiatan seperti pengalaman, observasi dan eksperimen yang dilandasi

sikap ilmiah untuk meningkatkan keterampilan proses sains.

Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah pemilihan media pembelajaran yang

digunakan haruslah dapat menarik bagi siswa untuk belajar, interaktif saat

digunakan, namun tidak mengurangi esensi materi yang disampaikan. Moses,

Melmambessy (2012 :18-36), mengatakan bahwa “pendidikan merupakan proses

pengalihan pengetahuan secara sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku
12

manusia dan mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dalam bentuk

pendidikan formal, nonformal, dan informal”. Sehingga pendidikan bisa menjadi

sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, karena pada umumnya

kemajuan suatu bangsa diukur dari kemajuan pendidikannya. Maka upaya untuk

memajukan pendidikan ialah dengan menciptakan suatu pendidikan yang

berkualitas. Maka dari itu, pendidikan yang berkualitas diperoleh ketika kegiatan

belajar dan mengajar saling berkesinambungan .

Untuk menciptakan suatu pendidikan yang berkualitas, maka salah satu

yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik adalah dengan dapat membentuk pola

berpikir kritis bagi peserta didik, baik berpikir kritis dalam menyelesaikan atau

memecahkan permasalahan maupun kemampuan mengkomunikasikan atau

menyampaikan pikirannya secara kritis. Salah satu pembelajaran yang

membutuhkan pemikiran kritis oleh siswanya adalah pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika merupakan suatu pembelajaran tentang gejala dan fenomena

alam dalam kehidupan sehari-hari dapat ditinjau melalui kegiatan seperti

pengalaman, observasi dan eksperimen yang dilandasi sikap ilmiah untuk

meningkatkan keterampilan proses sains. Pembelajaran fisika juga tidak hanya

memberikan kemampuan terhadap siswa untuk menyelesaikan soal-soal saja,

tetapi juga untuk melatih agar siswa mampu berpikir kritis, logis dan sikap ilmiah

lainnya.

B. Metode Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergantung satu sama lain.
13

Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah komponen pertama yang harus

ditetapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan

pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang

diharapkan menurut Nana Sudjana (2014: 30). Proses belajar adalah segala

pengalaman belajar yang dihayati oleh peserta didik. Semakin intensif

pengalaman yang dihayati oleh peserta didik, semakin tinggi kualitas proses

belajar mengajar. Intensitas pengalaman belajar dapat dilihat dari tingginya

keterlibatan peserta didik dalam hubungan belajar-mengajar dengan guru dan

obyek belajar/bahan ajar. Kemampuan mengelola proses pembelajaran adalah

kesanggupan atau kecakapan para pendidik dalam menciptakan suasana

komunikasi yang edukatif antara pendidik dan peserta didik yang mencakup segi

kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu

berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar

tercapai tujuan pengajaran.

Kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari aspek sebagai berikut:

a. Pendidik membuat persiapan mengajar yang sistematis.

b. Proses pembelajaran menggunakan strategi dan metode yang variatif

dan melibatkan banyak aktivitas pada siswa.

c. Waktu selama proses pembelajaran dimanfaatkan secara efektif.

d. Motivasi mengajar guru dan belajar siswa tinggi.

e. Hubungan interaktif antara guru dan siswa berlangsung bagus dan harmonis.

Metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa dalam

menerima dan memahami materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran


14

yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman pendidik terhadap

perkembangan kondisi peserta didik di kelas, untuk itu seorang pendidik

diharapkan mampu mengembangkan kreativitas pendidik untuk menerapkan dan

mengembangkan berbagai macam bentuk metode pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan berfikir, daya analsis dan hasil belajar siswa di sekolah.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan

peserta didik di sekolah dalam proses pembelajaran dapat memberikan

kemampuan pemahaman konsep yang baik pada peserta didik, serta terhadap

materi-materi pembelajaran, sehingga akan dapat melatih siswa dan dapat

mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.

Menurut Ahmadi & Prasetya (2015: 52) Metode pembelajaran adalah

teknik yang dikuasai pendidik untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta

didik di kelas, baik secara individu maupun kelompok agar materi pelajaran dapat

diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik. Metode

pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-

langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Menurut Sanjaya

(2016:147) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja

sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi

spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif

mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik. Maka
15

dari itu metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar

proses pembelajaran berlangsung dengan baik.

C. Model Pembelajaran Self Organized Learning Enviromentas (SOLE)

1. Pengertian Model Pembelajaran self organized learning enviromentas (SOLE)

Menurut Putri, Arum Rahayu (2021) Self-Organized Learning

Environment (SOLE) adalah metode pembelajaran yang mengkondisikan peserta

didik untuk belajar sebagai kelompok, menjawab tugas berupa pertanyaan dengan

melakukan investigasi/pencarian menggunakan internet, kemudian peserta didik

memaparkan temuan kolektif mereka di depan kelas. Model Pembelajaran SOLE

merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada pembelajaran mandiri

dengan memanfaatkan media yang terkoneksi dengan jaringan internet. Dalam

konteks pembelajaran disekolah, model SOLE dapat digunakan oleh guru dalam

mengeksplorasi pemahaman materi siswa dengan memanfaatkan rasa

keingintahuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Pembelajaran ini merupakan

kegiatan dengan pendekatan kooperatif-konstruktivisme yang terdiri dari tahap

pertanyaan (question), investigasi (investigation), dan ulasan (review).

Model pembelajaran SOLE memiliki tujuan membentuk kompetensi yang

harus dimiliki peserta didik sesuai tuntunan dalam kurikulum 2013 diantaranya

peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis. Pengalaman belajar peserta

didik yang menjadi pusat pembelajaran akan membuat proses belajar mengajar

lebih menyenangkan, dan akan menjadikan mereka lebih berperan aktif.

Penerapan pembelajaran secara daring tentunya juga harus disesuaikan dengan


16

model pembelajaran yang relevan supaya pembelajaran bisa berjalan secara

efektif.

Model pembelajaran SOLE juga memiliki tujuan membentuk kompetensi

(keahlian) yang dimiliki oleh peserta didik. Berbekal dari pendekatan

konstruktivisme, pembelajaran SOLE memberikan ruang kepada peserta didik

untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Pendidik sebagai fasilitator

hanya mengamati dan mengawasi peserta didik dalam proses belajarnya.

Kemudian peserta didik didorong untuk bekerjasama menjawab pertanyaan

menggunakan internet. Pada prosesnya, peserta didik akan dipengaruhi oleh

penemuan diri, berbagi ilmu dalam komunitas belajar, dan spontanitas.

2. Sintaks Pembelajaran Model SOLE (Self Organized Learning Environment)

Model pembelajaran SOLE terdiri atas tiga tahap aktivitas yang harus

dilakukan oleh setiap peserta didik. Pendidik hanya bertugas memberikan pemicu

dalam bentuk pertanyaan terkait materi yang akan dibahas. Aktivitas selanjutnya

tergantung kreatifitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan tersebut. Putri,

Arum Rahayu(2021:88-106) mengataka bahwa “ Terdapat tiga tahapan aktivitas

yang dilaksanakan dalam model pembelajaran SOLE “ adalah sebagai berikut

a. Pertanyaan (Question)

Pendidik memberikan pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu

peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Pertanyaan tersebut berupa 5 soal

essay mengenai materi Teori Kinetik Gas. Pertanyaan tersebut diberikan oleh

pendidik berupa LKPD yang sudah di print dikertas hvs. (selama 5 menit)

b. Investigasi (Investigate)
17

Setelah pendidik menyampaikan pertanyaan tersebut yang terdapar di

LKPD, kemudian pendidik membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok.

Lalu peserta didik bisa berkomunikasi dan berkolaborasi satu dengan yang lainnya

kemudian menggunakan satu perangkat internet untuk mencari jawaban terhadap

pertanyaan yang diberikan sebelumnya. Jika terkendala jaringan peserta didik

mennggunakan buku paket (selama 30-45 menit)

c. Mengulas (Review)

Jika setiap kelompok sudah menjawab pertanyaan berupa LKPD tersebut,

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penemuan mereka terhadap

pertanyaan yang diberikan. (selama 10-20 menit)

Terkait pelaksanaan model pembelajaran SOLE , menurut (A. P. Rahayu,

2021) terdapat beberapa aturan yang dapat dilaksanakan yaitu: 1) Peserta didik

diberikan tantangan Latihan sehingga berfikir sendiri terkait solusi yang akan

diperoleh; 2) peserta didik dapat menentukan kelompok belajar secara bebas; 3)

Peserta didik dapat mendiskusikan dengan kelompok lain dengan pindah

kelompok dan saling tukar pendapat; 4) Peserta didik dapat mengeksplorasi

beberapa solusi ataupun jawaban yang dianggap benar; 5) Perwakilan dari setiap

kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.

D. Model Pembelajaran Ceramah

1. Pengertian Model Pembelajaran Ceramah

Model pembelajaran Ceramah merupakan model penmbelajarn

konvensional yang artinya dimana pendidik tidak melakukan penyaluran

pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi lebih kepada repetisi atau pengulangan.


18

Metode Ceramah meruapakan penerangan dan penuturan secara lisan oleh

pendidik terhadap kelasnya, peserta didik mendengarkan dengan teliti dan

mencatat hal-hal pokok dengan menggunakan alat bantu mengajar (media) oleh

guru serta cara penyajian pelajaran dengan melalui penuturan atau penjelasan

lisan secara langsung terhadap siswa.

E. Kemampuan berfikir kritis

Menurut Najla (2016:16) Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan


dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan- kemungkinan yang ada,
membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-
premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Dengan demikian, dalam berpikir
seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainya dalam
rangka mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi.

Menurut Wulandari (2017:39) berpikir kritis adalah aktivitas mental

individu untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dengan berbagai informasi yang sudah diperoleh melalui beberapa kategori.

Berpikir kritis merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (High Order

Thinking Skills). Pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna jika belajar

berdasarkan penemuan dan mendalami konsep materi. Untuk mengawali berpikir

kritis maka harus membaca secara kritis sehingga keputusan yang diambil tidak

berarti sia-sia. Menurut McPeck dalam Kuswana (2011: 21), “Berpikir kritis

sebagai ketepatan penggunaan skeptic reflektif dari suatu masalah yang

dipertimbangkan sebagai wilayah permasalahan sesuai dengan disiplin materi.”

Ditinjau dari taksonomi bloom, berpikir kritis termasuk aspek ke-5 yakni

mengevaluasi. Dengan berpikir kritis siswa akan membuat dan mengambil

keputusan berdasarkan kebenaran hipotesis, serta belajar menemukan atau


19

menganalisis kesalahan dalam proses. Jadi, berpikir kritis didefinisikan sebagai

proses disiplin mental dalam mendalami berbagai persoalan dan

menyelesaikannya berdasarkan pengetahuan penalaran dan pembuktian logis yang

dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir kritis juga dianggap sebagai kemampuan

yang perlu untuk dikembangkan agar meningkatnya kualitas apa yang ada pada

diri seseorang.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jurnal Sri Suciati (2021) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Self

Organized Learning Environments (SOLE) untuk Meningkatkan Pemahaman

Materi Polimer”.

2. Jurnal Ahmad Kusasi (2021) “Penggunaan Model SOLE untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Daring Peserta Didik Materi Teori Kinetik Gas”. Tujuan dari

penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan model SOLE agar

dapat meningkatkan hasil belajar daring peserta didik SMAN 1 Satui pada

materi teori kinetik gas.

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah “ Terdapat pengaruh

model pembelajaran Self Organized Learning Enviromentas (SOLE) untuk

meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik dikelas XI MIPA SMAN

12 Padang”
20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2023/2024. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu kelas XI MIPA SMAN 12

Padang yang terletak di JL. Gurun Laweh, Kec. Nanggalo, Kota Padang.

Penelitian ini akan berjalan selama kurang lebih 3 minggu.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan Quasi Eksperiment. Penelitian

Quasi Eksperiment dilakukan karena dalam penelitian ini tidak mungkin

mengontrol semua jenis variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-

variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan model rancangan Randomized

Control Group Posstest Only Desaign. Rancangan penelitian dapat digambarkan

seperti tabel 1.

Kelas Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen X O

Kontrol - O

Keterangan:

X : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Self Organized


Learning Enviromentas (SOLE)
O : Tes Akhir

Berdasarkan Tabel 1, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas
21

yang mendapat perlakuan, sedangkan kelas kontrol adalah kelompok yang tidak

mendapatkan perlakuan. Maka dari itu kedua kelas ini sangat penting sekali dalam

menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperiment.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

1. Defenisi Operasional

Dalam riset “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Self Organized

Learning Enviromentas Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik

Kelas XI SMAN 12 Padang”. Sehingga dibutuhkan pengkajian mengenai definisi

operasional pada variabel penelitian, yakni:

a. Self Organized Learning Enviroments (SOLE)

Putri, Arum Rahayu (2021: 88-106) “Model pembelajaran Self Organized

Learning Enviroments (SOLE) merupakan model pembelajaran mandiri yang

berbasis teknologi dan pemecahan masalah. Pembelajaran ini dapat membantu

peserta didik mampu memahami materi, dan meningkatkan semangat belajar

dengan menggunakan internet maupun perangkat pintar yang dimiliki.

Pembelajaran dilakukan berkelompok pendidik memberikan pertanyaan kepada

peserta didik setelah pemberian materi ajar kemudian membentuk kelompok

belajar. Pendidik memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada peserta didik

lain untuk menjawab pertanyaan tersebut menggunakan internet dengan diskusi

bersama. Setelah itu, pendidik merangkum dan meriview pertanyaan serta

jawaban–jawaban dari peserta didik dan menyimpulkan materi pembelajaran yang

telah dibahas”. Sedangkan model pembelajaran ceramah merupakan sistem


22

pembelajaran yang hanya terfokus terhadap apa yang disampaikan oleh pendidik

saja, jadi pendidik aktif dan peserta didiknya pasif.

b. Berfikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dan bertindak

siswa berdasarkan pengetahuan yang dimiliknya sebagai hasil belajar.

Kemampuan berpikir kritis ini dijaring melalui tes essay yang dibuat berdasarkan

indikator kemampuan berpikir kritis. Menurut Ira Rahmawati dalam jurnal

Pros.Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM (2016) mengatakan Berfikir kritis yaitu

menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, mempertimbangkan

kesesuaian sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi,

mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, dan menentukan

suatu tindakan.

2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat atas tiga variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat

1) Variabel bebas dalah variabel yang berpengaruh pada variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Self

Organized Learning Enviromentas (SOLE) dan model pembelajaran ceramah

2) Variabel Terikat adalah gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan

oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah berfikir kritis.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
23

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA

SMAN 1 Padang Tahun Ajaran 2022/2023

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018: 36) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sampel yang diambil dari populasi

tersebut harus benar-benar representif atau mewakili populasi yang teliti”. Sampel

penelitian pada penelitian ini ambil menggunakan teknik pengambilan sampel

dimana pemilihan mengarah kepada kelompok bukan individu. Sesuai masalah

yang diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

Jadi sampel yang akan diteliti yaitu siswa kelas XI MIPA 4 yang terdiri

dari 36 siswa dan XI MIPA 5 yang terdiri dari 36 siswa SMAN 12 Padang.

Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini menggunakan Cluster Random Sampling yang

merupakan teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan sampel

bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Pengambilan sampel

dari cluster random sampling dilakukan dengan membagi seluruh populasi

menjadi kelompok-kelompok.

Peneliti memilih kelas XI MIPA 4 dan XI MIPA 5 SMAN 12 Padang

sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, karena saran dari pendidik mata

pelajaran fisika di SMAN 12 Padang, yang melihat dari hasil ujian tengah

semester nilai kedua kelas dapat dikatakan seimbang. Kemudian kelas tersebut

memilki kesamaan nya yaitu nilai UTS nya adanya uji homogenitas. Kelas
24

eksperimen (XI MIPA 4) adalah kelas yang pembelajaran fisika menggunakan

model pembelajaran Self Organized Learning Enviroments (SOLE), sedangkan

kelas kontrol (XI MIPA 5) dalam pembelajaran fisikanya tidak menggunakan

model pembelajaran Self Organized Learning Enviroments (SOLE), melainkan

model pembelajaran ceramah.

E. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Tes

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data tentang

kemampuan berfikir kritis fisika peserta didik. Instrumen yang akan digunakan

untuk melihat kemampuan berfikir kritis peserta didik pada aspek kognitif adalah

dengan menggunakan tes berbentuk essay. Tes ini dilakukan diakhir pertemuan

atau diakhir materi pelajaran. Setelah selesai melakukan tes maka dilakukan

penskoran pada soal tes dengan menggunakan pedoman penskoran uraian terbatas.

Dalam penyusunan dan melaksanakan suatu tes supaya instrumen yang digunakan

menjadi alat ukur yang baik. Adapun analisis item nya yaitu:

1) Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana

alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Suatu tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes

memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti

memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Pada penelitian ini menggunakan 5

soal essay kemudian melakukan uji validitas disetiap soal menggunakan rumus:
25

n (∑ Xi Yi ) -( ∑ Xi Yi )
rxy =
(� (∑ Xi2) − (∑ Xi)2) ( n( ∑ Yi2) − (∑ yi)2)

Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
n = Banyaknya pasangan data X dan Y
∑Xi = Total Jumlah dari variabel X
∑Yi = Total Jumlah dari variabel Y
∑Xi2 = Total Jumlah dari variabel X
∑Yi2 = Total Jumlah dari variabel Y

2) Uji Taraf Kesukaran

Mean
TK = Skor maksimal yang ditetapkan

Keterangan:
TK = Taraf kesukaran
Mean = rata-rata yang didapatkan
Tabel 3.2 Pengelompokan Kesukaran
Tingkat Kesukaran Klasifikasi
P< 0,30 Sulit
0,30 ≤ P>≤ 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah

3) Uji Daya Beda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan peserta didik yang tergolong

mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah

prestasinya. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika

diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan

kepada peserta didik yang lemah, hasilnya lebih tinggi atau bila diberikan kepada
26

kedua kategori peserta didik tersebut, hasilnya sama saja. Dengan demikian, tes

yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang

sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.

(����−���� �������� ����) − (����−���� �������� ����ℎ )


D= ���� �������� ����

Tabel Pengelompokan 3.3 DayaPembeda Soal


Kriteria Daya Beda Keputusan
DP> 0,25 Diterima
0 < DP≤ 0,25 Diperbaiki
DP ≤ 0 Ditolak

4) Uji Reabilitas

Uji Reliabilitas (keandalan) suatu instrumen menunjukkan hasil

pengukuran dari suatu instrumen yang tidak mengandung biasa atau bebas dari

kesalahan pengukuran, sehingga menjamin suatu pengukuran yang konsisten dan

stabil dalam kurun waktu dan berbagai item atau titik (point) dalam instrumen.

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reabilitas yang tinggi,

apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang

hendak diukur.
� ∑ σ2b
r11 = �−1 (1 - �2�
)

Keterangan:
r11 = Reabilitas Instrumen
k = Banyaknya Butir Pertanyaan
∑σ2b= Jumlah varians Butir
�2� = Varians Total
27

b. Instrumen Non Tes

Data non tes dalam penilaian ini berupa angket respon yang diberikan

kepada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran

SOLE. Pada umumnya data hasil nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil

pengukuran sehingga dapat dilihat kecenderungan jawaban responden melalui alat

ukur tersebut. Instrumen non tes berupa hasil wawancara dan kuesioner/ angket

yang didapatkan dari hasil observasi. Dari data hasil wawancara dan atau

kuesioner pada umumnya dicari frekuensi jawaban responden untuk setiap

alternatif yang ada pada setiap soal. Frekuensi yang paling tinggi ditafsirkan

sebagai kecenderungan jawaban alat ukur tersebut. Sebaliknya, frekuensi yang

paling rendah dapat di tafsirkan sebagai kecenderungan jawaban yang tidak

menggambarkan pendapat ke-banyakan responden

Tabel 3.4 tabel penilaian angket


Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pertanyaan
Positif Negatif
Sangat Tidak setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1

Langkah-langkah dalam menganalisis angket respon peserta didik:

a) Memberi skor pada setiap item

b) Menghitung skor total yang diperoleh oleh setiap item

c) Menghitung persentase jawaban peserta didik pada setiap item yang

menggunakan rumus sebagai berikut:


n
P= × 100%
f
28

Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi jawaban
n =banyak responden
Menganalisis data dengan menggunakan kriteria analisis angket seperti

pada Tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Kriteria Angket respon Peserta Didik


Persentase Kriteria
81-100% Sangat Tinggi
61-80% Tinggi
41-60% Sedang
21%-40% Rendah
0%-20% Sangat Rendah

2. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang

suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun

yang berbentuk kategori, seperti: baik, buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya.

Penelitian ini diperlukan data dan informasi yang tepat dan jelas, agar

memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik angket (kuesioner) dan wawancara Teknik Pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metoda, yaitu :

1. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket

merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia

ketahui.
29

2. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Wawancara merupakan komunikasi dua arah

untuk memperoleh informasi dari responden yang terkait. Dapat pula dikatakan

bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan

narasumber, di mana pewawancara bertanya langsung tentang suatu objek yang

diteliti dan telah dirancang sebelumnya. Wawancara yang dipilih oleh peneliti

adalah wawancara semiterstruktur (semistructure interview).

3. Tes

Tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan

serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan

datanya. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes dapat disebut sebagai

pengukuran (measurement).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengungkapkan makna dari data yang telah diperoleh dari proses penelitian yang

telah dilakukan. Analisis data diartikan sebagai upaya untuk mengolah yang telah

diperoleh menggunakan statistik, sehingga pada akhirnya dapat menjawab

rumusan masalah dalam penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data tentang keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan

model pembelajaran Self Organized Learning Enviroments (SOLE). Data yang

terkumpul dari ranah kognitif berupa tes, ranah afektif berupa angket observasi

dan ranah psikomotorik berupa angket kinerja atau lembar kinerja peserta didik.
30

Teknik Analisis Data Tes:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui


apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau berada dalam
sebaran normal. Uji ini dilakukan terhadap hasil data yaitu data posttest. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji chi kuadrat.
Dimana rumusnya:

�� − �� �� − ��
�2 =
��
�=�

Keterangan:
χ2 : Harga chi kuadrat
Oi : Frekuensi hasil pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan

2. Uji Homogenitas (Kesamaan dua varians)

Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang dimaksudkan

untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari

populasi yang memiliki variansi yang sama. Maka dari itu mencari kesamaan dari

2 kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan tes untuk

melihat kesamaannya. Pada penelitian ini menggunakan uji F dengan formalis

rumusnya:
�������� �����
F= �������� �����

Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji fisher. Adapun langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

1) Perumusan hipotesis

2) Menentukan taraf signifikan


31

H0 = �21 = σ22 ( Varians 1 sama dengan variansi 2/ homogen)

H1 = �21 ≠ σ22 ( Varians 1 tidak sama dengan variansi 2/ heterogen)

3) Menghitung nilai F hitung, tentukan F tabel kemudian Membandingkan hasil

output dengan nilai signifikansi.

H0 : Varians nilai hasil belajar kedua kelompok homogen, jika probabilitas

sig≥ 0,05 (5%) maka H0 diterima, H1 ditolak

H1 : Varians nilai hasil belajar kedua kelompok heterogen, jika probabilitas sig

≤ 0,05 (5%)maka H0 ditolak, H1 diterima

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji homogenitas, selanjutnya melakukan pengujian

hipotesis berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:

Apabila populasi data berdistribusi normal dan homogen, pengujian

hipotesis statistik akan dilakukan menggunakan uji-t. Langkah-langkah uji-t

sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis.

2) Menghitung harga “t ” observasi ditulis “t0 atau t hitung” dengan rumus

sebagai berikut:

�1 − �2
�0 =
��

Dengan Se sebagai berikut:

�1 + �2 ∑ �21 + ∑ �22
Se =
�1 �2 �1 + �2 − 2
32

3) Menentukan harga “t tabel ” berdasarkan derajat bebas (db ), yaitu db =

�1 + �2 − 2 , ( �1 dan �2 jumlah data kelompok 1 dan 2).

4) Membandingkan harga dan dengan dua kriteria yaitu sebagai berikut:

Jikat0 ≤ ttabel maka hipotesis nilai H0 diterima, H1 ditolak

Jikat0 ≥ ttabel maka hipotesis nilai H0 ditolak, H1 diterima

4. Kesimpulan pengujian.

1) Jika H0 diterima berarti tidak ada perbedaan parameter rata-rata populasi.

Jika H0 ditolak berarti terdapat perbedaan parameter rata-rata populasi.

2) Apabila populasi data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujian hipotesis statistik menggunakan uji t’ dengan rumus sebagai berikut:

�1 − �2
�' =
�21 �22
+
�1 �2

Dengan kriteria pengujian:

t1 S2 t S2
1
+ 2n 2
n1 2
�' � = 2 2
S1 S2
n1 + n2

Keterangan:
�1 = rata-rata skor kelompok ke-1
�2 = rata-rata skor kelompok ke-2
S21 = standar deviasi kelompok ke-1
S22 = standar deviasi kelompok ke-2
n1 = jumlah anggota sampel kelompok ke-1
n2 = jumlah anggota sampel kelompok ke-2
�1 = � �,�1 − 1
�2 = � �,�2 − 1
33

3) Apabila populasi data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka

pengujian hipotesis statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis statistik

b) Menetapkan U krisis

c) Menentukan nilai statistik Mann-Whitney (U) untuk sampel lebih besar dari 20

menggunakan rumus sebagai berikut:


n1 n2
μU =
2

n1 n2 n1 + n2 + 1
σU =
12
34

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., Prasetya, J.T. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Pustaka Setia.

Alfian Nugraha, Yayan. 2017. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi


kerja karyawan PT General Finance Cabang Serang. Akademi AKPI
Serang

Firdaus, F. M., Pratiwi, N. A., Riyani, S., & Utomo, J. (2021). Meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik sekolah dasar menggunakan Model
SOLE saat pandemi Covid-19. 12(1), 1–8.
https://suarabaru.id/2021/03/26/sole-solusi-tepat-untuk-pembelajaran-
yang-lebih-bermakna/ . diakses 25 Oktober 2021

Putri, Arum Rahayu(2021) Penerapan Model Pembelajaran SOLE (Self


Organized Learning Environments) dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Inggris Mahasiswa. Paradigma. 12(1).

Mitra, S., Dolan, P., Leat, D., Smith, L. M., Todd, L., & Wall, K. 2013. “Self-
Organised Learning Environments (SOLEs) in an English School:an
example of transformative pedagogy?”. Educational Research Journal.

Moses, Melmambessy. "Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan


Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Papua." Media Riset Bisnis &
Manajemen 12.1 (2012): 18-36.

Pristiwanti1, Desi dkk. (2022). Pengertian Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan


Konseling. 4(6). Hal: 7911-7915

Sufairoh.(2016). Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13


Jurnal Pendidikan Profesional.5(3). Hal: 116-125

Sugiyono (2018). Pengantar Statistika 1.Bandung


35

Sanjaya, W., (2016), Strategi Pembelajaran, Prenadamedia Group, Jakarta.

Mcpeck dalam Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan


Ragam Berfikir. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyaningsih, I. E. (2014). Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar,


dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 20(4), 441. https://doi.org/10.24832/jpnk.v20i4.156

Rahayu, A. P. (2021). Penerapan Model Pembelajaran SOLE (Self Organized


Learning Environments) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Inggris Mahasiswa. Junal Paradigma, 12(1).

Rahmawati, Ira, Arif Hidayat dan Sri Rahayu. (2016). Analisis Keterampilan
Berfikir Kritis Siswa SMP Pada Materi Gaya dan Penerapannya. Pros.
Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. 1(6)

Sarifudin, S. (2019). Deskripsi dan Langkah-langkah Model Pembelajaran SOLE.


In Kemendikbud

Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


REMAJA ROSDAKARYA.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai